Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Lantai dan peralatan merupakan komponen penting dalam pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF). Gudang obat PBF harus memenuhi syarat tertentu, termasuk memiliki lantai mudah dibersihkan, rata, dan bebas keretakan atau lubang untuk menjaga kebersihan dan keamanan penyimpanan obat. Dalam upaya memenuhi persyaratan CDOB dan menjaga kebersihan gudang, penggunaan pelapis lantai menjadi langkah yang bisa diimplementasikan. Pemilihan bahan pelapis lantai membutuhkan analisis spesifikasi dari masing-masing bahan. Jenis bahan lantai yang dapat digunakan adalah beton yang dilapisi epoksi atau poliurea. Meskipun memiliki banyak keunggulan, epoksi juga memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perbandingan poliurea dan epoksi sebagai bahan pelapis lantai. Kegiatan dimulai dengan terjun ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara. Aktivitas ini didokumentasikan dan data yang diperoleh berupa foto, laporan form checklist inspeksi, dan hasil wawancara. Hasil observasi menunjukkan bahwa lantai gudang APL saat ini hanya menggunakan beton, yang mudah rusak dan menghasilkan banyak debu. Adanya debu dapat menyebabkan kontaminasi produk dan melanggar persyaratan CDOB. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pelapisan lantai. Perbandingan antara bahan poliurea dan epoksi menunjukkan bahwa poliurea memiliki berbagai keunggulan. Poliurea lebih kuat, ramah lingkungan, waktu pengeringannya lebih singkat, dan memiliki umur pemakaian yang lebih lama dibandingkan epoksi. Penggunaan poliurea diharapkan dapat mengurangi biaya pemeliharaan gudang dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan demikian, penggunaan pelapis lantai poliurea menjadi alternatif yang lebih menguntungkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan gudang PBF dalam memenuhi persyaratan CDOB.

Flooring and equipment play a crucial role in adhering to the Good Distribution Practice guidelines. Warehouses must meet specific requirements, including having easily cleanable, level floors without cracks or holes to ensure the cleanliness and safety of drug storage. To comply with GDP requirements and maintain warehouse hygiene, floor coatings are an effective solution. The selection of floor coating materials necessitates a detailed analysis of their specifications. Concrete coated with either epoxy or polyurea is a viable choice for floor coating. Despite epoxy's numerous advantages, it also comes with certain limitations. Therefore, conducting a comparative analysis between polyurea and epoxy as floor coatings is essential. The analysis process involves on-site observations and interviews, with the data documented through photographs, inspection checklists, and interview reports. It is observed that APL's warehouse currently uses concrete flooring, which is prone to damage and generates considerable dust. Dust accumulation can lead to product contamination, thus violating GDP requirements. A comparison of polyurea and epoxy reveals that polyurea possesses various advantages, including greater strength, environmental friendliness, shorter drying time, and an extended service life compared to epoxy. Utilizing polyurea as a floor coating is expected to reduce warehouse maintenance expenses and enhance operational efficiency. Consequently, opting for polyurea floor coatings offers a more cost-effective and efficient solution to maintain the cleanliness and safety of the PBF warehouse in alignment with GDP requirements. This step contributes to better drug storage practices, ensuring the integrity and quality of pharmaceutical products during distribution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia
"Distributor farmasi harus memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang tercantum dalam Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020. Berdasarkan CDOB bangunan dan fasilitas penyimpanan di gudang harus bersih dan bebas dari debu. Namun, berdasarkan pengamatan di gudang APL cabang Bandung dan Tangerang, masih banyak debu yang terdapat di lantai gudang. Hal ini dikarenakan gudang APL cabang Bandung dan Tangerang masih menggunakan lantai beton, sehingga tingginya lalu lalang mesin forklift dan hand pallet menyebabkan lantai dan sambungan lantai lebih mudah retak dan menimbulkan debu. Selain itu, timbulnya debu disebabkan karena sifat beton yang dapat mengendapkan debu dan tidak mampu mensirkulasi debu. Debu merupakan masalah serius yang perlu diatasi karena dapat mengkontaminasi produk, sehingga mutu produk menurun. Oleh karena itu, untuk mengurangi debu serta menciptakan permukaan lantai yang lebih tahan terhadap tekanan dan gesekan, perlu adanya pelapisan lantai atau coating lantai. Pelapisan lantai di gudang farmasi yang sering digunakan adalah pelapis epoxy. Namun, pelapis epoxy masih memiliki beberapa kekurangan, seperti tidak fleksibel dan ketahanan yang rendah. Oleh karena itu, tujuan dari project ini ada mencari alternatif pelapis lantai lain yang lebih efektif dan efisien dibanding epoxy agar dapat diaplikasikan di cabang yang belum dilakukan coating. Berdasarkan hasil analisa, polyurea 20 kali lebih kuat dibanding epoxy, ramah lingkungan, waktu pengeringan relatif lebih singkat. Poliurea bertahan lebih lama (10-15 tahun) dibanding epoxy, sehingga biaya Rp/tahun/m2 lebih rendah dibanding epoxy.

