Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrea Raysha Putri
"Penggunaan limbah terak feronikel dapat membantu dalam upaya mengurangi limbah yang menimbun di Lingkungan. Terak feronikel memiliki kandungan berharga dan suhu leleh yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai filler pada flame retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) dengan campuran amonium polifosfat yang digunakan sebagai aditif. Dimana, saat ini formula FR-RPUF masih diperlukaan improvisasi untuk dapat meningkatkan kemampuan flame retardant. Variabel yang diamati yaitu penambahan terak feronikel dengan APP sebesar 2:3, 3:2, dan 1:1. Proses diawali dengan terak feronikel dilakukan pengujian XRD, XRF, dan SEM untuk mengambil informasi material yang akan digunakan. Kandungan terak feronikel yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas flame retardant pada RPUF dengan adanya jenis-jenis terak feronikel. Proses pengujian pembakaran menggunakan uji flammability (UL-94) dan karakterisasi SEM untuk melihat struktur pori yang terbentuk untuk melihat efektivitas terak feronikel dan APP. Kandungan terak feronikel yang kaya akan oksida dan unsur Si, Fe, dan Mg bersama dengan APP mampu membentuk lapisan char pada FR-RPUF yang berguna sebagai lapisan termal barier sehingga dapat mencegah oksigen untuk dapat memperbesar proses pembakaran. Proses uji flammanility menunjukkan hasil sampel yang memiliki sifat flame retardant tinggi yaitu RPUF dengan penambahan terak feronikel dan APP (1:1).

Using terak feronikel waste can help reduce waste in the environment. Ferronickel slag has valuable content and a high melting temperature, so it can be used as a filler in Flame Retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) with a mixture of ammonium polyphosphate which is used as an additive. Where currently, the FR-RPUF formula still needs improvisation to be able to increase its flame retardant ability. The variables observed were the addition of ferronickel slag with APP of 2:3, 3:2, and 2.5:2.5. The process begins with ferronickel slag; XRD, XRF, and SEM tests are carried out to retrieve information on the material to be used. The ferronickel slag content will affect the flame retardant's effectiveness in RPUF in the presence of ferronickel slag types. The combustion testing process uses the flammability test (UL-94) and SEM characterization to see the pore structure formed and the effectiveness of ferronickel slag and APP. The content of ferronickel slag ,which is rich in oxides and the elements Si, Fe, and Mg together with APP, can form a char layer on FR-RPUF which is helpful as a thermal barrier layer so that it can prevent oxygen from increasing the combustion process. The flammability test showed that the samples had high flame retardant properties, namely RPUF, with the addition of ferronickel slag and APP (1:1)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"ABSTRAK
Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan meningkat. Tetapi di samping tujuan tersebut terdapat efek sampingan yang perlu dipikirkan yaitu timbulnya limbah. Limbah tersebut dapat berupa cair, padat dan gas. Limbah cair khususnya yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian yang serius karena mempunyai sifat racun, tidak dapat diuraikan oleh alam dan dapat berakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Pengolahan limbah yang mengandung logam berat dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan tanaman air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa.kah Azolla pinnata R.Br dan Hydrilla verticillata dapat dipergunakan untuk mengurangi kandungan logam Pb dan Cd dan air limbah industri.
Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratarium dengan membuat tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menggunakan Azolla pinnata R.Br, perlakuan kedua dengan Hydrilla verticillata dan perlakuan ketiga menggunakan kedua tanaman tersebut. Tiap-tiap perlakuan dibuat tiga macam konsentrasi air yaitu 75%, 62, 5 % dan 50% dan kontrol dengan menggunakan air bersih, masing-masing tiga ulangan (replikasi) kecuali kontrol. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari selama lima belas hari terhadap variabel utama yaitu kandungan logam Pb dan Cd dalam tanaman dan variabel lainnya seperti, pertumbuhan relatif tanaman, pH air, salinitas air dan suhu air.
Dengan menggunakan taraf kepercayaan 5 % diperoleh hasil analisa statistik sebagai berikut: konsentrasi air limbah tidak berpengaruh terhadap penyerapan logam Pb dan Cd oleh A. pinnata dan H. verticillata. Makin lama waktu pengamatan pada perlakuan pertama kemampuan , pinnat. menyerap logam Cd cenderung meningkat, pada perlakuan kedua kemampuan H. vertici11ata menyerap logam Pb cenderung meningkat, sedangkan pada perlakuan ketiga kemampuan A. pinnata menyerap logam Pb cenderung meningkat, kemampuan N. verticil1ata menyerap logam Pb dan Cd cenderung makin besar. Pada konsentrasi air limbah yang sama kemampuan A. pinnata, menyerap Cd perlakuan pertama lebih besar dari perlakuan ketiga, kemampuan H. verticillata menyerap Pb perlakuan kedua lebih besar dari perlakuan ketiga.
Penyerapan logam Pb pada ketiga perlakuan adalah berbeda (alfa = 5 %), dengan nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaiiu 0,6060 ppm. Sedangkan penyerapan logam Cd tidak berbeda antara perlakuan kedua dan perlakuan ketiga pada taraf kepercayaan 5,83 %, tetapi nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaitu 0,0774 ppm. Dengan demikian perlakuan yang paling balk untuk penyerapan logam Pb da Cd adalah perlakuan kedua yaitu dengan menggunakan H. verticillata saja dengan kondisi awal konsentrasi air limbah 75 % atau kandungan Pb sebesar 1,89 ppm dan Cd sebesar 0,135 ppm. Tetapi bila sukar menemukan H. verticillata maka disarankan menggunakan A. pinnata yang dipelihara sendiri."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Sahat Manaor
"ABSTRAK
Pembangunan di sektor industri selain memberikan dampak positif terhadap pembangunan bangsa Indonesia, ternyata juga menimbulkan dampak negatif berupa kemerosotan dan kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan adanya pencemaran yang semakin meningkat yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.
