Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alldila Hendy Prihanda Suryaningprang
"Latar belakang: Kanker kolorektal termasuk masalah yang cukup besar sebagai penyebab kematian kedua dari keseluruhan keganasan dalam skala global. Banyak faktor yang memengaruhi mortalitas pada pasien kanker kolorektal terutama pascapembedahan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien kanker kolorektal resektabel pascapembedahan dan menyusun sistem skor prognosis yang mampu memprediksi mortalitas pada pasien tersebut.
Metode: Penelitian kohort retrospektif ini melibatkan pasien kanker kolorektal di RS Ciptomangunkusumo, Indonesia, dari Januari 2016-April 2020 yang terdiagnosis kanker kolorektal resektabel. Data-data dikumpulkan dari penelusuran rekam medis, laporan operasi, laporan histopatologi, dan laporan hasil laboratorium. Mortalitas dinilai pada tiga tahun setelah dilakukan pembedahan secara kuratif.
Hasil: 214 pasien kanker kolorektal resektabel diikutkan dalam penelitian. Ukuran tumor ≥5 cm, staging T3/T4, tidak mendapatkannya kemoterapi adjuvan, tidak tercapainya free circumferensial margin, dan kadar CEA > 11,4 ng/mL memiliki hubungan bermakna dengan peningkatan mortalitas tiga tahun. Sistem skor prognosis mortalitas tiga tahun yang dibuat mampu memprediksi terjadinya luaran dengan sensitifitas 91,3% dan spesifisitas 67,6%.
Kesimpulan: Sistem skor prognosis yang terdiri dari lima variabel secara signifikan mampu memprediksi angka mortalitas tiga tahun dengan luaran sensitifitas yang tinggi

Background: Colorectal cancer is a major issue as the second leading cause of death among all malignancies on a global scale. Various factors influence mortality in colorectal cancer patients, especially after surgery. This study aims to identify factors affecting mortality in resectable colorectal cancer patients after surgery and to develop a prognostic scoring system capable of predicting mortality in these patients.
Methods: This retrospective cohort study involved colorectal cancer patients at Ciptomangunkusumo Hospital, Indonesia, from January 2016-April 2020 diagnosed with resectable colorectal cancer. Data were collected from medical records, operation reports, histopathology reports, and laboratory test results. Mortality was assessed three years after curative surgery.
Results: A total of 214 resectable colorectal cancer patients were included in the study. Tumor size ≥ 5 cm, T3/T4 staging, absence of adjuvant chemotherapy, unachieved free circumferential margin, and CEA levels > 11.4 ng/mL were significantly associated with increased three-year mortality. The constructed three-year mortality prognostic scoring system was able to predict outcomes with a sensitivity of 91.3% and a specificity of 67.6%.
Conclusion: The prognostic scoring system, consisting of five variables, is significantly capable of predicting three-year mortality rates with high sensitivity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail Prasetyaningtyas
"Latar Belakang : Palliative prognostic index (PPI) adalah skor prognostik yang umum digunakan di unit perawatan paliatif. PPI mencakup lima variabel klinis yang didasari oleh penelitian Morita dkk pada tahun 1999, untuk menilai kesintasan kurang dari 3 minggu, 3 - 6 minggu atau lebih dari 6 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi skor PPI pada pasien kanker stadium lanjut yang dikonsulkan ke tim paliatif di RSCM.
Tujuan : Menilai performa model skor PPI dalam memprediksi kesintasan pasien stadium lanjut di RSCM.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif yang dilakukan di rumah sakit tersier terhadap pasien kanker stadium lanjut yang dikonsulkan ke tim paliatif pada Juli 2017 sampai Desember 2018S. Performa kalibrasi skor PPI dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow dan plot kalibrasi. Untuk menilai akurasi prediktif skor PPI, sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV dan akurasi setiap grup skor PPI dihitung. Diskriminasi dinilai dengan area under the reciever operating characteristic curve (AUC).
