Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katya Shamira Diesta
"Dari segi komposisi kimianya, propolis merupakan produk yang sangat beragam. Asam fenolik, asam benzoat, asam sinamat, dan flavonoid adalah senyawa biologis aktif yang paling penting. Propolis juga menampilkan sifat anti-inflamasi pada proses peradangan akut dan kronis, dan hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa polifenolnya yang tinggi. Pada penelitian ini, hydrogel berfungsi sebagai matriks ekstra seluler semi sintetik atau sintetik yang memiliki kapasitas untuk membawa obat molekul kecil dan/atau protein, faktor pertumbuhan, dan komponen lain yang akan dilepas dan dianalisis profil pelepasannya. Carbon Quantum Dots (CQD) adalah nanopartikel kuasi-bulat photoluminescence yang diskrit (dengan diameter kurang dari 10 nm) sehingga muncul sebagai bahan yang disukai dan layak di bidang biomedis (seperti biosensing, pengiriman biomolekul/obat, dan bioimaging). Tantangan utama dalam pengaplikasian hydrogel untuk pelepasan kandungan obat dalam kasus ini adalah profil pelepasan obat dari matriks hydrogel yang relatif sulit untuk dikontrol. Maka, peran Carbon Quantum Dots sebagai agen biosensor dapat membantu dalam mengatasi tantangan tersebut. Integrasi CQD dalam matriks hydrogel berperan dalam pelepasan kandungan propolis ke medium dengan hasil sampel hydrogel-CQD-propolis varian B (kandungan larutan CQD 40%) memiliki profil pelepasan propolis yang paling optimal dengan 80% kandungan total propolis berhasil terlepas setelah 72 jam pelaksanaan uji pelepasan. Sedangkan intensitas photoluminescence tertinggi juga ditemukan pada sampel B dengan puncak berada pada panjang gelombang 525 nm, yaitu senilai 7700 a.u. Akan tetapi, ditemukan juga indikasi kegagalan cross-linking antara kandungan chitosan dan glutaraldehyde berdasarkan analisis gugus fungsi dengan FTIR spectroscopy dalam matriks hydrogel yang menyebabkan kekuatan mekanis hydrogel menjadi kurang optimal.

In terms of chemical composition, propolis is a very diverse product. Phenolic acid, benzoic acid, cinnamic acid and flavonoids are the most important biologically active compounds. Propolis also displays anti-inflammatory properties in acute and chronic inflammatory processes, and this is due to its high content of polyphenolic compounds. In this cellular study, the hydrogel functions as a semi-synthetic or synthetic extra matrix that has the capacity to carry small molecule drugs and/or proteins, growth factors, and other components which will be released and analyzed for their solvent profiles. Carbon Quantum Dots (CQD) are discrete photoluminescence quasi-spherical nanoparticles (less than 10 nm in diameter) that are emerging as preferred and viable materials in biomedical fields (such as biosensing, biomolecule/drug delivery, and bioimaging). The main challenge in applying hydrogels in the field of drug release is the difficulty in controlling the drug release profile. Therefore, the role of Carbon Quantum Dots as a biosensor agent can help overcome this challenge. The integration of CQD in the hydrogel matrix played a role in retaining the propolis content into the medium with the result that the hydrogel-CQD-propolis variant B (40% CQD solution content) had the most optimal propolis withdrawal profile with 80% of total propolis being released after 72 hours of the trial. Meanwhile, the highest photoluminescence intensity was also found in sample B with a peak at a wavelength of 525 nm, which is 7700 a.u. However, there were also indications of cross-linking failure between chitosan and glutaraldehyde content based on functional group analysis using FTIR spectroscopy in the hydrogel matrix which reduces the hydrogel mechanical strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munna Chamad A.
"Senyawa bioaktif asetogenin yang diekstrak dari daun sirsak. Annona muricataL memiliki potensi sebagai obat antikanker. Untuk memaksimalkan potensinya dibutuhkan sistem pelepasan terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sistem pengantar asetogenin berbasis mikrosfer kitosan tersalut alginat. Mikrosfer yang dihasilkan diharapkan memberikan profil pelepasan terkendali asetogenin pada berbagai kondisi pH fluida sintetik pencernaan memiliki persentase efisiensi dan pemuatan asetogenin yang tinggi. Pemilihan metode preparasi penautan silang dengan tripolifosfat untuk menjerat obat dan metode gelasi ionotropik dengan alginat untuk mencegah peluruhan mikrosfer pada lambung. Mikrosfer kitosan tersalut alginat ini dievaluasi berdasarkan kandungan lakton pada asetogenin yang terlepas terhadap waktu. Pembuatan mikrosfer ini menggunakan metode preparasi taut silang dan gelasi ionotropik memiliki rilis yang tinggi pada kondisi asam dan rilis yang rendah pada kondisi basa. Pemuatan obat di dalam mikrosfer kitosan tersalut alginat didapatkan sebesar 3 34 dengan efisiensi enkapsulasi didapatkan sebesar 86 74.