Salah satu sektor industri yang menghasilkan limbah B3 di dalam kegiatannya adalah industri pelapisan logam. Limbah tersebut dapat mencemari air permukaan dan air tanah terutama dengan semakin meningkatnya penggunaan air tersebut.
Untuk mengatasi dampak limbah tersebut telah dilakukan berbagai upaya pengolahan limbah. Namum semuanya lebih ke arah mengolah limbah yang telah keluar dari proses atau dikenal dengan end of pipe treatment principle. Pada dasarnya hal ini tidak menyelesaikan masalah, namun hanya memindahkan pencemar dari satu media ke media lainnya. Untuk itu perlu adanya pergeseran paradigma pengelolaan limbah ke arah pollution prevention principle yang sering diartikan sebagai produksi bersih atau upaya minimisasi limbah. Upaya minimisasi limbah ini mencakup upaya pencegahan agar limbah yang menyebar di lingkungan seminimal mungkin. Secara garis besar minimisasi limbah mencakup dua hal yaitu reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah.
Upaya minimisasi Iimbah dapat diterapkan pada industri pelapisan logam baik dengan jalan reduksi pada sumbernya maupun pemanfaatan kembali limbah. Kegiatan ini bersifat proaktif sehingga yang sangat berperan adalah pihak perusahaan. Pengambilan kembali limbah (recovery) dapat dilakukan dengan bermacam cara tergantung jenis limbah yang ingin diambil.
Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah upaya minimisasi limbah yang mungkin dilakukan pada PT. Arbontek serta recovery logam seng dalam rangka kemungkinan penggunaan kembali. Dengan demikian penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan dalam upaya minimisasi limbah, penghematan penggunaan air, dan kemungkinan pemanfaatan limbah melalui recovery Iogam Zn.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut; 1) penerapan upaya minimisasi limbah dapat mengurangi penggunaan sumberdaya air, 2) recovery logam Zn yang terdapat dalam air Iimbah dapat dilaksanakan dengan teknik presipitasi.
Penelitian recovery logam Zn dengan teknik presipitasi bertahap merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium Preparasi dan Analisis, Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Sampel limbah yang digunakan pada penelitian ini diambil dari bak pembilasan proses pelapisan logam seng PT. Arbontek, Cakung. Analisis parameter utama juga dilakukan pada masing-masing unit proses serta badan air penerima limbah.
Logam seng yang diperoleh pada pengerjaan di atas sebanyak 189,761 mg/L. Jika diasumsikan bahwa proses produksi konstan, maka selama satu bulan akan diperoleh kembali logam seng sebagai ZnO sebanyak 1,77 kg. Upaya recovery ternyata tidak layak secara ekonomis, karena hanya menghasilkan penghematan sebanyak Rp. 38.973,. Dari hasil analisis kualitas efluen diperoleh konsentrasi Zn sebesar 0,539 mg/L, dan ini telah memenuhi baku mutu berdasarkan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tabun 1995 yang menetapkan konsentrasi Zn maksimal sebesar 2 mg/L.
Upaya minimisasi limbah melalui reduksi pada sumbernya yang telah dilakukan . Jika mengacu kepada WHO (1982), ternyata PT Arbontek telah berhasil menghemat pemakaian air sebesar 53,1%. Namun penghematan penggunaan air lainnya masih dapat dilakukan. Upaya penghematan pemakaian air tersebut antara lain melalui penggantian sistem pembilasan dan pemasangan tandon air beserta kran penutupnya. Penghematan lainnya yang mungkin dilakukan adalah, pengurangan volume drag-out untuk menghemat penggunaan bahan kimia, pengurangan volume, serta konsentrasi limbah B3, pemasangan alat pengontrol pH proses agar mengoptimalkan pemakaian NaOH, dan penambahan anoda Zn pada bak pelapisan untuk mengurangi jumlah limbah akibat kegagalan proses.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Secara umum upaya minimisasi limbah pada industri kecil electroplating dapat dilaksanakan, tergantung komitmen perusahaan. Upaya recovery logam Zn juga dapat dilakukan, tetapi harus mempertimbangkan kelayakan ekonomisnya. Upaya pengelolaan limbah belum sepenuhnya dilakukan oleh PT. Arbontek, baik mencakup minimsasi limbah maupun pengolahan limbahnya.
Upaya minimisasi limbah yang telah dilakukan perusahaan adalah penggantian proses pelapisan tanpa sianida. Upaya lain yang masih dapat dilakukan adalah, pengurangan volume drag-ant, penghematan pemakaian air, pengaturan pH proses, dan penambahan anoda Zn pada bak pelapisan.
Upaya minimisasi sumberdaya air masih dapat dilakukan dengan penghematan sebanyak 17,85%.
Upaya recovery logam Zn dengan Cara presipitasi akan diperoleh pH pengendapan efektif untuk logam Fe dan Zn masing-masing 6 dan 10. Upaya recovery on-site akan diperoleh ZnO sebanyak 1,77 kg tiap bulan.

ABSTRACT
The development of industrial sector has not only produce positive effects, but also yield negative ones, namely, damages and declines of the environmental quality. The negative effects are caused by the increase of pollution due to industrial activities.
Electroplating industry is one of a few industries producing hazardous waste (B3). Beside polluting surface water, it also enters into the ground water especially when an increasing amount of water is used.
To overcome the waste effect, various efforts were undertaken. However, all are directed towards treating the effluent that is called "End of Pipe Treatment Principle". This principle has basically not solved the problem, but shifted the pollution from one media to another. For handling its ultimate, a new paradigm in waste management must be applied, that is the Pollution Prevention Principle called "Clean production" or "Waste Minimization". Waste minimization means to prevent the waste which will be released into the environment as low as possible. Generally, it covers two efforts, namely, source reduction and re-use the waste.
