Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Tasyah
"PT. Sammarie Tramedifa sebagai distribusi farmasi melakukan pengendalian persediaan obat dengan metode analisis ABC. Metode ABC yang digunakan hanya didasarkan oleh jumlah penjualan dan harga beli sehingga tidak dapat menunjukkan laju konsumsi obat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya dead stock bila diadakan terlalu banyak dan terjadi stock out bila diadakan terlalu sedikit. Metode analisis FSN (Fast, Slow and Non- moving) merupakan metode pengendalian persediaan yang didasarkan laju pergerakan barang sehingga diharapkan dapat membantu dalam perencanaan jumlah persediaan yang tepat dan frekuensi untuk membeli atau bahkan menghapus item tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan persediaan barang kategori pareto C dengan metode analisis FSN berdasarkan Turn Over Ratio (TOR) serta menentukan kelompok barang kategori CF, CS dan CN agar dapat diketahui tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk pengendalian persediaan obat golongan pareto C. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis FSN berdasarkan TOR yaitu melihat tingkat perputaran persediaan selama periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2023. Data obat selama tiga bulan terakhir diteliti persediaan awal, persediaan masuk dan pemakaian barangnya kemudian dihitung nilai TOR. Nilai TOR diurutkan yang tertinggi hingga yang terendah dan diklasifikasikan ke dalam fast, slow atau non-moving. Kelas fast-moving didapatkan sebanyak 111 obat, kelas slow-moving sebanyak 70 obat dan kelas non-moving sebanyak 72 obat dari 253 obat kategori pareto C. Barang-barang pada kelompok fast-moving dapat dikelola dengan memperhatikan safety stock dan reorder point. Barang-barang pada kelompok slow- moving dapat dikelola dengan metode periodic review (R, s, S) atau dibeli saat dibutuhkan saja. Barang-barang pada kelompok non-moving cukup dibeli saat dibutuhkan saja.

PT. Sammarie Tramedifa as a pharmaceutical distributor controls drug inventory using the ABC analysis method. The ABC method used is only based on the number of sales and purchase prices, so it cannot show the rate of drug consumption. This can result in dead stock if there is too much supply and stock out if the supply is too low. The FSN (Fast, Slow and Non-moving) analysis method is an inventory control method based on the rate of movement of goods so hopefully it can help in planning the right amount of inventory and the frequency for buying or even removing certain items. This study aims to classify goods in the pareto category C with the FSN analysis method based on Turn Over Ratio (TOR) and to determine the groups of goods in the categories CF, CS and CN so that further action can be identified for inventory control of pareto class C drugs. In this study, an FSN analysis was carried out based on the TOR, namely looking at the inventory turnover rate during the period 1 October to 31 December 2023. Drug data for the last three months was examined for initial inventory, incoming inventory and usage of the goods and then the TOR value was calculated. TOR values are sorted from highest to lowest and classified as fast, slow or non-moving. The fast-moving class obtained 111 drugs, the slow-moving class obtained 70 drugs and the non-moving class obtained 72 drugs from 253 drugs in the pareto category C. Goods in the fast-moving group can be managed by paying attention to safety stock and reorder points. Goods in the slow- moving group can be managed using the periodic review method (R, s, S) or purchased only when needed. Goods in the non-moving group are only purchased when needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Pedagang besar farmasi sebagai fasilitas pelayanan distribusi berperan penting untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi yang aman dan bermutu ke fasilitas pelayanan kesehatan lain dan/ atau PBF lainnya hingga sampai kepada masyarakat (pasien) sesuai pedoman CDOB. Untuk mendapatkan tingkat stok persediaan yang efektif maka perlu kebijakan pengendalian persediaan yang tepat. Analisis ABC sebagai salah satu pengendalian persediaan sediaan farmasi yang digunakan oleh Perusahaan PT SamMarie Tramedifa. Dalam praktiknya, kelompok obat pareto A masih terdapat kendala kelebihan stok. Olek karena itu, pengawasan pengendalian persediaan perlu dilakukan dengan menggunakan kombinasi ABC-FSN (fast-moving, slow-moving, dan non-moving) yang diharapkan dapat mencapai tingkat persediaan yang efisien melalui rencana pengadaan yang optimal dengan mempertimbangkan tingkat perputaran persediaan item tersebut selama periode 1 Oktober-31 Desember 2022. Berdasarkan hasil analisis 150 item obat kelompok A, ditemukan 9 item obat kelompok AN (Non-Moving), 20 item obat AS (Slow), dan 121 item obat AF (Fast) yang membutuhkan kontrol peninjauan persediaan, perencanaan dan metode pengendalian yang berbeda.

