Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sharon Hanandi
"Pemantauan kepatuhan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan hal yang perlu dilakukan dan ditingkatkan agar dapat menjamin keselamatan pasien. Pemantauan pengelolaan dilakukan pada Kimia Farma mitra kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Aspek yang perlu diperhatikan, antara lain obat-obatan yang membutuhkan perhatian lebih, seperti HAM (High Alert Medication) dan LASA (Look Alike Sound Alike), lemari pendingin, tempat penyimpanan obat, dan telaah obat. Analisis dilakukan dengan melihat jumlah temuan pada masing-masing aspek pada bulan Januari hingga November tahun 2022. Berdasarkan hasil pemantauan, temuan terbesar terdapat pada aspek tempat penyimpanan obat (57%) khususnya pada aspek suhu dan kelembapan dimana suhu harus dijaga pada rentang 15-25℃ dan kelembapan <60% serta penyimpanan obat di lemari pendingin (22%) khususnya pada aspek pemantauan suhu dan pemeliharaan lemari pendingin yang harus dilakukan secara rutin (dipantau setiap hari, minggu, dan bulan) agar dapat menjamin kualitas dan kestabilan obat yang bersifat termolabil.

Management compliance monitoring of pharmaceutical dosage forms, medical devices and medical consumables is something that needs to be done and improved to ensure patient safety. Monitoring is carried out at Kimia Farma, a partner of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Aspects that need attention include drugs that require more attention, such as HAM (High Alert Medication) and LASA (Look Alike Sound Alike), refrigerators, drug storage areas, and drug review. The analysis was carried out by looking at the number of findings in each aspect from January to November 2022. Based on monitoring results, the biggest findings were in the aspect of drug storage (57%), especially in the aspects of temperature and humidity where the temperature must be maintained in the range of 15 - 25 ℃ and humidity <60% also drug storage in refrigerator (22%), especially in terms of temperature monitoring and maintenance of the refrigerator which must be carried out routinely (monitored every day, week and month) in order to guarantee the quality and stability of drugs that are thermolabile."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tianna Dyatama Zarfani
"Saat ini standar pelayanan kefarmasian di apotek ditetapkan dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, yang merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Penelitian ini dilakukan di Apotek Kimia Farma Tigarakas dengan tujuan untuk untuk mengkaji dan melakukan studi literatur mengenai implementasi pengelolaan sediaan farmasi di apotek berdasarkan Permenkes No. 73 tahun 2016, untuk melihat apakah pengelolaan sediaan farmasi yang diterapkan di Apotek Kimia Farma Tigaraksa sudah baik dan sesuai dengan Permenkes No. 73 tahun 2016 mengingat bahwa apotek tersebut baru berdiri selama 2 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observatif, dilakukan dengan fase survei, dilanjutkan fase observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian diperoleh, berdasarkan survei pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan oleh apoteker dibantu TTK. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma Tigaraksa sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 yang meliputi serangkaian kegiatan yang berkesinambungan yaitu perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.