The waste minimization activities could be applied in electroplating industry. This concept is carried out in a proactive manner, and the main factor for getting success is the firm. Recovery could be done through several treatments, depending on the material which will be taken out.
This research was carried out in order to look for waste reduction method that could be carried out at PT. Arbontek, as well as, recovery of heavy metal for _ re-use in-site. Therefore, the aims of this research are to investigate the waste minimization efforts that could be applied in the factory, water use minimization, and the recovery of Zn metal using precipitation technique.
According to the information above, the hypothesis of this research are: 1) application of waste minimization technique could minimize the consumption of water, 2) recovery of heavy metal from wastewater could be carried out by precipitation technique based on the pH selectivity of the flock formation.
This experiment research was carried out at Laboratory for Preparation And Analysis, Center for Radioactive Waste Management Technology, National Nuclear Energy Agency (BATAN). Waste sample used in this research was taken out from a plating rinse bath of zinc plating process of PT. Arbontek, Cakung. The analysis of main parameter was done in every unit process and of Cakung Drain River.
The recovery of zinc metal in this research was 189.761 mgIL. If it is assumed that the capacity and production processes are constant, the recovery of zinc metal as ZnO was 1.77 kg per month. The recovery was not feasible because it only saved Rp. 38.973,-. From the analysis of the effluent, it is found that the concentration of Zn was 0.539 mg/L. If it refers to the effluent standard based on SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, the concentration of Zn was still lower than that of the standard, because the maximum concentration allowed was 2 mg/L.
Waste minimization effort through source reduction had been done by changing the plating process with non-cyanide plating bath. If it refers to WHO (1982), PT Arbontek had successfully minimized water used until 53.1%. But there were still a few effort could be done to minimize the water used. Those efforts could minimize water used of 17.85%. Others efforts that could be done are reducing of the drag-out volume in order to minimize raw materials used and hazardous waste concentration, minimizing of water used by changing of rinsing process and equipped with reservoir include the switch off, installing of the pH control process for optimalizing NaOH used, and adding Zn anode at plating bath for reducing of waste caused of the failure process.
Based on the research, it could be concluded as follows:
Generally, waste management efforts could be applied at small electroplating industries, depend on the commitment of the company. The recovery of Zn metal could be carried out, but it must analyze the economic feasibility.
PT. Arbontek did not fully apply the waste management efforts, namely waste minimization and treating the waste.
Waste minimization effort that had been done was changing the plating process with non-cyanide plating bath. Other efforts that could be done are by reducing of the drag-out volume, minimizing of water used, installing of the pH control unit, and adding Zn anode at the plating bath.
Water used minimization that could be done will save 17.85% of water.
The precipitation technique for recovering Zn yielded the effective pH for separation Fe and Zn was 6 and 10, respectively. This technique will produce 1.77 kg ZnO per month.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suria Darma
"Lahan pertanian perlu memperoleh penggantian dan penambahan unsur hara untuk mengganti yang telah terserap dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama dengan unsur hara yang berasal dari pupuk buatan. Demikian pula diperlukan penambahan bahan-bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah dan tersedianya unsur hara mikro. Penambahan bahan-bahan organik ini dapat berupa pemupukan dengan pupuk kandang, pupuk hijau atau sisa-sisa tanaman lainnya.
Kebutuhan akan bahan organik dalam tanah, seyogyanya terus ditingkatkan sejalan dengan makin menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya ikat terhadap air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Mengingat kondisi yang demikian maka kompos sebagai salah satu pupuk alam (organik) akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau.
Limbah pasar merupakan salah satu waste dari proses pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hidupnya. Limbah pasar umumnya mempunyai kandungan bahan organik yang relafif tinggi dan dapat bersifat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Potensi ini perlu dimantaatkan menjadi sumberdaya yang berguna, misalnya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Penelitian pemanfaatan kompos limbah pasar dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RCBD: Randomized Completed Block Design) dengan 6 taraf perlakuan pemberian kompos limbah pasar (K4) ton/ha, K1=10 ton/ha, K2=20 ton/ha, K3=30'ton/ha, K4=40 ton/ha dan K5=50 ton/ha) yang diulang sebanyak 5 kali.
Penelitian telah dilaksanakan mulai dan persiapan pada bulan November 1994 sampai selesai, pada bulan Mei 1995 di Desa Pampang, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir Kotamadya Dati II Samarinda.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah limbah pasar dapat dimanfaatkan, sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan pemanfaatan lahan
2. Mengetahui berapa banyak bahan organik limbah pasar yang diperlukan untuk mencapai produksi tanaman uji optimum/ha lahan
3. Memberikan gambaran sebagai suatu alternatif pilihan untuk pengelolaan limbah perkotaan (khususnya limbah pasar) sebagai sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos limbah pasar adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisis pengomposan limbah pasar menunjukkan bahwa jumlah kandungan hara Nitrogen tersedia adalah 1.21% (terdapat 1.21 g Nitrogen dalam 100 g kompos), Fosfat tersedia adalah 763.98 ppm (terdapat 0.076 g Fosfat tersedia dalam 100 g kompos) dan Kalium tersedia adalah 178.88 ppm (terdapat 0.017 g Kalium tersedia dalam 100 g kompos), serta bahan organic adalah 29.13% (terdapat 29.13 g bahan organik dalam 100 g kompos); lebih baik (banyak) dari jumlah kandungan hara sejenis yang terdapat di dalam tanah tempat penelitian dilaksanakan, yakni kandungan hara Nitrogen tersedia 0.07-0.08% (terdapat 0.07 g - 0.08 g Nitrogen dalam 100 g tanah), Fosfat tersedia 11.70 - 26.10 ppm (terdapat 0.0011 g - 0.0026 g Fosfat tersedia dalam 100 g tanah}, dan Kalium tersedia 101.29-158.40 ppm (terdapat 0.010 g - 0.015 g Kalium tersedia dalam 100 g tanah, serta bahan organik 0.9-1.56% (terdapat 0.9 g - 1.56 g bahan organik dalam 100 g tanah).