Pharmaceutical wholesalers as distribution service facilities play an important role in ensuring the availability of safe and quality pharmaceutical supplies to other health care facilities and/or other PBFs until they reach the public (patients) according to guidelines for the proper distribution of drugs. To get an effective inventory stock level, it is necessary to have the right inventory control policy. ABC analysis as one of the inventory controls for pharmaceutical preparations used by the Company PT SamMarie Tramedifa. In practice, the pareto drug group A still has problems with excess stock. Therefore, inventory control monitoring needs to be carried out using a combination of ABC-FSN (fast-moving, slow-moving and non-moving) which is expected to achieve efficient inventory levels through optimal procurement plans taking into account the item's inventory turnover rate during October 1 - December 31, 2022. Based on the results of an analysis of 150 group A drug items, 9 items of AN (Non-Moving) group drug were found, 20 items of AS (Slow) group drug, and 121 items of AF (Fast) group drug that required inventory review control, different planning and control methods."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Sukmawati Kapota
"Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termaksud pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada pengadaan sediaan farmasi penting untuk mengetahui stok sediaan tersebut sebelum pengadaan dilakukan untuk meminimalkan kerugian-kerugian seperti kelebihan stok maupun kekurangan stok, oleh karenanya setiap distribusi farmasi perlu adanya sistem pengendalian sediaan khususnya pada sediaan farmasi kategori Pareto A yang sering kali terjadi kekosongan karena pergerakan barang cepat (fast moving stock) dengan jumlah anggaran mencapai 70-80% dari total dana sehingga kekosongan barang akan berpengaruh pada penurunan profit sebuah distribusi. Pengendalian sediaan farmasi memiliki beberapa metode salah satunya metode ABC (Always, Better, Control) yang paling sering digunakan dalam distribusi farmasi. Tujuan dari analisis pengendalian sediaan farmasi pareto A dalam penelitian ini yaitu memperoleh data kategorisasi pareto A beserta jumlah item dan total anggaran serta membandingkan kategorisasi tersebut dengan panduan pengadaan periode sebelumnya. Metode pengambilan data menggunakan metode cross sectinal retrospektif dengan beberapa langkah-langkah analisis. Data analisis pada penelitian ini menunjukkan kategori pareto A memiliki total 260 dari 754 item atau sekitar 35% dengan total anggaran mencapai 79%.

Pharmaceutical work is manufacture referred to quality control pharmaceutical inventory, security, procurement, storage and distribution or drug distribution, drug management, drug prescription services, drug information services, drug development, medicinal ingredients, and traditional medicines. In the procurement of pharmaceutical inventory is important to know the inventory before procurement is carried out to minimize losses such as overstock or understock, therefore each distribution in the pharmaceutical industry, it is necessary to have an inventory control system, especially for Pareto A pharmaceutical inventory category, where vacancies often occur due to fast-moving stock with a total budget of up to 70-80% of the total funds so that the vacancy will affect the decrease in distribution profits. Control of pharmaceutical inventory has several methods, one of which is the ABC (Always, Better, Control) method most frequently used in pharmaceutical distribution. The purpose of the Pareto A pharmaceutical inventory control analysis in this study was to obtain Pareto A categorization data along with the number of items and the total budget and to compare this categorization with the procurement guidelines for the previous period. Methods of data collection using the retrospective cross-sectional analysis method with several steps. Data analysis in this study shows that the Pareto A category has a total of 260 out of 754 items or about 35% with a total budget of 79%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengelolaan persediaan obat di fasilitas kesehatan merupakan aspek penting dalam mendukung pelayanan kesehatan. Sistem pengelolaan yang tidak efektif dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok, sehingga menghambat distribusi obat kepada pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Duren Sawit menggunakan metode FSN (Fast, Slow, Non-Moving) selama periode Januari – Desember 2023. Metode FSN membantu mengidentifikasi perputaran obat berdasarkan tingkat konsumsi, yang dibagi menjadi kategori fast moving (cepat bergerak), slow moving (lambat bergerak), dan non-moving (tidak bergerak). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keseluruhan obat, 52,16% masuk dalam kategori fast moving, 22,84% termasuk slow moving, dan 25% dikategorikan sebagai non-moving. Pada program Pasien Rujuk Balik (PRB), sebagian besar obat juga masuk dalam kategori fast moving, yang menunjukkan tingginya tingkat penggunaan obat tertentu. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan stok yang efisien, terutama bagi obat fast moving, untuk menghindari risiko kekurangan maupun surplus stok. Rekomendasi yang diajukan meliputi penerapan metode FEFO (First Expired First Out) guna memprioritaskan penggunaan obat berdasarkan tanggal kedaluwarsa serta pelaksanaan audit berkala. Dengan langkah ini, pengelolaan persediaan dapat dioptimalkan sehingga distribusi obat lebih tepat sasaran dan mutu layanan farmasi di fasilitas kesehatan meningkat.

