Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122830 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jehezkiel Kenneth Guilio
"Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat didefinisikan sebagai suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorang (UKP) tingkat pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pelayanan farmasi klinik di puskesmas terdiri dari pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite pasien (khusus Puskesmas dengan ruang rawat inap), pemantauan terapi obat (PTO), pemantauan dan pelaporan efek samping obat, dan evaluasi penggunaan obat. Proses pencatatan dan pelaporan salah satu proses yang diperlukan dalam penatalaksanaan obat baik yang ketika obat diterima, disimpan, didistribusikan, serta yang digunakan di Puskesmas. Proses pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dilakukan dengan membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Pencatatan dan pelaporan LPLPO di puskesmas dapat digunakan untuk memonitor jumlah pemakaian obat-obat yang memerlukan perhatian khusus seperti obat golongan antibiotik. Berdasarkan hasil monitoring penggunaan antibiotik di Puskesmas Kramat Jati tahun 2022 dengan menggunakan LPLPO, penggunaan tertinggi di Puskesmas Kramat Jati di tahun 2022 adalah amoksisilin sebesar 106.450 obat (39%) diikuti sefiksim dengan penggunaan sebesar 37.250 obat (14%) dan sefadroksil sebesar 28.160 obat (10%). Jenis antibiotik dengan penggunaan terendah di Puskesmas Kramat Jati di tahun 2022 adalah doksisiklin sebesar 1.100 obat (0,4%) yang diikuti oleh thiampenikol sebesar 5.100 obat (1,9%) dan azitromisin sebesar 6.195 obat (2,3%). Tren penggunaan antibiotik secara keseluruhan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati di tahun 2022 secara umum mengalami fluktuasi.

Puskesmas is defined as a health service facility that organizes public health efforts (UKM) and first-level individual health efforts (UKP) that prioritize promotive and preventive efforts in their working areas. Clinical pharmacy services at the puskesmas consist of assessment and prescription services, drug information services (PIO), counselling, patient visits (especially Puskesmas with inpatient rooms), drug therapy monitoring (PTO), monitoring and reporting of drug side effects, and evaluation of drug use. . The process of recording and reporting is one of the processes needed in drug management, both when drugs are received, stored, distributed, and used at the Puskesmas. The process of recording and reporting at the Puskesmas is carried out by making a Usage Report and a Drug Request Sheet (LPLPO). Recording and reporting of LPLPO at the puskesmas can be used to monitor the amount of use of drugs that require special attention such as antibiotics. Based on the results of monitoring the use of antibiotics at the Puskesmas Kecamatan Kramat Jati in 2022 using LPLPO, the highest use at the Kramat Jati Health Center in 2022 was amoxicillin of 106,450 drugs (39%) followed by cefixime with use of 37,250 drugs (14%) and cefadroxil of 28,160 drugs ( 10%). The type of antibiotic with the lowest use at the Puskesmas Kecamatan Kramat Jati in 2022 is doxycycline with 1,100 drugs (0.4%) followed by thiampenicol with 5,100 drugs (1.9%) and azithromycin with 6,195 drugs (2.3%). The overall trend of antibiotic use at the Puskesmas Kecamatan Kramat Jati in 2022 will generally fluctuate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
"Salah satu faktor penunjang kelancaran pelayanan kesehatan di puskesmas adalah tersedianya obat yang cukup untuk masyarakat yang melakukan pengobatan di puskesmas. Ketersediaan obat yang optimal dapat direncanakan dari proses perencanaan termasuk proses pencatatan dan pelaporan. Proses perencanaan kebutuhan obat tiap tahunnya dilakukan dengan sistem berjenjang (bottom-up) dari puskesmas yang berada di kelurahan hingga ke kecamatan. Tiap puskesmas akan membuat dan melaporkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Formulir ini berfungsi untuk memonitoring pemakaian dan permintaan obat setiap bulan dan dapat diketahui profil penggunaan obat yang paling banyak hingga paling sedikit digunakan di puskesmas sehingga dapat disesuaikan dengan pola penyakit yang tersebar di masyarakat wilayah kerja puskesmas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kartu stok obat dengan LPLPO dan mengetahui profil 10 (sepuluh) obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022 sehingga dapat membantu dalam proses perencanaan dan permintaan untuk periode selanjutnya. Pengambilan data menggunakan metode retrospektif dengan melihat LPLPO Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022. Hasil dari penelitian ini berupa 10 (sepuluh) profil penggunaan obat terbanyak dari 228 obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022 dengan urutan sebagai berikut: Metformin 500 mg; Parasetamol 500 mg; Calcium lactate 500 mg; Guaifenesin 100 mg; Chlorpheniramine maleate (CTM) 4 mg; Amlodipin 5 mg; Deksametason 0,5 mg; Vitamin B Kompleks; Glimepirid 2 mg; dan Vitamin B6 10 mg.