2. Perlakuan pemberian kompos limbah pasar menunjukkan beda sangat nyata pada rata-rata tinggi tanaman umur 1, 2 dan 3 bulan; lebar daun umur 1 bulan; panjang tongkol; diameter tongkol; berat biji perpetak, berat biji konversi ton/ha, berat 1 000 biji dan berat biomassa. Menunjukkan beda nyata pada rata-rata umur keluar bunga jantan; umur keluar bunga betina, umur panen, jumlah biji perbaris tetapi tidak untuk pada rata-rata lebar daun umur 2 dan 3 bulan; jumlah baris biji pertongkol tanaman jagung Hibrida CP-2.
3. Setelah perlakuan pemberian kompos limbah pasar meningkatkan produksi biji kering tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda bila dibandingkan terhadap kontrol (tidak diberi kompos) yakni sebagai berikut: K1=5.56% (3.23 ton/ha), K2 = 26.14% (3.86 ton/ha), K3 = 51.63% (4.64 ton/ha), K4 = 43.14% (4.38 ton/ha), Ks = 38.56% (4.24 ton/ha)_ Ada kecenderungan bahwa produksi biji kering tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (30 ton kompos limbah pasar/ha).
4. Dan data produksi biji kering ton/ha, kompos limbah pasar, berpotensi dapat dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan pemanfaatan lahan di daerah Kotamadya Dati II Samarinda terutama untuk produksi tanaman jagung Hibrida CP-2.
5. Banyaknya kompos limbah pasar yang ditebarkan berpengaruh terhadap banyaknya produksi biji kering (economical yield) dan biomassa (biological ,yield).
6. Pemberian kompos limbah pasar berpengaruh positif terhadap produksi tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda.
7. Kompos limbah pasar yang dibuat menghasilkan 29.43% bahan organik (29,43 gr bahan organik dalam 100 g kompos) dan bahan anorganik, dari segi lingkungan akan memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan kemampuan lahan khususnya tanah podzolik merah kuning.
Daftar Kepustakaan : 33 Buku, 24 Artikel (karya ilmiah, jurnal) (1973 - 1995)

The Use of Market Waste Compost to Optimize the Land Utilities (A Case Study at Samarinda District)Land needs nutrients changes and additional nutrients to replace the lost nutrients used in growth and development of plant, mainly by the using of artificial fertilizing_ It also needs additional organic matters to improve the physical, chemical and land biological characteristic of the soil and to make the micro nutrients available. Additional of those organic matters may be in the form of manures, green manure, and other rotten plants.
The needs of organic matters in the soil continues to increase in accordance with land fertility decreasing, the damage of physical characteristic of the soil, low water adsorb capability and the decreased of the availability of organic matters in the soil. Considering those conditions, compost is as considered an important alternative substitute to manure and green manure.
Garbage (market wastes) is one of the waste of people's fulfillment needs process impact. It usually has relatively high organic matters contain and may pollute the environment if it is not wisely managed. So this potential should be used as beneficial resources, to example to increase land productivity.
The research on the garbage compost use to optimize utility was according to RCBD (Randomized Complete Block Design) with 6 dosages level of compost, consisting of (Koh tonnage/ha, K1=10 tonnage/ha, K2=20 tonnage/ha, K3=30 tonnage/ha, K4=40 tonnage/ha and K5=50 tonnage/ha) replicated in 5 replication.
This research was carried out from November 1994 till May 1995 at Pampang Village, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir, Kotamadya Dati II Samarinda.
The purpose of this research:
1. 'lb know whether the market sewage can be used as an organic matter source to optimize the land utility.
2. To know how much compost needed to reach optimum of plant production of the test plants/ha of land.
3. To describe one alternative of the market sewage management in the use of available resources to increase land productivity.
The results of this research are :
1. The analysis of the market sewage compost that the total Nitrogen nutrient content is 1.21 % (1,21 Nitrogen in 100 g of compost), available Phosphate is 763.98 ppm (0.076 g the available Phosphate in 100 g of compost) and available of Potassium is 178.88 ppm (0.017 g the available Potassium in 100 g of compost), and 29.13 % of organic matter (29.13 g organic matter in 100 g of compost), which is higher than similar nutrient content found in the soil of the test plot, where the nutrient content of total Nitrogen is 0.07-0.08% (0.07-0.08 g of total Nitrogen in 100 g of soil), available Phosphate is 11.70-26.10 ppm (.0011-0.0026 g the available Phosphate 100 g of soil), available Potassium is 101.29﷓158.40 ppm (0.010-0.015 g the available Potassium in 100 g of soil), and organic matter is 0.9-1.56% (0.9-1.56 g organic matter in 100 g of soil).
2. The market sewage compost treatment show very significant differences at the plant height average at the age of 1, 2 and 3 months; average leaves width at the age of 1 month plant age; average cob length, average cob diameter, grain weight per-plot, grain weight in tonnage convection tonnage/ha, 1 000 grain weight and Biomass weight. Showing significant difference at the average of tasseling, the average of earring, the average of harvest, the average of grain number of row and the average of biomass weight; but not significant for leave width of the age 2 and 3 months, the average number of grain row per-cob Hybrid corn CP-2.
3. All the market sewage compost treatment increase the dry grain production of the hybrid corn CP-2 (at test plot in the district of Samarinda compare to the controlled plot (no compost treatments) with K1= 5.56 % (3.23 tonnage/ha), 1(2= 26.14 % (3.86 tonnage/ha), K3 = 51.63 % (4.64 tonnage/ha), K4 = 43.14 % (4.38 tonnage/ha), K5 = 38.56 % (4.24 tonnage/ha). There is a tendency of heighest seeds production at K3 treatment (30 ton of market sewage compost/ha).
