Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juise Fennia Putri
"Penyimpanan termasuk ke dalam salah satu dari sembilan aspek CDOB yaitu operasional. Penyimpanan yang tidak tepat atau tidak efektif membuat obat kedaluwarsa tidak terdeteksi dan dapat merugikan rumah sakit, apotek, dan perusahaan besar farmasi. Salah satu obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus adalah produk rantai dingin. Suhu penyimpanan merupakan salah satu parameter kritis pada penyimpanan sediaan CCP (Cold Chain Product), hal ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kestabilan obat untuk mempertahankan atau menjaga khasiat, mutu dan efikasi. Data yang digunakan diperoleh dari penelusuran pustaka, wawancara, dan observasi terhadap kondisi gudang PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2. Penelusuran pustaka diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang cara distribusi obat yang baik dan pedagang besar farmasi. Sistem penyimpanan cold chain produk di PT Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 mayoritas telah sesuai dengan CDOB. Kata Kunci : Penyimpanan, Produk Rantai Dingin, Cara Distribusi Obat yang Baik dan Benar.

Storage is included in one of the nine aspects of CDOB, namely operations. Improper or ineffective storage allows expired medications to go undetected and can be detrimental to hospitals, pharmacies, and large pharmaceutical companies. One drug that requires special storage conditions is cold chain products. Storage temperature is one of the critical parameters in storing CCP (Cold Chain Product) preparations, this is a factor that greatly influences the stability of the drug to maintain or maintain efficacy, quality and efficacy. The data used was obtained from literature searches, interviews, and observations of PT warehouse conditions. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta branch 2. The literature search was obtained from applicable laws and regulations regarding proper distribution of medicines and pharmaceutical wholesalers. The majority of product cold chain storage systems at PT Kimia Farma Trading & Distribution, Jakarta 2 branch are in accordance with CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pavita Rena Anarizta
"Pada distribusi produk rantai dingin, terdapat persyaratan khusus yang harus dipenuhi sebagai standar meliputi aturan yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan,penyimpanan dan pengiriman. Potensi produk rantai dingin mungkin dapat berkurang atau bahkan hilang bila terkena suhu di luar kisaran yang dipersyaratkan, maka dalam penyimpanannya perlu dijaga suhunya. Terjadinya perubahan suhu hingga diluar rentang yang dipersyaratkan dapat mengubah kualitas produk serta efikasinya. Dalam pengelolaannya, terdapat faktor lain yang memengaruhi seperti seperti bangunan dan peralatan (chiller, freezer, termometer) yang memadai serta personel yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan CDOB. Inspeksi diri perlu dilakukan sebagai tindakan pemenuhan terhadap CDOB dan sebagai penjaminan konsistensi mutu terhadap kinerja PBF. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi kesesuaian hasil inspeksi diri terhadap CDOB. Metode yang digunakan antara lain studi literatur, wawancara dan observasi. Ketiga metode tersebut dilakukan agar dokumentasi inspeksi diri yang dihasilkan sesuai dengan kondisi pedagang besar farmasi dan dapat memenuhi persyaratan CDOB. Studi literatur dilaksanakan dengan cara mencari referensi melalui pedoman teknis CDOB. Wawancara dilaksanakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk mengisi form inspeksi diri. Observasi dilaksanakan dengan cara mengamati secara langsung keberlangsungan penerapan CDOB di Kimia Farma Trading & Distribution cabang Bekasi. Kesimpulan yang bisa dihasilkan adalah Kimia Farma Trading & Distribution cabang Bekasi telah melaksanakan dan mematuhi CDOB melalui standar prosedur operasional yang berlaku berdasarkan hasil inspeksi diri untuk produk rantai dingin/cold chain product (CCP).

