Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Melly Marlyana
"National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan agar tindakan sectio caesarea (SC) emergensi pada kategori I dapat dilakukan dalam waktu 30 menit sejak diputuskan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Obgin hingga lahirnya bayi (decision to delivery interval). Pelayanan SC emergensi belum terlaksana dengan baik di RSUD Kayu Agung.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis hubungan waktu respons SC emergensi dengan luaran ibu dan neonatus menggunakan framework Donabedian. Pendekatan Explanatory sequential design (mixed methods), diawali pengumpulan, analisis dan interpretasi data dari 222 kasus SC emergensi di tahun 2022 secara kuantitatif. Untuk memperjelas faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan waktu respons SC emergensi dari domain struktur dan proses dilakukan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data secara kualitatif. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber melalui wawancara mendalam pada 16 orang informan dan triangulasi metode melalui observasi lapangan dan telusur dokumen. Uji Chi-Square dengan alternatif uji Exact Fisher dan Kolmogorov Smirnov diaplikasikan pada analisis data kuantitatif. Temuan pada analisis kuantitatif yang berkontribusi terhadap waktu respons SC emergensi selanjutnya di-follow up dan dianalisis secara kualitatif dengan analisis konten.
Capaian proporsi waktu respons SC emergensi di RSUD Kayu Agung sebesar 1,2% pada kategori I dan 39,6% pada kategori II, namun tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan luaran ibu dan neonatus. Isu utama penyebab keterlambatan waktu respons SC emergensi dari domain struktur ditengarai kurang optimalnya penyiapan regulasi terkait PONEK. Sementara dari domain proses, keterlambatan persiapan pre operasi karena menunggu hasil laboratorium dan persiapan darah pre operasi, juga masalah komunikasi dan koordinasi antar unit dan manajemen rumah sakit yang belum berjalan dengan baik. Luaran maternal dan neonatal lebih tinggi pada kelompok waktu respons tidak sesuai rekomendasi pada kategori I. Penyusunan regulasi SC emergensi dalam 30 menit merupakan hal yang harus dilakukan segera.

The National Institute for Health and Care Excellence (NICE) recommends that category I emergency cesarean section (SC) procedures can be performed within 30 minutes from the decision of the Obgyn Patient Responsible Doctor (DPJP) until the birth of the baby (decision to delivery interval). Emergency SC services have not been carried out properly at RSUD Kayu Agung.
This study aims to analyze the relationship between emergency SC response time and maternal and neonatal outcomes using the Donabedian framework. The explanatory sequential design (mixed methods) approach begins with the collection, analysis, and interpretation of data from 222 emergency SC cases in 2022 quantitatively. To clarify the factors contributing to the delay in emergency SC response time from the domain structure and process, qualitative data collection, analysis, and interpretation are carried out. Data validity was determined by triangulation of sources through in-depth interviews with 16 informants and triangulation of methods through field observation and document tracing. The Chi-Square test, with an alternative to the Exact Fisher test and Kolmogorov-Smirnov, was applied to quantitative data analysis. Findings from quantitative analysis that contribute to emergency SC response time are then followed up and analyzed qualitatively by content analysis.