Hasil Penelitian : Sebanyak 160 pasien dengan rentang usia 20–83 tahun masuk dalam penelitian ini. Performa kalibrasi skor PPI berdasarkan uji Hosmer menunjukan nilai P=0,259. Akurasi skor PPI dalam memprediksi kesintasan pasien kanker stadium lanjut penelitian untuk kesintasan < 3 minggu 81% , dengan sensitivitas 85%, spesifisitas 70%, PPV 86%, dan NPV 67%. Akurasi untuk prediksi kesintasan 3-6 minggu 76%, sensitivitas 66%, spesifisitas 88%, PPV 85% dan NPV 70%. Performa diskriminasi skor PPI ditunjukkan dengan nilai AUC sebesar 0,822 (IK95% 0,749-0,895).
Simpulan : Skor Palliative Prognostic Index memiliki performa akurasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi kesintasan pasien kanker stadium lanjut dalam perawatan paliatif di RSCM.

Background : Palliative prognostic index (PPI) is a prognostic score that is commonly used in palliative care units. PPI includes five clinical variables based on the study of Morita et al in 1999, to assess survival in less than 3 weeks, 3-6 weeks or more than 6 weeks. This study aims to validate PPI scores in advanced cancer patients who are consulted to the palliative team at our hospital.
Objective : To assess the performance of the PPI score model in predicting survival in advanced cancerpatients at Cipto Mangunkusumo General Hospital.
Methods : This research is a retrospective cohort study conducted in a tertiary hospital of advanced cancer patients who were consulted to the palliative team from July 2017 to December 2018S. PPI score calibration performance was assessed with the Hosmer-Lemeshow test and calibration plot. To assess the predictive accuracy of PPI scores, sensitivity, specificity, PPV, NPV and accuracy of each PPI score group are calculated. Discrimination is assessed with area under the reciever operating characteristic curve (AUC).
Results : Total of 160 patients with an age range of 20-83 years participated in this study. PPI score calibration performance based on the Hosmer Lemeshow test in patients with advanced cancer showed a P value of 0.259. The accuracy of PPI scores in predicting survival in advanced cancer patients in studies for survival <3 weeks 81%, with a sensitivity of 85%, specificity 70%, PPV 86%, and NPV 67%. Accuracy for prediction of survival 3-6 weeks 76%, sensitivity 66%, specificity 88%, PPV 85% and NPV 70%. PPI score discrimination performance is shown with AUC value of 0.822 (IK95% 0.749-0.895).
Conclusion : Palliative Prognostic Index scores have good accuracy and discrimination in predicting the survival of advanced cancer patients in palliative care at RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Afriani
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).

ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Noerjani Angka
"Pasien kanker kolorektal (KKR) dengan stadium yang sama dapat mengalami hasil luaran berbeda, yang disebabkan berbagai faktor antara lain faktor imunitas pasien (sel T-CD3 dan CD8) dan lingkungan mikrotumor (tumor budding). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan densitas sel T-CD3 dan CD8, status MMR, TB dengan gambaran klinikopatologi (usia, jenis kelamin, diferensiasi, lokasi, kedalaman invasi tumor, penyebaran kelenjar getah bening), metastasis dan kesintasan KKR. Penelitian observasional, kohort, retrospektif selama 36 bulan, menggunakan 68 blok parafin kasus KKR yang menjalani pengangkatan tumor sebagai pengobatan pertama. Pemeriksaan imunohistokimia digunakan untuk menentukan densitas sel T-CD3, CD8, MLH1, MSH6 dan TB. Pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan, rerata usia 56,2 tahun. TB dengan kedalaman invasi tumor (pT), penyebaran kelenjar getah bening dan metastasis ditemukan hubungan bermakna. Selain itu ditemukan hubungan bermakna usia dengan status MMR, metastasis dengan TB, kesintasan dengan pT dan kesintasan dengan metastasis. Densitas sel T-CD8 dan metastasis dapat digunakan sebagai faktor prognostik kesintasan pasien KKR. Densitas sel T-CD8 tinggi dan metastasis organ dapat dipakai sebagai faktor prognosis kesintasan pada pasien KKR. TB tinggi sesuai dengan kedalaman invasi tumor, penyebaran kelenjar getah bening dan metastasis organ. Status MMR tidak berhubungan dengan gambaran klinikopatologi tapi dapat digunakan untuk menentukan jenis pengobatan.