The management of medicine inventory in healthcare facilities plays a crucial role in supporting patient care services. Ineffective inventory management may lead to stock shortages or surpluses, disrupting medicine distribution to patients. This study aimed to analyze the control of medicine inventory in the Pharmacy Installation of Duren Sawit Public Health Center using the FSN (Fast, Slow, Non-Moving) method during the period of January -December 2023. The FSN method categorizes medicines based on their consumption rate into three categories: fast-moving, slow-moving, and non-moving. The analysis results revealed that 52.16% of medicines were categorized as fast-moving, 22.84% as slow-moving, and 25% as non-moving. In the Pasien Rujuk Balik (PRB) program, the majority of medicines also fell under the fast-moving category, indicating high utilization rates. This study highlights the importance of efficient stock management, especially for fast-moving medicines, to mitigate the risks of stock shortages or surpluses. Recommendations include implementing the FEFO (First Expired First Out) method to prioritize medicines nearing expiration and conducting regular audits. These measures aim to optimize inventory management, ensure timely medicine distribution, and improve pharmacy service quality in healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Harka Putri
"Persediaan merupakan bahan-bahan atau barang-barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan, atau dalam rangka menghadapi ketidakpastian permintaan yang datang baik dari segi jumlah maupun waktu, dan juga sebagai bentuk jaga-jaga jika di waktu mendatang akan terjadi kenaikan harga. Salah satu metode pengendalian persediaan yang terkait dengan masuk dan keluarnya barang adalah metode FSN atau Fast, Slow dan Non-moving. Dimana, barang-barang tersebut dibedakan berdasarkan pergerakan masuk dan keluarnya barang dari gudang. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di PT Sammarie Tramedifa didapatkan kesimpulan sebagai berikut. Terdapat perbedaan hasil klasifikasi FSN pada masing-masing indikator yang digunakan. Namun metode yang direkomendasikan untuk digunakan adalah metode consumption rate (CR). Barang-barang slow moving menyimpan aset sebanyak 23,16% (TOR), 17,21% (CR), 3,85% (FK), 56,56% (%) dari total aset Rp529.216.444,00. Serta, barang-barang non-moving menyimpan aset sebanyak 42,91% (TOR), 6,86% (CR), 7,44% (FK), 5,26% (%) dari total aset Rp529.216.444,00.

Inventories are materials or goods that are provided to meet demand from consumers or customers, or in order to deal with the uncertainty of demand that comes both in terms of quantity and time, and also as a form of precaution if in the future there will be a price increase. One of the inventory control methods related to the entry and exit of goods is the FSN or Fast, Slow and Non-moving method. Where, these items are distinguished based on the movement of goods in and out of the warehouse. Based on research that has been conducted at PT Sammarie Tramedifa, the following conclusions are obtained. There are differences in the results of the FSN classification on each indicator used. However, the recommended method to use is the consumption rate (CR) method. Slow moving goods store assets as much as 23.16% (TOR), 17.21% (CR), 3.85% (FK), 56.56% (%) of the total assets of Rp529,216,444.00. Also, non-moving items hold 42.91% (TOR), 6.86% (CR), 7.44% (FK), 5.26% (%) of the total assets of IDR529,216,444.00.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Shafira Apriyani
"Perencanaan persediaan perbekalan farmasi dapat dilakukan menggunakan analisis pareto ABC. Analisis pareto ABC adalah suatu analisis yang dapat digunakan dalam menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi. Dengan menggunakan analisis ABC maka dapat membantu untuk koreksi perencanaan yang tepat untuk masing-masing kelompok obat dan menentukan obat yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Berdasarkan hasil analisis pareto ABC terhadap 60 item obat yang terdapat di Apotek Kimia Farma Metland, hasil yang dapat diketahui adalah kelompok pareto A memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 34.058.870,- atau 69,80% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Kelompok pareto B memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 9.815.063,- atau 20,12% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Kelompok pareto C memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 4.917.418,- atau 10,08% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Apotek selain mengatur pengelolaan persediaan obat, apotek juga menyediakan pelayanan kefarmasian klinik. Salah satu pelayanan kefarmasian klinik di apotek adalah pelayanan obat non resep atau yang lebih dikenal dengan pelayanan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi yang dilakukan kepada 10 pasien.