Pharmaceutical distributors must meet the standards for Good Drug Distribution Methods (CDOB) listed in the Regulation of the Drug and Food Control Agency Number 6 of 2020. Based on the CDOB, buildings and storage facilities in warehouses must be clean and free of dust. However, based on observations at APL's Bandung and Tangerang branch warehouses, there is still a lot of dust on the warehouse floor. This is because the APL Bandung and Tangerang branch warehouses still use concrete floors, so the high traffic of forklifts and hand pallets causes floors and floor joints to crack more easily and generate dust. In addition, the emergence of dust is due to the nature of concrete which can precipitate dust and is unable to circulate dust. Dust is a serious problem that needs to be addressed because it can cause the quality of the products decrease. Therefore, to reduce dust and create a floor surface that is more resistant to pressure and friction, it is necessary to have a floor coating or floor coating. The floor coating in pharmaceutical warehouses that is often used is epoxy coating. However, epoxy coatings still have some drawbacks, such as inflexibility and low resistance. Therefore, the goal of this project is to find alternative floor coatings that are more effective and efficient than epoxy. Based on the analysis results, polyurea is 20 times stronger than epoxy, environmentally friendly, relatively short drying time. Polyurea lasts longer (10-15 years) than epoxy, so the cost is lower than epoxy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Guesvidha Nurhidayat As Putera
"Mematuhi CDOB merupakan peranan yang sangat penting untuk memastikan bahwa bahan obat dan produk obat disimpan, dikelola, dan didistribusikan dengan standar yang tinggi untuk menjaga kualitas dan keselamatan. Gudang yang menerapkan CDOB membantu mempertahankan integritas bahan baku obat. Proses penyimpanan yang tepat, termasuk pengendalian suhu, kelembaban, dan penanganan yang benar, dapat mencegah perubahan kimia atau fisik yang dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan baku obat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa bahan baku obat tetap efektif dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Penerapan CDOB di gudang pedagang besar farmasi bahan baku obat juga membantu membangun kepercayaan pelanggan. Pelanggan, seperti produsen obat jadi, membutuhkan jaminan bahwa bahan baku obat yang mereka beli aman, berkualitas, dan memenuhi persyaratan regulasi. Gudang yang memenuhi standar CDOB memberikan bukti komitmen terhadap kualitas dan keamanan produk, yang dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan memperkuat hubungan bisnis. Metode pelaksanaan dilakukan secara kualitatif, yang dilakukan dengan melihat tinjauan pustaka dan wawancara secara langsung kepada yang bersangkutan terhadap gudang PBF Farmasia Inovasi Megatrading.PT . Farmasia Inovasi Megatrading memiliki ruang gudang dengan tiga jenis rak penyimpanan bahan baku obat yang meliputi rak A (Bahan Aktif Obat / Active Pharmaceuticals Inggredients), rak B (Bahan Vitamin, Mineral dan Ekstrak) dan rak C (Bahan Tambahan/ Eksipient). Selain itu terdapat juga beberapa ruangan khusus bahan baku obat seperti ruangan bahan baku obat beta laktam, ruangan bahan baku obat suhu terkontrol dan ruangan reject. Selain memperhatikan ruangan yang memadai, beberapa faktor juga sangat perlu diperhatikan karena juga sangat mempengaruhi kualitas bahan baku obat. Beberapa faktor ini bersumber kepada regulasi sediaan farmasi seperti CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) untuk memastikan bahwa distribusi, penyimpanan, dan penanganan obat dilakukan dengan cara yang aman, terpercaya, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ruangan gudang bahan baku obat pada PT. Farmasia Inovasi Megatrading pada umumnya sudah sesuai dengan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), Namun pada sisi pencahayaan walaupun sudah merata dan memadai, belum diketahui satuan intensitas cahaya yang digunakan.