Acetogenin as bioactive compound that are extracted from soursop leaves. Annona muricata L has potential as an anticancer drug. There is a need of a safe delivery of acetogenins for oral administration through controlled release system. This study aims to produce acetogenin delivery system based chitosan microsphere coated with alginate. The resulting microsphere are expected to provide controlled release profile acetogenin on various synthetic gastrointestinal fluids at different pH. Crosslinking method by tripolyphospate impacts of acetogenin loading and ionotropic gelation method impacts to avoid release in acid pH digestive system and compatible in residence time of each digestive organ. Chitosan microsphere coated with alginate will be evaluated by its drug loading and release profile. This microsphere by crosslinking agent method and ionotropic gelation method has a high release in acidic and low release in alkaline conditions. Chitosan microsphere coated with alginate also able to load 3 34 of drug and have 86 74 as value of encapsulation efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Satwika Utami
"Penelitian ini menggunakan kitosan sebagai penyalut mikroenkapsulasi paracetamol dalam bentuk mikrosfer, sehingga waktu pelepasan obat dapat dikendalikan. Mikrosfer kitosan dibuat menggunakan metode crosslinking dengan glutaraldehid sebagai agen crosslinking. Preparasi mikroenkapsulasi paracetamol dengan mikrosfer mengikuti metode Dubey (2003). Analisa pengukuran untuk paracetamol yang release dan banyaknya paracetamol yang terjerat dalam matriks mikrosfer kitosan adalah dengan menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Bobot paracetamol yang disisipkan adalah 62,5 mg/ml, 125 mg/ml, dan 187,5 mg/ml dengan persentase loading paracetamol sebesar 0,3 ? 5%. Banyaknya loading paracetamol berbanding lurus dengan banyaknya bobot paracetamol yang ditambahkan.

This research used chitosan as a coating form of microspheres microencapsulated paracetamol, so the drug release can be controlled. Croslinking method are used in this preparation with glutaraldehyde as crosslinking agent. Preparation of microencapsulated paracetamol with microspheres is following the method of Dubey (2003). Analysis of measurement for the release paracetamol and how many paracetamol are trapped in the matrix of chitosan microspheres is by using UV-VIS spectrophotometry. Weights of the inserted paracetamol were 62.5 mg/ml, 125 mg/ml, and 187.5 mg/ml with paracetamol percentage loading between 0.3-5%. Paracetamol loading in matrix chitosan microsphere is equal to the amount of the added weight of paracetamol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Billy D. M.
"ABSTRAK
Penelitian formulasi kitosan bertujuan untuk menghasilkan beads kitosan yang dapat memberikan pelepasan terkendali senyawa bioaktif pada sistem pencernaan. Namun kitosan memiliki kelemahan yaitu mudah meluruh pada lambung sehingga sulit dikontrol pelepasan pada lambung itu sendiri dan pada organ di dalam sistem pencernaan setelah lambung. Dengan pemilihan metode preparasi yaitu koagulasi dengan gelatin dengan penaut silang TPP, kitosan diharapkan dapat menghasilkan profil pelepasan terkendali senyawa bioaktif pada sistem pencernaan. Formula dari komposisi kitosan yang didapatkan adalah 1% kitosan, 1% gelatin, 0.075% paracetamol dengan variasi penaut silang 1.5% TPP- 5% Sitrat dan 2.5% TPP-5% Sitrat. Dengan begitu, pengontrolan pelepasan senyawa bioaktif pada tubuh dapat terjadi sehingga penanganan terhadap penyakit serius di organ pencernaan seperti kanker usus dapat dilakukan.