Colorectal cancer (CRC) patients with the same stage produce different outcomes, which are caused by various factors including patient immunity factors (CD3 and CD8-T cells) and the microenvironment tumor (tumor budding). The purpose of this study was to analyze the relationship between CD3 and T-CD8 cell density, MMR status, TB with clinicopathological features, metastasis and CRC survival. This study is observational, cohort, 36 months retrospective on 68 Formalin-Fixed Paraffin-Embedded (FFPE) of CRC, who underwent tumor removal as the first treatment. Immunohistochemical examination was used to determine T-CD3 cells, CD8, MLH1, MSH6 and TB. There were more male patients than female patients, the average age was 56.2 years.TB with the depth of tumor invasion (pT), lymph node and metastasis were significantly related. There was a significant relationship between age and MMR status, metastasis with TB, survival with pT and survival with metastasis. T-CD8 cell density and metastasis used as prognostic factors for survival of CRC patients. High CD8 T-cell density and metastasis used as prognostic factors for survival in CRC patients. High TB in accordance with the depth of tumor invasion, lymph node and metastasis. MMR status is not related to clinicopathological features but used to determine the appropriate treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nindy Jayatri
"Latar Belakang. Pasien kanker usia lanjut dapat memiliki luaran yang buruk akibat intoleransi terhadap terapi standar, hingga mortalitas, terutama pada stadium lanjut (III dan IV). Memprediksi mortalitas merupakan hal yang penting dalam menentukan pemberian terapi. Hingga saat ini ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) masih digunakan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Geriatric 8 (G8) merupakan salah satu instrumen penapis yang dikembangkan untuk memprediksi frailty. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa G8 dapat memprediksi mortalitas.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai performa ECOG dan G8 dalam memprediksi mortalitas 6 bulan pada pasien usia lanjut dengan kanker stadium III dan IV.
Metode. Metode penelitian ini adalah kohort retrospektif, menggunakan data rekam medis pasien berusia > 60 tahun dengan kanker stadium III dan IV yang belum atau sudah menjalani terapi kanker, di Poliklinik Hematologi Onkologi Medik RSCM sejak Oktober 2019-Maret 2021. Peneliti menilai ECOG dan G8, serta melakukan follow-up dalam 6 bulan untuk mengetahui luaran subjek berupa meninggal atau tidak. Peneliti menganalisis uji kalibrasi dengan Hosmer-Lemeshow dan uji diskriminasi dengan Area Under the Curve (AUC).
Hasil. Peneliti mendapatkan 230 subjek. Proporsi mortalitas dalam 6 bulan adalah 40,9%, dengan kanker terbanyak adalah kanker kepala dan leher (11,3%). ECOG memiliki performa kalibrasi yang baik (p = 0,085), dan performa diskriminasi yang baik (AUC 0,705; IK95% 0,570 - 0,841), sensitivitas 70,2%, dan nilai prediksi negatif (NPN) 49,3%. Performa kalibrasi skor G8 menunjukkan hasil yang juga baik (p = 0,687), dan performa diskriminasi yang baik (AUC 0,777; IK95% 0,683 - 0,872), sensitivitas 89,4% dan NPN 76%.
Kesimpulan. Skor G8 memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang lebih baik untuk memprediksi mortalitas 6 bulan pada pasien usia lanjut dengan kanker stadium III dan IV.

Background: Elderly cancer patients can have a poor outcome due to intolerance to standard therapy, up to mortality, especially in advanced stages (III and IV). Predicting mortality is important to determine treatment. ECOG is still being used at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM). G8 is one of the screening instruments developed to predict frailty. However, several studies have shown that the G8 can predict mortality.
Aim. To assess the performance of ECOG and G8 in predicting six months mortality in elderly cancer patients with stage III and IV.
Methods: In this study, a retrospective cohort design was used using medical records of patients aged > 60 years old with stage III and IV cancer who had not or had undergone cancer therapy at the Medical Oncology Hematologic Polyclinic of RSCM since October 2019-March 2021. Collected data were analyzed using the Hosmer-Lemeshow test for the calibration performance and the Area Under the Curve (AUC) test for the discrimination performance in predicting mortality.
