Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225506 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Indriyati
"Pemantauan kualitas hidup pada penderita sindrom metabolik perlu dilakukan secara berkelanjutan, untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan menilai peran perubahan status sindrom metabolik terhadap kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL). Pendekatan studi menggunakan desain follow up prevalence sebagai turunan dari cross sectional yang merupakan bagian dari studi kohor induk. Diagnosis SM ditegakkan ketika jumlah kriteria SM >3 dari 5 faktor risiko menggunakan data studi kohor faktor risiko PTM yang dikelola oleh Balitbangkes Kemenkes RI di Kecamatan Bogor Tengah dalam 4 periode pemantauan tahun 2011-2018. HRQoL diukur melalui wawancara langsung terhadap 874 responden menggunakan kuesioner SF-36 dan EQ-5D-5L. Perubahan status SM yang dapat diidentifikasi adalah: SM persisten (6,8%); SM memburuk (12,8%), SM membaik (10,3%), dan tidak SM (70,1%). Kriteria SM pada periode pemantauan T4 yaitu: obesitas sentral pada laki-laki 23,2% dan perempuan 78,6%; kadar HDL rendah pada laki-laki 31% dan perempuan 36,4%; hipertensi 35,5%; trigliserida tinggi >150 mg/dl adalah 21,9%; serta gula darah puasa tinggi >100 mg/dl adalah 38,2%. Gambaran HRQoL dari hasil pengukuran kuesioner SF-36 yaitu 50,3% memiliki kualitas hidup baik pada dimensi fisik dan 51% baik pada dimensi mental. HRQoL EQ-5D-5L untuk profil status kesehatan adalah 95,7% tidak bermasalah pada dimensi kemampuan perawatan diri; sedangkan masalah yang paling besar adalah pada dimensi ketidaknyamanan (rasa nyeri) seebanyak 76,8%. Pada skala EQ-VAS responden dengan kategori HRQoL rendah sebanyak 8,5% memiliki nilaidi bawah rerata EQ-VAS orang Indonesia pada umumnya. Ada interaksi dalam hubungan perubahan status SM dengan HRQoL pada dimensi fisik berdasarkan faktor riwayat penyakit penyerta (PTM), Analisis multivariat regresi logisttik ganda membuktikan bahwa perubahan status SM yang berinteraksi dengan riwayat penyakit penyerta (PTM: jantung, strok, DM, kanker) memberikan efek HRQoL rendah pada dimensi fisik sebesar POR (95%CI) = 27,5 (10,3-73,2) dan strata tidak memiliki penyakit penyerta sebesar = 9,2 (5,7 – 15,0) setelah dikontrol oleh umur, status kesehatan mental, perubahan IMT, rutinitas periksa kesehatan dalam setahun, dan pengetahuan. Efek interaksi yang dijelaskan menggunakan nilai rasio peluang disebut interaksi multiplikatif dan ini penting dalam menjelaskan hubungan kausalitas bahwa perubahan status SM yang memburuk sebagai penyebab rendahnya HRQoL dimensi fisik. Rekomendasi mengembangkan upaya sinergi dengan instansi terkait dalam menentukan progam intervensi kesehatan dan Germas yang memungkinkan untuk diintegrasikan dalam studi kohor PTM di Kota Bogor.

