Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tedi Veradino
"Pengelasan memiliki peran penting dalam industri konstruksi, manufaktur, serta oil and gas. Salah satu penerapan teknologi pengelasan dalam industri adalah pengelasan pada pipa. Dalam penelitian ini, pengelasan pipa orbital dilakukan dengan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) tanpa filler metal (autogenous) pada pipa baja tahan karat tipe SS316L. Dimensi material uji adalah diameter luar 114 mm dan ketebalan 3 mm. Pengujian pengelasan dilakukan untuk mengetahui kualitas pengelasan (lebar manik) dan kekuatan tarik. Parameter pengelasan yang digunakan adalah arus terpulsasi, kecepatan pengelasan sebesar 0,150 mm/s, 0,154 mm/s, dan 0,161 mm/s, serta 4 posisi sudut pipa saat pengelasan yaitu 0°, 90°, 180°, dan 270°. Tahapan pengujian yang dilakukan meliputi persiapan alat dan benda uji, pengelasan bahan uji, dan pengujian kekuatan tarik dan mikrokekerasan. Alat pengelasan yang digunakan adalah alat pengelasan pipa orbital prototipe dengan metode 5G. Selanjutnya, untuk material SS316L, setelah dilakukan pengelasan, dilakukan pembentukan benda uji kekuatan tarik dengan bentuk standar bahan uji menggunakan standar ASTM E-8M. Hasil pengukuran lebar manik paling lebar terjadi pada kecepatan pengelasan 0,154 mm/s dengan lebar manik 12,14 mm pada posisi 90°. Hasil pengujian kekuatan tarik tertinggi terjadi pada kecepatan pengelasan 0,150 mm/d dengan kekuatan tarik maksimum sebesar 571,07 MPa pada posisi 180° dengan arus sebesar 100A. 

Welding plays a significant role in the construction, manufacturing, and oil and gas industries. One application of welding technology in these industries is pipe welding. In this study, orbital pipe welding was conducted using Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) without filler metal (autogenous) on SS316L stainless steel pipes. The test material had an outer diameter of 114 mm and a thickness of 3 mm. Welding testing was performed to assess the weld quality (bead width) and tensile strength. The welding parameters used were pulsed current, welding speed of 0.150 mm/s, 0.154 mm/s, and 0.161 mm/s, and four pipe corner positions during welding: 0°, 90°, 180°, and 270°. The testing stages included tool and sample preparation, welding of the test material, and tensile strength and microhardness testing. A prototype orbital pipe welding tool using the 5G method was employed. Additionally, for SS316L material, after welding, test specimens for tensile strength were formed using the standard shape of the test material following ASTM E-8M. The widest bead width measurement was obtained at a welding speed of 0.154 mm/s with a bead width of 12.14 mm at the 90° position. The highest tensile strength test results occurred at a welding speed of 0.150 mm/s with a maximum tensile strength of 571.07 MPa at the 180° position with a current of 100A."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Fauzian
"Tungsten Inert Gas (TIG) adalah proses pengelasan dimana busur listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja dan daerah pengelasannya dilindungi oleh gas pelindung. Sejak pertama kali ditemukan, TIG sudah menjadi bagian penting dalam industri manufaktur. Pengelasan ini banyak diaplikasikan pada baja stainless steel, alumunium, logam reaktif seperti magnesium dan titanium. Karena banyaknya aplikasi pengelasan TIG, pada studi kali ini dilakukan sebuah simulasi pengelasan pada plat stainless steel untuk memprediksi lebarnya manik las yang terbentuk dan kedalaman penetrasi pengelasan dengan memvariasikan besarnya arus yaitu 80, 90, dan 100 A dan besarnya kecepatan pengelasan yaitu 2, 3, dan 4 mm/s. Simulasi pengelasan menunjukan hasil yang hampir sama dengan pengelasan secara eksperimen, dimana untuk lebar manik atas pada variasi arus dan kecepatan didapatkan error rata-rata berturut-turut 8.3% dan 6.7%, dan untuk lebar manik bawah pada variasi arus dan kecepatan didapatkan error rata-rata bertururt-turut 4.9% dan 3.0%. Sementara, untuk penetrasi pengelasan error rata-ratanya 0%.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a process which an electric arc generated by the tungsten electrode to the workpiece and the welding area protected by a protective gas. First, since TIG had been discover, it become an important part in manufacturing industry. TIG is widely applied to stainless steel, aluminum, reactive metals such as magnesium and titanium. Therefore, this study carried out a simulation of welding in stainless steel plate to predict the bead width and the depth of penetration were formed by varying the welding current as 80, 90, and 100 A and varying the welding speed as 2, 3, and 4 mm/s. Welding simulation showed almost the same results with the experimental welding, where for the top bead width over the current and velocity variations obtained an average error of 8.3 % and 6.7 % respectively. And for the back bead width over the current and velocity variations obtained average error of 4.9 % and 3.0 % respectively. While, for the depth of penetration obtained an average error of 0 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immanuel Santoclin B.
"Pengelasan Tungsten Inert Gas TIG merupakan pengelasan yang menggunakan elektroda non konsumabel, sehingga dapat dilakukan tanpa logam pengisi. Pengelasan TIG secara umum dilakukan untuk pengelasan stainless steel 304. Material Stainless Steel 304 merupakan material yang umum digunakan di bidang industri perminyakan dan manufaktur. Arus merupakan parameter yang paling umum diubah untuk mencari karakteristik yang berbeda. Namun pengubahan frekuensi masih sangat jarang digunakan dan masihsedikit penelitian yang membahas pengaruh frekuensi terhadap hasil pengelasan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh frekuensi terhadap geometri manik hasil pengelasan pelat SS 304 dengan dimensi 100 mm x 50 mm x 3 mm. Pengelasan dilakukan secara otomatis menggunakan peralatan Power TIG 2200 AC/DC Pulse Welding Machine Gekamac dengan besar arus sebesar 90, 93, 95, 97, dan 100 A dan variasi frekuensi pengelasan sebesar 50-250 Hz dengan jarak 50 Hz. Karakterisasi hasil pengelasan dilakukan melalui makrografi dengan jangka sorong digital ketelitian 0,01 mm dan perangkat lunak Dinolight. Hasilnya adalah pengaruh kenaikan frekuensi terhadap geometri manik las sebanding dengan penurunan arus pengelasan. Bagian yang berbeda hanya geometri lebar manik las bagian tengah.