Pharmaceutical supplies inventory planning can be done using ABC Pareto analysis. ABC Pareto analysis is an analysis that can be used in analyzing consumption patterns of pharmaceutical supplies. Using ABC analysis helps to do correct planning for each group of drugs and determine which drugs should be prioritized to increase efficiency and reduce costs. Based on the results of the ABC pareto analysis of 60 drug items available at Kimia Farma Metland Pharmacy, the results that can be seen are that Pareto group A has an investment of Rp. 34,058,870, - or 69.80% of the total investment, with a total of 20 drug items. Pareto group B has an investment of Rp. 9,815,063, - or 20.12% of the total investment, with a total of 20 drug items. Pareto group C has a total investment of Rp. 4,917,418, - or 10.08% of the total investment, with a total of 20 drug items. Besides managing drug supply, the pharmacy also provides clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in pharmacies is non-prescription drug services or better known as self-medication services. Self-medication services were performed for 10 patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Rasyida Pancaputri
"Rumah Sakit memiliki fungsi utama dalam menyelenggarakan kesehatan yang peripurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan farmasi merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Penelitian ini membahas mengenai perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Min-Max Analysis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian obat pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra belum belum optimal. Penghitungan perencanaan obat masih manual menggunakan metode konsumsi. Analisis ABC menunjukkan bahwa dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra, 96,15% jenis obat kelompok A menghabiskan 69,85% biaya obat. Obat kelompok B yakni 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan obat kelompok C dengan 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hasil analisis EOQ, RO), Min-Max Analysis untuk obat kelompok "A" menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari 1-37 unit obat, 1-241 unit obat, 1-372 unit obat, dan 1-532 unit obat. Hasil penghitungan analisis ABC, EOQ, ROP, dan Max-Min Analysis dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.

Hospital has main function to held plenary health through promotion, prevention, curative, and rehabilitative. Pharmacy service is inseparable part from health service system oriented to the patient service and quality drug supply. This research examine about supply control using ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), and Min-Max Analysis.
Result from this research shows that drugs control at the planning stage in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation still not optimal. Drugs planning calculation has been done manually using consumption method. ABC analysis shows that from 764 types of drugs in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation, 96.15% type A of drugs spend 69.85% drugs cost. Drugs type B, that is 12.30% spend 20.09% drugs cost, and drugs type C with 81.54% types of drugs spend 10.05% drugs cost. Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), Min-Max Analysis result group ?A? shows vary results start from 1-37 drugs unit, 1-241 drugs unit, 1-372 drugs unit, and 1-532 drugs unit. Calculation result from ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Max-Min Analysis are expected can be used as consideration in conducting drugs supply supervision and control in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Kartika Sari
"Klinik Insani memiliki permasalahan mengenai pengelolaan obat yaitu kekosongan stok obat, stok obat yang berlebih, dan obat yang kedaluwarsa. Hal ini menyebabkan pengeluaran klinik untuk pembelian obat cito menjadi lebih tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan metode pengendalian persediaan obat di Klinik Insani dengan metode analisis matriks ABC-VEN, economic order quantity (EOQ), dan reorder point (ROP) untuk memastikan jumlah stok yang cukup dan menentukan prioritas pengawasan terhadap obat. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dilakukan retrospektif diperoleh dari data pemakaian obat selama satu tahun dan data lainnya di Instalasi Farmasi Klinik Insani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 kelompok obat berdasarkan analisis nilai kritis dan nilai investasi (analisis matriks ABC -VEN) yaitu kelompok AV (3 item); kelompok BV (11 item); kelompok CV (43 item); kelompok AE (79 item); kelompok BE (73 item); kelompok CE (195 item); kelompok AN (12 item); kelompok BN (13 item); dan kelompok CN (46 item). Perhitungan EOQ pada penelitia memiliki nilai bervariasi, nilai EOQ terendah berada pada satuan pembelian 1 box/botol dan nilai EOQ tertinggi berada pada satuan pembelian 258 tube. Perhitungan ROP menghasilkan titik pemesanan kembali yang memiliki nilai bervariasi, titik terkecil ROP berada pada nilai 0 dari berbagai macam bentuk sediaan dan titik tertinggi ROP berada pada nilai 4216 tablet (43 box). Klinik Insani perlu menerapkan suatu sistem informasi manajemen dengan metode pengendalian analisis matriks ABC-VEN, EOQ dan ROP untuk prioritas pengawasan, menghindari terjadinya permasalahan seperti stockout dan overstock dengan biaya anggaran pengadaan yang minimal.