The achievement of the proportion of emergency SC response time at RSUD Kayu Agung was 1.2% in category I and 39.6% in category II, but was not statistically significant with maternal and neonatal outcomes. The main issue causing the delay in emergency SC response time from the structural domain is suspected to be the lack of optimal preparation of regulations related to PONEK. Meanwhile, in the process domain, delays in preoperative preparation due to waiting for laboratory results and preoperative blood preparation, as well as communication and coordination problems between units and hospital management, have not gone well. Maternal and neonatal outcomes were higher in the response time group than in category I. The preparation of emergency SC regulations within 30 minutes is something that must be done immediately.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Kirana Yulius
"Di tahun 2021 COVID-19 masih menjadi wabah pandemik di seluruh dunia, yang menimbulkan disrupsi ekonomi di berbagai industri termasuk rumah sakit. Angka kunjungan rawat jalan dan rawat inap rumah sakit menurun di tahun 2020 sebanyak 80% yang berdampak pada penurunan pendapatan bulanan rumah sakit sampai ke 40% (Persi, 2021). Dalam menjaga layanan yang komprehensif dan bermutu, ada tambahan biaya operasional yang meningkat termasuk untuk perlindungan staf berupa Alat Perlindungan Diri (APD) terutama bagi tenaga kesehatan. Sebagai salah satu Rumah Sakit rujukan COVID-19, RS Bunda Palembang mengalami penurunan pasien rawat inap sebesar 55,2% di tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Pelayanan unggulan yang diberikan adalah layanan persalinan ibu bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), termasuk layanan Sectio Caesarean (SC). Walau telah disadari terdapat kesenjangan antara tarif RS dan tarif INA-CBGs sebelum COVID-19, tim manajemen internal RS belum mempunyai analisis biaya persalinan SC. Beban operasional yang semakin bertambah di era COVID-19, memaksa tim manajemen mempunyai informasi biaya satuan SC ringan. Menggunakan data biaya aktual tahun 2021, biaya satuan tindakan SC ringan tanpa komplikasi dihitung dengan metode Double Distribution dan Relative Value Unit. Hasilnya menunjukkan bahwa biaya satuan SC ringan di ruangan SVIP sebesar Rp 11.877.883, ruangan VIP sebesar Rp7.782.915, ruangan Kelas I sebesar Rp 6.388.681, Kelas II yaitu Rp 6.009.725, dan Kelas III sebesar Rp 5.753.963. Secara keseluruhan, tingkat pengembalian biaya (CRR) terhitung sebesar 124,2%, dimana dari perspektif keuangan angka ini dianggap cukup ideal oleh manajemen. Pembelajaran yang dapat dipetik dalam menghadapi masa pandemi ke depan yaitu rumah sakit sebaiknya bersiap dalam menghadapi berbagai disrupsi kesehatan ke depannya dengan memfasilitasi tindakan ANC dan SC untuk seluruh pasien termasuk pasien infeksius.

In 2021, COVID-19 is still a worldwide pandemic, causing economic disruption in various industries, including hospitals. The number of outpatient visits and hospitalization decreased in 2020 by 80%, which resulted in a decrease in hospital monthly income of up to 40% (Persi, 2021). In maintaining comprehensive and quality services, additional operational costs increase, including staff protection in the form of Personal Protection Equipment (PPE), especially for health workers. As one of the COVID-19 referral hospitals, Bunda Palembang Hospital experienced a decrease in hospitalizations of 55.2% in 2020 compared to the previous year. The superior service provided is maternal delivery services for National Health Insurance (JKN) participants, including Caesarean Section (C-Section) services. Even though it was realized that there was a gap between the hospital rates and the INA-CBGs rates before COVID-19, the hospital's internal management team still needed an analysis of the cost of delivering a C-Section. Operational expenses are increasing in the era of COVID-19, forcing the management team to have information on low C-Section unit costs. Using actual cost data for 2021, the unit cost for mild C-Section without complications is calculated using the Double Distribution and Relative Value Unit method. The results show that the unit cost of light C-Section in the SVIP room is IDR 11,877,883, the VIP room is IDR 7,782,915, the Class I room is IDR 6,388,681, Class II is IDR 6,009,725, and Class III is IDR 5,753,963. Overall, the cost recovery rate (CRR) is calculated at 124.2%, which management considers ideal from a financial perspective. The lesson that can be learned in dealing with future pandemics is that hospitals should be prepared to face various health disruptions by facilitating ANC and C-Section actions for all patients, including infectious patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaiti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33948
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama pemulihan pasca operasi caesarea ibu akan mengalami banyak masalah
dimana diperlukan adaptasi suami pada kondisi ini. Disisi lain banyak rumah sakit
membatasi kunjungan suami terhadap pasangannya yang mengalami persalinan
melalui operasi caesarea, sedangkan keterlibatan atau peran suami sangat dibutuhkan
untuk membantu istri mengatasi masalahnya. Keterlibatan suami dalam persalinan
sampai dengan pasca persalinan memerlukan persiapan baik secara mental maupun
fisik (Richman, 1982). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan
suami dalam merawat istri yang melahirkan dengan tindakan operasi caesarea
adalah: faktor pendidikan, pengetahuan dan motifasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan motivasi
dengan keterlibatan suami dalam merawat istri pasca operasi caesarea. Penelitian ini
dilakukan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta, dari tanggal 20 Desember 2002 sampal dengan tanggal 4 Januari 2003.