Results. Among 230 subjects, mortality in 6 months was 40.9%, with the most common types of cancer was head and neck cancer (11.3%). ECOG had good calibration (p = 0.085), and good discrimination performance (AUC 0.705; 95% CI 0.570 - 0.841). G8 also had good calibration (p = 0.687), and good discrimination performance (AUC 0.777; 95% CI 0.683 - 0.872). G8 had higher sensitivity and negative predictive value than ECOG (89,4% vs 70,2%; 76% vs 49,3%).
Conclusion. G8 has better calibration and discrimination performance for predicting six months mortality in elderly cancer patients with stages III and IV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Meitri A. R. P.
"Latar belakang: Angka kematian akibat kanker ovarium mencapai 54%. Hal ini dikarenakan sebagian besar kasus kanker ovarium datang pada stadium lanjut dan membutuhkan kualitas pembedahan prima untuk mencapai sitoreduksi optimal. Prediksi luaran operasi menjadi penting sebagai bahan pertimbangan antara benefit operasi dan morbiditas perioperatifnya. Salah satu model yang memprediksi luaran operasi dikembangkan oleh Suidan dkk. Skor prediksi ini melibatkan berbagai senter ginekologi onkologi, dilakukan secara prospektif dengan akurasi 75.8%. Untuk itu, dibutuhkan validasi terhadap model prediksi ini.
Tujuan: Menilai sensitivitas dan spesifisitas skor prediksi luaran operasi yang dikembangkan oleh Suidan dkk. pada pasien-pasien dengan kanker ovarium stadium III dan IV dengan cut-off point 9 dan beberapa cut-off point lainnya.
Metode: Penelitian observasional non-eksperimental dilakukan secara kohort (prospektif Januari 2018 - Mei 2019 dan retrospektif Januari 2015 - Desember 2017) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta-Indonesia. Subjek penelitian adalah pasien-pasien dengan kanker ovarium stadium lanjut (stadium FIGO III dan IV) yang dilakukan operasi debulking primer. Validasi eksternal dilakukan pada skor Suidan yang menggunakan 3 parameter klinis dan 8 parameter hasil CT-Scan. Selain itu, 3 kriteria klinis dan 5 gambaran CT-Scan/MRI yang juga dicatat sebagai data tambahan.
Hasil: Diperoleh 57 subjek, terdiri dari 28 operasi suboptimal dan 29 operasi optimal. Skor dengan cut-off point 7 memiliki nilai sensitivitas 60,71% dan spresifisitas 75,68% (OR 4,86; 95% CI 1,55-15,18) dan akurasi 68,42%. Cut-off point ini lebih baik dibandingkan cut-off point 9 pada penelitian aslinya (sensitivitas 53,56% dan spresifisitas 75,68% dan akurasi 64.91%). Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat dikembangkan skor lokal menggunakan beberapa parameter; kadar albumin darah < 3,5 g/dL (skor 2), gambaran massa pada porta hepatis atau kantung empedu (skor 1), lesi pada subkapsular hepar atau intraparenkim hepar (skor 4), dan omental cake yang luas (skor 4). Hasil signifikan tampak pada analisis mean skor yang lebih tinggi pada operasi suboptimal (7,61 ± 3,19) dan nilai akurasi 86%. Pada cut-off point 7, sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan adalah 85,71% dan 72,22% dengan akurasi 77,19%.
Simpulan: Skor Suidan dkk. belum dapat diterapkan di RSCM karena sensitivitas dan spesifisitas yang relatif rendah. Skor lokal dengan cut-off point 7 pada penelitian ini dapat dikembangkan untuk penggunaannya lebih lanjut.

Background: Optimal cytoreduction operation and chemotherapy are the cornerstone management of advanced stage ovarian cancer. The mortality of ovarian cancer is as high as 54%. Ovarian cancer is mostly present at late stage and in need of excellent cytoreductive surgery if not extensive surgery to reach optimal debulking. Prediction of cytoreduction outcome is necessary to be incorporated in advanced ovarian cancer management to aim for optimal cytoreduction with minimal morbidity. One of the predictive models established by Suidan et. al. (multicenter prospective trial with accuracy 75.8%) could act as an alternative non-invasive model and should be validated.
Objectives: To determine sensitivity and specificity score developed by Suidan et.al. on patients with stage III and IV ovarian cancer.