Currently, the standards for pharmaceutical services in pharmacies are determined by Minister of Health Regulation Number 73 of 2016, which is a benchmark used as a guide for pharmaceutical personnel in providing pharmaceutical services. This research was conducted at Kimia Farma Tigaraksa Pharmacy with the aim of reviewing and conducting a literature study regarding the implementation of pharmaceutical preparation management in pharmacies based on Minister of Health Regulation No. 73 of 2016, to see whether the management of pharmaceutical preparations implemented at Kimia Farma Tigaraksa Pharmacy is good and in accordance with Minister of Health Regulation No. 73 of 2016 considering that the pharmacy has only been established for 2 years. This research is an observative descriptive research, carried out with a survey phase, followed by an observation phase and in-depth interviews. The research results were obtained based on a survey of the implementation of management of pharmaceutical preparations, medical equipment and BMHP carried out by pharmacists assisted by TTK. Management of pharmaceutical supplies at Kimia Farma Tigaraksa Pharmacy is in accordance with Minister of Health Regulation no. 73 of 2016 which includes a series of continuous activities, namely planning, procurement, receipt, storage, destruction, recording and reporting."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yoshida
"ABSTRAK
Fungsi penyimpanan dan pendistribusian barang farmasi di RSCM dilakukan oleh Sub Instalasi Perbekalan dan Sub Instalasi Distribusi - Instalasi Farmasi, Sub Instalasi Perbekalan mempunyai gudang perbekalan, dan Sub Instalasi Distribusi, kedua gudang tersebut berdekatan yaitu di lokasi Instalasi Farmasi - bukan di lokasi unit pelayanan.
Gudang perbekalan mengelola seluruh jenis barang farmasi dan gudang distribusi hanya obat, cairan obat dan alat kesehatan. Kedua gudang masing-masing melaksanakan pengelolaan dan stok opname barang. Bagi Sub Instalasi perencanaan, 2 hasil stok opname cukup merepotkan apalagi dengan perbedaan pembagian urusan barang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam pendistribusian barang farmasi. Juga untuk mengetahui fungsi penyimpanan dan pendistribusian dengan sistem pendistribusian barang farmasi yang baik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif - kualitatif yang didukung dengan data sekunder. Wawancara dilakukan dengan 10 responden yang terdiri dari kelompok rekanan, provider, unit pemakai dan penyelia.
Dari basil penelitian diketahui ada 2 model pendistribusian yaitu tanpa melalui gudang distribusi dengan 13 langkah dan pendistribusian yang melalui gudang distribusi dengan 27 langkah. Dari data sekunder juga diketahui pengiriman barang farmasi dari gudang perbekalan ke gudang distribusi tidak dapat dilakukan sekaligus. Adapun frekuensi pengiriman rata-rata perbulan untuk obat 9 kali untuk cairan infus 17 kali dan alat kesehatan 48 kali.
Hasil wawancara menunjukkan adanya persamaan fungsi penyimpanan antara gudang perbekalan dan gudang distribusi, Juga ada persamaan fungsi pendistribusian antara gudang distribusi dan depo farmasi di pelayanan. Semua responden setuju dengan penggabungan antara gudang perbekalan dan gudang distribusi.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa alur pendistribusian yang melalui gudang distribusi ternyata kurang efisien. Untuk itu perlu dilakukan penyederhanaan alur dengan ruang distribusi sebagai alternatif pengganti gudang distribusi. Penyederhanaan alur ini sudah dilaksanakan 3 minggu dan membuat proses lebih efisien. Dengan cara ini ada pemendekan langkah proses dari 27 langkah menjadi 14 langkah.
Daftar bacaan : 27 (1979 - 1995)