Monitoring the quality of life in patients with metabolic syndrome needs to be carried out on an ongoing basis, to achieve a better health status. This study aims to assess the role of changes in metabolic syndrome status on health-related quality of life (HRQoL). The study approach uses a follow-up prevalence design as a cross-sectional derivative which is part of the main cohort study. The diagnosis of MS is enforced when the total number of criteria for MS >3 from 5 risk factors using a cohort study data of NCD risk factors managed by the Research and Development Center of the Ministry of Health of Indonesia in Central Bogor District in 4 monitoring periods 2011-2018. HRQoL was interviewed with 874 participants using the SF-36 and EQ-5D-5L questionnaires. Changes in MS status that can be identified are: persistent MS (6.8%); worsened MS (12.8%), improved MS (10.3%), and no MS (70.1%). The criteria for MS in the fourth monitoring period were: central obesity in males 23.2% and females 78.6%; low HDL levels in men 31% and women 36.4%; hypertension 35.5%; high triglycerides >150 mg/dl is 21.9%; and high fasting blood sugar> 100 mg/dl is 38.2%. The HRQoL description from the SF-36 questionnaire is 50.3% have a good quality of life on the physical dimension and 51% have a good quality of life on the mental dimension. HRQoL EQ-5D-5L for the health status profile is 95.7% without problems on the dimension of self-care ability; while the biggest problem is the dimension of discomfort (pain) as much as 76.8%. On the respondent's EQ-VAS scale with a low HRQoL category of 8.5% has a value below the average EQ-VAS of Indonesians in general. There is an interaction in the relationship between changes in MS status and HRQoL on the physical dimension based on the history of co-morbidities (NCD). Low HRQoL in the physical dimensions of POR (95% CI) = 27.5 (10.3-73.2) and without comorbidities of = 9.2 (5.7 – 15.0) after adjusting for age, mental health status, changes in BMI, routine health checks in a year, and knowledge. The effect modifications are explained using the probability ratio is called the multiplicative interaction is important in explaining the causal relationship that worsening MS status changes low HRQoL physical dimension. Recommendations for developing a synergy program with related agencies in determining health and Germas intervention programs that allow them to be integrated into the NCD cohort study in Bogor City."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binahayati
"ABSTRAK
Sindrom metabolik MetS adalah kumpulan faktor yang kompleks dan saling berhubungan, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin dan obesitas sentral dianggap sebagai penyebab utama dari sindrom metabolik, sehingga penurunan resistensi insulin menjadi tujuan klinis yang penting saat ini. Beberapa studi menyimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan sensitivitas insulin, karena itu efektif untuk mengatasi gangguan metabolik Uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa n = 25 serta kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa n=25 . Elektroakupunktur dilakukan 2 kali seminggu sebanyak 10 kali tindakan di titik CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, dan MA-IC3 Endokrin. Dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan insulin puasa untuk mengukur HOMA-IR sebagai luaran primer. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna secara statistik perubahan HOMA-IR antara kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa dengan kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa -1,66 2,187 dan -0,29 2,388, p = 0,044 . Terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa efektif untuk menurunkan resistensi insulin pada penderita sindrom metabolik.

ABSTRACT
The metabolic syndrome is a complex disorder defined by a cluster of interconnected factors that increase the risk of cardiovascular diseases and diabetes mellitus type 2. Insulin resistance and central obesity are considered significant factors as the underlying cause of the metabolic syndrome, since reduction of insulin resistance is an important clinical goal today. Several studies have concluded that acupuncture can improve insulin sensitivity, as it is effective against metabolic disturbances. A single blind randomized controlled trial involved 50 patients randomly allocated into two groups electroacupuncture with medication group n 25 or sham electroacupunture with medication group n 25 . Electroacupuncture therapy was given twice a week for ten times at CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, and MA IC3 Endocrine. Fasting blood glucose and fasting insulin serum were assessed to measure HOMA IR as the primary outcome. There was a statistically significant difference in changing of HOMA IR between electroacupuncture with medication group and sham electroacupunture with medication group 1,66 2,187 and 0,29 2,388, p 0.044 . Electroacupuncture with medical treatment effectively decreased insulin resistance of metabolic syndrome patients."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Supriatna
"Komplikasi penyakit perlemakan hati non-alkoholik (PHNA) ditemukan pada 67% populasi memenuhi kriteria sindrom metabolik. Acalypha indica L. (AI) adalah herbal yang telah diketahui memiliki efek anti-oksidan, dan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan efek AI terhadap mekanisme pertahanan imun yang dibawa. Penelitian dilakukan dengan molecular docking terhadap senyawa AI pada TLR9, NFκB, TNFα, dan perubahan histopatologik hati. Model hewan steatohepatitis pada tikus Sprague-Dawley didapat dari induksi diet tinggi fruktosa, dan kolesterol (DTFK) selama 12 minggu. Terapi diberikan selama 8 minggu. Dua puluh lima tikus dibagi ke dalam 5 kelompok: Normal (K1), DTFK (K2), DTFK+AI, 400 mg (K3), kombinasi AI, 400 mg +gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) dan Gem 31 mg (K5) masing-masing per kgBB. Molecular docking untuk mengidentifikasi interaksi antara molekul hidrogen senyawa AI dengan residu asam amino TLR9, NFκB, TNFα. Perubahan morfologi hati dinilai dengan cara skoring. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis post hoc Mann Whitney, dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Hasil molecular docking menunjukkan, selain senyawa flavonoid, ditemukan senyawa alkaloid beta-sitosterol, dan stigmasterol yang dapat berikatan dengan ketiga marker inflamasi dengan nilai binding energy terbaik. Senyawa lain dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate, quinine. Pemberian AI menurunkan hipertrofi (p=0,031), steatosis makrovesikular (p=0,018), fokus inflamasi (p=0,005). Pemberian AI juga menurunkan ekspresi TLR9 (p=0,009), NFκB (p=0,009), TNFα (p=0,009), akan tetapi tidak sebaik pemberian kombinasi AI+Gem.

