Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rezon Athallah Finoza
"Hubungan yang menguntungkan antara dua pihak tanpa eksklusivitas status sudah marak dilakukan di era sekarang, hubungan ini disebut FWB. Terjadinya FWB ini sering terjadi karena kesamaan tujuan maupun minat yang melibatkan hadirnya dua individu, konflik kepentingan yang terjadi di sini adalah perihal kesamaan kepentingan tersebut karena harus dijalani oleh dua pihak. Apakah tindakan FWB ini adalah tindakan yang bermoral? Apakah ini merupakan tindakan yang egois? Penelitian ini menghadirkan diskursus etis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengkaji fenomena FWB ini adalah metode kualitatif, tepatnya studi literatur dan deskriptif analitis. Jenis relasi FWB ini semacam “opsi baru” bagi masyarakat yang selama ini hanya menjalankan konsep hubungan tradisional yang sedari dulu sudah dipertahankan. Jenis hubungan FWB ini merupakan perwujudan egoisme manusia, penulis menghadirkan justifikasi secara lebih lanjut dan memberikan perspektif etika di sini untuk menelaah keegoisan dalam bentuk hubungan FWB.

A beneficial relationship between two parties without status exclusivity has been rife in the current era, this relationship is called FWB. The occurrence of FWB often occurs because of similar goals and interests which involve the presence of two individuals, the conflict of interest that occurs here is about the similarity of interests because it has to be lived by two parties. Is FWB's action a moral act? Is this a selfish act? This research presents an ethical discourse to answer these questions. The method used to study the FWB phenomenon is a qualitative method, to be precise, a literature study and analytical descriptive. This type of FWB relationship is a kind of "new option" for people who have only carried out the traditional relationship concept that has always been maintained. This type of FWB relationship is a manifestation of human egoism, the authors provide further justification and provide an ethical perspective here to examine selfishness in the form of FWB relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Kota Kita, 2007
170 ETI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ericson Al Akbar Y
"Penelitian ini menjelaskan bagaimana sekarang problem di dalam dunia digital, menjadi relevan karena berdampak dengan realitas, saat manusia yang sekarang hidup dalam realitas berbasis informasi yang disebut dalam teori infosphere Luciano Floridi. Luciano Floridi sendiri, memang dikenal sebagai filsuf yang terfokus kepada ranah filsafat informasi, sehingga tulisannya sering sekali dipakai dalam diskursus tersebut. Tulisan ini berfokus dalam menjabarkan permasalahan umum web 2.0 di Indonesia, dalam sistem web 2.0 data pengguna menjadi hal yang penting dalam membangun ekosistem dalam internet. Namun, dalam beberapa tahun ke belakang data pengguna beralih fungsi dijadikan alat penawaran iklan berbasis persona pengguna melalui sistem algoritma. Secara subkonsius, data pengguna yang diambil malah dijadikan sarana periklanan yang efisien. Di sisi lain, masyarakat Indonesia yang terpapar iklan berbasis data pengguna malah terjebak dalam konsumerisme. Selain itu, dalam pembahasan ditemukan masalah lain yaitu creepiness atau rasa takut dan terawasi oleh masyarakat akibat data yang diambil cenderung personal, bahkan hingga menyangkut bagaimana pengguna beraktivitas sehari-hari. Tulisan ini menjabarkan pandangan ethical pluralism Floridi dalam melihat hal tersebut sebagai acuan etika terapan ranah filsafat informasi. Yang digunakan adalah sudut pandang deontologis, konsekuensialisme, dan kontraktualisme, walaupun seharusnya tiga pandangan etis tersebut tidak selaras, namun etika informasi Floridi menganggap bahwa pengguna dan seseorang yang memiliki tingkat tanggung jawab moral yang berbeda, yang berarti tiga sudut pandang teori etika tersebut berpihak pada pengguna yang diambil datanya sehingga bisa selaras. Penelitian ini menuliskan bagaimana masalah penggunaan data pengguna, yang diambil untuk keperluan periklanan dan penjualan oleh pihak tertentu merupakan masalah yang sangatlah serius dan cenderung luput dari perhatian.