metode penelitian adalah deskripsi korelasi dengan jumlah responden 30 orang. Dari
hasil analisa data didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dengan keterlibatan suami dalam merawat istri pasca operasi
caesarea dengan p value 0,42 dengan tingkat kepercayaan 95 %. Tingkat
pengetahuan dengan keterlibatan suami dalam merawat istri pasca operasi caesarea
dengan p value 0,22. Motivasi dengan keterlibatan suami dalam merawat istri pasca
operasi caesarea diperoleh p value 1,0, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tidak
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, dan motivasi
denan ketrlibatan suami dalam merawat istri pasca operasi caesarea."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5211
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Wicaksono
"Latar belakang: Operasi sesar merupakan salah satu tindakan yang paling sering
dilakukan dibidang obstetrik bahkan hingga dalam satu rumah sakit. Angka kejadian
infeksi daerah operasi sesar sangat bervariasi pada seluruh dunia berkisar pada 3-15%.
Proses terjadinya IDO merupakan suatu proses multifaktorial yang meliputi mulai dari
persiapan perioperatif, kondisi pasien, jenis operasi, jenis kuman dan lain-lain.
Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, pola kuman, dan faktor risiko kejadian
infeksi daerah operasi (IDO) di RSCM tahun 2016-2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cohort
retrospective. Subyek penelitian ini merupakan pasien yang menjalani operasi sesar di
RSCM pada tahun 2016-2018 yang direkrut menggunakan metode consecutive
sampling. Dari data yang didapatkan dilakukan analisis bivariat dan multivariat untuk
menentukan faktor risiko terjadinya IDO pasca operasi sesar
Hasil: Didapatkan sebanyak 2.052 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Sebanyak 85 kasus infeksi daerah operasi (IDO) didapatkan dari 2.052 tindakan yang
dilakukan (4,14%). Sebanyak 85 kelompok kasus IDO dan 1.967 kelompok kasus
kontrol diikutsertakan dalam analisis faktor risiko. Kuman paling sering didapatkan
pada kultur kasus infeksi daerah operasi pasca operasi sesar adalah Staphylococcus
aureus (16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%),
Enterococcus faecalis (9,4%), dan lainnya (21,2%). Variabel yang berpengaruh
terhadap kejadian IDO pasca secar adalah gawat janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95
% 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121).
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian IDO pasca SC adalah gawat
janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95 % 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028;
AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121).

Background: Caesarean section is one of the most performed operations in the field
of obstetrics and even in hospital. The incidence of infections in cesarean section varies
greatly around the world at 3-15%. Surgical site infection is a multifactorial process
that starts from the perioperative preparation, the patient, the type of surgery, the type
of germ and other factors.
Objective: To determine the characteristics of patients, bacterial patterns, and risk
factors for the incidence of surgical site infection (SSI) in Cipto Mangunkusumo
National General Hospital in 2016-2018.
Method: This study was an observational study using a retrospective cohort method.
The subject of this study were patients undergoing cesarean section in Cipto
Mangunkusumo National General Hospital in 2016-2018 recruited using consecutive
sampling method. Based on the data obtained, bivariate and multivariate analysis were
conducted to determine the factors affecting after caesarean section SSI
Result: A total of 2.052 subjects were included in the study. There were 85 cases of
surgical site infection (SSI) out of 2.052 operations (4.14 %). A total of 85 SSI case
groups and 1.967 control groups were included in the risk factor analysis. Bacteria
most commonly found in surgical site infection culture were Staphylococcus aureus
(16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%), Enterococcus
faecalis (9,4%), and others (21,2%). Variable associated with SSI in this study is fetal
distress (p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028;
AOR 1,824 CI 95% 1,066-3,121).