Complications of non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) include 67% of the criteria for metabolic syndrome. Acalypha indica L., (AI) which is one of a herbal plant had been known as anti-oxidant and anti-inflammatory effects. The effect of AI for therapy investigated by looking of the immune defense mechanisms. This researched was assessed by molecular docking approached on TLR9, NFκB, TNFα expression and liver morphological changes. Animal models of steatohepatitis were collected from high- fructose and cholesterol diet (HFCD) of Sprague-Dawley rats for 12 weeks and followed by therapy for 8 weeks. There were 5 groups from twenty five researched rats, include normal group (K1), HFCD group (K2), HFCD group supplemented with 400 mg Acalypha indica L. (K3), combination between 400 mg AI.+gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) and Gem 31 mg/kg (K5) in kgBW, respectively. The results of molecular docking were carried out by assessing the interaction between hydrogen molecules of AI compounds and amino acid residues in TLR9, NFκB, TNFα. Morphological changes were assessed by scoring system. Statistical analyzed used Kruskall Wallis with post hoc Mann Whitney test continued by Spearman correlation test. The molecular docking analysis showed that, an alkaloid compounds were found besides the flavonoid compounds that can bind to the binding pocket of inflammatory markers with the best binding energies. Other compounds, there are dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate and quinine. Supplementation of AI would reduced hypertrophy (p=0.031), macrovesicular steatosis (p=0.018), inflammation foci (p=0.005) and also decreased of TLR9 (p=0.009), NFκB (p=0.009), TNFα (p=0.009) expression, but not as good as the combination of AI+Gem."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Fauziah Permatasari
"Latar belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi dan menyerang seluruh negara termasuk Indonesia. Karies gigi juga dapat terjadi sejak dini pada anak prasekolah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak tersebut.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat karies anak prasekolah dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Sebanyak 200 anak prasekolah umur 3-5 tahun dipilih dengan teknik purposive dan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk menilai skor deft, defs serta menentukan status karies oleh 2 dokter gigi yang sudah dilatih. Kualitas hidup dinilai melalui wawancara kuesioner ECOHIS ke 165 ibu anak.
Hasil: Prevalensi karies pada 165 anak umur 3-5 tahun adalah sebesar 83 dengan nilai defs 14.8 SD17,6 dan deft 6,2 SD5,2. Pola distribusi karies pada anak usia 3-5 tahun paling banyak ditemukan di gigi insisif sentral dan lateral maksilla dan pola karies hampir simetris antar rahang. Berdasarkan hasil uji Cronbach - 0,868, test-retest 0,968 , dan perbandingan r-hitung tiap item dengan r-tabel, kuesioner ECOHIS versi Bahasa Indonesia reliabel dan valid. Frekuensi item kuesioner ECOHIS ditemukan terbesar di item nyeri mulut pada gigi/mulut pada anak 38,2 serta rasa bersalah pada keluarga 30,3. Uji dilakukan dengan menggunakan uji deskriptif, korelasi Spearman, uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney U. Nilai korelasi tertinggi r=0,4 ditemukan pada item nyeri mulut dan gigi pada anak dan rasa bersalah pada keluarga dengan skor deft dan skor d pada defs anak. Hubungan status karies dan kualitas hidup baik yang berdampak ke anak dan keluarga ditemukan bermakna.

Background: Dental caries has become a major global oral health problem with high prevalence and severity, including Indonesia. Dental caries can develop early in preschool children and will affect their quality of life.
Aim: To assess the relationship between the severity of caries in preschool children and their oral health related quality of life in Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Method" Analytic observational with cross sectional design. A purposive sample of 200 children aged 3 5 years underwent a clinical oral examination to assess their deft and defs score and to determine their caries status by 2 trained dentists. Quality of life is assessed using ECOHIS by interviewing a total of 165 mother's child.
