Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilmizar Wahyu Wira Pradana
"Artikel ini membahas usaha-usaha yang dilakukan oleh PBSI dalam meraih gelar Piala Thomas pada periode 1970-an dan menganalisis faktor-faktor yang berperan di dalamnya. Terdapat permasalahan dalam bulu tangkis putra Indonesia saat itu, yakni kegagalan dalam meraih gelar Piala Thomas pada 1967. Kegagalan ini disebabkan oleh kurang kompetennya pengurus PBSI pada periode tersebut. Maka dari itu, PBSI segera melakukan perbaikan dengan harapan Indonesia dapat kembali merebut gelar Piala Thomas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah dengan pengkajian sumber-sumber primer berupa literatur tertulis, studi surat kabar sezaman, serta wawancara lisan dengan para pelaku sejarah. Berdasarkan hal tersebut, muncul kebaruan penelitian yang bersifat komplemen terhadap penelitian yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBSI melakukan beberapa usaha, seperti pengiriman pemain ke kejuaraan internasional, membangun hubungan baik dengan organisasi bulu tangkis kawasan maupun dunia, dan melakukan pembinaan serta regenerasi para atlet. Upaya untuk dapat kembali menjuarai Piala Thomas berhasil. Keberhasilan tersebut tidak hanya membawa satu gelar juara, melainkan empat gelar juara secara berturut-turut pada seluruh edisi yang diadakan tahun 1970-an. Faktor-faktor seperti pemilihan susunan pemain yang bertanding dan mental bertanding juga menunjukkan perannya di dalam keberhasilan upaya tersebut.

This article discusses PBSI's efforts to win the Thomas Cup championship in the 1970s and analyzes the factors that contributed to it. There was a problem with Indonesian men's badminton in that era, when PBSI failed to retain the title at Thomas Cup in 1967. This failure was caused by incompetent management. Therefore, PBSI consequently started making changes and improvements so that Indonesia could re-obtain the Thomas Cup title. The method used in this research is the historical method with primary reference reviews such as written literature, archival studies, and interviews with the actors. Based on this, the novelty of research arises which is complementary to existing research. This research proved that PBSI made several efforts such as sending their athletes to participate in international competitions, building good relations with government, world, and regional badminton federations, and developing their athletes' regeneration. Those efforts for obtaining the Thomas Cup were successful, where Indonesia managed to get not only one title, but four consecutive championship titles from all editions that were held in the 1970s. The factors that also played a role in this success were playing line-up and mentality to compete."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Bagas Satwika
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas peran Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia PBSI dalam pasang surut prestasi bulutangkis Indonesia khususnya di kejuaraan Thomas Cup pada rentang waktu tahun 1965 hingga 1989. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia selalu berusaha mempersiapkan pemain untuk berprestasi di kancah internasional khususnya kejuaraan Thomas Cup meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi seperti, Peristiwa Scheele, insiden Bangkok, dan pertikaian IBF dan WBF. Hasilnya adalah Indonesia berhasil menjadi negara peraih juara terbanyak sepanjang rentang waktu 1965 hingga 1989 dan PBSI memprakarsai bersatunya IBF dan WBF.

ABSTRACT
This thesis discusses about the role of The Badminton Association of Indonesia in the ups and downs of Indonesian badminton achievements, especially in the Thomas Cup on the period between 1965 to 1989. This research uses historical methods Heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. This research proved that The Badminton Association of Indonesia is always trying to prepare players to excel in the international area, especially in the Thomas Cup, although there are some obstacles encountered such as, Scheele Event, Bangkok incident, and IBF WBF infighting. The result is that Indonesia succeeded in becoming the overall champion from 1965 to 1989 and the merger of IBF and WBF. "
2017
S69758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Eka Widjaja
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang peran Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada saat kepemimpinan Soerjadi terhadap prestasi bulutangkis Indonesia. Pada saat periode kepemimpinan Soerjadi, tim bulutangkis Indonesia berhasil mencapai prestasi gemilang setelah berhasil menyandingkan lambang supermasi bulutangkis Piala Thomas dan Uber secara dua kali beruntun pada 1994 dan 1996. Hasil tersebut diraih berkat berbagai kebijakan dan strategi yang dilakukan PBSI, seperti melakukan perombakan dalam struktur kepengurusan dengan memasukan beberapa nama dari kalangan profesional, melakukan pembaruan dalam sistem latihan, dan memperhatikan hal-hal non-teknis dalam persiapan menghadapi turnamen yang akan diikuti. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah, penulis mengumpulkan sumber primer yang berasal dari surat kabar dan sumber sekunder yang berasal dari buku, majalah, dan sumber internet, proses selanjutnya penulis melakukan proses kritik dan menginterpretasi data tersebut untuk kemudian dituangkan dalam penulisan sejarah.