4. Seen from the dry seeds production data of to/ha, it can be concluded that market sewage compost is potential enough to be used for increasing the land utility as it has been prove in the District of Samarinda particularly for Hybrid Corn CP-2 production.
5, The number of market sewage compost used influences the number of dry seeds production (economical yield) and the biomass weight (biological yield).
6. The use of market sewage compost has positive impact on the production of Hybrid Corn CP-2 as seen in the District of Samarinda.
7. The market waste compost that produced 29.43 % organic matters (29.43 g organic matters in 100 g compost) and anorganic matters, from the environment side, gives significant contribution to optimize the land utilities particularly for the red yellow podsolic.
Total of References : 33 books, 24 articles (Paper, Journal). (1973-1995)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uyi Sulaeman
"Degradasi fotokatalitik menggunakan titanium dioksida merupakan teknologi alternatif baru yang memberikan harapan untuk pengolahan berbagai limbah organik. Penelitian ini melakukan degradasi fotokatalitik fenol dengan menggunakan suspensi TiO2 pada suhu kamar. Percobaan dilakukan untuk menyelidiki pengaruh intensitas cahaya terhadap parameter kinetika Langmuir-Hinselwood dan untuk menyelidiki beberapa senyawa intermediet.
Reaktor fotokatalitik didesain seperti kolam. Reaktor tersebut dilengkapi dengan pompa sirkulasi, pompa air dan aerator. Konsentrasi katalis 2 gIL. Konsentrasi fenol awal 20 mg/1 dalam volume 10 L suspensi disinari dengan lampu UV. Parameter kinetika Langmuir-Hinselwood diselidiki terhadap variasi intensitas permukaan suspensi yang terdiri atas: 1,75; 2,05 and 2,73 mW/cm2. Penurunan senyawa fenol ditentukan tiap jam penyinaran dengan metode spektrofotometri hingga delapan jam penyinaran. Konstanta adsorpsi isoterm pada kondisi gelap juga diselidiki pada reaktor. Senyawa intermediet diselidiki pada intensitas yang tertinggi di permukaan suspensi, 4,35 mW/cm2. Senyawa intermediet ditentukan tiap dua jam penyinaran dengan HPLC hingga sepuluh jam penyinaran.
Parameter kinetika Langmuir-Hinselwood berubah terhadap peningkatan intensitas lampu UV. Konstanta kecepatan kinetika Langmuir Hinselwood adalah 1,09; 1,56; 4,67 p.Mmin' dan konstanta adsorpsi isoterm adalah 3,66 x 10-3; 2,73 x 1 Dom; 1,11 x 10-3 berturut-turut. Nilai dari konstanta adsorpsi isoterm pada kondisi gelap adalah 6,63 x 10-3 µM 1. Konstanta adsorpsi isoterm menurun dengan meningkatnya intensitas cahaya, sedangkan konstanta kecepatan kinetika Langmuir-Hinselwood meningkat. Senyawa intermediet pada degradasi fenol dalam reaktor fotokatalitik dapat diselidiki seperti katekol, hidrokuinon dan asam oksalat.

Photocatalytic Degradation of Phenol and Intermediate Compounds in Waste Destruction Reactor by Using TiO2 SuspensionPhotocatalytic degradation using the semiconductor titanium dioxide is one of the new promising alternative technology for treatment of various organic waste. This study conducted a photocatalytic degradation of phenol by using TiO2 suspension at room temperature. Experiments were conducted to investigate the effect of incident light intensity on the parameter of the Langmuir-Hinselwood kinetic and to investigate some intermediate compounds.
Photocatalytic reactor is designed such as pool. It is equipped with circulation pump, water pump and aerator. Catalyst concentration is 2 gIL. Initial concentration of phenol is 20 mg/L within 10 L volume suspension illuminated by the UV lamp. The parameter of Langmuir-Hinselwood kinetic investigated from the variation of the light intensity on surface suspension in the range of 1,75; 2,05 and 2,73 mwlcm2. The decrease of phenol compound is determined every hour illumination by spectrophotometry method until eight hours illumination. Isoterm adsorption constant in the dark condition is also investigated in the reactor. The intermediate compounds are investigated from the highest intensity on the surface suspension, 4,35 mW/cm2. The intermediate compounds are determined every two hours illumination by HPLC until ten hours illumination.
The parameter of Langmuir-Hinselwood kinetic is changed to the increasing intensity of the UV Lamp. The rate constants of Langmuir-Hinselwood kinetic are 1,09; 1,56; 4,67 p.Mmin-1 and isoterm adsorption constants are 3,66 x 10'3; 2,73 x 10'3; 1,11 x 10'3 µM-1, respectively. The value of the isoterm adsorption constant in the dark condition is 6, 63 x 10-3 µM-1. The isoterm adsorption constant decreases as the light intensity increases, while the rate constant of Langmuir-Hinselwood kinetic increases. The intermediate compounds of phenol degradation in photocatalytic reactor can be investigated such as catechol, hidroquinone and oxalic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T8501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestriati Endrawanto
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada industri makanan dalam upaya mengevaluasi pelaksanaan minimisasi limbah serta menggali potensi kemungkinan penerapannya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pelaksanaan dan mencari alternatif pengelolaan limbah melalui usaha minimisasi limbah terpadu dengan proses maupun di luar proses produksi, serta mengetahui kendala atau kesulitan pihak industri dalam melaksanakan penerapan minimisasi limbah.
Penelitian dilakukan pada empat industri makanan yang status maupun jenis produksinya berbeda yaitu industri susu, industri gula cair, industri makanan ringan, serta industri kembang gula. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara terstruktur, serta data sekunder dari perusahaan yang bersangkutan maupun sumber lain. Analisis dan evaluasi data dilakukan secara diskriptif.
