Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Istiqomah
"Penerapan keselamatan pasien yang baik dan bertanggung jawab diharapkan dapat membawa perasaan yang aman dan nyaman terhadap pasien sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan menurut persepsi perawat dengan efikasi diri perawat pelaksana dalam pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap. Metode penelitian menggunakan pendekatan analitik kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 perawat pelaksana di instalasi rawat inap. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner Multifactor Leadership Questioner dan General Self Efficacy Scale. Proses pengumpulan data menggunakan paper-based dan google form digunakan untuk menjangkau tingkat partisipasi responden yang belum mengisi kuesioner paper-based. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan menurut persepsi perawat dengan efikasi diri perawat pelaksana dalam pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap dengan p value 0,007. Pada penelitian ini, gaya kepemimpinan yang dipersepsikan perawat pelaksana terhadap gaya kepemimpinan kepala ruangan, yaitu gaya kepemimpinan transformasional sebesar 88,5%. Kemudian, gambaran dari efikasi diri perawat pelaksana dalam penelitian ini secara statistik sudah cukup baik, yaitu sebesar 47,9%. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu kepala ruangan diharapkan dapat meluangkan waktu dalam melatih dan mengedukasi perawat pelaksana, serta diharapkan kepala ruangan memiliki kemampuan yang baik dalam mitigasi masalah sebelum masalah tersebut membesar dan kepala ruangan dapat terlibat dalam pemecahan masalah, bukan malah menghindar.

The application of good and responsible patient safety is expected to bring a feeling of security and comfort to patients as users of health services. The purpose of this study was to determine the relationship between the leadership style of the head of the room according to the perception of nurses and the self-efficacy of the implementing nurses in implementing patient safety in the inpatient room. The research method uses a quantitative analytic approach with a cross-sectional design. The sample in this study was 96 nurses in the inpatient installation. The instruments used were the Multifactor Leadership Questionnaire and the General Self Efficacy Scale. The data collection process uses paper-based and Google forms are used to reach the level of participation of respondents who have not filled out paper-based questionnaires. The results showed that there was a relationship between the leadership style of the head of the room according to the nurse's perception and the self-efficacy of the implementing nurse in implementing patient safety in the inpatient room with a p value of 0.007. In this study, the leadership style perceived by the implementing nurse towards the leadership style of the head of the room, namely the transformational leadership style, was 88.5%. Then, the description of the self-efficacy of the implementing nurses in this study was statistically good enough, namely 47.9%. Recommendations based on the results of this study, namely that the head of the room is expected to be able to spend time in training and educating the implementing nurse, and it is hoped that the head of the room has good ability in mitigating problems before the problem grows and the head of the room can be involved in problem solving, not even avoiding it."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Helen Tanlain
"Pelaksanaan program sasaran keselamatan pasien yang belum mencapai target, menunjukkan perlunya peningkatan komitmen perawat sebagai profesi jumlah terbanyak dan kontak terlama dengan pasien pada fasilitas layanan kesehatan. Sehingga, dibutuhkan penguatan manajer keperawatan terutama manajer keperawatan tingkat operasional dalam melakukan supervisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan menurut persepsi perawat terhadap efikasi diri dan motivasi perawat dalam melaksanakan program sasaran keselamatan pasien. Penelitian cross sectional ini dilaksanakan pada 104 responden yang dipilih secara proportional dan simple random sampling dengan kriteria perawat yang bekerja pada ruangan rawat inap, bersedia menjadi responden serta hadir pada saat penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi kepala ruangan terhadap efikasi diri (p value : 0.002) dan motivasi (p value:0.003). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan motivasi (p value : 0.003), dan didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna yang negatif antara pelatihan keselamatan pasien dengan motivasi dalam melaksanakan program SKP (p value : 0.01). Perawat yang mengikuti pelatihan, memiliki motivasi yang rendah dalam melaksanakan program SKP. Kesimpulan penelitian adalah bahwa ada hubungan pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan menurut persepsi perawat dengan efikasi diri dan motivasi perawat dalam pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini merekomendasikan bahwa manajer rumah sakit perlu melaksanakan supervisi secara teratur dan terorganisir.