ABSTRACT
This research discussed about The Role of PBSI during the Soerjadi leadership period toward badminton achievements in Indonesia. On the Soerjadi leadership period, the Indonesian badminton team achieved a brilliant achievement after successfully became the champion in both Thomas and Uber Cup badminton two times in a row 1994 and 1996. These results were achieved due to various policies and strategies carried out by PBSI, such as doing a reorganization in the management structure by entering a several names from professionals, updating the training system and paying more attention to non-technical matters in preparation, to face the tournament that will be followed after. This study uses historical methods that include heuristic stages, criticism, interpretation and historiography. First the study collects primary sources from newspapers and secondary sources from books, magazines and internet sources, the process follows the critics and interprets the data to later be written in historical writing."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Dani Sudaryono
"

Olimpiade merupakan pesta olahraga terbesar di dunia. Indonesia sudah mengikuti ajang ini sejak tahun 1952. Dari tahun 1952-1988, Indonesia belum pernah mendapatkan medali emas. Olimpiade tahun 1992 menjadi sejarah olahraga terbaik bagi Indonesia. Indonesia berhasil meraih medali emas pertamanya melalui cabang olahraga bulutangkis. Peraihan medali emas ini berhasil dipertahankan sepanjang Olimpiade 1996-2008. Sejak saat itu, bulutangkis menjadi cabang yang selalu mendapatkan medali emas. Namun, tahun 2012 Indonesia gagal meraih medali emas. Peristiwa ini menjadikan peraihan terburuk bulutangkis Indonesia selama mengikuti Olimpiade. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor naik turunnya prestasi bulutangkis Indonesia dan upaya untuk meraih medali emas di ajang Olimpiade tahun 1992-2012. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah (1) Heuristik; (2) verifikasi; (3) interpretasi; dan (4) historiografi. Sumber-sumber penelitian ini didapatkan dari surat kabar, jurnal online, buku, dan website. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang menyebabkan naik turunnya prestasi Indonesia di ajang Olimpiade yaitu regenerasi atlet, mental bertanding, undian pertandingan, dana pembinaan, dan konflik internal. Upaya yang dilakukan PBSI dalam meraih medali emas yaitu pengadaan pelatih, pembinaan atlet, dan pengiriman atlet ke turnamen internasional. Semua upaya untuk menghadapi hambatan dalam meraih medali emas telah dilakukan. Namun, satu faktor yang membuat atlet bulutangkis Indonesia mau berjuang adalah rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme ini yang membuat para atlet termotovasi untuk terus berlatih dan berjuang untuk menang ketika bertanding. Inilah yang membuat mereka berhasil meraih pencapaian prestasi tertinggi yaitu medali emas Olimpiade.


Olympic is the biggest event sport in the world. Indonesia has joined in the competition since 1952. From 1952-1988, Indonesia never got gold medal. Olympic 1992 made the best sport history for Indonesia. Indonesia got gold medal for the the first time with badminton. The gold medal can maintained in Olympic from 1996 until 2008. Since then, badminton always can got gold medal. But, in 2012 Indonesia didn’t get gold medal. This is the worst happen for badminton Indonesia since joined in Olympic. This research purpose to analyze the factors of up and down badminton Indonesia achevement and effort for getting gold medal in Olympic. The methods which used in this research is history methods, which consist of four steps. They are: (1) Heuristic; (2) verification; (3) interpretation; and (4) historiography. The resources of this research got from newspapers, magazines, online jurnal and article, and website. The research result show that the cause factors badminton achievement up and down in Olympic are regeneration of athletes, mentally compete, draw of match, training fund, and internal conflicts. The effort of PBSI for got gold medal are procurement of coaches, athlete training centre, and shipping athletes to international tournament. All of the effort for obstacles has done. However, one factor make Indonesia badminton athletes want to fight is nationalism. Nationalism make athlete have motivation for exercise continiously and fighting to be a winner when they competing. This is they make success got the highest achievement is gold medal.

"
2019
T52238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Husayfi
"Try Sutrisno memimpin PBSI selama 2 masa yaitu 1985-1989 dan 1989-1993. Pada periode pertama, kepengurusan bulutangkis Indonesia dibenahi secara sistematis . Kemudian, regenerasi pemain mulai dilakukan dan hasilnya dapat dilihat pada periode kedua. Berbagai ajang mulai memberikan hasil positif, tidak terkecuali dua emas pertama dari Olimpiade, melalui Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti.