Hasil evaluasi pada keempat industri makanan menunjukkan bahwa kegiatan minimisasi limbah belum terlihat secara nyata dan belum terprogram. Upaya reduksi limbah pada sumber telah dilakukan terhadap pengelolaan bahan baku, sanitasi pabrik, sedikit modifikasi proses maupun alat. Upaya pemanfaatan dilakukan terhadap bahan pengemas, baik bersifat off-site maupun in-site.
Beberapa kendala yang dihadapi antara lain kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya pengelolaan limbah dan kendala teknis administratif.

ABSTRACT
Waste Minimization Study on Food Industries in Jakarta AreaThis study was carried out to evaluate the waste minimization activity and to search the potential application of waste minimization program on food industries. Futhermore, the purpose of research is to study waste management by minimization of waste activity, which is integrated internal process production as well as external; to find out some constraints and problems of application of such program which is faced by those kind of industries.
This research to be conducted on four different status and product of food industries, those are milk products, fructose, snack, and candy. Data collecting was done by field observation, structural questionary, and supported by secondary data. Data evaluation was done by descriptively analysis.
The evaluation result on four industries showed that the waste minimization activities has not been really done and well programed yet. Some effort in reducing on source has been conducted such as on raw material management, factory house keeping and small modification on production process as well as production equipment. Mean while the waste recovery activity has been con-ducted on package materials to be recycling as well as reusing off site or on-site.
Some constraints to be faced by industries so far because employee about environmental, technical, as well as administrative management which is importance thing in an industrial process.
"
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Setyaningsih
"Industri mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah produksi yang mencemari lingkungan. Limbah produksi bisa mencemarkan bahkan merusak lingkungan, baik untuk jangka waktu .yang pendek maupun untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, perlu diusahakan teknik dan cara produksi yang memperkecil bahkan meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses produksi yang menghasilkan produk sampingan. Untuk memudahkan pengendalian pencemaran industri, maka pemusatan industri pada kawasan industri akan sangat membantu.
Air buangan bukanlah merupakan masalah yang baru di masa sekarang ini, tetapi meruapakan masalah yang telah ada sejak dulu. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau tidak menyadari akan pengaruh negatif dari adanya pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri-industri dan perusahaan yang membuang air buangannya ke lingkungan sekitar dengan tidak memperhatikan akibat-akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh air buangan tersebut.
Limbah air yang berasal dari pabrik batik mengandung bahan buangan yang berupa zat warna yang berasal dari proses pencucian kain. Warna merupakan indikator pencemaran air yang sangat mudah terlihat. Pembuangan air limbah berwarna tidak hanya merusak estetika badan air penerima tapi juga meracuni biota air di badan air penerima. Di samping itu adanya warna yang pekat akan menghalangi tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan- biota air akan berkurang. Hal ini akan mengancam-kehidupan makhluk hidup yang ada di badan air tersebut.
Hampir sebagian besar industri batik saat ini membuang air limbahnya langsung ke badan air penerima. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya cara pengolahan limbah yang tepat dan murah dan juga kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan masih rendah.
Dengan adanya relokasi industri batik yang berasal dari pindahan industri batik Karet Setiabudi ke daerah Kompleks Industri Kerajinan batik di desa Pasirbolang Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, maka diperlukan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah. Dengan didapatkannya cara pengolahan yang tepat dan murah, pihak industri di samping merasa tidak dirugikan, juga limbah yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk mendapatkan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah, dilakukan percobaan laboratorium dengan mengambil sampel dari pabrik batik Gabatex di Palmerah. pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisik, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)z.
Dari percobaan yang dilakukan di laboratorium, didapat dosis optimum koagulan FeSO4 = 300 mg/1 dan Ca(OH)2 = 200 mg/l. Untuk nendapatkan pengolahan limbah yang paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah : Koagulasi/flokulasi-sedimentasi, Koagulasi-flotasi, koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi Baja. Dari rangkaian percobaan tersebut, didapat hasil yang paling optimum adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, dengan persen pengurangan warna sebesar 100%.
Untuk mengetahui jenis adsorben yang paling bagus, dilakukan percobaan secara batch terhadap jenis karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi, karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor. Karbon aktif sekam padi dibuat sendiri di laboratorium, sedang jenis karbon aktif yang lain (tanpa merek dagang) didapat dari toko bahan kimia. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan waktu kontak dan konsentrasi dari karbon yang digunakan. Pengurangan warna yang paling besar dicapai dengan menggunakan karbon aktif sekam padi yaitu sebesar 95,16%, sedangkan dengan tempurung kelapa hanya sebesar 75,81%.
Untuk mendapatkan pembangunan unit pengolah limbah yang murah, dilakukan penbandingan antara sistem kelompok dan sistem individu. Dari perhitungan biaya pembuatan pengolahan limbah, didapat biaya yang paling murah, jika industri batik melakukan pengolahan secara berkelompok, yaitu didapat penghematan sebesar 24 juta. Angka ini didapat dari perhitungan total 4 pabrik bila melakukan pengolahan secara individu dan bila ke empat pabrik melakukan pengolahan secara berkelompok. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misri Gozan
"Bioreaktor tipe Continuous Sfrirred Tank Reactor (CSTR) merupakan salah satu jenis reaktor yang banyak digunakan dalam pengolahan limbah cair pada industri-industri-besar maupun kecil. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe reaktor CSTR pengolah limbah cair industri resin sintetik. Prototipe reaktor ini nantinya dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk keperluan perancangan bioreaktor dan optimasi pada industri resin sintetik, namun juga untuk berbagai keperluan seperti pemodelan, perancangan, scaling-up, maupun untuk keperluan pendidikan sebagai alat peraga dalam mata kuliah Perancangan Reaktor atau keperluan riset para mahasiswa maupun staf pengajar.