Tungsten Inert Gas TIG welding procedure is done using non consumable electrodes. This method is widely used for welding stainless steel SS 304 components in petroleum and manufacturing industry. Most of the available studies are conducted to observe the influence of various current inputs to the produced weld. Welding frequency, however, has not been discussed significantly regarding to its effect on the result of TIG weld. This research mainly discusses about the effect of welding frequency to bead geometry of welded SS 304 plates. Initial specimens were shaped into 100 mm x 50 mm x 3 mm dimension using hand jigsaw. The welding procedures were done automatically using Power TIG 2200 AC DC Pulse Welding Machine Gekamac instrument with variations on welding current and frequency of 90, 93, 95, 97, 100 A and 50 250 Hz with 50 Hz step, respectively. Characterizations of produced welds were done by macrography using digital caliper and Dinolight software. The result is effect for higher frequency to bead geometry are the same with effect of lower current."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisriinaa Jasmine Chairunnisa
"Pengelasan memiliki peran penting dalam berbagai aplikasi kehidupan sehari-hari, seperti struktural jembatan dan komponen engineering. Selain itu, baja tahan karat austenitik 316L memiliki keunggulan dalam mengatasi korosi dan permasalahan weld decay sehingga seringkali digunakan di berbagai industri. Selama proses pengelasan suatu material transfer panas dan penggunaan elektroda tungsten yang tidak tepat dapat mempengaruhi sifat mekanis produk. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengusulkan penggunaan metode Tungsten Inert Gas (TIG) autogenous dengan variasi sudut ujung elektroda tungsten untuk mengoptimalkan hasil lasan baja tahan karat 316L. Studi ini mencakup pengaruh geometri manik las, karakterisasi mikrostruktur, dan profil kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut ujung elektroda tungsten memengaruhi lebar dan kedalaman manik las, serta rasio W/D. Meskipun belum mencapai rentang nilai yang dianggap aman terhadap kegagalan retak solidifikasi, sudut ujung elektroda 90º hingga 180º menunjukkan potensi untuk mencapai rentang tersebut. Pengaruh mikrostruktur menunjukkan pengaruh sudut ujung terhadap arah pertumbuhan dendrit, dan profil kekerasan yang merata pada sudut ujung 90º. Penelitian ini memberikan wawasan tentang pengaruh sudut ujung elektroda tungsten dan variasinya terhadap hasil lasan baja tahan karat 316L, dengan harapan memberikan kontribusi pada pemahaman dan pengembangan proses pengelasan yang optimal.