Results: The prevalence of ECC in 165 children aged 3 5 years old is 83 with overall defs score 14.83 SD 17.6 and deft score 6.2 SD 5.2. The tooth distribution pattern of caries in 3 5 years old children mostly affect central and lateral maxillary incisors. Moreover, the caries pattern was almost symmetrical across the arches. The Cronbach 0,868 test retest 0,968 and r count for each item comparison with r table shows that Indonesian version of ECOHIS is a reliable and valid instrument. The most frequent items reported are pain in teeth, mouth and jaw in child 38.2 and feeling guilty in family 30.3. Descriptive analysis, Spearman correlation, Kruskall Wallis test, and Mann Whitney U test were used. The highest correlation r 0.4 were found in item is pain in teeth, mouth and jaw in child and feeling guilty in family with deft score and d score in defs. There was significant difference between caries status and OHRQoL in terms of impact on both child and family p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Nugraha
"Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan penilaian yang bersifat subyektif. Persepsi pasien dalam menilai aspek-aspek kehidupan yang terdampak oleh penyakit dan prosedur perawatan yang dijalani ini dipengaruhi oleh budaya dimana pasien hidup. Pada masyarakat yang kehidupannya dipengaruhi agama, penilaian pasien ini diprediksi dipengaruhi oleh agama yang dianutnya. Model kualitas hidup terkait kesehatan yang memasukan unsur budaya belum menjelaskan mekanisme hubungan agama terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pasien SLE yang hidup dalam konteks budaya Indonesia. Untuk mengenali dan menjelaskan mekanisme pembentukan kualitas hidup ini, perlu ada suatu model teoretis yang dibangun berdasarkan perspektif pasien dan teruji secara empiris. Penelitian ini di laksanakan dengan metode mixed-methods exploratory sequential design. Penelitian terdiri dari 2 tahap, yaitu: tahap penelitian kualitatif dengan metode FGD pada 18 pasien SLE ini dan penelitian cross sectional untuk menguji model teoretis yang dibangun berdasarkan hasil penelitian pertama. Penelitian tahap kedua dilakukan terhadap 328 pasien SLE yang direkrut melalui convenience sampling strategy. Hasil analisis analisis dengan model struktural memperlihatkan bahwa model teoretis yang terdiri dari variabel religiusitas, spiritual support dan depresi sebagai pembentuk kualitas hidup terkait kesehatan psien SLE sesuai dengan data empirik.

Health-related quality of life is a subjective appraisal. The patient's perception to about effect of disease and its treatment procedures to their life are influenced by the culture in which the patient lives. In a religious society, such as Indonesia, this appraisal is affected by the religion they adhere to. The health-related quality of life model that incorporates cultural aspects has not yet explained the relationship mechanism between religion and health-related quality of life of patients with SLE who live in Indonesian culture. To identify and explain this mechanism, it is necessary to have a theoretical model that is built based on patient’s perspective and tested empirically. This research was conducted using a mixed-exploratory sequential design method. The study consisted of 2 stages, namely: a qualitative research phase using the FGD method on 18 patients with SLE and a cross-sectional study to test the theoretical model that was built based on the results of the first study. The second phase of the study was conducted on 328 SLE patients who were recruited through a convenience sampling strategy. The analysis by the structural model suggested that the theoretical model consisting of religiosity, spiritual support, and depression variables as determinants of health-related quality of life on patients with SLE was consistent (fit) with the empirical data."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakia Amalia
"Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner OHIP-20 dan pemeriksaan klinis untuk evaluasi kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus di RSCM. Dari 70 orang responden sebanyak 97.1% memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut tidak dipengaruhi oleh diabetes mellitus pada responden yang dilakukan pemeriksaan.