The implementation of the patient safety target program, which has has not yet reached the target, shows the need to increase the commitment of nurses as the profession with the highest number and longest contact with patients in health care facilities. Thus, it is necessary to strengthen nursing managers, especially operational level nursing managers in conducting supervision. This study aims to determine the relationship between the supervision of the head nurse according to the nurse’s perception of self efficacy and the motivation of nurses in implementing the patient safety target program. This cross- sectional study was carried out on 104 respondents who were selected by proportional and simple random sampling with the criteria of nurses working in inpatient rooms, willing to be respondents and being present at the time of the study. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the supervision of the head nurse on self-efficacy (p value : 0.002) and motivation (p value: 0.003). The results of the analysis also show that there is a significant relationship between length of work and motivation (p value : 0.003). The results of the analysis also found that there was a significant relationship negatively between patient safety training and motivation in implementing the patient safety programs (p value : 0.01). Nurses who took part in the training had low motivation in implementing the patient safety target programs. The conclusion of the study is that there is a relationship between the implementation of supervision by the head nurse according to the nurse’s perception with self-efficacy and motivation of nurses in implementing patient safety in hospitals. This study recommends that hospital managers need to carry out supervision regularly and organized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijayanti
"Gaya kepemimpinan kepala ruangan dalam berinteraksi dengan anggota dan saat mengelola ruang rawat akan mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja perawat yang dipimpinnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan yang dipersepsikan perawat pelaksana dengan kepuasan dan kinerja perawat pelaksana.
Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional desain deskripsi korelasi melibatkan 146 perawat Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong yang dipilih secara random sampling. Data dianalisis dengan Chi Square, uji Fisher dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan (servant dan transformasional) dengan kepuasan (p<0,05), antara gaya kepemimpinan (servant, transaksional, dan transformasional) dengan kinerja (p < 0,05), serta terdapat hubungan antara kepuasan dan kinerja perawat (p < 0,043). Gaya kepemimpinan kepala ruangan yang paling berhubungan dengan kepuasan perawat pelaksana adalah gaya kepemimpinan transformasional (OR = 6,345), dan kinerja adalah transaksional (OR = 3,846).
Hasil ini menyarankan untuk menerapkan gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kepuasan dan gaya kepemimpinan transaksional untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana.

Head nurses leadership style, when interacting with nursing staffs and when managing nursing service area, affected to nursing staffs satisfaction and performance.
This study aimed to identify the relationship between head nurses leadership style, that perceived by nursing staffs, with their satisfaction and performance.
The design research was descriptive correlative with cross sectional approach. The sample were selected randomized involving 146 nursing staffs in Cibinong General Hospital. Data were analyzed by chi-square, Fisher's exact test and logistic regression.
The results showed that there was a relationship between head nurses leadership style (servant and transformational) with nursing staffs satisfaction (p <0.05), there was a relationship between head nurses leadership style (servant, transactional, and transformational) with nursing staffs performance (p <0.05), and there was a relationship between nursing staffs satisfaction with their performance (p <0.043). head nurses Leadership style that most related to the nursing staffs satisfaction was a transformational leadership style (OR = 6.345), and the most related to the nursing staffs performance is transactional leadership style (OR = 3.846).
It is recommended for head nurses to apply the transformational leadership style to improve nursing staffs satisfaction and the transactional leadership style to improve nursing staffs performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartanto
"Kepala Ruangan adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu. Kepala Ruangan merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis, karena secara manajerial kemampuan Kepala Ruangan ikut menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan. Studi ini menganalisis Hubungan Antara Peran Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Klinis Perawat Dalam Menerapkan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung Tahun 2012.
Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung meliputi 6 ruang rawat inap dengan melibatkan 105 perawat pelaksana sebagi responden. Penelitian dilaksanakan pada November-Desember 2012, dan hasilnya peran kepemimpinan kepala ruangan dalam kategori baik sebanyak 70 orang (66,7%), kinerja klinis perawat dalam kategori baik sebanyak 68 orang (64,8%). Ada hubungan yang bermakna antara peran kepemimpinan (keteladanan, motivasi, pemberdayaan,supervisi, pengembang askep dan komunikasi) dengan kinerja klinis perawat pvalue=0,000, tidak ada hubungan yang bermakna antara peran penghargaan dengan kinerja klinis perawat. Peran yang paling dominan yaitu peran pemberi motivasi.