Di dalam penelitian ini dilakukan perhitungan perancangan bioreaktor beserta kolam pengendapan (settling tank). Sebagai produknya adalah sebuah prototipe bioreaktor lengkap dengan kolam pengendapan, alat pengatur kecepatan pengadukan serta alat kendali suhu. Pengujian prototipe akan dilakukan dengan menggunakan limbah industri resin sintetik yang memiliki BOD 2000 mg/L, Mikroorganisme yang akan digunakan berasal dan penggayaan mikroba (enrichment) dari sekitar lokasi pabrik di kawasan Cimanggis, Bogor. Produk air bersih diharapkan hanya mengandung BOD 5 ma. Lumpur yang terendapkan pada settling tank akan diuji kadar BOD-nya serta kandungan Nitrogen dan Phosphatnya dan diharapkan dapat menjadi pupuk setelah melalui proses stabilisasi. Dengan demikian hal ini memberi nilai tambah bagi produsen resin sintetik sekaligus dorongan untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wilyani
"Pesatnya perkembangan aktivitas perindustrian akhir-akhir ini telah menyebabkan permasalahan Iingkungan, akibat bertambahnya limbah berbahaya yang dihasilkan industri tersebut. Limbah Cr(VI) dan atau fenol serta Hg(Il) merupakan limbah berbahaya yang menjadi permasalahan lingkungan sekarang ini. Masalah lingkungan merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan oleh sebuah industri pengolahan, dikarenakan tuntutan standar baku mutu lingkungan yang harus dipenuhi oleh sebuah industri. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh katalis yang optimal untuk proses pengolahan limbah Cr(Vl), fenol dan Hg(ll) secara fotokatalisis.
Dalam penelitian ini dilakukan preparasi katalis ZnO/TiO2 dengan metode impregnasi, yang digunakan untuk pengolahan limbah Cr(VI) dan Fenol secara terpisah dan simultan serta limbah Hg(Il). Katalis hasii preparasi dikarakterisasi DRS untuk mengetahui pola pergeseran pita absorbansi dan besar energi band gap. Sementara itu karakterisasi XRD dilakukan untuk mengetahui pola difraksi dan struktur kristal anatase dan mtil Serta ZnO dari katalis Ti02 dan ZnO/Ti02. Uji aktivitas katalis dilakukan dengan menggunakan sistern reaktor slurry yang bekeqia secara barch selama 5 jam, kemudian hasilnya dianalisis dengan UV-VIS Spectrophofomerer. Parameter yang divariasikan jumlah loading ZnO dalam katalis TiO2 dan jenis limbah.
Hasil karakterisasi DRS menunjukan penambahan dopan ZnO dari 0,5%-33,5% pada katalis TiO2 dapat meningkatkan pita absorbansi dari 385-420 mm dan menurunkan band gap dari 3,2-2,85 eV. Hasil karakterisasi XRD menunjukan adanya tambahan satu puncak, yaitu puncak ZnO pada katalis yang dipreparasi dengan precursor Zn-Nitrat. Hasil uji aktivitas katalis dalam pengolahan limbah tunggal Cr(Vl) dan Fenol menunjukkan bahwa katalis 0,5% ZnO/TiO2 dari precursor Zn-Nitrat memiliki aktivitas optimal dalam mereduksi Cr(Vi) sebanyak 100% dan oksidasi Fenol sebanyak 97,6%. Sementara untuk limbah simultan katalis 0,5% ZnO/TiO2juga masih memiliki aktivitas yang paling optimal, yaitu jumlah Cr(Vl) yang direduksi 100% dan jumlah Fenol yang berhasil dioksidasi 93,4%. Adapun untuk limbah tunggal Hg(Il), katalis 0,5% ZnO/TiO2 dapat mereduksi Hg(Il) hingga 4,5 ppm setelah 4jam. Adanya senyawa organik fenol dan metanol dalam Iimbah dapat meningkatkan keefektifan reduksi Cr(VI) karena dapat berfungsi sebagai hole scavanger dan donor elektron."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Noorlaela Zakarya
"Industri farmasi adalah salah satu industri yang berpotensi menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Oleh karena itu dirasa perlu untuk menangani limbah yang dihasilkannya dengan cara menghilangkan limbahnya atau mengurangi limbah yang dihasilkannya (minimisasi) menjadi limbah yang tidak beracun sesuai dengan baku mutu yang diperbolehkan oleh pemerintah.
Penelitian dilakukan pada salah satu industri farmasi multinational, yaitu PT Roche Indonesia dengan produk utamanya adalah tablet effervescent yang setiap hari diproduksi. Bahan baku yang digunakan dalam produk ini terutama dari golongan vitamin, mineral, flavour, dan gula. Pada analisis bahan baku digunakan bahan-bahan kimia, sedang analisis produk jadi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia pelarut organik (seperti alkohol, metanol, dan heksan) yang dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.
Rumusan permasalahan yang dapat disusun adalah:
1. Penerapan konsep minimisasi limbah dalam kegiatan industri farmasi formulasi belum optimal.
2. Penerapan konsep minimisasi limbah yaitu, reduksi pada sumbernya, belum optimal dijalankan, sehingga masih dihasilkan limbah berbahaya.
Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan konsep minimisasi limbah yang telah dilakukan oleh PTRI memberikan hasil yang diharapkan, yaitu zero waste
2. Apakah penerapan standar operasi zero defect yang telah dilakukan oleh PTRI telah tercapai, sehingga produk yang dihasilkannya senantiasa berkualitas tinggi
Sedangkan tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah konsep minimisasi limbah telah diterapkan di PT Roche Indonesia
2. Untuk mengetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya minimisasi limbah
3. Untuk mengkaji banyaknya penghematan air yang dapat dilakukan
4. Untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan limbah melalui reuse dan recycle
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Masih banyak limbah yang dihasilkan dalam produksi effervescent, karena belum optimalnya penerapan konsep minimisasi Iimbah
2. Belum optimalnya penerapan konsep minimisasi limbah, baik itu reduksi pada sumber maupun pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan, sehingga konsep zero waste yang menjadi salah satu tujuan perusahaan belum tercapai.