Complying with the CDOB is a critical role in ensuring that drug substances and drug products are stored, managed, and distributed to high standards to maintain quality and safety. Warehouses that implement CDOB help maintain the integrity of medicinal raw materials. Proper storage processes, including controlling temperature, humidity, and correct handling, can prevent chemical or physical changes that can affect the quality and safety of medicinal raw materials. This is important to ensure that medicinal raw materials remain effective and comply with established specifications. The implementation of CDOB in the warehouses of pharmaceutical wholesalers of medicinal raw materials also helps build customer trust. Customers, such as finished drug manufacturers, need assurance that the drug raw materials they purchase are safe, of good quality and meet regulatory requirements. A warehouse that meets CDOB standards provides evidence of commitment to product quality and safety, which can increase customer confidence and strengthen business relationships. The implementation method was carried out qualitatively, which was carried out by looking at literature reviews and direct interviews with those concerned with the PBF Farmasia Innovation Megatrading.PT warehouse. Farmasia Innovation Megatrading has a warehouse space with three types of storage shelves for medicinal raw materials which include shelf A (Active Drug Ingredients / Active Pharmaceutical Ingredients), shelf B (Vitamins, Minerals and Extracts) and shelf C (Additional Ingredients/Excipients). Apart from that, there are also several special rooms for medicinal raw materials, such as the beta lactam medicine raw material room, the controlled temperature medicine raw material room and the reject room. Apart from paying attention to adequate space, several factors also really need to be considered because they also greatly influence the quality of medicinal raw materials. Some of these factors originate from pharmaceutical preparation regulations such as CDOB (Good Medicine Distribution Method) to ensure that the distribution, storage and handling of medicines is carried out in a safe, reliable manner and in accordance with applicable regulations. Drug raw material warehouse room at PT. Farmasia Innovation Megatrading is generally in accordance with CDOB (Good Method of Distribution of Medicines), however, in terms of lighting, although it is even and adequate, the unit of light intensity used is not yet known.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Hadiqotul Aini
"Penyimpanan merupakan salah satu hal yang krusial dalam terwujudnya pendistribusian obat yang baik dikarenakan berkaitan langsung dengan kualitas produk. Hal ini menyebabkan PBF (Pedagang Besar Farmasi) harus dapat melakukan penyimpanan sesuai dengan persyaratan  yang  terdapat pada Cara Distribusi Obat yang  Baik (CDOB). Suatu fasilitas distribusi obat harus dapat  mempertahankan sistem mutunya agar obat dapat terjamin selama proses distribusi. Adapun, prinsip-prinsip pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) perlu diimplementasikan baik pada saat pengadaan, penyimpanan, penyaluran serta pengembalian obat atau bahan obat. Saat melakukan PKPA  di Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor,  dibandingkan antara cara penyimpanan obat yang baik dan benar berdasarkan CDOB dan dengan pengaplikasiannya di lapangan. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa prosedur penyimpanan obat di KFTD Bogor telah dilakukan dengan baik.

Storage is crucial in ensuring the proper distribution of pharmaceuticals as it directly affects product quality. This necessitates that Pharmaceutical Wholesalers must be capable of storing items in accordance with the standards of Good Distribution Practice (GDP). A drug distribution facility must uphold its quality management system to safeguard the integrity of drugs throughout the distribution process. The principles of GDP must be applied during drug procurement, storage, distribution, and return processes. As part of Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) at Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) in Bogor, a comparison was conducted regarding proper and correct drug storage practices based on applicable CDOB guidelines and their implementation in the field. From the results obtained It can be concluded that the drug storage procedures at KFTD Bogor have been effectively implemented.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Wajdilfarah
"Departemen pemastian mutu merupakan salah satu departemen kunci di industri farmasi. Pemastian mutu adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memvalidasi dan memastikan bahwa produk yang diproduksi aman dan memenuhi syarat yang diberikan oleh otoritas regulasi dari bahan baku hingga produk jadi. Departemen pemastian mutu memiliki tugas untuk memvalidasi setiap metode dan proses yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam pembuatan produk obat, bahan baku merupakan unsur yang penting. Pemastikan kualitas bahan baku menjadi tahap awal penentu obat yang diproduksi dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Sebelum dipindahkan ke area produksi, bahan baku yang telah ditimbang akan disimpan di area staging sehingga selama masa penyimpanan kualitias bahan baku harus dapat dipastikan dengan cara menetapkan lamanya periode waktu tunggu penyimpanan bahan baku sebelum diproses ke tahap selanjutnya. Waktu tunggu dapat didefinisikan sebagai periode waktu yang ditetapkan untuk bahan obat yang disimpan di bawah kondisi dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pelaksanaan studi waktu tunggu pada bahan baku obat dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas obat yang diproduksi, serta menyusun protocol studi waktu tunggu pada bahan baku obat. Hasil dari tugas khusus ini adalah pelaksanaan studi waktu tunggu pada bahan baku obat bertujuan untuk memberikan lama periode waktu tunggu yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku di area staging sehingga tetap memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Protokol studi waktu tunggu pada bahan baku obat telah disusun sebagai bentuk dokumentasi dan pembuktian terhadap bahan baku yang telah ditimbang tetap memberikan hasil sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan setelah disimpan dalam periode waktu tertentu sebelum diproses ke tahap selanjutnya. 