Welding plays an important role in various daily life applications, such as bridge structures and engineering components. In addition, 316L austenitic stainless steel has the advantage of overcoming corrosion and weld decay problems so it is often used in various industries. During the welding process of a material heat transfer and improper use of tungsten electrodes can affect the mechanical properties of the product. Therefore, a study was conducted to propose the use of autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) method with varying tungsten electrode tip angle to optimize the weld yield of 316L stainless steel. The study includes the influence of weld bead geometry, microstructure characterization, and hardness profile. The results show that the tungsten electrode tip angle affects the width and depth of the weld bead, as well as the W/D ratio. Although it has not yet reached the range of values considered safe against solidification crack failure, tip angles of 90º to 180º show the potential to reach that range. The influence of microstructure shows the effect of tip angle on the direction of dendrite growth, and an even hardness profile at a tip angle of 90º. This research provides insight into the effect of tungsten electrode tip angle and its variations on 316L stainless steel weld yields, with the hope of contributing to the understanding and development of optimized welding processes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Adriana
"Penelitian ini didasarkan pada kebutuhan untuk menggabungkan material dengan sifat mekanik yang berbeda guna memperoleh sifat mekanik gabungan yang lebih baik dan biaya yang lebih rendah, yang sering digunakan dalam berbagai industri, seperti industri petrokimia, minyak dan gas, pembangkit listrik, serta otomotif. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pengaruh variasi logam pengisi terhadap mikrostruktur dan nilai kekerasan pada penyambungan baja tahan karat 316L dan baja karbon rendah A36 menggunakan metode pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG). Pengelasan dua jenis material dilakukan dengan menggunakan tiga variasi logam pengisi, yaitu ER309L, ER316L, dan ER308LSi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian mikrostruktur menggunakan mikroskop optik, pengujian kekerasan dengan metode microvickers, serta analisis unsur kimia menggunakan pengujian OES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi logam pengisi mempengaruhi mikrostruktur dan nilai kekerasan pada daerah lasan dan Heat Affected Zone (HAZ). Salah satu hasil signifikan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan logam pengisi ER309L menghasilkan nilai kekerasan yang lebih tinggi dan mikrostruktur yang lebih halus pada sambungan las dibandingkan dengan logam pengisi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan logam pengisi yang tepat sangat penting untuk meningkatkan kualitas sambungan las pada material dengan karakteristik yang berbeda.

This research is based on the necessity to combine materials with different mechanical properties to achieve better combined mechanical properties and lower costs, which are frequently used in various industries, such as petrochemical, oil and gas, power generation, and automotive industries. This study aims to understand the effect of filler metal variation on the microstructure and hardness values in the welding of 316L stainless steel and low carbon steel A36 using the Tungsten Inert Gas (TIG) welding method. The welding of the two types of materials was conducted using three variations of filler metals, namely ER309L, ER316L, and ER308LSi. The tests conducted included microstructure analysis using an optical microscope, hardness testing using the microvickers method, and chemical element analysis using OES testing. The results showed that the variation in filler metals affects the microstructure and hardness values in the weld area and the Heat Affected Zone (HAZ). One of the significant findings of this study is that the use of ER309L filler metal resulted in higher hardness values and a finer microstructure in the weld joint compared to the other filler metals. This indicates that the appropriate selection of filler metal is crucial for improving the quality of weld joints in materials with different characteristics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Fauzian
"Pengelasan fusi (fusion welding) adalah salah satu proses yang sangat populer di dalam berbagai macam industri. Tungsten Inert Gas (TIG) adalah proses pengelasan fusi dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas pelindung. Bentuk busur plasma dapat dipengaruhi oleh gaya elektromagnet. Oleh karena itu gaya elektromagnet sangat dihindari. Namun, penggunakan beberapa medan magnet eksternal yang diatur letaknya sedemikian rupa memberikan hasil yang berbeda.
Dalam studi ini busur plasma diberi medan magnet eksternal baik secara statis maupun dinamis. Medan magnet statis yang diberikan berasal dari magnet permanen yang diletakan di sekitar busur plasma. Sementara, medan magnet dinamis yang diberikan berasal dari pengaktifan dan penonaktifan solenoide selama waktu tertentu yang diatur oleh mikrokontroler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelasan menggunakan tambahan medan magnet eksternal yang diatur besar dan arahnya mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan faktor geometri hasil pengelasan.