ABSTRACT
The Simplication Of The Distribution Flow Through The Mixing Of The Logistical Storages And The Distribution Storages In The Pharmaceutical Installation Of The Cipto Mangun Kusumo Hospital (RSCM).
The storage and distribution functions of the pharmaceutical logistic in the Cipto Mangukusumo Hospital (RSCM) were done by the Logistical Sub Installation and the Distribution Sub Installation - The Pharmaceutical Installation. The Logistical Sub Installation had the logistical storages, and the Distribution Sub Installation had the Distribution storages. The Location of both the Sub Installation were close and located in the Pharmaceutical Installation not in the services unit areas.
The logistical storages managed all the items of The pharmaceutical logistic, only drugs, liquid drugs and medical equipments in the distribution storages. Both of the Sub Installation had managed and done the stock opname. For the Planning Sub Installation, the two stock opnames had made troubles with the differences of logistical administration.
The aims of this research were increasing efficiency in the distribution flow, also, to know about the good functions of storage and distribution.
This research was descriptive qualitative with the secondary data. The interviews were used 10 respondents whom were divided into 4 groups - suppliers, providers, users, and supervisor.
From the results, we knew that there were 2 distribution models. The first model was without the distribution storages (13 steps), and the second was with the distribution storages (27 steps). The second datas showed us that delivery from the logistical storage to the distribution storage could not do in one day. The averages days of delivery frequency for month were 9 days for drugs, 17 days for infuse, and 48 days for medical equipments.
The interviews showed that there was the same storage function between the logistical storage and the distribution storage. Also, there was the same distribution function between the distribution storage and the pharmaceutical satelits/depos in area services. All the respondents agreed to mix between the logistical and distribution storage.
The summary, the distribution flow through the distribution storage was inefficient. It was needed to make the simplication, with the changing the distribution storages into the distribution room. This new flow had been applied for 3 weeks and it made more efficient. With this flow, the process could be shorted from 27 steps into 14 steps.
Referencies : 27 (1979 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mardiyati Yuliningsih
"Pengelolaan obat/alat kesehatan di Rumah Sakit merupakan segi manajemen yang penting dan perlu dikelola dengan baik guna menjamin kelancaran pelayanan pasien. Obat/alat kesehatan persediaan ruangan adalah obat/alat kesehatan yang vital dan esensial yang diperlukan oleh ruangan untuk tindakan pelayanan dan harus tersedia setiap saat diperlukan. Ketidak tersediaan obat/alkes keperluan ruangan sangat berpengaruh pada kinerja pelayanan dan berakibat hilangnya pendapatan Rumah Sakit. Kebijakan pelayanan obat/alkes persediaan ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dilaksanakan oleh Unit Farmasi dan diatur kebijakan pemakaiannya dengan standarisasi kebutuhan oleh Panitia Farmasi dan Terapi. Ketersediaan obat/alkes di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita sangat tergantung pada sistem pengelolaan yang telah ditetapkan sesuai ketentuan Dep Kes RI.
Dalam tahun 2001, ketidaktersediaan obat/alkes persediaan ruangan frekwensinya mencapai rata-rata ± 22,5 % dan mencakup ± 8,5 % dari jumlah item yang diperlukan setiap bulan, sehingga sangat mengganggu pelayanan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran tentang ketidaktersediaan obat/alkes dan mengetahui masalah-masalah yang timbul didalamnya.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan study kasus dengan metode kwalitatif karena menghasilkan data dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Penelitian dilakukan secara retrospektif untuk memperoleh data sekundcr dan prospektif untuk memperoleh data primer, melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung. Sebagai unit analisa adalah Unit Farmasi dan unit lain atau kepanitiaan yang terkait dengan sistem pengelolaan obat/alkes.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa ketidaktersediaan obat/alkes persediaan ruangan tergantung pada sistem pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur manajemen yaitu kebijakan pelayanan, organisasi, SDM, sarana/prasarana, metode dan sistem informasi, serta aspek logistik yang meliputi proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengawasan/pengendalian.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan obat/alkes persediaan ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, namun pada pelaksanaannya masih banyak terjadi kendala antara lain, kebijakan pcmakaian Formularium dan standart kebutuhan ruangan tidak pernah dimonitor sccara berkala oleh Panitia Farmasi dan Terapi. Sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan sudah tersedia cukup dan dilengkapi Sistim Informasi Manajemen, namun SIM yang ada kurang bermanfaat karena tidak didukung dengan sumber daya manusia yang memadai. Dari segi aspek logistik dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan belum dilaksanakan dengan optimal. Dalam proses penganggaran belum ada koordinasi yang baik sehingga masih terjadi kesenjangan antara usulan dengan alokasi anggaran yang tersedia. Proses pengadaan melalui Keppres memakan waktu cukup lama yaitu ± 2 Bulan. Proses penerimaan sudah berjalan cukup baik, namun karena proses pengadaan lama menyebabkan waktu penerimaan dilaksanakan sebelum SPK/Kontrak terbit sehingga mempengaruhi administrasi penyimpanan. Proses penyimpanan barang farmasi di gudang sentral dan terminal sudah berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Pada proses pendistribusian sudah ada jadwal kegiatan pelayanan namun belum ditaati sepenuhnya oleh unit pelayanan schingga masih banyak pernyataan diluar jadwal yang telah ditetapkan. Pola proses pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian oleh Unit Farmasi, akan tetapi pengendalian pemakaian obat/alkes diruangan belum berjalan karena tidak tersedia tenaga khusus.

