Peran emosi dalam performa mengemudi mulai mendapat perhatian khusus dalam studi mengenai perilaku mengemudi dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini mengingat bahwa pengalaman emosional, terutama marah, memiliki hubungan dengan perilaku mengemudi berisiko, yang merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan. Melalui pendekatan afek heuristik dan appraisal tendency framework, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara emosi marah (disposisional/trait dan situasional/state) dengan memperhitungkan peran sikap pro risiko sebagai mediator. Disertasi ini terdiri dari dua studi. Studi pertama meggunakan metode survei yang melibatkan 202 pengemudi mobil; studi kedua menggunakan metode eksperimental terhadap 100 pengemudi berusia 19-25 tahun. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa emosi marah, baik dalam perspektif trait maupu state memengaruhi munculnya perilaku mengemudi berisiko. Secara lebih spesifik, pengemudi dengan trait driving anger tinggi dan pengemudi yang merasakan pengalaman emosi marah menunjukkan perilaku mengemudi berisiko yang lebih sering. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa pengaruh state marah terhadap perilaku mengemudi berisiko terjadi secara independen dari peran trait driving anger. Artinya, situasi yang membangkitkan state marah pengemudi mampu meningkatkan munculnya perilaku mengemudi berisiko, terlepas dari tingkat trait driving anger yang dimiliki pengemudi. Analisis mediasi menemukan bahwa hubungan antara emosi marah dan perilaku berisiko tersebut dimediasi oleh sikap positif terhadap risiko. Dengan kata lain, pengemudi yang pemarah ataupun dalam keadaan marah cenderung membentuk sikap yang positif terhadap perilaku mengemudi berisiko, yang pada akhirnya mendorongnya untuk menampilkan perilaku mengemudi berisiko. Temuan-temuan ini berimplikasi pada pentingnya pemahaman dan pengelolaan dampak emosi marah terhadap keselamatan berlalu-lintas. Sejumlah intervensi perlu dikembangkan dalam upaya meminimalisasi dampak negatif dari emosi negatif terhadap performa mengemudi.
The role of emotions in driving performance began to receive special attention in studies of driving behavior in recent years. This is considering that emotional experience, especially anger, has a fairly strong relationship with risky driving behavior, which is one of the main causes of accidents. Utilising heuristic affect and appraisal tendency framework approaches, this study aims to examine the relationship between anger (both dispositional/trait and situational/state) by taking into account the role of pro-risk attitudes as the mediator. This dissertation consists of two studies. The first study used a survey method involving 202 car drivers; the second study used an experimental method for 100 drivers aged 19-25 years. The results of the two studies show that anger, both in the perspective of trait and state, influence the risky driving behavior. More specifically, drivers with high trait driving anger and those who experience anger while driving show risky driving behavior more frequently. The results of this study also show that the influence of state anger on risky driving behavior occurs independently of the role of driving anger trait. That is, situations that elicit the drivers anger state is able to increase the likelihood of risky driving behavior, regardless of the level of drivers trait driving anger. Mediation analysis found that the relationship between anger and risky behavior was mediated by positive attitude towards risk. In other words, drivers high on trait driving anger or those who experience high anger while driving tend to form positive attitudes towards risky driving behaviors, which in turn encourages them to engange risky driving behavior. These findings have implications for the importance of understanding and managing the effects of anger on traffic safety. A number of interventions need to be developed in an effort to minimize the negative impact of negative emotions on driving performance.
"Dalam kendaraan bermotor terdapat sistem yang sangat kompleks, termasuk sistem lubrikasi. Fungsi utama lubrikasi adalah mencegah overheat yang dapat berakibat pada terkuncinya bagian yang bekerja akibat berlebihnya friksi. Minyak pelumas akan mengalami penurunan kualitas selama kendaraan digunakan. Oleh karenanya minyak pelumas disarankan untuk diganti secara berkala. Namun terdapat kebingungan untuk menentukan kapan minyak pelumas harus diganti, jarak yang sudah ditempuh dalam satuan kilometer atau waktu sejak minyak pelumas terakhir diganti dalam satuan bulan. Mengganti minyak pelumas terlalu cepat akan atau telat mengganti minyak pelumas dua-duanya akan berdampak buruk. Sehingga dikembangkan aplikasi android yang dapat melakukan prediksi sisa masa pakai minyak pelumas. Perilaku berkendara yang berbeda-beda pada tiap pengendara juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan masa pakai komponen kendaraan bermotor. Penulis melakukan verifikasi secara laboratoris terhadap prediksi aplikasi. Parameter pengujian laboratorium yang dicari adalah TBN, Viskositas Kinematik pada suhu 40ºC dan 100ºC, serta. Verifikasi dilakukan dengan menghitung MAE dan MSE dari persentase keluaran aplikasi terhadap hasil regresi hasil pengujian laboratorium yang dilanjutkan dengan mencari faktor pengali untuk persentase aplikasi. MAE dan MSE dari persentase keluaran aplikasi pada masing masing perilaku berkendara adalah: eco: 2,39 dan 8,83; normal: 5,78 dan 51,69; sport: 16,24 dan 409,71. Setelah faktor pengali digunakan, MAE dan MSE dari persentase keluaran aplikasi pada masing masing perilaku berkendara turun menjadi: eco: 0,036 dan 0,02; normal: 0,309 dan 0,114; sport: 0,272 dan 0,079.
In motorized vehicles there are very complex systems, including lubrication systems. The main function of lubrication is to prevent overheating which can result in the locking of the working part due to excessive friction. Lubricating oil will experience a decrease in quality during vehicle use. Therefore lubricating oils are advised to be replaced periodically. But there is confusion in determining when the lubricating oil must be replaced, the distance traveled in kilometers or the time since the last lubricating oil was replaced in months. Replacing the lubricating oil too soon will or late to replace the lubricating oil will both have a bad impact. So that an android application is developed that can predict the remaining life of the lubricating oil. Different driving behavior of each driver is also an influential factor in determining the life span of motor vehicle components. The author verifies the application prediction with laboratory test. The laboratory testing parameters sought were TBN, Kinematic Viscosity at temperatures of 40ºC and 100ºC, and Viscosity Index. Verification is done by calculating MAE and MSE from the percentage of application output to the regression results of laboratory test results, followed by finding multipliers for the percentage of applications. MAE and MSE of the percentage of application output on each driving behavior are: eco: 2.39 and 8.83; normal: 5.78 and 51.69; sport: 16.24 and 409.71. After the multiplier is used, MAE and MSE from the percentage of application output in each driving behavior drops to: eco: 0.036 and 0.02; normal: 0.309 and 0.114; sport: 0.272 and 0.079.
"