Berdasarkan hasil penelitian perlu penghargaan yang nyata, penjenjangan kepala ruangan yan sesuai standar, pemberian motivasi dan penilaian kinerja secara periodik sesuai SAK.

Head room is operational managers are leaders who are directly managing all resources in the care unit to produce quality services. Head room is a pretty important position and strategic, as the head of the room managerial ability in determining the success of nursing services. This study analyzes the Relationship Between Leadership Role Head Room And Nurse Clinical Performance in Nursing Standard Apply In Space Immanuel Hospital Inpatient Way Halim Bandar Lampung in 2012.
Bandar Lampung Immanuel Hospital includes sixt wards, involving 105 nurses as a respondent. The experiment was conducted in November-December 2012, and the result is a leadership role head room in both categories as many as 70 people (66.7%), the clinical performance of nurses in both categories as many as 68 people (64.8%). There is a significant relationship between the leadership role (role models, motivation, empowerment, supervision, developers askep and communication) with the clinical performance of nurses pvalue = 0.000, no significant association between the role of the clinical nurse rewards with performance. The most dominant role is the role of motivator.
Based on the results of the research have a real appreciation, the selection of appropriate standards of head room, providing motivation and periodic assessment of performance in accordance with SAK.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustan Azidin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruang dengan komitmen perawat pelaksana pada organisasi di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskreptiif korelasi dengan rancangan cross sectional, dan jumlah sampel 119 perawat pelaksana dengan teknik pengambilan total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi manajemen yang mempunyai hubungan dengan komitmen perawat pelaksana pada organisasi adalah fungsi perencanaan (p=0,47, 95% CI=1,005-4,480), fungsi pengarahan (p=0,017, 95% CI=1,255-5,576), dan fungsi pengendalian (p=0,012, 95% CI=1,312-5,844). Sedangkan dari karakteristik individu yang terdapat hubungan adalah tingkat pendidikan (p=0,048, 95% CI=0,899-66,204). Faktor paling berhubungan adalah fungsi pengarahan setelah dikontrol variabel tingkat pendidikan. Kepala ruangan perlu memberikan motivasi dan memfasilitasi perawat pelaksana untuk meningkatkan komitmen pada organisasi.

This study aimed to determine the relationship between implementation of headnurse's management functions and the nurse's commitment to the organization at Bhakti Yudha Hospital Depok. This research was descriptive correlation study with cross-sectional design and 119 sample nurses working in hospital, recruited using total sampling technique. Results of this study indicated that the management functions which associated with the nurse's commitment were planning (p=0,47, 95% CI=1,005-4,480), directing (p=0,017, 95% CI=1,255-5,576), and controlling functions (p=0,012, 95% CI=1,312-5,844). The individual characteristics that associated with nurse's commitment was the education level (p=0,048, 95% CI=0,899-66,204). The most related factor was a directing function after it has been controlled by education level. Head nurse needs to motivate and facilitate nurses to develop and improve the commitment to organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusianah
"Pengembangan kompetensi dan efikasi diri kepala ruang merupakan elemen krusial dalam peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit. Kepemimpinan yang tidak aman dapat mengakibatkan capaian tujuan keselamatan terganggu namun hanya sedikit yang diketahui tentang model safety leadership yang dapat meningkatkan kompetensi dan efikasi diri kepala ruang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model safety leadership yang menggunakan kerangka kerja teori human caring dan social cognitive, dan menguji efektivitasnya terhadap peningkatan kompetensi dan efikasi diri kepala ruang. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap: tahap pertama: identifikasi masalah melalui wawancara mendalam (penelitian kualitatif), tahap kedua: pengembangan model (integrasi hasil tahap 1, studi literatur dan konsultasi pakar) dan tahap ketiga uji efektivitas model (penelitian kuantitatif dengan non-equivalent control group pretest-posttest design. Pada penelitian kualitatif melibatkan 17 partisipan dan bertujuan mengembangkan model safety leadership berdasarkan human caring theory dan teori social cognitive. Model dikembangkan berdasarkan sintesis studi literatur, temuan studi kualitatif dan konsultasi pakar. Teridentifikasi enam tema yaitu kesadaran tentang keselamatan pasien, caring relationship, pemberdayaan staf, perencanaan keselamatan pasien bersama pasien, kepemimpinan diri dan dukungan rumah sakit. Penelitian kuantitatif bertujuan menguji efektivitas model safety leadership terhadap kompetensi dan efikasi diri kepala ruang dengan desain quasi eksperimen pre dan post terhadap 32 responden pada kelompok kontrol dan 32 responden kelompok intervensi. Hasil penelitian berdasarkan analisis general linear model repeated measured menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model safety leadership terhadap peningkatan sikap safety leadership dalam kurun waktu 8 minggu intervensi dan tidak ada pengaruh model safety leadership terhadap peningkatan pengetahuan, perilaku dan efikasi diri kepala ruang.