The quality assurance department is one of the key departments in the pharmaceutical industry. Quality assurance is a process carried out to validate and ensure that the products produced are safe and meet the requirements given by regulatory authorities from raw materials to finished goods. The quality assurance department has the task of validating each method and process carried out to produce results that comply with predetermined standards. In the pharmaceutical industries, raw materials are an important element. Ensuring the quality of raw materials is the initial stage in determining whether the drugs produced can meet the specified specifications. Before being moved to the production area, the raw materials that have been dispensed will be stored in the staging area so that during the storage period the quality of the  raw materials must be ensured by determining the length of the holding period for dispensed raw materials to be stored before they are processed to the next stage. Holding time can be defined as a defined period of time for dispensed raw materials to be stored under established conditions and specifications. This special task aims to determine the purpose of carrying out holding time studies on dispensed raw materials and how they affect the quality of the drugs produced, as well as preparing a protocol for holding time study on dispensed raw materials. The result of this special task is the implementation of a holding time study on dispensed raw materials with the aim of providing a long holding time period that can be used to store dispensed raw materials in the staging area so that it still provides results in accordance with predetermined specifications. The holding time study protocol for raw materials has been prepared as a form of documentation and proof that raw materials that have been dispensed still produce results in accordance with predetermined specifications after being stored for a certain period of time before being processed to the next stage.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sistem distribusi obat tidak terlepas dengan yang namanya manajemen logistik yang merupakan aktivitas penting dalam rumah sakit karena menjamin ketersediaan pasokan baik untuk obat-obatan maupun perlengkapan operasional lainnya dengan biaya yang minimum. Salah satu alur dalam manajemen logistik adalah prosedur penyimpanan. Penyimpanan disebut sebagai jantung dari manajemen logistik karena dengan melihat penyimpanan obat maka dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak serta penyimpanan adalah hal yang sangat menentukan kelancaran pada saat pendistribusian obat. Dalam laporan tugas khusus ini penulis ingin mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penyusunan tugas khusus ini dilakukan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel check list lalu dihitung dan di persentasekan berdasarkan skala guttman dengan menggunakan perhitungan skor, untuk hasil memenuhi syarat diberikan skor 1 dan tidak memenuhi syarat diberikan skor 0. Didapatkan hasil dengan persentase untuk penyimpanan obat yang sesuai dengan standar adalah 96,7% dan 3,33% untuk penyimpanan obat yang belum sesuai. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah masuk dalam ketegori penyimpanan yang sangat baik.