Analysis of Management System of Drugs / Medical Equipment Floor Stock in Wards in Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan KitaManagement of drugs / medical equipment in hospital is an important management side and need to be well managed to ensure the smoothness of patient services. Drugs / medical equipment's available in wards are those that are vital and essential and must be available anytime needed. The unavailability of drugs / medical equipment much influence for the services given and may cause loss of hospital income. Service policy of drugs / medical equipment availability in wards of Rumah Sakit Anak dan Bcrsalin Harapan Kita is carried out by Pharmacy unit and the use policy is managed by standardization of need by Pharmacy and Therapy committee. The availability of drugs / medical equipment in Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita is much depends on management system issues in line with Indonesian Department of health. In 2001, the unavailability of drugs / medical equipment in wards reaches approx. 25 % in frequency and covered 8,5 % from the number item needed in a month and this is much disturb the services.
This study is carried out to know the picture of the unavailability of drugs / medical equipment as well as the problems raised. Method used in this study is case study with qualitative method for the results descriptive data i.e. written words or verbal from the behavior observed. The study is conducted retrospectively to gain secular data and prospectively to gain primary data through deep interview and direct observation. As analytical unit is Pharmacy unit and other committee involved.
Result of the study depicts that the unavailability of drugs / medical equipment in wards is much influenced by managerial aspects i.e., service policy, organization, tools, method & information system and logistic aspects that cover planning process, purchasing, acceptance, storage, distribution and control.
This study summarized that management system of drugs / medical equipment in wards in Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita is in line with regulation issued by Indonesian Health Department but in field there are still many handicaps among others are; policy of usage, Formularies and standard need of wards never been monitored periodically by pharmacy and therapy committee. Tools and means to conduct such activity existed enough already and completed with Management Information System however MIS is not functioning well because of inadequate human resources. From logistic point of view resumed that planning process has not been carried out optimally. In budgeting process, good coordination has not been established since there is lack between proposal and allocation of fund available. The processes of allocation through Kepres takes long time enough approx. 2 moths. The receiving process is good but because the former process takes time, the receiving process is conducted before SPK / Contract issued therefore influencing storage administration. Storage process in Central or terminal is running on schedule. In distribution process schedule of activity exist but is not followed by service unit and this causes proposal beyond schedule. In controlling process the handicap lies on wards, lack of dedicated person to handle it."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Pengelolaan terhadap bahan medis habis pakai (BMHP) sangat penting untuk diperhatikan karena dalam menunjang fasilitas pelayanan terhadap pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker perlu memahami berbagai macam BMHP beserta fungsi dan tingkat pemakaiannya. Namun, minimnya pengenalan calon apoteker dan paparan pengetahuan secara formal mengenai BMHP dapat menyulitkan calon apoteker dalam memahami dan mengelola BMHP sedangkan hal tersebut merupakan tanggung jawab apoteker, khususnya di RSUI dengan kapasitas pasien rawat inap yang relatif tinggi, tentu akan menggunakan banyak BMHP dan perlu dikelola dengan tepat. Oleh karena itu, penulis berminat untuk menelaah penggunaan kelompok BMHP umum dan set urin. Tujuan penulisan ini adalah mengenal berbagai macam BMHP umum dan set urin serta menganalisis laju pergerakan BMHP tersebut di Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Desember 2022 – Januari 2023. Metode yang digunakan adalah observasi langsung, studi literatur dan menghitung penggunaan BMHP oleh pasien selama dua bulan terakhir. Hasil menunjukkan bahwa BMHP umum yang paling tinggi penggunaannya adalah Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL dan BMHP set urin yang banyak digunakan adalah Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Kondom Kateter M, Nelaton Catheter. Dapat disimpulkan bahwa berbagai macam BMHP umum dan set urin tersebut harus dijaga persediaannya dan BMHP yang termasuk kategori slow moving dapat direalokasikan ke depo lain yang lebih membutuhkan.

Management of consumable medical materials (BMHP) is important because it supports service facilities and improves the quality of life of patients. Pharmacists need to understand the various types of BMHP, as well as their functions and usage levels. However, the lack of knowledge and formal exposure about BMHP can make it difficult for future pharmacists to manage BMHP, meanwhile, this is the responsibility of the pharmacist, especially in RSUI with a relatively high capacity of inpatients, so a lot of BMHP need to be managed appropriately. Therefore, the author is interested in reviewing the use of general BMHP and urine sets. This paper aims to recognize various types of general BMHP and urine sets and to analyze the rate of movement of these BMHP at the Inpatient Pharmacy at the Universitas Indonesia Hospital in December 2022 – January 2023. The methods were direct observation, literature study, and calculating the use of BMHP for the last two months. The results showed that the most used BMHP was Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL and BMHP urine sets were Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Condom Catheter M, Nelaton Catheter. In conclusion, general BMHP and urine sets must be kept in stock and BMHP in the slow-moving category can be reallocated to other depots that are more in need."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elesenda May Gita
"Apoteker dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek wajib mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016, yaitu salah satunya standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP). Hal tersebut dilakukan agar menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau sehingga masyarakat terlindungi dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan/atau kemanfaatan. Oleh karena itu, calon Apoteker harus memahami dan memiliki keterampilan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek melalui analisis pengelolaan tersebut dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Galaxy. Pelaksanaan analisis dilakukan dengan metode bimbingan dalam beberapa tahap, yaitu orientasi, observasi, diskusi, simulasi, kerja mandiri, dan hasil pengamatan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016. Hasil yang diperoleh adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Apotek Roxy Galaxy mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, dan pencatatan dan pelaporan. Kegiatan pengelolaan tersebut menggunakan sistem informasi apotek yang terintegrasi secara terpusat dan telah banyak mengikuti ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Pharmacist in providing pharmaceutical care at pharmacy is required to comply with standard of pharmaceutical care that stated in the Minister of Health Regulation Number 73 year of 2016, one of which is standard of management for pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials. Management activity is done for ensure the pharmaceutical supplies are safe, had a standard, useful, and affordable that leads the public to be protected from the hazard due to the pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials which non compliance of the standard regulation. Therefore, the undergraduate pharmacist should have understand and have skills to manage pharmaceutical supplies at the pharmacy in the way of analyzing the management activity at pharmacy by Internship of Pharmacist Study Program at Apotek Roxy Galaxy. The analysis was carried out with the mentoring method by preceptor at Apotek Roxy Galaxy in several stages, namely orientation, observation, discussion, simulation, independent work. After that, result is compared to the Minister of Health Regulation Number 73 year of 2016. The results obtained is the management activities of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials at Apotek Roxy Galaxy are planning, procuring, receiving, storing, destroying, controlling, and recording and reporting. These management activities use a pharmacy information system that is centrally integrated and has followed the provisions of the laws and regulations"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 348 bertujuan untuk memahami tugas pokok dan tanggung jawab apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek, memberikan kesempatan calon apoteker untuk dapat beradaptasi secara langsung praktik di dunia kerja, serta memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Kimia Farma No. 348. Tugas khusus dalam PKPA ini berjudul Customer Satisfaction sebagai Penerapan Customer Relationship Management di Apotek Kimia Farma No. 348.