Conclusion: Factors influencing the incidence of SSI after SC was fetal distress
(p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR
1,824 CI 95% 1,066-3,121)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berjudul “Tingkat kecemasan ibu primipara pasca bedah sesar
dengan anestesi spinal terhadap mobilisasi setelah 24 jam pertama". Adapun tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran sejauhmana tingkat kecemasan ibu
primipara pasca bedah sesar dengan anestesi spinal terhadap mobilisasi setelah 24
jam pertama. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana, dengan
jumlah responden 30 orang . Tempat penelitian yang digunakan adalah Ruang IRNA
A lt.II RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Instrumen pengumpul data berupa
kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden mengalami
tingkat kecemasan sedang untuk memulai mobilisasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5090
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani Hartati
"Mobilisasi dini adalah salah satu tindakan keperawatan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi. Berbagai faktor dapat mempengaruhi ibu pasca seksio sesarea untuk melakukan mobilisasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ibu pasca seksio sesarea dalam melakukan mobilisasi dini. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan cross sectional.
Hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan, motivasi, dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap tindakan mobilisasi dini dengan p value (p=0.005; α=0.05). Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan mobilisasi dini adalah faktor pemberian informasi oleh petugas kesehatan (Exp (B): 4,200).
Direkomendasikan perawat untuk memberikan informasi tentang tindakan mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea sesuai dengan standar operasional prosedur.

Early mobilization is one of the nursing interventions to minimize the occurrence of complications. Various factors can affect the post-Caesarean section mothers to accomplish early mobilization. The purpose of this study was to determine the factors related to post-cesarean mothers in performing early mobilization. This study used a quantitative method with cross-sectional approach.
The result showed that there were a significant correlation between the factors of knowledge, motivation, and information provision given by health professionals to the intervention of early mobilization with p value (p=:0.005;α=0.05). While the most affecting factor was the information provision performed by health professionals (Exp (B): 4,200).
It is recommended that nurses provide information about early mobilization to post Caesarean section mothers in accordance with standardoperatingprocedures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Rezkita Andrea
"ABSTRAK
Dimulai dari data SDKI yang pertama yaitu tahun 1987 hingga yang kelima yaitu SDKI 2002-2003, terjadi peningkatan prevalensi operasi sesar, hingga pada SDKI yang terakhir (2002-2003) prevalensi operasi sesar adalah 4,1%, data tersebut diambil dari data wanita yang bersalin dalam 5 tahun terakhir (1997-2003). Berdasarkan data tersebut belum terdapat keterangan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan melalui operasi sesar.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berbubungan dengan kejadian persalinan melalui operasi sesar (Sectio Cesarian) di Indonesia selama kurun waktu 1997-2003.
Studi ini merupakan analisis data sekunder dari data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003. Desain yang digunakan adalah desain potong lintang (cross sectional).
Dari basil analisis diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan persalinan melalui operasi sesar di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1997-2003) adalah usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun (OR=2.0, 95%CI: L5-2.6), primipara (OR= 1.4, 95%CI: 1.1-1.8), adanya komplikasi kehamilan (OR=3.5, 95%Cl: 2.7-4.5), adanya komplikasi persalinan (OR= 2.2, 95%CI: 1.8-2.8). Pada variabel pendidikan ibu terlihat adanya dose response relationship SMP (OR= 1, 95%Cl: 0.7-1.4), SMU (OR=1.7, 95%Cl: 1.2-2.3) yang tertinggi adalah tingkat Perguruan Tinggi (OR=2.5, 95%CI: 1.8-16), Pada variabel status ekonomi terindikasi adanya interaksi dengan fasilitas kesehatan (rumah sakit) dan terlihat adanya dose response relationship baik persalinan yang dilakukan di rumah sakil pemerintah maupun swasta. Jika persalinan dilakukan di rumah sakit pemerintah maka peluang untuk dilakukannya persalinan melalui operasi sesar adalah sebagai berikut: niiai OR di rumah sakit swasta meningkat sesuai dengan peningkatan status ekonominya (OR rendah :12; 95%C1; 6.4-22.6; OR menengah: 14.6; 95%CI: 8.0-27.0 dan OR tinggi: 25; 95%CI: 16.9-36.9) . Demikian juga dengan OR di rumah sakit pemerintah (OR rendah: LO; OR menengah: 2.8; 95% CI: 1.8-4.4; OR tinggi: 5.0; 95% CI: 15-7.4). Dan variabel pendidikan ibu terlihat pula adanya dose rensponse relationship, makin tinggi pendidikan ibu, maka peluang untuk dilakukan persalinan melalui operasi sesar makin tinggi (OR1: 1.0; 95%CI: 0.7-1.4; OR2: 1.7; 95%CI: 1.2-2.3; OIU: 2.5; 95%CI: 1.8-3.6).