Improving patient safety in hospitals is crucial. Ineffective leadership can prevent safety goals from being met, thereby highlighting the need for strong safety leadership models. However, there is a lack of a comprehensive understanding of leadership models that can enhance the competencies and self-efficacy of head nurses. The main objective of this research was to develop a new safety leadership model that embraces human care and social cognitive theories, with the ultimate goal of strengthening the competencies and self-efficacy of head nurses. The study consisted of three main stages: qualitative interviews, the development of the model through insights from the interviews and a literature review, and an empirical examination of the model’s effectiveness using a quantitative approach. During the qualitative phase, 17 participants developed a safety leadership model based on human care and social cognitive theory. This model incorporated insights from literature reviews, interviews, and expert evaluations. Six crucial dimensions of the model emerged: patient safety awareness, caring relationships, staff empowerment, collaborative patient safety planning, self-leadership, and organizational support. The quantitative phase aimed to measure the effectiveness of the safety leadership model in improving head nurses’ competencies and self- efficacy. This phase involved 32 respondents from both the control and intervention groups. The findings from the analysis revealed that the safety leadership model had a positive impact on improving safety leadership attitudes within an 8-week intervention period. However, there were no significant improvements in knowledge acquisition, behavior, or self-efficacy among head nurses. This study highlights the potential of a safety leadership model based on human care and social cognitive theories to enhance safety attitudes. However, further exploration and refinement are needed to comprehensively address different aspects of leadership effectiveness and patient safety improvement."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutiany
"Penerapan kepemimpinan dan budaya keselamatan pasien yang belum optimal dapat berdampak pada timbulnya insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk diperolehnya model kepemimpinan kepala ruang untuk membangun budaya keselamatan pasien. Penelitian mixed methodini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah identifikasi masalah menggunakan metoda wawancara, FGD, studi literatur, studi dokumentasi, dan survey.
Wawancara dilakukan pada delapan partisipan dan empat kali FGD pada 6-10 partisipan (FGD pimpinan rumah sakit, kepala ruang, ketua tim, dan kelompok perawat asosiet). Penelitian tahap kedua adalah pengembangan model dengan desain crosssectional. Sampel 210 perawat pelaksana dipilih secara acak sederhana dan data dianalisis dengan metode structural equation modeling (SEM).
Hasil Confirmatory Factor Analysis menunjukkan dimensi dan indikator dari setiap variabel yang membangun model valid (nilai-t >1,96) dan reliabel (contruct reliability >0,70; variance extracted >0,50), serta kecocokan keseluruhan model adalah baik (RMSEA=0,065<0,08). Model struktural yang dihasilkan, adalah: Kepemimpinan kepala ruang berpengaruh langsung terhadap budaya keselamatan pasien.

The implementation of leadership and patient safety culture which not optimal may have an impact on the growth of patient safety incidents in hospital. The aim of this study is obtaining leadership model of head nurse leadership to build the culture of patient safety. This mixed methods study consisted of two stages. The first stage is to identify the problem by depth interviews, focus group discussions, literature review, documentary studies, and surveys.