Metode penelitian adalah metode deskriptif melalui survei. Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu neraca bahan, neraca air, kualitas air limbah, dan analisis air cucian. Data sekunder, meliputi pengelolaan bahan, dan kebijakan manajemen dalam minimisasi limbah.
Penelitian dilakukan pada 2 macam tablet effervescent yang meliputi proses pembuatan, neraca bahan, neraca air, pengelolaan limbah dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh industri tersebut di atas dalam rangka penerapan minimisasi limbahnya.
Hasil penelitian yang didapat adalah adanya perbedaan yang nyata untuk jumlah limbah yang dihasilkan pada proses pembuatan kedua tablet tersebut. Tablet effervescent Calcium D-Redoxon (CDR) menghasilkan tablet jelek/rusak sebesar 2,49%, sedangkan tablet effervescent Redoxon menghasilkan tablet jelek/rusak sebesar 1,01%. Limbah debu yang dihasilkan pada proses pembuatan kedua tablet ini adalah 0,29%, dibakar ke dalam incinerator. Sebagai bahan bakarnya, incinerator ini menggunakan alkohol hasil penampungan kembali proses produksi dan pelarut organik bekas analisis di laboratorium, sehingga minimisasi telah dilakukan oleh industri ini.
Limbah debu ini dapat dikurangi dengan melakukan modifikasi bahan baku, dari bahan yang berbentuk fine powder (serbuk halus) menjadi bahan yang berbentuk granul. Dapat juga dilakukan dengan modifikasi proses produksi, yaitu pada proses pengayakan bahan baku, dilakukan secara tertutup sehingga debu tidak berterbangan kemana-mana.
Selain hal tersebut, minimisasi dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari proses produksi, yaitu alkohol yang dipakai pada proses pembuatan tablet tersebut ditampung kembali dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar incinerator.
Minimisasi dengan mengurangi penggunaan air dapat dilakukan pada proses pencucian wadah (drum) penampung tablet siap kemas. Perlu dilakukan validasi apakah wadah-wadah ini dapat dipakai untuk menampung kembali tablet siap kemas dengan jenis yang sama tanpa dilakukan pencucian. Apabila hal ini dapat dilakukan, pengurangan air yang dapat dialkukan adalah 3,6 m3 per hari atau 79,2 m3 per bulan.
Pengurangan pemakaian air dapat pula dilakukan pada proses dan waktu penyiraman tanaman, yaitu penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari, yang mana matahari tidak terlalu panas, dan cara penyiraman yang efisien. Hal ini dapat mengurangi pemakaian air sebesar 300 m3 per bulan. Penyiraman dapat pula dilakukan dengan menggunakan air dari pencucian cooling tower yang dapat menghemat air sebanyak 50 m3 per bulan. Atau dapat juga dengan menggunakan air hasil pengolahan limbah dari water pond.
Selain hal tersebut di atas, penghematan air dapat dilakukan pada air untuk keperluan domestik, yaitu memberikan pelatihan cara menggunakan keran air/shower yang disediakan pada wakatu dipakai mandi. Hal ini dapat mengurangi pemakaian air sebesar 132 m3 per bulan.
Daftar Kepustakaan: 29 (1971-2003)
Waste Minimization in Pharmaceutical Industry: A Case Study In Pt Roche Indonesia Pharmaceutical industry is one of industries that is potential to produce hazardous wastes. It is necessary to handle the waste by eliminating or reducing (minimizing) the waste to become non hazardous waste to fulfill the government regulation.
The research was conducted in a multinational company, PT Roche Indonesia, which almost everyday produce effervescent tablets as the main product. The raw materials to be used in the products are vitamins, minerals, flavor and sugar. The Quality Control uses chemicals to analyze the raw materials and mostly organic solvent for the bulk or finished product analysis that will also give impact on the environment.
Problem observed:
1. The waste minimization concept was not being optimally implemented yet in this pharmaceutical industry formulation (?)
2. The waste minimization concept which is reduction of materials from the source was not optimally implemented and the hazardous waste still being produced.
The aims of this research are:
1. To know what waste minimization concept has implemented
2. To see what can be done to minimize the waste
3. To recite how much water can be reserved
4. To recite the possibility of reuse and recycle of the wastes
The hypothesis of this research is:
1. Still more waste in effervescent production, due to waste minimization concept was not optimally implemented.
2. The waste minimization concept such as reduction from the source or reuse the waste produced was not optimal so the zero waste concept which is one of the company goals was not achieved yet.
This research used descriptive method. Data collected are primary data and secondary data. Primary data were consisting of mass balance, water balance, waste qualities, and wastewater analysis. Secondary data were collected of mass management and management policy in waste minimization.
The collected study is limited on the two effervescent products, Calcium D-Redoxon and Redoxon, includes the production process, material balance and water balance, waste treatment and some efforts made by the company related to the waste minimization.
This study found that there is a significant difference in waste produced between the 2 effervescent products during manufacturing. The Calcium D-Redoxon (CDR) has damaged tablet 2,49% and Redoxon has 1,01% damaged tablets.
Dust waste has 0,29% in production process both of effervescent was combustion by incinerator. Fuel of incinerator was reusing alcohol from production process and chemical solvent from laboratories, so that minimization has done by the industry.
Reduce dust waste can be done with material modification, from fine powder to granular form. Can be done also with process modification of sieving material in closed.
To minimize the usage of water can be done in the cleaning and washing of production equipment, such as containers of bulk tablets before packaged. This practice needs to be validated since the good manufacturing practice for drugs requires the batch integrity, mixed up should be avoided. If it is can be done, reduce the water per month is 79,2 m3.
Reduce the water usage can be done also if the watering of the plant can be done every two days with reduce the water about 300 m per month, or usage water from cooling tower with 50 m3 reduce of water per month.
Number of Reference: 29 (1971-2003)
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>