This study explains how current problems in the digital world are relevant because they have an impact on reality, where humans now live in an information-based reality which is referred to in Luciano Floridi's infosphere theory. Luciano Floridi himself is known as a philosopher who focuses on the realm of information philosophy, so his writings are often used in this discourse. This paper focuses on describing common web 2.0 problems in Indonesia, in a web 2.0 system user data is important in building an ecosystem on the internet. However, in the past few years user data has changed its function to be used as a tool for offering advertisements based on user persona through an algorithmic system. Subconciously, the user data taken is actually used as an efficient advertising tool. On the other hand, Indonesian people who are exposed to advertisements based on user data are trapped in consumerism. Apart from that, in the discussion, another problem was found, namely creepiness or fear and being monitored by the community due to the fact that the data collected tends to be personal, even involving how users carry out their daily activities. This paper describes Floridi's view of ethical pluralism in seeing this as a reference for applied ethics in the realm of information philosophy. What he uses on his ethical theory are deontological point of view, consequentialism, and contractualism., Even though these three ethical views should not be in parallel, Floridi's information ethics considers that users and people have different levels of moral responsibility, which means that the three ethical theoretical points of view are in favor of the user whose data is taken so that they can be in parallel. This research writes about how the problem of using user data, which is taken for advertising and sales purposes by certain parties, is a very serious problem and tends to be unnoticed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Hezer
"Dilema etis merupakan hal yang dialami setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Saat menghadapinya, pengambilan keputusan yang tidak etis dapat merugikan berbagai pihak. Salah satu hal yang berperan dalam proses pengambilan keputusan etis adalah persepsi mengenai etika yang dimiliki oleh seorang individu. Di sisi lain, nilai yang dipegang seseorang juga diduga dapat memperkuat persepsi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dimiliki social consensus dan moral judgment, serta pengaruh moderasi conformity pada hubungan tersebut.
Hasil analisis terhadap 86 karyawan umum menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan pada hubungan antara social consensus dan moral judgment. Namun, hasil analisis untuk moderasi menunjukan conformity tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini memiliki implikasi saran pada perusahaan untuk membangun budaya etis sehingga dapat meningkatkan perilaku etis. Penelitian ini juga menambah pengetahuan mengenai hubungan social consensus dan moral judgment, serta pengaruh conformity dalam pengambilan keputusan etis pada karyawan secara umum.

People deal with ethical dilemma in everyday life. In dealing with ethical dilemma, unethical decision making could damage various parties. One of the leading role in ethical decision making process is the perception regarding ethic within a person. Moreover, personal value is also expected to strengthen ethical perception. This study intended to discover the relationship between social consensus and individuals moral judgment, and the moderation effect of conformity.
86 employees participated in the study and showed a positive and significant relationship between social consensus and individuals moral judgment. However, the moderation analysis result did not show that conformity could serve as a moderator in the relationship. The result had suggestion implication for companies to build a culture of ethic to increase ethical decision making. Furthermore, it also added up the knowledge about relationship between social consensus and individuals moral judgment, and the influence of conformity in ethical decision making on employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanindra
"Kehidupan bermasyarakat senantiasa diatur oleh sebuah sistem etika yang dianut secara kolektif oleh anggotanya. Pada masyarakat Islam fundamental Indonesia, perempuan muslim, terutama yang berhijab, memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menjalankan sistem etika yang ada. Ini berkaitan dengan kepercayaan kolektif masyarakat bahwa ritual penggunaan hijab adalah hal yang sakral. Oleh karena itu, kesucian hijab harus dijaga dengan baik. Adanya kepercayaan ini menyebabkan kecanggungan saat mencampurkan hijab dengan kesenian dalam konteks selain ibadah. Kecanggungan sangat berat dirasakan oleh Hijab Cosplayer yang mencampurkan hijab dengan hobi mereka. Hijab Cosplayer kerap kali mengalami penolakan dari masyarakat karena dianggap telah menistakan hijab dengan melakukan cosplay. Pemahaman ini lah yang ingin didobrak oleh komunitas Hijab Cosplay Gallery melalui kode etik yang dianut oleh anggotanya. Kode etik ini kemudian menjadi sebuah norma yang diemban oleh Hijab Cosplayer sebagai bentuk komitmen terhadap Tuhan juga pembuktian akan kesalehan mereka. Tulisan ini akan berfokus pada kode etik Hijab Cosplayer dan bagaimana ia dijaga dan dijalankan dalam komunitas imajiner melalui kesadaran kolektif kelompok. Melalui tulisan ini, saya berharap dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap komunitas Hijab Cosplayer dan religiusitas dalam dunia modern.

The life of a society is bounded by the existence of an ethical system that is collectively believed and internalized by the members. In Indonesian Fundamentalist Muslim society, Muslim women, especially those who wear the hijab, carry a greater responsibility in doing said system. It is connected to how society’s collective belief, that the ritual of wearing a hijab is sacred. Therefore, the hijab’s pureness needs to be protected at all costs. This belief then caused awkwardness when mixing the hijab with art in a non-sacred context. This awkwardness is felt more by the Hijab Cosplayers who mix the hijab with their hobby. They are often subjected to rejection from Muslim society because it is believed that they have committed blasphemy towards the hijab by doing cosplay. Hijab Cosplay Gallery then tries to breach said beliefs using the code of ethics that is held collectively by its members. This code of ethics was later internalized by Hijab Cosplayer as some kind of a norm among them as a form of commitment to God and proof of their faith. This writing focuses on Hijab Cosplayer’s code of ethics and how it is preserved by an imagined community through the community members' collective consciousness. Through this writing, I am hoping to shed more light on the Hijab Cosplayer community and religiosity in modern world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2000