Interviews were conducted at eight participants, while the Focus Group Discussion (FGD) were carried four times at 6-10 participants (the head of hospital management, head nurse, team leader, and the group of nurse associate). The second stage of the study is the models development with cross sectional design. The 210 sample of nurses was collected by simple random sampling. Data that were found will be analyzed by Structural Equation Modeling (SEM).
The result of Confirmatory Factor Analysis has generate the dimensions and indicato rs of each variable, that support a valid (t-value >1,96) and reliable model building (contruct reliability >0,70; variance extracted >0,50), and also a good fit model (RMSEA = 0.065<0,08). Structural models were finally generated from this study: The leadership of head nurse directly affect patient safety culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
D2136
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Totong Iskandar
"Pendahuluan: Supervisi merupakan implementasi fungsi pengarahan dalam manajemen keperawatan yang bertujuan untuk memastikan dan mempertahankan program terlaksana dengan baik sesuai standar. Usaha pelayanan kesehatan sudah mengalami perubahan dengan bergesernya paradigma yang sebelumnya hanya berfokus kepada quality, sekarang menjadi quality safety.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan pelaporan insiden dan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap.
Metode: Menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 108 dari 195 perawat pelaksana. Instrumen penelitian terdiri dari karakteristik perawat, supervisi, pelaporan insiden dan budaya keselamatan pasien. Hasil uji validitas dan reliabilitas adalah 0,364-915 (cronbach’s alpha 0,956) untuk variabel supervisi, 0,495-892 (cronbach’s alpha 0,959) untuk variabel pelaporan dan 0,333-694 (cronbach’s alpha 0,927) untuk variabel budaya keselamatan.
Hasil: Supervisi mempunyai hubungan cukup kuat (p=0,000, r=0,481) dengan pelaporan insiden dan (p=0,000, r=0,606) dengan budaya keselamatan. Sedangkan karakteristik perawat tidak mempunyai hubungan (p>0,05) baik dengan pelaporan insiden maupun budaya keselamatan.
Kesimpulan: Pelaksanaan supervisi kepala ruangan mempunyai hubungan dengan persepsi perawat akan pentingnya pelaporan insiden dan penerapan budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap. Rekomendasi yaitu mendorong manajemen keperawatan untuk melaksanakan program supervisi dengan segera dibuatkan kebijakan, pedoman, panduan serta standar operasional prosedur untuk peningkatan pelaksanaan supervisi kepala ruangan di rumah sakit.

Introduction: Supervision is an implementation of a directive function in nursing management that aims to ensure and maintain a well-executed program according to standards. The health service business has undergone a change with a shift in the paradigm that previously focused only on quality, now to quality safety.
Objective: To identify the relationship between the implementation of headroom supervision and reporting and patient safety culture by nursing staff in the inpatient room.
Methods: Using a cross-sectional design with a sample of 108 of 195 nurses. Patient safety instruments from nurses, supervision, reporting and patient safety. The results of the validity and reliability tests were 0.364-915 (alpha cronbach 0.956) for the control variable, 0.495-892 (alpha cronbach 0.959) for the reporting variable and 0.333-694 (alpha cronbach 0.927) for the safety culture variable.
Result: Supervision has a strong enough relationship (p = 0.000, r = 0.481) with reporting and (p = 0.000, r = 0.606) with safety culture. While the context of nurses has no relationship (p> 0.05) both in reporting and safety culture.