ABSTRACT
The research of chitosan formulation aims to produce chitosan beads that can provide controlled release of bioactive compounds in digestive system. However, chitosan has weakness, it will completely disintegrate in the gastric so it would be difficult to controlled, either in gastric or organ in the digestive system afterward. With the selection of preparation method that is coagulation of gelatin and TPP cross ? linker, chitosan is expected to produce a controlled release profile of bioactive compounds in the digestive system. Formulation of the beads kitosan composition is 1% kitosan, 1% gelatin, 0.075% paracetamol and variated crosslinker 1.5% TPP - 5% Sitrat and 2.5% TPP - 5% SitratThat way, controlling the release of bioactive compounds in the body can occur so that the treatment of serious diseases in digestive organs such as colon cancer can be done."
2012
S42591
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Paramita Afriadi
"Sirsak merupakan salah satu tanaman yang dikenal memiliki sitotoksisitas yang baik dan berpotensi sebagai antikanker. Suatu senyawa dalam tanaman sirsak merupakan senyawa bioaktif yang bertanggung jawab atas sitotoksisitas tanaman ini. Senyawa bioaktif adalah annonaceous acetogenin yang akan digunakan sebagai obat. Asetogenin digunakan sebagai obat sesuai dengan dosisnya dalam tubuh sehingga tidak mengakibatkan efek samping terhadap pengguna.Mikrosfer kitosan dengan penaut silang dibuat agar dapat melepaskan senyawa asetogenin secara terkendali pada sistem pencernaan.
Simulasi profil pelepasan dilakukan dengan buffer pH: 1,2; 6,8; 7,4; 1,2 penambahan enzim α-amilase; 6,8 penambahan enzim β-glukosidase; dan 7,4 penambahan enzim α-amilase. Penentuan efisiensi enkapsulasi ekstrak asetogenin dan profil pelepasannya dari mikrosfer kitosan-TPP dilakukan dengan metode penentuan kandungan total lakton menggunakan spektrofotometri sinar tampak.Hasilnya keberadaan enzim dalam larutan untuk pengamatan profil pelepasan menunjukkan peningkatan jumlah asetogenin yang dilepaskan empat kali lebih besar dibandingkan larutan yang tanpa enzim.

Soursop is a plant that is known to have good cytotoxicity and potential as anticancer. A compound in soursop plant bioactive compounds that are responsible for the cytotoxicity of this plant. Annonaceous acetogenin bioactive compounds is to be used as medicine. Asetogenin used as a medicine in accordance with the dose in the body so it does not cause side effects on patients. Chitosan microspheres and cross-linker were made in order to release acetogenin controlled substance in the digestive system.
Simulations performed with buffer release profiles pH: 1,2: 6,8; 7,4; 1,2 addition of enzyme α-amilase; 6,8 addition of enzyme β-glukosidase; and 7,4 addition of enzyme α-amilase. Determination of encapsulation efficienty acetogenin extract and release profile of chitosan-TPP microspheres made by the method of determination of total lactones content using spectrophotometry uv-vis. The presence of enzymes in solution to release profile observations show an increase in the number acetogenin released four times larger than that without the enzyme solution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firzi
"Sistem pelepasan obat secara terkendali bertujuan untuk mempertahankan konsentrasi obat di dalam darah atau jaringan agar pengobatan optimal. Kesulitan terbesar pengembangan sistem pelepasan obat secara terkendali adalah melakukan formulasi untuk menjaga laju pelepasan obat yang diinginkan secara in vivo. Maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model sistem pelepasan obat secara terkendali yang valid yang terdiri dari obat KCl dan mikrosfer chitosan. Model yang dikembangkan berupa model fisikokimia. Data eksperimen selama 100 menit digunakan untuk melakukan validasi terhadap model. Dibutuhkan waktu 8 jam untuk melepaskan hampir seluruh kandungan obat KCl dengan koefisien kelarutan obat adalah 3 x 10-14 ml2/mol2 h, dan koefisien difusi obat KCl di fasa cair sebesar 1,92 x 10-9 cm2/s. Dari eksperimen, komposisi obat yang divalidasi sebesar 20,57% dan 10 %.