The drug distribution system is closely intertwined with logistics management, which is a vital activity in hospitals because it ensures the availability of supplies, both for medications and other operational equipment, at minimal cost. One of the key components of logistics management is storage procedures. Storage is often referred to as the heart of logistics management because by examining drug storage, it can be determined whether the logistics management objectives are achieved or not, and storage significantly influences the smoothness of drug distribution. In this specific task report, the author aims to determine the percentage of compliance with drug and Medical Devices and Household Health Supplies (BMHP) storage at the Outpatient Pharmacy Depot of the University of Indonesia Hospital. The preparation of this specific task is conducted using an observational method that is descriptive in nature. The observation results are then compiled into a checklist table and calculated and presented as percentages based on the Guttmann scale using scoring calculations, where a score of 1 indicates compliance and a score of 0 indicates non-compliance. The results show that the percentage of compliance with standard drug storage is 96.7%, with 3.33% for drug storage not meeting the standards. The percentage obtained indicates that the drug and disposable medical supplies storage system falls into the category of very good storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Violeta Lestari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang berfungsi untuk melaksanakan proses pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mutu sediaan farmasi yang didistribusikan tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen salah satunya dengan cara menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Penerapan CDOB merupakan standar agar PBF dapat mempertahankan dan memastikan mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi. PBF dalam pelaksanaannya juga memiliki sistem manajemen yang baik salah satunya dengan adanya Standar Prosedur Operasional (SPO). Penerapan SPO terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu dan/atau label wajib dilakukan penarikan. Sedangkan pemusnahan dilakukan pada obat dan/atau bahan obat, kemasan, label dan/atau brosur yang tidak memenuhi standar persyaratan mutu, khasiat dan keamanan. Implementasi Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian, penarikan kembali (recall) dan pemusnahan obat dan/atau bahan obat di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) are companies in the form of legal entities whose function is to carry out the process of procurement, storage and distribution of medicines in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF also has the responsibility to ensure that the quality of the pharmaceutical preparations distributed is maintained until they reach consumers, one of which is by implementing Good Distribution Practice (GDP) guidelines. The implementation of GDP is a standard so that PBF can maintain and ensure the quality of medicines received by patients is the same as the quality of medicines issued by the pharmaceutical industry. In its implementation, PBF also has a good management system, one of which is the Standard Operational Procedure (SOP). The application of SOP to drugs and/or medicinal substances that do not meet the standards and/or requirements for safety, efficacy, quality and/or labeling must be withdrawn. Meanwhile, destruction is carried out on drugs and/or medicinal ingredients, packaging, labels and/or brochures that do not meet the standard requirements for quality, efficacy and safety. Implementation of Standard Operational Procedures (SOP) for handling returned medicines and/or medicinal substances, recalls and destruction of medicines and/or medicinal substances at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Distribution Practice (GDP) and has been implemented in accordance with applicable Standard Operational Procedures (SOP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Firdausi
"Obat dengan indikasi gangguan gastrointestinal termasuk dalam 10 besar obat yang paling banyak diresepkan. Seringkali, pasien dengan keluhan gangguan gastrointestinal diresepkan beberapa obat secara bersamaan. Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit gastrointestinal perlu diperhatikan, karena dapat mengubah fisiologi saluran gastrointestinal yang mempengaruhi farmakokinetik obat. Maka dari itu dilakukan pengkajian resep yang juga termasuk bagian dari pelayanan farmasi klinik di apotek yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian resep untuk penyakit gastrointestinal berdasarkan kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Resep yang dikaji pada laporan ini diambil dari Apotek Roxy Biak bulan April 2023. Sebanyak tiga resep kasus diambil untuk laporan ini, berisi obat-obat untuk gangguan gastrointestinal yang diinstruksikan dokter untuk diracik. Hasil pengkajian resep menunjukkan, pada aspek administratif data pasien masih terdapat ketidaklengkapan, Pada aspek farmasetik, ada beberapa obat yang harus diperhatikan stabilitasnya jika diracik, terutama sediaan obat bersalut. Pada aspek klinis, diketahui terdapat resep yang memiliki masalah terkait dosis yang kurang tepat dan interaksi obat. Obat untuk gangguan gastrointestinal yang menyebabkan interaksi dengan obat oral secara farmakokinetik, sebaiknya tidak diracik menjadi satu sediaan, melainkan diberi instruksi waktu pemakaian obat.