Fusion welding is kind of the welding process that is very popular in various industries. Tungsten Inert Gas (TIG) is a fusion welding process in which a plasma arc is generated by the tungsten electrode to the workpiece and the welding area is protected by a protective gas. Plasma arc can be affected by electromagnetic force. Therefore, the electromagnetic force is very avoidable. However, the use of some external magnetic field that is arranged in such a way location can give different outcome.
In this study, plasma arc is affected by external magnetic field, either static or dynamic magnetic field. Static magnetic field comes from permanent magnets that are placed around the plasma arc. Meanwhile, dynamic magnetic field derived from the activation and deactivation of the solenoides during a specific time that is set by the microcontroller. The results showed that the additional external magnetic field in the welding process can increase the energy efficiency and the geometry factor of welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yala Abrara
"

Pada penelitian ini, dilakukan penyambungan aluminium AA 6063 menggunakan pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) dengan sambungan tumpul (butt joint). Digunakan metode pengumpanan logam pengisi (filler) secara berselang (intermittent) untuk mencari pengaruhnya terhadap lebar dan tinggi manik, serta kekuatan tarik hasil pengelasan. Dimensi spesimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panjang 12 mm, lebar 5 mm, dan tebal 3 mm. Pengelasan dilakukan dengan kecepatan dan arus yang tetap, yaitu 1,5 mm/s dan 115 A. Rasio yang digunakan yaitu konfigurasi dari waktu pengumpanan dan waktu diam. Rasio yang divariasikan yaitu rasio 4 hingga 6. Pada masing-masing rasio, terdapat 3 kecepatan filler. Dari hasil penelitian didapatkan, lebar manik berbanding terbalik dengan rasio kecepatan pengumpanan logam pengisi, sedangkan tinggi manik berbanding lurus dengan rasio kecepatan pengumpanan logam pengisi. Dan untuk kekuatan tarik, secara umum nilainya berbanding lurus dengan rasio namun perbedaanya tidak signifikan.


In this research, aluminium 6063 were welded by using Tungsten Inert Gas (TIG) weld on square butt joint. The intermittent filler feed method was proposed to find the corelations between the bead width and tensile strength of weld product. The  dimension of specimen was 12 mm x 5 mm x 3 mm. The welding process was performed with fixed speed of weld and current, 1.5 mm/s and 160 A respectively. The used of ratio is the configuration of the filler time and delay time and was varied from the ratio 4 to ratio 6. In each ratio, there are 3 speed of filler. From the results obtained, the bead width is directly proportional to the ratio of feeding metal filler speed, whereas the bead height is inversely proportional to the ratio of feeding metal filler speed. And for tensile strength, its directly proportional to the ratio however the different is not significant.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Munandar
"Pengelasan sambungan banyak digunakan pada industri berbahan baja termasuk kapal. Permasalahan utama untuk proses pengelasan tersebut adalah terjadinya distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa dan distorsi adalah fenomena yang terjadi pada logam yang dilas, yang dapat menyebabkan kegagalan pada logam tersebut saat beroperasi. Proses pengelasan tipe butt joint dilakukan pada spesimen baja SS400 dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 100 x 50 x 2 mm. Mesin las yang digunakan adalah mesin las TIG otomatis di laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Pada penelitian ini akan diuji hubungan antara parameter kuat arus dengan variasi 60, 70, 80 ampere dan kecepatan pengelasan dengan variasi 1,2; 1,4; 1,8 mm/s terhadap terciptanya distorsi setelah proses las. Kajian dititik beratkan pada perhitungan distorsi dan tegangan sisa dengan pengukuran distorsi menggunakan mesin CMM (Coordinate Measuring Machine) setelah material mengalami pendinginan menuju temperatur ruangan. Dari hasil uji coba di laboratorium diperoleh distorsi terbesar diperoleh pada variabel kuat arus terbesar dan kecepatan terkecil. Dari hasil analisa didaptkan bahwa besarnya tegangan sisa yang terbentuk berbandung lurus dengan besarnya distorsi yang tercipta.