Drug is very important for human being. It can help reduce pain and cure diseases. However consumption of drug must follow its existing regulations. The release of a drug can be manipulated through a model of the drug. The main objective of this research is to obtain a valid model of a drug consist of pottasium chloride and chitosan matrix. A valid model can be achieve if the result from experiment and simulation show a slightly difference values. Also, the profile concentration of pottasium chloride in solid, pottasium chloride in liquid and water will be observe and analyze correctly. The result of the research is profile release of pottasium chloride for 100 minutes. The profile release of pottasium chloride shows the percent release of pottasium chloride for 100 minutes. The matrix needs 8 hours to release pottasium chloride, with parameters are: the coefficient of drug dissolution is 3x10-14 ml2/mol2 h, diffusion coefficient of pottasium chloride in liquid is 1,92 x 10-9 m2/s and many other parameters. From the experiment, it was found that the pottasium chloride loading are 20,57% and 10 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firliani Manthia
"Karakterisasi fisika kimia dilakukan pada matriks hasil freeze drying yang dimuati senyawa bioaktif ?-mangostin berbasis kitosan-alginat-pektin sebagai formulasi lepas lambat untuk pengobatan kanker usus besar. ?-mangostin yang bersifat hidrofobik dilarutkan dalam pelarut eutektik alami yang terdiri dari komponen penerima ikatan hidrogen kolin klorida dan pendonor ikatan hidrogen 1,2 propanediol dengan perbandingan rasio molar 1:5. Berdasarkan hasil karakterisasi spektroskopi infra merah (IR) terjadi interaksi di dalam matriks yaitu antara kitosan-alginat, alginat-pektin, kitosan-?-mangostin maupun kitosan- pelarut eutektik alami, serta ?-mangostin dan pelarut eutektik alami sehingga mempengaruhi pelepasan ?-mangostin pada larutan simulasi. Karakteristik morfologi mikropartikel berdasarkan hasil uji Scanning Electron Microscope (SEM) struktur matriks dengan adanya pelarut eutektik alami menjadi lebih halus menandakan bahwa seluruh senyawa bioaktif terperangkap dan tertanam di dalam jaringan polimer. Sedangkan menurut hasil uji X-Ray Diffraction (XRD) matriks yang diperoleh dari matiks mengandung pelarut eutektik alami menghasilkan struktur yang lebih semi kristalin dibandingkan matriks tanpa pelarut eutektik alami. Menurut hasil uji melalui metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)sterhadap hewan uji Artemia salina bahwa ?-mangostin dan pelarut eutektik alami yang terbentuk di dalam matriks memiliki potensi sebagai zat antikanker

This research will execute physical and chemical characterization of freeze-dried matrix of bioactive compound based on chitosan-alginat-pectin as sustained release formulations in the drug delivery system targeting colon cancer. ?-mangosteen, which is hydrophobic was dissolved in natural deep eutectic solvent which consists of hydrogen bond acceptor chlorine chloride and hydrogen bond donor 1,2 propanediol component with molar ratio of 1:5. Based on the Infra Red Spectroscophy characterization, interactions were observed within the matrix, especially between chitosan-alginate, alginate-pectin, chitosan- ?-mangostin, and chitosan- natural deep eutectic solvent. These interactions, along with those involving ?-mangostin and natural deep eutectic solvent, were found to influence the release of ?-mangostin in simulated solutions). The Scanning Electron Microscope (SEM) revealed the presence of natural deep eutectic solvent resulted in a smoother matrix structure, indicating the entrapment of bioactive compounds within polymer network. Furthermore, the X-Ray Diffraction (XRD) test showed that the matrix containing natural deep eutectic solvent exhibited a more amorphous. According to results using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) on Artemia salina, ?-mangostin and natural deep eutectic solvent formed in the matrix have potential as anticancer agents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fauzia
"Matriks kitosan telah disiapkan sebagai pengantar senyawa asetogenin dari daun sirsak (Annona muricata L.) untuk alternatif obat antikanker berbasis bahan alam. Matriks dipreparasi dengan mengeringkan secara beku larutan kitosan murni dan fraksi metanol ekstrak daun sirsak. Matriks kitosan-asetogenin yang diperoleh tidak menunjukkan terjadinya separasi fasa, mengindikasikan bahwa seluruh asetogenin terjerat dalam matriks kitosan. Profil pelepasan asetogenin dari matriks pada berbagai kondisi sistem pencernaan kemudian dievaluasi. Kondisi sistem pencernaan disimulasikan secara in vitro pada media fluida sintetik berbagai pH dan penambahan enzim.
Pengujian pelepasan dilakukan paralel pada setiap jam hingga jam ke 8 dan ke 24. Teramati suatu pelepasan terkendali asetogenin melalui pola sustained release yang mirip setelah jam pertama pada seluruh media. Pelepasan maksimum diperoleh pada media pH 1,2, serta pelepasan media pH 6,8 lebih tinggi dibandingkan dengan pH 7,4. Terdapat indikasi pelepasan yang lebih baik dari matriks pada media pH 6,8 dengan keberadaan enzim, sehingga matriks berpotensi dikembangkan lebih jauh untuk pengantar target kolon.