In the distribution of cold chain products, there are special requirements that must be met as standards, including rules relating to temperature issues at the time of receipt, storage and delivery. The potential of cold chain products may be reduced or even lost if exposed to temperatures outside the required range, so it is necessary to maintain the temperature in storage. Changes in temperature beyond the required range can change product quality and efficacy. In its management, there are other influencing factors such as adequate buildings and equipment (chillers, freezers, thermometers) as well as personnel who meet the qualifications according to the CDOB. Self-inspection needs to be carried out as an act of compliance with CDOB and as a guarantee of quality consistency towards PBF performance. Therefore, an evaluation of the suitability of the results of the self-inspection against the CDOB was carried out. The methods used include literature studies, interviews and observation. These three methods are carried out so that the resulting self-inspection documentation is in accordance with the conditions of pharmaceutical wholesalers and can meet CDOB requirements. The literature study was carried out by looking for references through the CDOB technical guidelines. Interviews were conducted to obtain the necessary data to fill out the self-inspection form. Observations were carried out by directly observing the continuity of CDOB implementation at the Bekasi branch of Kimia Farma Trading & Distribution. The conclusion that can be drawn is that the Bekasi branch of Kimia Farma Trading & Distribution has implemented and complied with the CDOB through the applicable standard operating procedures based on the results of self-inspection for cold chain products (CCP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Lestari
"Standar pelayanan kefarmasian bertujuan menjamin pelayanan farmasi yang optimal dan bermutu. Penyimpanan obat yang sesuai dengan standar bertujuan untuk menjamin mutu obat, menghindari penyalahgunaan obat, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan obat. Kesalahan dalam penyimpanan obat dapat mengakibatkan medication error. Persentase medication error terkait permintaan obat resep di Indonesia bervariasi antara 0,03% - 16,9%. Kejadian tersebut sangat berisiko untuk mengancam keselamatan dari pasien. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan tujuan mengevaluasi sistem penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 147 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek serta petunjuk teknis pelayanan kefarmasian di apotek. Penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 147 dilakukan berdasarkan efek farmakologi, alfabetis, golongan obat, bentuk sediaan, stabilitas, penyimpanan untuk obat pelayanan tertentu, pareto (fast moving), dan dengan sistem FIFO FEFO. Penyimpanan obat di apotek tersebut sudah baik dengan kesesuaian 85% dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan penjaminan mutu obat, Apotek Kimia Farma No. 147 dapat lebih memperhatikan penataan sistem penyimpanan pada obat High Alert dan obat LASA/NORUM, serta keamanan dari hewan pengganggu harus dapat ditingkatkan.