170 MOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bonevac, Daniel
Boston: McGraw-Hill, 2002
170 BON t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Markham, Ian S.
Malden: Blackwell, 2007
170 MAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bahagio Raharjo
"Pendidikan modern di Banyuwangi yang didirikan pemerintah pertama kali hadir pada 1819 dalam bentuk Europeesche Lagere School (ELS), kurang lebih dua tahun sejak sekolah pertama didirikan di Hindia-Belanda. Keberadaan sekolah ini tidak terlepas dari kepentingan dan kebutuhan pemerintah untuk mempersiapkan pegawaipegawai pemerintah yang terampil. Meskipun kebutuhan akan sekolah modern semakin meningkat, sekolah-sekolah yang ada tidak berkembang dengan baik. Pemberlakuan kebijakan Politik Etis membuka kesempatan bagi pihak nonpemerintah. Maka berdirilah sekolah-sekolah oleh pengusaha Indo-Eropa, Arab, Tionghoa, serta organisasi pergerakan nasional. Tulisan ini melihat dinamika peran kelompok-kelompok dalam menjawab kebutuhan akan sekolah modern di Banyuwangi masa Kebijakan Politik Etis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk menjelaskan keadaan dan kebijakan pendidikan saat itu yang mendorong upaya dari sektor non pemerintah untuk secara aktif mendirikan sekolah untuk kebutuhan kelompoknya masing-masing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Politik Etis membuka kesempatan dan menguatkan keberadaan pihak-pihak di luar pemerintah untuk mendirikan sekolah di Banyuwangi dan mengembangkan pendidikan modern. Perubahan yang terjadi seperti menguatnya perusahaan perkebunan sehingga mendorong pembukaan wilayah baru, krisis ekonomi, dan politik segregasi menuntut adanya sekolah untuk semua kelompok."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 5:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Azano Satrio
"Skripsi ini bertujuan sebagai pembelaan etik terhadap orang - orang yang telah bersusah payah untuk hidup dan merealisasikan mimpi - mimpinya, yang dipaksa untuk bertanggung jawab dan berkorban untuk menolong orang lain yang tidak dia inginkan melalui berbagai macam kemunafikan. Untuk berkata tidak dan menolak secara tegas tiap usaha yang menekan kebebasan manusia dari para "pencuri kehidupan". Etika objectivism milik Ayn Rand yang sering disebut sebagai etika objektivis yang beranggapan bahwa hal yang baik bagi tiap orang adalah perbuatan yang menguntungkan keinginan pribadi (self interest) bagi dirinya, dan mampu meminimalisir segala hal yang mampu merugikan self interestnya, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang merugikan self interest bagi dirinya. Penulis ingin menarik masalah ini menjadi lebih praktis dengan mengaitkannya dengan perbuatan menolong orang lain (helping). Sebagaimana kita ketahui seringkali dalam permasalahan self interest Ayn Rand menekankan bahwa tiap manusia pastilah mengejar keuntungan yaitu pemenuhan self interest dan menjadi tidak rasional jika kita memikirkan self interest orang lain. Penulis dengan menggunakan metode hermeunetika ingin menafsir kembali pemikiran Ayn Rand tentang etika objektivis untuk menganalisa fenomena menolong orang lain. Perbuatan menolong merupakan hal yang sering kita rasakan dan lakukan sehari - hari. Fenomena perbuatan menolong orang lain tersebut yang seringkali dianggap mayoritas orang perbuatan remeh dan tidak pantas dijadikan bahan kajian akademis, namun penulis berkeyakinan bahwa perbuatan menolong orang tidak sesederhana itu dan bisa dikaji secara filosofis untuk menunjukan konsekuensi dari perbuatan menolong orang lain.

This essay is intended as a defense against the people who have taken the trouble to live and establish a dream, which was forced to take responsibility and make sacrifices to help the others, who do not him/her like, through various kinds of hypocrisy. To say no, and expressly reject all kind of act those suppress human freedom from the "Thieves Of Life". Ayn Rand objectivism ethics, often referred to as "the Objectivist ethics", is considered that, a good thing for each person is the beneficial action of personal interest (self-interest) for himself/herself, and able to minimize everything that is capable to harm the self interest, while bad deeds are deeds that adverse self-interest for him/her. The author would like to draw this to be a more practical problem, with associating objectivism ethics with deeds to help others (helping). As we all know, the problems of self-interest that often Ayn Rand stressed, each human being must pursue the advantage that the fulfillment of self-interest, and become irrational if we think of self-interest of others. I am, using hermeneutics method; want to interpret Ayn Rand's Objectivist ethics, to analyze the phenomenon of helping others. That kind phenomena, such as helping others, that are often considered trivial, and the majority of people think that problem is inappropriate to become an academic study, but I believe that the act of helping people not as simple as that, and it can be studied philosophically to show the consequences of helping others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>