Dari penelitian ini dapat disimpuikan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan melalui operasi sesar di Indonesia dalam kurun waktu 1997-2003 adalah umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun, paritas, adanya komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan, tingkat pendidikan ibu, serta joint effect antara status ekonomi responden dengan fasilitas rumah sakit yang digunakan.
Penulis menyarankan agar peneltian ini dapat dilanjutkan pada penelitian yang lebih spesifik, hubungan antara operasi sesar dengan status ekonomi responden dan keterjangkauan akses pelayanan kegawatdaruratan obstetri serta lebih mendalam dalam menganalisa statistiknya.

ABSTRAK
Starting from the first IDHS in 1987 to the fifth IDHS 2007-2003, the prevalence of sectio cesarean is increasing. The last IDHS (2002-2003) shows a prevalence of 4.1% in the last five years period (1997-2003). The data did not explain about factors related to sectio cesarean.
The objective of this study is to understand factors related to sectio cesarean in Indonesia during 1997-2003 period.
This study is an analysis of secondary data gathered through Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002-2003. Design of the study is cross sectional.
The analysis shows that variables related to sectio cesarean-are mothers age <20 years and >35 years (OR 2.0; 95% CI 1.5-2.6), primipara 95%CI: 1.1-1.8), pregnancy complications (OR-3.5, 95%CI: 2.7-4.5), delivery complications (OR-2.2, 95%CI: 1.8-2.8). There is dose response relationship in mother education variable, junior high school (OR= 1, 95%CI: 0.7-1.4), senior high school (OR-1.7, 95%CI:--L2-2.3) and univeristy (Oft-2.5, 95%CI: 1.8-3.6). Socioeconomic status variable indicated an interaction with health care facility (hospital) and shows dose response relationship in oath public and private hospitals. OR in private hospitlas increased in acoordance to the increase of socioeconomic status: low socioeconomic status (OR:12; 95%CI; 6.4-22.6); middle (OR:14.6; 95%CI: 8.0-27.0) and high (OR 25; 95%CI: 16.9-36.9). Similar situation also occured at public hospital (OR low: 1.0; OR middle: 2.8; 95% CI: 1.8-4.4; OR high: 5.0; 95% CI: 3.5-7,4). Dose response relationship also appear in mother education variable, the higher mother education the higher the chance of having sectio cesarean (OR 1: 1.0; 95%CI: 0.7-1.4; OR2: 1.7; 95%Cl: 1.2-2.3: OR3: 2.5; 95%CI: 1.8-3.6 3.
This study concludes that factors related sectio cesarean in Indoneisa in the 1997-2003 period arc mothers age <20 years and >35 years, parity, pregnancy complications and delivery complications, mothers education, and joint effect between socioeconomic status and hospital facility.
It is suggested to continue the study into a more specific research on sectio cesarean and socioeconomic status and access to obstetric emergency care using a more sophisticated statistical analysis.;Starting from the first IDHS in 1987 to the fifth IDHS 2007-2003, the prevalence of sectio cesarean is increasing. The last IDHS (2002-2003) shows a prevalence of 4.1% in the last five years period (1997-2003). The data did not explain about factors related to sectio cesarean.
The objective of this study is to understand factors related to sectio cesarean in Indonesia during 1997-2003 period.
This study is an analysis of secondary data gathered through Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002-2003. Design of the study is cross sectional.