Pharmaceutical service standard aims to guarantee optimal and quality pharmaceutical services. Standard drug storage guarantees drug quality, avoids drug abuse, maintains availability, and facilitates drug search and control. Errors in drug storage can result in medication errors. The percentage of medication errors related to demand for prescription drugs in Indonesia varies between 0.03% - 16.9%. This incident is hazardous to threaten the safety of the patient. This research is a descriptive observational study to evaluate the drug storage system at the Kimia Farma 147 pharmacy based on the Regulation of the Minister of Health Number 73 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies and technical instructions for pharmaceutical services in pharmacies. Drug storage at the Kimia Farma 147 pharmacy is carried out based on pharmacological effects, alphabetical, drug class, dosage form, stability, storage for certain service drugs, Pareto (fast moving), and the FIFO FEFO system. Drug storage in the pharmacy is good with 85% compliance with Pharmaceutical Service Standards in Pharmacy. To improve the quality of pharmaceutical services and drug quality assurance, Kimia Farma Pharmacy No. 147 can pay more attention to the arrangement of storage systems for High Alert drugs and Look Alike Sounds Alike (LASA) drugs, as well as the safety of disturbing animals must be improved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Putri Miftahul Jannah
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai tempat pelayanan apoteker, PBF merupakan salah satu bagian terpenting dari proses dispensing ini sehingga PBF harus mengikuti kaidah Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk dapat memenuhi kriteria di atas. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. CDOB merupakan standar yang sangat penting dalam upaya menjaga mutu dan keutuhan pemberian obat di setiap mata rantai distribusi. Salah satu dalam menjaga mutu obat adalah dengan melihat bagaimana sistem transportasi atau pengiriman terutama cold chain produk yang membutuhkan cara khusus agar produk tetap dapat digunakan ketika sampai tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengirimanan atau transportasi cold chain product sesuai standar CDOB. Penelitian ini dilaksanakan dengan studi observasional atau pengamatan langsung pada PT. Kimia Farma Perdagangan & Distribusi Cabang 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengiriman Cold Chain Product telah sesuai dengan standar CDOB namun masih terdapat 2 temuan oleh BPOM mengenai waktu penerimaan Cold Chain Product dan belum dilakukan validasi pengiriman untuk kemasan Sterofom.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) have a role in procuring, storing, and distributing drugs and/or medicinal ingredients in large quantities by the provisions of statutory regulations. As a pharmacist service location, PBF is one of the most important parts of the dispensing process so PBF must follow the rules of Good Medicine Distribution Methods (CDOB) to be able to meet the above criteria. CDOB is a method of distributing/distributing drugs and/or medicinal substances that aims to ensure quality along the distribution/distribution route according to the requirements and intended use. CDOB is a very important standard in efforts to maintain the quality and integrity of drug administration at every link of the distribution chain. One way to maintain the quality of medicines is to look at the transportation or delivery system, especially the product cold chain, which requires special methods so that the product can still be used when it reaches its destination. This research aims to find out how the cold chain product delivery or transportation process is according to CDOB standards. This research was carried out using an observational study or direct observation at PT. Kimia Farma Trading & Distribution Branch 2. The research results show that the Cold Chain Product delivery system is by CDOB standards but there are still 2 findings by BPOM regarding the time of receiving the Cold Chain Product and delivery validation has not been carried out for Styrofoam packaging.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abrarriani Euis Kartika
"Suatu produk farmasi, baik sediaan obat maupun alat kesehatan dan BMHP lainnya, membutuhkan kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan untuk menjaga khasiat, mutu, dan efikasi produk. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang harus dikendalikan dengan baik seperti tertera pada panduan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) tahun 2020. Laaporan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui persebaran suhu ruangan lantai 1 dan cold room, memastikan suhu penyimpanan telah sesuai dengan CDOB, serta menentukan lokasi peletakan termometer untuk pemantauan suhu rutin. Tugas khusus ini dilakukan dengan meletakkan thermo data-logger pada titik-titik yang telah ditentukan selama 3 hari, kemudian menganalisis data yang diperoleh. Berdasarkam data dan analisis yang telah dilakukan, persebaran suhu di ruangan lantai 1 memiliki rata-rata suhu sebesar 24,7 OC dan 25,3OC, sedangkan pada cold room memiliki rata-rata suhu sebesar 5,7OC. Seluruh data suhu yang diperoleh tersebut telah sesuai dengan pedoman CDOB. Berdasarkan pemetaan suhu yang telah dilakukan, lokasi peletakan termometer untuk monitoring suhu penyimpanan produk dapat ditempatkan di area terluar dan di area terdalam ruangan.

A pharmaceutical product, both drug preparations and other medical devices and BMHP, requires environmental conditions that need to be considered to maintain the efficacy, quality, and efficacy of the product. Temperature is one of the environmental factors that must be controlled properly as stated in the 2020 Good Drug Distribution (CDOB) guidelines. The purpose of this special task is to determine the distribution of room temperature on the 1st floor and cold room, ensure that the storage temperature is in accordance with CDOB, and determine the location of the thermometer for routine temperature monitoring. This special task is carried out by placing the thermo data-logger at predetermined points for 3 days, then analyzing the data obtained. Based on the data and analysis that has been carried out, the temperature distribution in the 1st floor room has an average temperature of 24.7OC and 25.3OC, while the cold room has an average temperature of 5.7OC. All temperature data obtained is in accordance with CDOB guidelines. Based on the temperature mapping that has been carried out, the location of the thermometer to monitor the temperature of product storage can be placed in the outermost area and in the innermost area of the room."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Industri Farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. PT. Kimia Farma Plant Jakarta sebagai salah satu produsen obat memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menghasilkan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat.
Gudang penyimpanan merupakan sarana pendukung dalam industri farmasi sebagai tempat penyimpanan yang juga bertanggung jawab dalam menjaga mutu raw material, packaging material dan finished goods dari segala kerusakan karena pengaruh lingkungan, serangga dan binatang pengerat dan lain-lain. Dalam memastikan gudang penyimpanan dapat melaksanakan perannya dengan baik maka diperlukan pengelolaan yang diatur sedemikian rupa sehingga material dan produk yang disimpan di dalamnya memiliki mutu yang terjamin.
Menyadari akan pentingnya semua aspek yang berkaitan dengan mutu produk di industri farmasi khususnya dalam hal penyimpanan maka dilakukan PKPA di PT. Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta untuk dapat mengetahui peran Apoteker dalam penyimpanan bahan baku obat, bahan kemas dan produk jadi di Gudang Penyimpanan PT. Kimia Farma Plant Jakarta.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan PKPA, peran Apoteker di Gudang Penyimpanan Kimia Farma Plant Jakarta diperlukan untuk menjamin mutu bahan baku obat, bahan kemas dan obat jadi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Badan POM pada CPOB 2018 sebelum didistribusikan.