Drugs for gastrointestinal disorders indications are among the top 10 most commonly prescribed medications. Often, patients with complaints of gastrointestinal disorders are prescribed several drugs simultaneously. Drugs used to treat gastrointestinal diseases need to be considered because they can change gastrointestinal tract physiology, which affects drug pharmacokinetics. Therefore, a prescription screening is carried out, which is also part of the clinical pharmacy service at the pharmacy and aims to determine the suitability of prescriptions for gastrointestinal diseases based on administrative studies, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. The prescriptions studied in this report were taken from Roxy Biak Pharmacy in April 2023. A total of three case prescriptions were taken for this report, containing drugs for gastrointestinal disorders that the doctor instructed to be compounded. The results of the prescription screening show that in the administrative aspect, patient data is still incomplete. In the pharmaceutical aspect, there are several drugs whose stability must be considered when formulated, especially coated drug preparations. In the clinical aspect, there are prescriptions that have problems related to inappropriate dosage and drug interactions. Drugs for gastrointestinal disorders that cause interactions with oral drugs pharmacokinetically should not be mixed into one preparation, but should be given instructions on when to use the drug.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Violeta Lestari
"Pengelolaan sediaan farmasi di puskesmas terdiri dari serangkaian tahapan yang dimulai dari perencanaan hingga pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP. Proses pencatatan dan pelaporan merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan obat baik yang ketika obat diterima, disimpan, didistribusikan, serta yang digunakan di Puskesmas, termasuk pencatatan dan pelaporan dalam pembuatan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO merupakan suatu laporan atau format yang berisi tentang penggunaan dan pengeluaran obat. LPLPO dibuat oleh puskesmas pada setiap bulannya yang berfungsi untuk monitoring pemakaian dan penerimaan obat setiap bulan dengan tujuan dapat menjaga ketersediaan obat pada puskesmas dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan terkait data yang tertera pada kartu stok masing-masing obat yang ada di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sesuai dengan data yang terdapat pada Laporan Pemakaian dna Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Periode Januari hingga Maret Tahun 2023 Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Januari hingga Maret tahun 2023 antara lain Parasetamol 500 mg, Metformin 500 mg, DMP Kombinasi/ Alpara tab, Amlodipin 10 mg, Tablet Tambah Darah (Rematri), Vitamin B Kompleks, Deksametason, Guaifenesin, Cetirizin, dan Vitamin A 200000 IU.

Management of pharmaceutical supplies at community health centers consists of a series of stages starting from planning to recording and reporting as well as monitoring and evaluating the management of pharmaceutical supplies and BMHP. The recording and reporting process is an important element in drug management, both when drugs are received, stored, distributed, and used at the Community Health Center, including recording and reporting in making Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO is a report or format that contains information about the use and dispensing of drugs. The LPLPO is made by the puskesmas every month which functions to monitor the use and receipt of medicines every month with the aim of maintaining the availability of medicines at the puskesmas within a certain period of time. Based on the results of observations related to the data listed on the stock card for each drug in the Kramat Jati District Health Center, it is in accordance with the data contained in the Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) for the period January to March 2023 at the Kramat Jati District Health Center. The list of the ten most commonly used drugs at the Kramat Jati District Health Center for the period January to March 2023 includes Paracetamol 500 mg, Metformin 500 mg, DMP Combination/Alpara tab, Amlodipine 10 mg, Blood Increase Tablets (Rheumatism), Vitamin B Complex, Dexamethasone, Guaifenesin , Cetirizine, and Vitamin A 200000 IU.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Ethica Industri Farmasi bertujuan untuk menelaah penerapan 5S di area produksi sehingga dapat membantu terciptanya lingkungan kerja yang tertib, teratur dan bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi khususnya dari APD yang digunakan. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap area change room produksi dan pencatatan terhadap keadaan area change room sebelum dilakukan optimalisasi penerapan 5S. Kemudian disusun rancangan optimalisasi penerapan 5S di area change room produksi berdasarkan hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan ketidakteraturan penyimpanan pakaian khusus yang digunakan operator untuk memasuki area produksi. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya kontaminasi dari APD selama proses produksi, dikarenakan penyimpanan pakaian yang tidak teratur dapat menyebabkan tertukarnya pakaian antar operator dan menyebabkan terjadinya penumpukan partikel yang dapat terbawa memasuki area produksi karena coverall melebihi batas pemakaian. Sehingga penerapan 5S di area change room produksi farmasi dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi dari APD khususnya coverall serta menciptakan lingkup kerja yang teratur.

Pharmacist Professional Work Practices at PT. Pharmaceutical Industry Ethics aims to examine the implementation of 5S in production areas so that it can help create an orderly, orderly and clean work environment and prevent contamination, especially from the PPE used. The study was carried out using the observation method. Data collection was carried out based on observations of the production change room area and recording the condition of the change room area before optimizing the implementation of 5S. Then a design for optimizing the implementation of 5S in the production change room area was prepared based on the results of the observations. Based on the results of observations, irregularities in the storage of special clothing used by operators to enter the production area were found. This can increase the risk of contamination from PPE during the production process, because irregular storage of clothing can cause clothing to be exchanged between operators and cause a buildup of particles that can be carried into the production area because the coverall exceeds the usage limit. So that implementing 5S in the pharmaceutical production change room area can minimize contamination from PPE, especially coveralls and create an orderly work environment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>