The analysis shows that variables related to sectio cesarean-are mothers age <20 years and >35 years (OR 2.0; 95% CI 1.5-2.6), primipara 95%CI: 1.1-1.8), pregnancy complications (OR-3.5, 95%CI: 2.7-4.5), delivery complications (OR-2.2, 95%CI: 1.8-2.8). There is dose response relationship in mother education variable, junior high school (OR= 1, 95%CI: 0.7-1.4), senior high school (OR-1.7, 95%CI:--L2-2.3) and univeristy (Oft-2.5, 95%CI: 1.8-3.6). Socioeconomic status variable indicated an interaction with health care facility (hospital) and shows dose response relationship in oath public and private hospitals. OR in private hospitlas increased in acoordance to the increase of socioeconomic status: low socioeconomic status (OR:12; 95%CI; 6.4-22.6); middle (OR:14.6; 95%CI: 8.0-27.0) and high (OR 25; 95%CI: 16.9-36.9). Similar situation also occured at public hospital (OR low: 1.0; OR middle: 2.8; 95% CI: 1.8-4.4; OR high: 5.0; 95% CI: 3.5-7,4). Dose response relationship also appear in mother education variable, the higher mother education the higher the chance of having sectio cesarean (OR 1: 1.0; 95%CI: 0.7-1.4; OR2: 1.7; 95%Cl: 1.2-2.3: OR3: 2.5; 95%CI: 1.8-3.6 3.
This study concludes that factors related sectio cesarean in Indoneisa in the 1997-2003 period arc mothers age <20 years and >35 years, parity, pregnancy complications and delivery complications, mothers education, and joint effect between socioeconomic status and hospital facility.
It is suggested to continue the study into a more specific research on sectio cesarean and socioeconomic status and access to obstetric emergency care using a more sophisticated statistical analysis.
"
2007
T19075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seorang primigravida akan mengalami stressor yang lebih besar daripada seorang
multigravida dalam menghadapi proses persalinan baik spontan maupun atas indikasi
operasi. Hal ini terjadi karena belum adanya pengalaman terhadap proses persalinan jika
dibandingkan dengan seorang primigravida. Melihat fenomena yang ada dan kurangnya
riset tentang aspek psikologis ibu-ibu primigravida yang akan dllakukan tindakan operasi
seksio sesaria, maka peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pada ibu
primigravida yang akan dilakukan tindakan operasi seksio sesaria. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana dengan 19 orang responden.
Instrumen yang digunakan berupa kuisioner yang berisikan tanda atau gejala kecemasan
ringan sampai dengan panik. Data dianalisa dengan menggunakan rumus mean untuk
mendapatkan tingkat kecemasan pada ibu primigravida yang akan dilakukan tindakan
operasi seksio sesaria. Analisa data di lakukan dengan menggunakan deskriptif statistik
yang diuraikan dalam bentuk tabel frekuensi dan perhitungan nilai rata-rata. Penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat kecemasan ibu-ibu primigravida yang akan dilakukan
tindakan operasi seksio sesaria adalah kecemasan sedang dengan tanda atau gejala
antara Iain: mulut kering, anoreksia, sering buang air kecil, badan gemetar, ekspresi
wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu rileks dan sukar tidur, meremas-remas tangan,
posisi badan sering berubah-ubah, banyak bicara, dan volume suara keras."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5121
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Merlin Jovany
"ABSTRAK
Salah satu faktor peningkatan angka seksio sesarea adalah seksio sesarea sebelumnya. Ibu yang baru pertama dilakukan seksio sesarea dapat melahirkan dengan cara pervaginam. Peneliti ingin mengetahui proporsi faktor medis dan nonmedis yang mempengaruhi keputusan ibu dilakukan seksio sesarea kedua. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kategorik. Jenis pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah responden sejumlah 43. Pengambilan sampel
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Pengukuran variabel dilakukan dengan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Dari 43 responden menunjukan 39 responden (90,7%) karena faktor medis dan 4 responden (9,3%) karena faktor nonmedis. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden dilakukan seksio sesarea kedua karena faktor medis. Perawat memiliki peran dalam
upaya penurunan angka seksio sesarea.

abstract
This research is mainly discuss about the proportion between medical and non medical factor influencing one?s decision to choose caesarean section for the second time. Researcher conduct this study using descriptive category approach. The sampling to support research is purposive sampling involve 43 respondents whom having second caesarean section. These sampling are taken from Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati, Jakarta, with interview and questionnaire. The data show that 39 out 43 respondents (90,7%) decided to have second caesarean section for medical factor. The rest of cases, 4 from 43 respondents (9,3%) have this delivery because of non medical factor. This research reveal that the majority of respondents decide to
have second caesarean section because of medical factor. Nurse has a big responsibility to decrease number of caesarean section by providing medical services in helping vaginal birth."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42790
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>