The Pharmaceutical Industry is a business entity that has permission from the Minister of Health to carry out drug manufacturing activities or medicinal materials. PT. Kimia Farma Plant Jakarta as one of the drug manufacturers has the obligation and responsibility to produce quality, safe and efficacy of drugs.
Storage warehouses are supporting facilities in the pharmaceutical industry as storage areas that are also responsible for maintaining the quality of raw materials, packaging materials and finished goods from all damage due to environmental influences, insects and rodents and others. In ensuring that the storage warehouse can carry out its role properly, management is needed in such a way that the materials and products stored in it have guaranteed quality.
Realizing the importance of all aspects related to product quality in the pharmaceutical industry, especially in terms of storage, PKPA was carried out at PT. Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta to be able to find out the role of Pharmacists in the storage of raw materials, packaging materials and finished goods in the Storage Warehouse of PT. Kimia Farma Plant Jakarta.
Based on the results obtained during the implementation of PKPA, the role of Pharmacists in the Jakarta Farma Plant Chemical Storage Warehouse is needed to ensure the quality of raw materials for drugs, packaging materials and finished drugs in accordance with the requirements set by BPOM in CPOB 2018 before distribution.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Maulinda Sari
"PT KFTD merupakan Pedagang Besar Farmasi yang memiliki izin untuk menyalurkan obat keras golongan narkotika. Evaluasi pemesanan obat golongan narkotika dilakukan berdasarkan ketetapan yang berlaku di PT KFTD. Evaluasi kewajaran jumlah dan frekuensi ini selanjutnya digunakan sebagai acuan bagi apoteker penanggung jawab KFTD dalam melakukan penilaian penerimaan pesanan narkotika dari outlet terkait.Penilaian awal status kewajaran pemesanan dilakukan dengan membandingkan histori pembelian aktual obat Fentanyl (PCC) dari Outlet X selama periode September 2021 – September 2022 kepada PBF KFTD Cabang Bekasi tiap bulannya dengan rata-rata pembelian obat yang didapat dari big data milik PT KFTD.Penjualan obat Fentanyl PCC menempati penjualan tertinggi untuk obat golongan narkotika di PT KFTD Cabang Bekasi, yaitu mencapai 53,265% selama periode September 2021 – September 2022. Penjualan obat Fentanyl dilakukan kepada 90 outlet mitra kerja dengan Outlet X merupakan outlet dengan frekuensi pembelian terbanyak yaitu 2.216 dus @ 5 ampul dalam setahun.Penilaian kewajaran pesanan narkotika yang diterima oleh PBF KFTD Cabang Bekasi harus dilakukan dengan membandingkan riwayat pembelian sebelumnya disertai dengan melakukan kunjungan audit langsung ke outlet mitra kerja terkait.