Chitosan-based matrices have been developed for delivery of acetogenins from soursop leaves (Annona muricata L.) as alternative natural-based anticancer drug. Matrices have been prepared through freeze drying process of pure chitosan and methanol fraction of soursop leaves extract solution. Freeze-dried system was obtained as single solid phase, indicating optimum acetogenins entrapment in chitosan matrices. Release behavior of acetogenins from matrices on gastrointestinal condition then being evaluated.
In vitro release study has been carried out separately in simulated gastrointestinal fluid at different pH and enzyme activities for 8 and then 24 hour. The controlled release behavior was obtained as similar sustained release trend in all simulated fluids. Maximum release was obtained at pH 1.2; while the release at pH 6.8 is higher than at pH 7.4. Furthermore, matrices have shown potent higher release at pH 6.8 with enzyme activity and were potential to be developed for colon-targeted delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Marzuki
"Pada penelitian ini kitosan digunakan sebagai bahan penyalut kalium klorida dalam bentuk mikrosfer, sehingga waktu pelepasan obat ini dapat diperlambat. Mikrosfer dari kitosan dan kalium klorida dibuat menggunakan metode taut silang dengan glutaraldehid sebagai senyawa penaut silang. Preparasi enkapsulasi kalium klorida dengan kitosan dalam bentuk mikrosfer mengikuti metode Dubey (2003). Metode analisis yang digunakan adalah Inductively Coupled Plasma (ICP) untuk menganalisis konsentrasi obat kalium klorida yang terdapat dalam mikrosfer selama pelepasan berlangsung. Scanning Electron Microscope untuk memastikan mikrosfer terbentuk dan melihat bentuk dari mikrosfer tersebut. Distribusi ukuran partikel untuk mengetahui sebaran jumlah partikel yang terbentuk. Konsentrasi kalium klorida dalam mikrosfer sebesar 0,4 ; 0,83 ; 0,82 ; 1,36 ; 3,32 ; dan 6,32 mg kalium klorida dalam mikrosfer per mg kalium klorida yang ditambahkan pada pembuatan mikrosfer. Efisiensi penjerapan yang paling tinggi pada mikrosfer dengan konsentrasi obat kalium klorida 7,544 mg/mL volume 6 mL sebesar 86,49 %. Pada profil pelepasan yang didapat bahwa pada konsentasi obat 2,512 mg/mL memiliki nilai persentase pelepasan yang paling besar dari konsentrasi 5,024 mg/mL dan 7,544 mg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah kalium klorida dan kitosan dapat mempengaruhi pelepasan kalium klorida. Semakin tinggi konsentrasi obat maka semakin sedikit konsentrasi pelepasan obat tersebut.

In this research, chitosan is used as a coating material in the form of potassium chloride microspheres, so the time of drug release can be slowed. Microspheres of chitosan and potassium chloride were made using the method of cross-link with glutaraldehyde as cross link compound. The preparation of encapsulation of potassium chloride with chitosan in the form of microspheres follows Dubey method (2003). Analytical methods used are Inductively Coupled Plasma to analyze the concentration of potassium chloride drug contained in microspheres during the release takes place. The Scanning Electron Microscope is to ensure the formed microspheres and see the shape of the microspheres. The concentration of potassium chloride in the microspheres of 0,4 ; 0,83 ; 0,82 ; 1,36 ; 3,32 ; and 6,32 mg of potassium chloride in microspheres per mg of potassium chloride is added in the manufacture of microspheres. The highest entrapment efficiency of microspheres with the concentration of the 7.544 mg / mL with volume 6 mL drug potassium chloride is 86,49 %. From its profile, it is showed that at drug concentration of 2,512 mg / mL has the high releasing percentage than 5,024 mg / mL and 7,544 mg / mL. These results suggest that amount of potassium chloride and chitosan influence the release of potassium chloride. The higher concentration of the drug, the drug release concentration is slower."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43183
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Kurniawan
"[ABSTRAK
Injectable bone substitute (IBS) merupakan metode penanganan kerusakan tulang yang efektif, karena dapat mempermudah proses operasi dan memberi kenyamanan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material pengisi tulang mampu injeksi berbasis kalsium fospat dengan perbandingan Ca/P (1.67) dan kitosan. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan semen kalsium fosfat dan kitosan sebesar 0%, 4%, 8%, 11% dalam larutan Na2HPO4 (1mol/L) yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil percobaan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM, FTIR, serta pengujian kemampuan injeksi dan setting time. Dari hasil karakterisasi tersebut didapatkan bahwa proses injeksi yang baik dapat dilakukan dengan perbandingan larutan dan serbuk (0.68 ml/gram). Setting time dan kekuatan tekan meningkat dengan penambahan kitosan, sedangkan modulus kompresi-nya berkurang dari 140-106 MPa. Terbentuknya senyawa HA yang diindikasikan dari uji XRD serta hasil uji FTIR menunjukkan tidak ada ikatan secara kimia antara semen kalsium fospat (HA,DCPD) dan kitosan, melainkan berupa ikatan hidrogen. Adapun hasil karakterisasi menunjukkan bahwa produk IBS yang telah disintesis berpotensi untuk dijadikan material pengisi tulang.
ABSTRACT
Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
, Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>