Methods: Observation non-experimental study was conducted (prospectively January 2018 – May 2019 and restrospectively January 2015 – December 2017) at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta-Indonesia after ethical clearance. Subjects are patients with ovarian cancer FIGO stage III and IV who underwent primary debulking surgery. External validation was performed for Suidan’s score which used 3 clinical parameters and 8 CT-scan parameters. Moreover, three other clinical features and five other advanced imaging results were included.
Results: Fifty-seven subjects were included, consist of 28 suboptimal debulking and 29 optimal debulking. Score with cut-off point 7 has sensitivity value 60.71% and specificity of 75.68% (OR 4.86; 95% CI 1.55-15.18) with accuracy 68.42%. They were better than original cut-off points 9 (sensitivity 53.56%, specificity 75,68%, and accuracy 64.91%). Based on bivariate and multivariate results, local score was developed and established with several parameters; blood albumin < 3.5 g/dL (score 2), image of mass on porta hepatis and gall bladder (score 1), lesion of subcapsular and intraparenchymal liver, and vast omental cake (score 4). Mean of the score was significantly higher on suboptimal debulking (7.61 ± 3.19) with accuracy 86%. Cut-off points 7 showed sensitivity value of 86.71% and specificity 0f 72.22% (accuracy 77.19%).
Conclusion: The Suidan’s prediction score could not provide good sensitivity and specificity to be used at RSCM. Local score should be developed to be used at RSCM, the local score in this study could be sat as a beginning.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Novianingtyas
"Kanker kolorektal adalah salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Kanker kolorektal terkait dengan reaksi inflamasi lokal akut dan dapat tergambarkan melalui neutrofil. Kalprotektin merupakan petanda spesifik yang stabil, dapat diperiksa pada sampel feses, mudah dan memiliki presisi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titik potong kadar kalprotektin fekal pada pasien terduga kanker kolorektal dan mengetahui peran diagnostik kalprotektin fekal dibandingkan dengan gambaran histopatologik sebagai baku emas. Desain penelitian adalah potong lintang dengan penyajian data secara deskriptif analitik. Penelitian melibatkan 84 pasien dewasa yang menjalankan kolonoskopi dan kadar kalprotektin fekal diperiksa menggunakan kit Calprest® Eurospital metode ELISA. Akurasi diagnostik kadar kalprotektin fekal berdasarkan analisis kurva ROC pada penelitian ini didapatkan sebesar 0,617 (95%CI: 0,483-0,75). Titik potong kadar kalprotektin fekal didapatkan 125 mg/kg dengan sensitivitas 60,71%, spesivisitas 60,71%, NPP 43,58% dan NPN 75,55%. Berdasarkan hasil uji diagnostik, kadar kalprotektin fekal dapat dipertimbangkan dalam penegakkan diagnosis pasien terduga kanker kolorektal sehingga pemeriksaannya dalam panel pemeriksaan pasien dengan terduga kanker kolorektal perlu dilakukan.

Cancer colorectal has high prevalence worldwide. Colorectal cancer is associated with local acute inflammatory reaction so that in some cases it can be visualized by white cell neutrophil scanning. Calportectine is a stable neutrophil specific marker which can be easily evaluated in stool with a high precision. This study aims to find out fecal calprotectine cut off on suspected colorectal cancer and to establish its diagnostic role with histopathologic findings as a gold standart. The study design was cross sectional with descriptive analytic data presentation. The study involved 84 adult patients who performed colonoscopy and fecal calprotectine consentration was examined with ELISA kit Calprest® Eurospital. Diagnostic accuracy of fecal calprotectine based on ROC curve analysis in this study was 0,617 (95% CI: 0,483-0,75). Cut off fecal calprotectine was 125 mg/kg with sensitivity 60,71%, spesivicity 60,71%, PPV 43,58% and NPV 75,55%. Based on diagnostic accuracy, fecal calprotectine was considered in diagnosting suspected colorectal cancer and that should be tested on the panel of suspected colorectal cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinah
"Latar Belakang : Kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan kanker rektal, menempati urutan ke dua sebagai kanker tersering yang diderita oleh wanita dan ke tiga pada pria di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan beban besar secara global baik pada morbiditas maupun mortalitas penderita kanker. The International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kerja shift yang melibatkan gangguan sirkadian mungkin bersifat karsinogenik pada manusia (2A). Sebagian besar studi epidemiologi hingga saat ini masih berfokus pada hubungan antara shift malam dan risiko kanker payudara, sementara studi tentang hubungan antara shift malam dan kanker kolorektal belum banyak diketahui, demikian halnya dengan hasil yang masih inkonsisten. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shift malam dan peningkatan risiko kanker kolorektal pada perawat yang terpapar kerja shift.