Conclusion: Supervision of the head of the room which has a relationship with nurses' perceptions of reporting and the application of patient culture in the inpatient room. The recommendation is to encourage nursing management to carry out the supervision program by immediately making policies, guidelines, and standard operating procedures to improve the implementation of supervision of the head of the room in the hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balthasar Elu
"Kepemimpinan kolektof dalan pelayanan kesehatan kini menjadi tantangan dan momentum penting untuk melakukan transformasi perubahan pelayanan berkeadilan, serta bermartabat. Kepemimpinan kolektif penting untuk memutus rantai disparitasdan gap yang terjadi selama ini diantara multi profesional kesehatan, regulator, mauoun dengan masyarakat sebagai klien. Momentumnya kini adalah bagaimana merubah pola pikir (mindset) semua pihak diatas untuk meninggalkan cara-cara lama dan bertansformasike hal-hal baru yang inovatif, efektif, efisien, dan terintegrasi menjadi sebuah sistem baru dan cara kerja baru. Menyatukan berbagai kompetensi (tangible dan integible), keahlian, dan ketrampilan dari multi-profesional kesehatan dan stakeholders menjadi suatu kekayaan sumber daya yang kompetitif, unggul, dan berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan strategi kepemimpinan kolektif untuk memutus rantai disparitas dan gap tersebut melalui prinsip-prinsip (1) kepemimpinan kolektif - keberagaman partnership. ini penting untuk menyatukan muti-profesional kesehatan dan stakeholders dengan keberagaman latarbelakang pendidikan, budaya, dan karakter menjadi suatu keunggulan kompetitif berkelanjutan yang unik dan susah ditiru. Menyatukan keberagaman profesi kesehatan dalam bingkai nilai-nilai kebijaksanaan, etika dan moralitas untuk menjunjung tinggi profesionalisme masing-masing; (2) Kepemimpinan kolektif-membangun kemampuan diri, diperlukan untuk membentuk karakter organisasi dan pribadimasing-masing profesi kesehatan dengan stakeholdders untuk membangun komitmen, kesepakatan, kreatifitas, kerjsama sehingga ada kepercayaan diri untuk berkontribusi pada pembangunan kesehatan; (3) Kepemimpinan koletif-pembelajaran organisasi. Ini penting mengingat kepemimpinan kolektif melibatkan multi-profesional kesehatan dan stakeholder sehingga perlu mneyatukan visi dan tujuan yang ingin dicapai bersama sesuai aturan yang berlaku. (4) Kepemimpinan kolektif-pemberdayaan. strategi ini berhubungan dengan pendelegasian tugas dan tanggung jawab, membangun kemampuan, kesadaran sosial, inisiatif, kepekaan serta kecepatan pengambilan keputusan dalam berbagai situasi. (5) Kepemimpinan kolektif-inovasi dan integrasi pelayanan kesehatan. Inovasi dan sistem terintegrasi penting untuk menggunakan cara-cara baru yang lebih sistematis, efisien dan efektif guna meningkatkanderajad kesehatan masyarakat tanpa menghilangkan nilai-nilai dan kearifan lokal yang berkembang sebagai budaya hidu di masyarakat."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 48 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Yasman
"Retensi perawat penting untuk memelihara stabilitas tenaga kerja keperawatan. Namun, angka turnover perawat yang tinggi mengindikasikan rendahnya retensi perawat di RSUD Cengkareng. Disisi lain kepemimpinan berkontribusi hampir pada seluruh kegiatan dalam organisasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan model kepemimpinan kepala ruangan menurut pandangan perawat pelaksana dengan retensi di RSUD Cengkareng. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelasi. Sampel berjumlah 166 perawat pelaksana.
Hasil analisis menunjukkan proporsi perawat dengan tingkat retensi tinggi sebesar 50%. Model kepemimpinan situasional, transformasional, transaksional, visioner, dan servant mempunyai hubungan yang bermakna dengan retensi perawat (p<0.05). Model kepemimpinan yang paling berhubungan dengan retensi adalah model kepemimpinan transaksional (OR 2.881). Model kepemimpinan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja perawat yang pada akhirnya akan meningkatkan retensi perawat.

Nurse retention is important to maintain the stability of nursing workforce. But, the high nurse turnover indicate low nurse retention in RSUD Cengkareng. Besides, leadership contributes to nearly every activity within organization. The research aims to determine the relationship of nurse unit manager?s leadership models from the viewpoint of nursing staff to retention in RSUD Cengkareng. The study used a descriptive correlation design. The sample consisted of 166 nurses.
The result showed high retention of nurse proportion in 50%. The situational, transformational, transactional, visionary, and servant leadership model had significant relationship with nurse retention (p<0.05). The leadership model which has high correlation to retention was transactional leadership (OR 2.881). Leadership model gives positive influence to job satisfaction, organizational commitment, and nurse performance which are finally increase nurse retention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>