Try Sutrisno lead PBSI during the second period,  from 1985 to 1989 and 1989 to 1993. In the first period, the renegeration of the players was adjusted soon after the management of Indonesian badminton was reorganized systematically. Then, the regeneration of the players started to do and the results can be seen in the second period. Various events began to give positive results, not least the two first gold of the Olympic Games, through Alan Budi Kusuma and Susi Susanti.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luis Moya
"Tulisan ini membahas upaya Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dalam meningkatkan prestasi Bulu Tangkis Nasional Putra pada masa kepemimpinan Ferry Sonneville dalam kurun waktu 1981-1985. Pada masa ini, kondisi bulu tangkis Indonesia mengalami kondisi yang surut. Kekalahan Indonesia pada Piala Thomas 1982 terhadap Republik Rakyat Tiongkok menjadi ancaman supremasi Indonesia dalam bulu tangkis. Persoalan regenerasi, sarana dan prasarana, sertanya kurangnya perhatian terhadap klub bulu tangkis menjadi akibat dari menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, PBSI akhirnya membuat suatu kebijakan dengan memfokuskan pembibitan bagi generasi-generasi muda, melalui pengadaan kejuaran nasional diberbagai daerah, pendirian pusat pendidikan dan latihan, serta penerapan kebijakan collective contract. Dapat disimpulkan, bahwa pembinaan dan pengembangan oleh PBSI era Ferry Sonneville cukup membawa angin segar bagi dunia bulutangkis Indonesia karena keberhasilannya dalam merebut kembali Piala Thomas 1984. Tulisan ini menggunakan kaidah dalam metode tulisan sejarah dengan sumber-sumber yang berasal dari buku, surat kabar sezaman, artikel terkait yang dihimpun secara luring maupun daring.

This paper discusses the efforts of the Indonesian Badminton Association (PBSI) in maintaining the achievements of Men's National Badminton during the leadership of Ferry Sonneville in the period 1981-1985. At this time, the condition of Indonesian badminton experienced a receding condition. Indonesia's defeat in the 1982 Thomas Cup against the People's Republic of China threatened Indonesia's supremacy in badminton. Problems of regeneration, facilities and infrastructure, as well as lack of attention to badminton clubs are the result of the decline in Indonesia's badminton achievements. In overcoming these problems, PBSI finally made a policy by focusing on breeding for young generations, through the procurement of national championships in various regions, the establishment of education and training centers, and the application of collective contract policies. It can be concluded, that the coaching and development by PBSI in the Ferry Sonneville era was enough to bring fresh air to the world of Indonesian badminton because of its success in reclaiming the 1984 Thomas Cup. This paper uses the rules in the historical writing method with sources from books, contemporaneous newspapers, related articles collected offline and online."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aji Nurohman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan collaborative governance dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia, dengan fokus pada cabang olahraga bulu tangkis. Collaborative governance adalah pendekatan yang menekankan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks olahraga, penerapan collaborative governance diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembinaan atlet serta memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan olahraga. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivisme, teknik pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam serta data sekunder melalui studi literatur, analisis melalui teknik triangulasi data, serta menggunakan teori utama Collaborative Governance Tonelli, Sant’Anna, Abbud, dan de Souza (2018). Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun penerapan collaborative governance telah memberikan dampak positif dalam pembinaan bulu tangkis di Indonesia, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, serta memastikan distribusi anggaran yang lebih adil dan proporsional untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga yang lebih tinggi di kancah internasional. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan lebih lanjut pada sistem kolaborasi untuk memastikan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pembinaan olahraga bulu tangkis.