PT KFTD is a Pharmaceutical Distributor who has a permit to distribute narcotic hard drugs. Evaluation of orders for narcotic class drugs is carried out based on the provisions in force at PT KFTD. The evaluation of the reasonableness of the quantity and frequency is then used as a reference for the pharmacist in charge of the KFTD in assessing the acceptance of narcotics orders from related outlets. The initial assessment of the reasonableness of the order status is carried out by comparing the history of actual purchases of Fentanyl (PCC) drugs from Outlet X during the period September 2021 - September 2022 to PBF KFTD Bekasi Branch each month with an average purchase of drugs obtained from PT KFTD's big data. Sales of Fentanyl PCC drugs occupy the highest sales for narcotic drugs at PT KFTD Bekasi Branch, reaching 53.265% during the period September 2021 - September 2022. Fentanyl drug sales are carried out to 90 partner outlets with Outlet X being the outlet with the highest frequency of purchases, namely 2,216 boxes @ 5 ampoules in a year. An assessment of the fairness of narcotics orders received by PBF KFTD Bekasi Branch must be carried out by comparing the history of previous purchases accompanied by making direct audit visits to related partner outlets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Aryani
"Stabilitas obat dapat dipengaruhi dengan lamanya waktu penyimpanan. Beyond Use Date (BUD) dan Expired Date (ED) merupakan istilah yang sering digunakan sebagai batasan waktu terkait stabilitas obat. Beyond Use Date merupakan batas waktu penggunaan suatu sediaan obat steril maupun non-steril yang terhitung setelah obat diracik atau setelah kemasan primer sediaan obat dibuka atau dirusak. Pembuatan materi terkait Beyond Use Date dalam bentuk leaflet bertujuan untuk memberikan informasi bagi Masyarakat yang membaca, sedangkan materi dalam bentuk poster dibuat dengan tujuan memudahkan tenaga kefarmasian untuk mendapatkan informasi terkait BUD suatu sediaan guna disampaikan kepada pasien. Laporan ini dibuat dengan melakukan studi literatur dari beberapa referensi. Data dan materi yang dikumpulkan berdasarkan hasil studi literatur divisualisasikan dalam bentuk desain leaflet  dan poster. BUD merupakan salah satu parameter untuk menjamin efikasi dan keamanan obat. Edukasi mengenai BUD penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar lebih memperhatikan batas watu pemakaian sediaan farmasi yang sedang digunakan.

Drug stability can be affected by the length of storage time. Beyond Use Date (BUD) and Expired Date (ED) are terms that are often used as time limits related to drug stability. Beyond Use Date is the time limit for the use of a sterile or non-sterile drug preparation counted after the drug is compounded or after the primary packaging of the drug preparation is opened or damaged. The making of leaflet related to the Beyond Use Date aims to provide information for the community, while the poster was made to help pharmacists to obtain information related to the BUD of a preparation to be delivered to patients. This report was written by conducting a literature study from several references. The data and materials collected based on the results of the literature study were visualized in the form of leaflets and poster designs. BUD is one of the parameters to ensure drug efficacy and safety. Education about BUD is important to increase public knowledge to pay more attention to the time limit for the use of pharmaceutical preparations that are being used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Alur keuangan adalah serangkaian kegiatan pencatatan keuangan di perusahaan yang terdiri dari pencatatan, perhitungan, dan kearsipan. Oleh sebab itu, KFTD ditunjang oleh proses bisnis yang saling berkaitan dalam memberikan produk atau layanan kepada pelanggan salah satunya adalah manajemen keuangan. Penyusunan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan alur keuangan di Kimia Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Bogor Periode Juli 2022. Metode yang digunakan berupa study literature penelusuran pustaka seperti pedoman cara distribusi obat yang baik. Laman resmi PT Kimia Farma Trading & Distribution, melakukan wawancara secara lisan dengan penanggung jawab di KFTD Bogor. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa Proses distribusi Obat dan Bahan Obat di PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Bogor telah memenuhi aspek Cara Distribusi Obat yang baik. Pencapaian sasaran pada unit tata usaha di PT. KFTD cabang Bogor sudah tercapai dengan baik.

Financial flow is a series of recording activities in a financial company which consists of recording, calculating, and filing. Therefore, KFTD is supported by interrelated business processes in providing products or services to customers, one of which is financial management. The preparation of this special assignment aims to find out and understand the implementation of financial flows at Kimia Farma Trading & Distribution, Bogor Branch for the July 2022 period. The method used is in the form of studying literature search literature such as guidelines for good drug distribution. The official website of PT Kimia Farma Trading & Distribution, conducted an oral interview with the person in charge at KFTD Bogor. So the conclusion is that the process of distributing drugs and materials obtained by drugs at PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bogor Branch has fulfilled aspects of good drug distribution methods. Achievement of targets on the administrative unit at PT. KFTD Bogor branch has achieved well."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"

Pharmaceutical disributor is one of the parties distributing pharmaceutical products including Cold Chain Products (CCP). Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 Branch is one of the PBFs that distributes CCP to various health care facilities. Therefore, KFTD Jakarta 3 must have a distribution procedure that can guarantee the stability of the distributed CCP. In order to ensure the ability of the distribution process to maintain product stability, it is necessary to validate the CCP distribution process from KFTD Jakarta 3."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>