Metode : Kasus yang disajikan diikuti dengan tinjauan literatur berbasis bukti untuk menjawab pertanyaan klinis. Pencarian literatur menggunakan beberapa kata kunci terkait melalui database Pubmed® dan Google scholar® dengan mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi. Artikel-artikel tersebut kemudian di telaah dengan menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil : Pada pencarian awal, 112 artikel diambil dari dua database. Melalui proses seleksi, tersisa tiga artikel, yang terdiri dari satu studi meta-analisis dan dua studi observasional. Dengan membandingkan ketiga artikel terpilih, maka studi meta-analisis dianggap lebih relevan dan sesuai untuk menjawab pertanyaan klinis. Studi meta-analisis menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang ketat dengan mengecualikan studi yang berpotensi menyebabkan efek bias serta kurangnya validitas atau metode statistik yang tidak memadai. Studi tersebut menyatakan bahwa shift malam berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal (OR = 1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Kesimpulan : Bukti terbaik yang ada saat ini menyatakan bahwa shift malam dapat meningkatkan kanker kolorektal, meskipun hasil penelitian tidak cukup kuat. Kanker kolorektal merupakan penyakit multifaktorial, dimana berbagai faktor risiko dapat berperan dalam terjadinya penyakit, terutama faktor genetik

Background : Colorectal cancer, which includes colon cancer and rectal cancer, is the third most common cancer in men and the second most common in women worldwide. It occupies a great proportion of the global burden of cancer morbidity and mortality. The International Agency for Research on Cancer (IARC) considered shift work that involves circadian disruption to be probably carcinogenic (Group 2A). Most epidemiological studies have focused on the link between night shift work and breast cancer risk while studies of the relation between shift work and colorectal cancer have not been widely known, and evidence is inconclusive. This evidence-based case report aimed to determine about the effect of night shift work and the increasing risk of colorectal cancer among nurses who exposed with shift work.
Method : a case is presented followed by a review of evidence to answer the clinical question. Literature searching used several related keywords in Pubmed® and Google scholar® by following inclusion and exclusion criteria. The article were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Result : At the initial search, 112 articles were retrieved from the two databases. Through the selection process, three article remained, which consisted of one meta-analysis and two observational studies. Comparing the selected articles, the meta-analysis is considered as more relevant and appropriate for answering the clinical question. The meta-analysis applied strict inclusion and exclusion criteria and excluded studies that potentially led to bias effects with lack of validity or inadequate statistical methods. The study stated that night shift work was correlated with an increased risk of colorectal cancer (OR=1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Conclusion : The current best available evidence stated that night shift work may increased of colorectal cancer, although the result of the study are not strong enough. Colorectal cancer is a multifactorial disease, where various risk factors may play a role in the occurrence of the disease, especially in the genetic one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ubaidillah
"Latar Belakang: Prognosis pasien kanker payudara Triple Negative (TNBC) lebih buruk dibandingkan dengan kanker payudara tipe lain. Hal ini seringkali dikaitkan dengan terjadinya peningkatan ekspresi PD-L1 pada pasien TNBC. Hubungan PD-L1 dengan kesintasan pada kanker payudara triple negative masih belum sepenuhnya dipahami dan beberapa penelitian menyatakan hasil yang masih berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola ekspresi PD-L1 dihubungkan dengan kesintasan pasien TNBC.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien TNBC yang berobat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dilakukan pemeriksaan ekspresi PD-L1 dari jaringan kanker payudara dengan menggunakan pewarnaan PD-L1, ditentukan follow-up selama tiga tahun. Kemudian dilanjutkan analisa survival untuk mendapat data prognosis PD-L1 dan dinilai juga faktor klinikopatologi yang berpengaruh terhadap ekspresi PD-L1. Analisis statistik dilakukan menggunakan software SPSS 20.