The application of welding used in many industries such as shipbuilding. The trouble which is often occurred is distortion and residual stress on the plate after welding. Residual stress and distortion is a phenomenon that can cause the failure of the material at operation condition. Butt joint weldment is applied onto SS400 steel with measurement of length, width, and thickness is 100 x 50 x 2 mm. This experiment used automatic TIG machines in Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia laboratory.
In this experiment, the correlation between welding current and welding speed will be examined. Using 60, 70, and 80 ampere welding current and 1,2; 1,4; 1,8 mm/s welding speed. The measuring of distortion is using CMM (Coordinate Measuring Machine) after the material undergoing cooling process into room temperature. From the experiment it shows that the biggest distortion is obtained when using highest welding current and the lowest welding speed. From analysis it is obtained that the number of residual stress is linear with the formation of distortion in welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Novtrama Ciko
"Tungsten Inert Gas (TIG) adalah salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan pelindung gas dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja. Terdapat banyak perkembangan dalam metode mengelas pada jenis las TIG ini salah satunya penambahan media eksternal berupa magnet. Dalam studi ini busur plasma akan diberi medan magnet eksternal secara statis. Medan magnet statis yang diberikan berasal dari magnet permanen yang diletakan di sekitar busur plasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui geometri dari busur las pada pengelasan TIG yang dipengaruhi oleh beberapa formasi kutub dari medan magnet eksternal. Dan untuk mengetahui kedalaman (penetration) serta lebar manik hasil pengelasannya. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dengan berbagai macam konfigurasi letak arah medan magnet yang digunakan didapati medan magnet sangat memberikan efek terhadap lebar manik lasan, kedalaman yang bervariasi serta bentuk busur las sesuai simulasi yang ada. Konfigurasi medan magnet NS NS NS NS (pola F) menunjukkan lebar manik las terlebar, namun memliki kedalaman lasan terendah serta lebar busur las yang dihasilkan sebesar 28 cm yang merupakan paling lebar.

Tungsten Inert Gas (TIG) is one type of electric arc welding with a gas shield where an electric arc is generated by a tungsten electrode with a workpiece. There are many developments in the welding method for this type of TIG welding, one of whuch is the addition of external media in the form of magnets. In this study plasma arcs will be given static external magnetic fields. Thes static magnetic field given comes from a permanent magnet placed around the plasma arc. This study aims to determine the geometry of the weld arc, to find out the depth (penetration) and the width of the bead resulting from the welding. from the results of the trials that have been done, with various types of configurations the magnetic field, has an effects on the width of the weld beads, configuration of the magnetic NSNSNSNS (pattern F) shows the widest of the weld bead, but has the lowest of weld bead while haved the weld arc 28cm which is the widest."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaki Rahman
"ABSTRAK
Weld bead atau manik las adalah hasil yang diproleh dari proses penyambungan (pengelasan) dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi (fusion welding), sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Lebar manik las merupakan indikator utama yang menentukan keberhasilan pengelasan karena terkait dengan desain pengelasan yang telah ditetapkan oleh welding engineer sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan mesin las TIG (Tungten Inert Gas) dan gas Argon sebagai pelindung proses pengelasan (shield gas) serta menggunakan material stainless steel SS 304 sebagai benda kerja. Studi ini mengembangkan sistem pengaturan lebar manik las dengan cara mengatur kecepatan proses sesuai dengan informasi lebar kolam las yang didapat melalui mesin vision selama proses pengelasan berlangsung. Informasi lebar kolam yang didapat dikalkulasikan oleh sistem dan digunakan sebagai input pada jaringan syaraf tiruan (JST) untuk mendapatkan kecepatan proses pengelasan yang tepat. Sistem yang dibangun pada studi berhasil mengatur kecepatan pengelasan yang tepat sesuai dengan target lebar manik yang diinginkan dengan berbagai variasi parameter pengelasan.

ABSTRACT
Weld-bead produced in the process of connecting two or more substances that are based on the principles of diffusion processes (fusion welding). Width of weld bead is the main indicator that determines the success of welding as it related to the design of the welding that has been set by the welding engineer before. In this study using TIG welding machine (Tungten Inert Gas) and argon as a protective gas welding process (shield gas) as well as the use of stainless-steel material SS 304 as the workpiece. This study developed a system to control weld-bead by adjusting the speed of the process according to the weld-pool width information obtained through machine vision during the welding process takes place. The informations of weld-pool width will be calculated by the system as inputs to the neural network (ANN) to produce the right speed of the welding process. The system that built in this study had succesfully produced weld bead width similar to the desired target width with some variations of welding parameters.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>