ABSTRAK
Pharmacist Profession Internship Program (PKPA) at Apotek Kimia Farma No. 348 aims to understand the main duties, functions and role of pharmacists as pharmacy manager (APA) in pharmacies and to provide an opportunity for prospective pharmacists to adapt directly to the actual working environment of pharmacy in Pharmacy and understand the management and administration systems in Apotek Kimia Farma No. 348. Given special assignments titled Customer Satisfaction as Application of Customer Relationship Management in Apotek Kimia Farma No. 348."
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Innes Apriliani Dewi
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No 143 Depok bertujuan untuk memahami tugas pokok, fungsi dan peran manajer apoteker farmasi (APA) di apotek, selain itu juga memberikan kesempatan bagi calon apoteker untuk beradaptasi langsung dengan lingkungan kerja yang sebenarnya dan memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Kimia Farma No 143 Depok. Tugas khusus yang diberikan berjudul Kajian Pelayanan Swamedikasi di Apotek Kimia Farma 143 Depok. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui bagaimana apoteker memberikan perawatan swamedikasi kepada pasien dan prosedur apa yang diberikan oleh apoteker kepada pasien swamedikasi.

Pharmacists Professional Practice at Apotek Kimia Farma No 143 Depok aims to understand the main duties, functions and role of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and to provide an opportunity for prospective pharmacists to adapt directly to the actual working environment of pharmacy in Pharmacy and understand the management and administration systems in Apotek Kimia Farma No 143 Depok. Given special assignments titled Swamedication Care Study at Apotek Kimia Farma 143 Depok. The purpose of this special task is to know how the Pharmacist give swamedication care to the patient and what procedure that given by pharmacist to the swamedication patient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Arum Sari
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 366 bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker dan memahami kegiatan di apotek, baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Resep Hipertensi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis resep antihipertensi secara administratif, farmasetik, dan pertimbangan klinik. Hal ini dilakukan agar seorang apoteker dapat mencegah kemungkinan terjadinya DRP (Drug Related Problem) dan reaksi obat yang tidak diinginkan akibat pemberian obat-obatan antihipertensi.

ABSTRAK
Pharmacists Internship Program at Apotek Kimia Farma No. 366 aims to understand the duties and functions of pharmacists and to understand the activities in both technical and non-technical pharmacy. The special assignment that is given is entitled Analysis of Antihipertension prescribing. The purpose of this special assignment is to analyze antihypertensive prescribing administrative , pharmaceutical , and clinical considerations. This assigment aims to pharmacist so they can prevent the possibility of DRP (Drug Related Problem) and unwanted drug reactions due to the administration of antihypertensive drugs."
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Solihati
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 143 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku; serta memiliki wawasan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di apotek. Sedangkan tugas khusus yang berjudul ?Kegiatan Pendampingan Upaya Pengobatan Diri Sendiri pada Pasien di Apotek Kimia Farma No. 143 Depok? bertujuan untuk menerapkan kegiatan pendampingan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) atau swamedikasi secara langsung kepada pasien di Apotek Kimia Farma No. 143 pada bulan Februari 2016.

Apothecary Professional Internship at Kimia Farma 143 Drugstore aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in the drugstore management and to practice pharmacy services in accordance with the provisions of law and ethics; to have knowledge, skills and experience to carry out the practice of pharmacy in the drugstore. Meanwhile sub duties entitled "Mentoring Attempt Self-medication by Patients at Kimia Farma 143 Drugstore Depok?. Sub duties aims to implement a mentoring effort self-medication directly or swamedication to the patient in Kimia Farma 143 drugstore on February 2016.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>