Diabetic patients have more risk factor for periodontal disease which can affect their oral health related quality of life (OHRQoL). The aim of this study was to evaluate oral health status and oral health related quality of life in diabetes mellitus patients. This cross sectional study was conducted by giving OHIP-20 questionnaire and clinical examination to evaluate oral health in diabetic patient in RSCM. The result showed from 70 patients 97.1% had good quality of life. Oral health related quality of life is not affected by the presence of diabetes mellitus among the respondents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
"ABSTRAK
Sindrom metabolik merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang dialami seseorang, meliputi obesitas, rendahnya kadar HDL, tingginya trigliserida, kadar gula darah puasa tinggi, dan hipertensi yang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian sindrom metabolik di Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor Tahun 2013. Studi cross sectional ini berlangsung pada bulan Mei 2013, dengan jumlah sampel 301 orang yang merupakan anggota Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor Tahun 2013, data yang dikumpulkan meliputi kadar kolesterol HDL, kadar trigliseride menggunakan alat rapid test lipid panel, data gula darah puasa, tekanan darah dan ukuran lingkar perut.
Untuk IMT menggunakan indeks BB/TB2. Data wawancara meliputi data umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat penyakit keluarga, IMT dan keluhan stress. Kemudian untuk data asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan asupan protein diperoleh menggunakan food recall 1 x 24 jam. Analisis data bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan cox regresi. Hasil studi menunjukkan prevalensi sindrom metabolik sebesar 31.6%. Hasil analisis multivariat model kausalitas diperoleh ada hubungan antara aktifitas fisik ringan dengan kejadian sindrom metabolik dengan PR 2.0 (95% CI 1.31 - 3.18), setelah dikontrol variabel umur, indeks massa tubuh dan asupan energi.

ABSTRACT
The metabolic syndrome is a constellation of metabolic disturbances experience by a person, includes obesity, low HDL, high triglycerides, elevated fasting glucose and raised bood pressure which increase the risk of developing cardiovascular disease. This study aims to determine the prevalence and of metabolic syndrome at Puskesmas East Bogor City in 2013. Cross sectional study took place in May 2013, with total sample of 301 people who are members of Posbindu in work area at Puskesmas East Bogor, Bogor City in 2013. The data collected inculude HDL Cholesrol, triglyceride concentration using rapid test of lipid panel, fasting glucose, blood presure and abdominal circumference.
For BMI using index BB/TB2. Interview data includes data of age, sex, education, occupation, income, physical activity, smoking habits, family history, BMI and stress. The data energy intake, carbohydrate, fat, and protein intake were obtained using food recall 1x 24 hours. Analysis of bivarite data with chi square test and multivariate Cox regression. The results of study show prevalence of metabolic syndrome was 31.6%. Multivariate analysis models obtained with casuality relationship between light physical activity metabolic syndrome with PR 2.0 (95% CI 1.31 to 3.18), after controling age, body mass index and energy intake.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Damar Rahmahani
"Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan suatu gambaran umum yang dapat memberikan penilaian terhadap performa seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Penilaian terhadap kualitas hidup terkait kesehatan dianggap sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan berbagai faktor di dalam kehidupan, seperti kesehatan, efisiensi, produktifitas, kepuasan, keterlibatan dalam kinerja, motivasi, dan kesejahteraan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karena adanya pengaruh dari faktor kesehatan fisik dan mental. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keeratan hubungan di antara kualitas hidup dengan berbagai faktor gaya hidup pada anggota Komunitas lari di Kota Depok. Desain studi pada penelitian ini adalah cross sectional dengan variabel dependen yaitu kualitas hidup terkait kesehatan dan variabel independen yaitu tingkat kebugaran kardiorespiratori, jenis kelamin, usia, riwayat penyakit kronik, kualitas diet, IMT, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan kepada 125 anggota aktif lima Komunitas lari terpilih yang ada di Kota Depok. Nilai kualitas hidup terkait kesehatan diukur dengan menggunakan kuesioner SF 36 V2 Quality of Life. Hasil terhadap penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit kronik pada aspek kesehatan fisik dan kualitas tidur pada aspek kesehatan fisik (r = 0,593), kesehatan mental (r = 0,615) , dan kualitas hidup (r = 0,710) dengan kualitas hidup terkait kesehatan.