Hasil : Dari 40 sampel yang diteliti, sebagian besar sampel memiliki ekspresi PD-L1 positif (67,5%). Sebanyak 14 subjek (51,9%) dengan PD-L1 positif dan 5 subjek (38,5%) dengan PD-L1 negatif meninggal pada pengamatan selama 36 bulan. Subjek yang meninggal memiliki rata-rata waktu survival sebesar 19 bulan dengan waktu terpendek 3 bulan dan paling lama 35 bulan serta paling sering muncul adalah 11 bulan. Rata-rata durasi overall survival didapatkan sebesar 27,78 ± 1,69 bulan. Sementara itu, pada kelompok PD-L1 positif rata-rata durasi survival sebesar 26,56 ± 2,15 bulan dan pada kelompok PD-L1 negatif rata-rata durasi survival sebesar 30,31 ± 2,57 bulan.
Kesimpulan : Durasi rata-rata survival pasien TNBC dengan ekspresi PD-L1 positif lebih rendah dibandingkan ekspresi PD-L1 negatif. Akan tetapi ekspresi PD-L1 secara statistik tidak berhubungan signifikan dengan survival pasien TNBC selama tiga tahun massa follow up.

Background: Triple Negative Breast Cancer (TNBC) prognosis is the worst compared to other types of breast cancer. This is often associated with an increase PD-L1 expression in TNBC patients. The PD-L1 relationship with survival in the negative triple breast cancer is still not fully understood and some studies declare the results that are still different. This research was conducted to determine the pattern of PD-L1 expression associated with the survival of TNBC patients.
Methods: This research was a retrospective cohort study. The subjects were TNBC patients who were treated at Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, examined the expression of PD-L1 from breast cancer tissue using PD-L1 staining, was determined by three years follow-up. Then proceed with survival analysis to obtain prognostic data for PD-L1 and also clinicopathological factors that affect PD-L1 expression. Statistical analysis was performed using SPSS 20 software.
Results: Of the 40 samples studied, most of the samples had positive PD-L1 expressions (67.5%). A total of 14 subjects (51.9%) with PD-L1 positive and 5 subjects (38.5%) with PD-L1 negative died on observation for 36 months. The subjects that did not survive had an average of 19 months of survival time with the shortest time of 3 months and a maximum of 35 months and most often appears is 11 months. The average duration of overall survival was 27.78 ± 1.69 months. In the PD-L1 positive group, mean overall survival was 26.56 ± 2.15 months and in the PD-L1 negative group, mean overall survival was 30.31 ± 2.57 months.
Conclusion: The average duration of survival of TNBC patients with positive PD-L1 expression was lower than that of negative PD-L1 expression. However, PD-L1 expression was not significantly associated with the survival of TNBC patients during the three-year follow-up period.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Permana Putra
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan kondisi keganasan pada kolon dan rektum yang dapat menimbulkan masalah baik secara fisik maupun psikologis. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan analisis asuhan keperawatan kolostomi pada pasien dengan kanker kolorektal. Dalam karya ilmiah ini digunakan metode intervensi sesuai Nursing Intervention Classification dengan melibatkan satu pasien dengan kanker kolorektal. Hasil analisis dari studi literatur dan intervensi yang dilakukan menunjukkan bahwa stoma berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien. Peran perawat dalam mempersiapkan discharge planning yang maksimal membantu penerimaan pasien terhadap stoma. Peran perawat sebagai care giver, edukator dan konselor sangat diperlukan dalam mengatasi masalah fisik dan psikologis pasien dengan kanker kolorektal.

ABSTRACT
Colorectal cancer is malignant condition in colon and rectum that could cause problems in both physically and psychologically. This study aimed to describe the analysis of colostomy nursing care in patients with cancer colorectal. This study used intervention methodes based on Nursing Intervention Classification which evaluated one patient. The result of analysis that based on literature review and intervention indicated stoma impact on the quality of life of patient. The role of the nurse in preparing discharge planning maximum help admission to the stoma. The role of the nurse as care giver, educators, counselors are needed to overcome the physical and psychological problems of patients with cancer colorectal."
2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>