Insani Clinic has problems regarding drug management, the problem of drug stock vacancies, excess drug stocks, and expired drugs. This causes clinic expenses to purchase drugs by cito to be. For this reason, it is necessary to apply the method of controlling drug inventory at the Insani Clinic with the ABC-VEN matrix analysis method, economic order quantity (EOQ), and reorder point (ROP) ) to ensure sufficient stock quantities and determine drug control priorities. Data collection using secondary data was carried out retrospectively, obtained from data on drug use for one year and other data at the Insani Clinical Pharmacy Installation. The results showed that there were 9 groups of drugs based on critical value and investment value (ABC-VEN matrix analysis), namely AV group (3 items); BV group (11 items); CV group (43 items); AE group (79 items); BE group (73 items); CE group (195 items); group AN (12 items); BN group (13 items); and the CN group (46 items). The EOQ calculation in the study resulted in the number of economical orders that had varied values, the lowest EOQ value was in the purchase unit of 1 box/bottle and the highest EOQ value was in the purchase unit of 258 tubes. The reorder point (ROP) based on calculations has varying values, the smallest point of ROP is at a value of 0 from various dosage forms and the highest point of ROP is at a value of 4216 tablets (43 boxes). The Clinic needs to implement a management information system with the ABC-VEN, EOQ and ROP matrix analysis control methods for monitoring priorities, avoiding problems such as stockouts and overstocks with minimal procurement budget costs. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Zaky Subagyo
"Skripsi ini membahas tentang persediaan barang PT XYZ yang bergerak di industry otomotif di Indonesia yang berlokasi di Bekasi. Penelitian ini disusun dengan rancangan studi kasus untuk menerapkan model deterministic berdasarkan penelitian Samak-Kulkarni Rajhans 2013 yaitu Economic Order Quantity EOQ , Periodic Order Quantity POQ , Least Unit Cost LUC , Least Total Cost LTC , Least Period Cost LPC , dan Wagner-Whitin Algorithm W-W . Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model yang dapat memberikan total biaya penyimpanan paling minimal dibandingkan dengan total biaya penyimpanan yang menggunakan kebijakan perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa model dengan nilai minimal dibandingkan dengan kebijakan perusahaan adalah model Wagner-Whitin Algorithm W-W.

This research discuss the the inventory of spare part products in PT XYZ located in Bekasi. This research was conducted with case study design to apply deterministic models using the research steps done by Samak Kulkarni Rajhans 2013 . The deterministic models that was used are Economic Order Quantity EOQ , Periodic Order Quantity POQ , Least Unit Cost LUC , Least Total Cost LTC , Least Period Cost LPC , and Wagner Whitin Algorithm W W . The purpose of this study was to find the minimum inventory total cost between the deterministic models and inventory total cost calculated by company rsquo s policy. The result of the research find that Wagner Whitin Algorithm W W show the minimum total cost compared to company rsquo s policy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maizkha Dahanagraha Sumbada
"Penelitian ini mengenai analisis manajemen persediaan pada GHJ yang merupakan unit bisnis XYZ Tbk. Telah ditemukan bahwa meskipun GHJ telah menjalankan manajemen persediaan yang baik namun GHJ masih memiliki kekurangan dalam sistem pengadaan barang dan pengendalian persediaan yang belum memadai.

This research is about inventory management analysis of GHJ, which is an unit business of PT XYZ Tbk. It had been found that while GHJ has a great inventory management, it has a flaw in their procurement system and a bad inventory control."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>