This research aims to analyze the implementation of collaborative governance in the development of competitive sports in Indonesia, with a focus on the badminton sector. Collaborative governance is an approach that emphasizes cooperation between the government, the private sector, and the community in decision-making and public policy implementation. In the context of sports, the application of collaborative governance is expected to enhance the effectiveness and efficiency of athlete development, as well as strengthen transparency and accountability in sports management. This research employs a post-positivist approach, utilizing primary data collection techniques through in-depth interviews and secondary data through literature studies, with data analysis conducted using triangulation techniques. The main theory used is Collaborative Governance by Tonelli, Sant’Anna, Abbud, and de Souza (2018). The research concludes that although the implementation of collaborative governance has had a positive impact on badminton development in Indonesia, efforts are still needed to improve coordination and synergy among various stakeholders and ensure a fair and proportional distribution of funds to support higher sports achievements on the international stage. The study recommends further development of the collaboration system to ensure effectiveness and efficiency in the implementation of badminton sports development."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Setyawan
"Skripsi ini membahas perkembangan olahraga bulutangkis dari awal masuknya ke Indonesia sampai olahraga ini membawa Indonesia dikenal di dunia Internasional khususnya bidang olahraga. Pemilihan dari judul tersebut diatas dengan alasan bahwa olahraga bulutangkis di Indonesia merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia selain sepak bola. Hal ini terlihat dengan sering dimainkannya olahraga ini di berbagai tempat. Baik di kampung-kampung (lingkunga sekitar tempat tinggal) sampai di kejuaraan-kejuaraan yang bertaraf internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana olahraga bulutangkis di Indonesia dapat berkembang dari olahraga rakyat menjadi olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia olahraga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dimana terdapat empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang dengan baik dari yang pada awal masuknya adalah olahraga rakyat menjadi olahraga yang dikenal masyarakat dunia pada umumnya, dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Perkembangan bulutangkis di Indonesia mulai benarbenar terlihat ketika PBSI dibentuk. Hal ini berawal dari peranannya PBSI itu sendiri dimana dapat menjadi anggota IBF pada tahun 1953. Mulai masuknya PBSI menjadi anggota IBF perkembangan bulutangkis terus meningkat. Terlihat sebagai puncaknya PBSI dapat mengikuti kejuaran Piala Thomas pada tahun 1958 dan berhasil menjuarainya dengan didasari semangat nasionalisme yang tinggi. Karena saat itu olahraga di Indonesia perkembangannya masih sederhana.

This essay discusses the sport development which is badminton. from the early introduction about this sport in Indonesia, especially when the International field of sports notice indonesia from this sport. reason from selecting the title is that the sport which is badminton is a sport that Indonesia is very tune by the Indonesian community in addition to football. This sport is often played in many places. from the neighborhood to the national championship, and the international championship. The objective of this research is to illustrate how badminton in Indonesia can develop from common sport into the sport that can make indonesia's name pretige in the sports world. Methods which is used in this research are a method of history where there are four stages, namely heuristik, criticism, interpretation, and historiografi.
The results from this research is sport badminton in Indonesia grew well in the beginning of the introduction about this sport when only be played as a neighborhood sport into the sport that is known the world community in general, and the people of Indonesia in particular. The development of badminton in Indonesia began to common when the PBSI formed. This was the role of PBSI itself that can become a member of the IBF in 1953. when PBSI becomes a member of the IBF, the development of badminton increases. as a result which is top of achievement is PBSI participate in Thomas cup Championship in 1958 and successfully win the championship based on the spirit of high nationalism. Because at that time the sports growth in Indonesia are simple."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12279
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andhika Barcelona Vially
"Skripsi ini membahas mengenai perkembangan dan dinamika Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI pada masa Azwar Anas pada kurun waktu 1991-1998. Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menggunakan metode atau langkah-langkah penelitian di Ilmu Sejarah yaitu Heuristik, Verifikasi atau kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Pada masa itu PSSI mengalami permasalahan-permasalahan yang hebat seperti kerusuhan-kerusuhan di pertandingan dan masalah lainnya, tetapi permasalahan yang paling besar tentunya skandal “Sepak Bola Gajah” dan kasus Mafia Wasit yang terjadi di Liga Indonesia IV pada musim kompetisi 1997/1998. Meskipun begitu, ditengah permasalahan berat yang menimpa PSSI pada masa ini, PSSI berhasil melakukan suatu terobosan dengan membuat sebuah Liga yang bersifat profesional dengan menggabungkan dua sistem liga yang ada Galatama dan Perserikatan yang bernama Liga Indonesia. Selain itu PSSI juga membuat program pembinaan pemain usia muda yang dipusatkan di Genoa, Italia, yang diberi nama Tim Nasional Primavera. Kelak pemain-pemain jebolan dari Tim Nasional Primavera tersebut akan menjadi tulang punggung Tim Nasional senior pada masa depan.

This thesis talks about the dynamics and the growth of Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Indonesia’s Football Association) on 1991 to 1998 during Azwar Anas leadership. In making of this thesis, the author uses the method or steps that research in Science History Heuristics, verification or criticism, interpretation, and Historiography. At that time, PSSI had enormous problems such as chaos in football matches, but the biggest problem is the “Elephant Soccer” scandal and referees mafia case in Liga Indonesia IV (1997/1998). PSSI finally overcame the problem by making a professional football league which mixed two league system at that time, Galatama and Perserikatan system to be a one league called Liga Indonesia. Besides that, PSSI also made a coaching clinic for young players in Genoa, Italy which was called Tim Nasional Primavera (Primavera National Team). In the future, the graduates of this clinic will be the main weapons of senior Indonesian football team."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>