Health-related quality of life is a general description that can provide an assessment of a person's performance in carrying out their daily lives. Assessment of quality of life related to health is considered very important because it is related to various factors in daily life, such as health, efficiency, productivity, satisfaction, involvement in performance, motivation, and welfare in carrying out daily activities due to the influence of physical health factors and mental health. This study aims to look at the close relationship between quality of life with various lifestyle factors in running community members in the city of Depok. The study design in this study was cross sectional with the dependent variable namely health related quality of life and independent variables namely cardiorespiratory fitness level, gender, age, history of chronic illness, diet quality, BMI, physical activity level, smoking habits, and sleep quality. This research was conducted on 125 active members from five running communities in the city of Depok. Health-related quality of life values were measured using the SF 36 V2 Quality of Life questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the history of chronic illness in physical health aspects and sleep quality in physical health aspects (r = 0.593), mental health (r = 0.615), and quality of life (r = 0.710) with health related quality of life."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Waznan
"ABSTRAK
Dewasa ini, jumlah populasi usia lanjut di Indonesia semakin meningkat. Jumlah ini diiringi dengan semakin banyaknya masalah-masalah yang menyertai seseorang dengan usia lanjut, seperti menurunnya mobilitas fungsional. Penurunan mobilitas fungsional ini akan berpengaruh terhadap menurunnya pula kualitas hidup terkait kesehatan HRQoL . Belum ada penelitian yang mengetahui korelasi antara mobilitas fungsional dengan HRQoL, jika diukur menggunakan European Quality of Life-5 Dimension EQ-5D yang memiliki keunggulan. Sebanyak 70 pasien usia lanjut di Poliklinik Geriatri, RSCM dilakukan pengukuran TUGT mengukur mobilitas fungsional dan EQ-5D mengukur HRQoL . Didapatkan nilai median untuk TUGT adalah 12,335 7-30,9 detik, EQ-5D TTO 0,777 0,532-1 , dan EQ-5D VAS 70,0 30-100 . Dengan menggunakan analisis korelasi, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi negative antara TUGT dengan EQ-5D TTO p= 0,006; r= -0,324 dan EQ-5D VAS p= 0,037; r= -0,254 . Dari penelitian ini didapatkan bahwa TUGT orang usia lanjut di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan di negara lain. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian terkait mobilitas fungsional dan HRQoL. Penelitian lanjutan tentang hubungan kausalitas kedua variabel perlu dilakukan.

ABSTRACT
Recently, total population of eldery in Indonesia is growing in number. This number accompanied by problems among elderly, as decrese in functional mobility. The decrease of functional mobility will affect to health related quality of life HRQoL . There is still no study knowing correlation between functional mobility and HRQoL, if assessed using European Quality of Life 5 Dimension EQ 5D which has its own excellence. As many as 70 elderly patients in Geriatric Policlinic was tested for timed up and go test TUGT for assessing functional mobility and EQ 5D for assessing HRQoL . The median of TUGT was 12,335 7 30,9 second, EQ 5D TTO was 0,777 0,532 1 , and EQ 5D VAS was 70,0 30 100 . From bivariate analysis, there was a correlation between TUGT with EQ 5D TTO p 0,006 r 0,324 and TUGT with EQ 5D VAS p 0,037 r 0,254 . From this study, it is known that TUGT of elderly patient in Indonesia is lower if compared to another counties rsquo references value. This study is also suit with another studies about functional mobility and HRQoL. Advanced study to know causality association between variables needs to be done. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaeha
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di
Kabupaten Pesawaran. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien TB di Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik klien dan pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dengan kualitas hidup klien TB paru. Desain deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian pada 41
pasien TB berumur 18-59 tahun pada fase intensif pengobatan dari bulan April
sampai Mei 2014. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup klien TB
terganggu. Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p = 0,034), tugas
kesehatan keluarga (p = 0,005), pendapatan (p = 0,030) dan dukungan keluarga (p
= 0,012) dengan kualitas hidup klien TB. Pengembangan program yang
terintegrasi antara program TB dan perawatan kesehatan masyarakat dan program
lainya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan
keluarga.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a major public health problem in Indonesia as well as in
Pasawaran. The family health tasks implementation may affect Health Related
Quality Of Life (HRQOL) among TB patients in Pesawaran. This study aims to
determine the corelation of characteristics of patients and family health tasks to
HRQOL TB patients. The descriptive correlative design with cross-sectional
approach was applied to this study to 41 patients. The inclusion criteria for the
respondents are aged range at18-59 years old and under the initial phase of TB
treatment from April to May 2014. The results showed that HRQOL among TB
patients generally were impaired. The characteristics associated to HRQOL
among TB patients were occupation (p = 0.034), family health tasks (p = 0.002),
income (p = 0.034) and family support (p = 0.012) . An integrated program need
to be developed to increase family’s ability to improve family health tasks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>