One of the factors supporting the smooth operation of healthcare services at health centers is the availability of sufficient medications for the community seeking treatment. Optimal medication availability can be planned through processes including recording and reporting. The annual medication planning process is conducted in a hierarchical (bottom-up) system from health centers in villages to those in districts. Each health center will prepare and report the Medication Usage Report and Request Form (LPLPO). This form functions to monitor monthly medication usage and requests, allowing the identification of the most to least used medications at the health center, which can then be adjusted according to the disease patterns prevalent in the community served by the health center. This study aims to determine the conformity of medication stock cards with LPLPO and to identify the profile of the ten most used medications at the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022, thereby assisting in the planning and requesting process for the next period. Data collection was conducted retrospectively by reviewing the LPLPO of the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022. The results of this study include the profile of the ten most used medications out of 228 at the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022, in the following order: Metformin 500 mg; Paracetamol 500 mg; Calcium lactate 500 mg; Guaifenesin 100 mg; Chlorpheniramine maleate (CTM) 4 mg; Amlodipine 5 mg; Dexamethasone 0.5 mg; Vitamin B Complex; Glimepiride 2 mg; and Vitamin B6 10 mg.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ulya Zubaidah
"Penelitian ini mengulas tentang pandemi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan kasus diare yang signifikan di Indonesia, serta perlunya regulasi untuk memastikan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan fokus pada Puskesmas Kramat Jati, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi peresepan obat rasional bagi pasien ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik selama Maret-April 2023. Data monitoring menunjukkan penggunaan antibiotik yang rasional untuk ISPA non-pneumonia, tetapi perlu perhatian lebih lanjut terhadap penggunaan antibiotik pada pasien diare non-spesifik. Dengan demikian, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengawasan terhadap penggunaan obat secara rasional dalam memerangi penyakit yang melanda Indonesia.

This research reviews the ARI (Acute Respiratory Infection) pandemic and significant diarrhea cases in Indonesia, as well as the need for regulations to ensure access to quality health services. With a focus on the Kramat Jati Community Health Center, this study aims to document and evaluate rational drug prescribing for patients with non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea during March-April 2023. Monitoring data shows the rational use of antibiotics for non-pneumonia ARI, but needs attention further on the use of antibiotics in patients with non-specific diarrhea. Thus, this research underlines the importance of monitoring the rational use of drugs in fighting the diseases that hit Indonesia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"Kegagalan terapi akibat ketidaksesuaian dosis antibiotik masih banyak ditemukan di fasilitas kesehatan di Jakarta. Ketidaksesuaian ini karena tidak adanya pertimbangan terhadap berat badan, tinggi badan, atau umur pasien. Permasalahan tersebut seharusnya dapat diatasi oleh apoteker dengan memastikan kembali dosis obat sebelum diserahkan ke pasien pada saat pengkajian resep. Namun, banyaknya jumlah pasien yang melebihi kapasitas tenaga kesehatan dapat meningkatkan kerentanan terhadap kesalahan dan memperlambat proses pelayanan. Analisis dosis obat dapat dipermudah dengan menggunakan spreadsheet yang sudah dilengkapi dengan rumus secara otomatis. Spreadsheet tersebut terdiri dua bagian, antara lain sheet basis data dan pendeteksi dosis obat. Basis data memuat informasi mengenai nama obat, indikasi, kategori kehamilan, kekuatan sediaan, dosis maksimum harian dewasa dan anak yang mengacu pada formularium Puskesmas Kecamatan Pulogadung serta referensi lain. Sementara sheet pendeteksi obat terdiri dari tabel pengisian resep dan pengecekan dosis. Pada sheet tersebut dosis pada resep dapat dibandingkan dengan dosis dari hasil perhitungan menggunakan rumus Clark. Perhitungan dosis berdasarkan rumus Clark secara otomatis terlihat setelah informasi pada resep dimasukkan ke dalam tabel. Dengan demikian, ketidaksesuaian dosis akan terdeteksi secara langsung. Antibiotik yang digunakan sebagai basis data untuk analisis, antara lain amoksisilin, sefadroksil, doksisiklin, dan kotrimoksazol karena merupakan antibiotik yang paling sering diresepkan. Selain itu, spreadsheet yang sudah dibuat dapat diakses melalui QR Code untuk mempermudah penggunaan.

Medication error due to over or underdose is still commonly found in health facilities in Jakarta. This discrepancy is due to the absence of consideration for the patient's weight, height, or age. The pharmacist should be able to overcome this problem by reconfirming the dosage of the drug before it is handed over to the patient during the prescription assessment. However, the dosage analysis is an error-prone process, especially with a large number of patients that exceeds the capacity of health workers. A spreadsheet complete with a specific formula will help the assessment process significantly. The spreadsheet consists of a database sheet and a drug dose detector. The database contains information regarding drug names, indications, pregnancy categories, dosage strengths, and maximum daily adult and child doses referring to the Pulogadung Subdistrict Health Center formulary and other references. On the second sheet, the drug dose detector consists of a fill-out prescription table and a dosage checker. The dosage calculation is based on Clark's formula and will be automatically displayed after the fill-out table has been filled based on the prescription. Thus, the dose discrepancies can be detected immediately. The antibiotics used in the database include amoxicillin, cefadroxil, doxycycline, and co-trimoxazole due to the highest frequency amongst other prescribed antibiotics. In addition, a QR Code that directs users to the spreadsheet was generated for easier access."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah
"Pukesmas adalah jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Evaluasi pemakaian obat di puskesmas, perlu dilakukan untuk melihat pemakaian obat telah sesuai indikasi dan aman untuk digunakan. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan mendapatkan gambaran terkait pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala terkait penggunaan obat. Tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui jenis obat yang sering digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai penggunaan obat periode Januari – Desember 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman. Setelah itu, data penggunaan obat dilakukan analisis dengan menggunakan metode ATC/DDD. Berdasarkan hasil pengolahan data, obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 46,1%. Obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 35,2%. Hal tersebut sesuai dengan penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Matraman, yaitu hipertensi dengan presentase 24,5%.

Puskesmas is a type of first-level health service facility that has an important role in the national health system. Pharmaceutical service standards at community health centers include management standards for pharmaceutical preparations, consumable medical materials, and clinical pharmacy services. Evaluation of drug use in community health centers needs to be carried out to see that drug use is according to indications and is safe to use. Medication Use Evaluation (EPO) is an activity to evaluate drug use, obtain an overview of drug use patterns in certain cases, and carry out regular evaluations regarding drug use. The purpose of creating this special assignment is to find out the types of drugs that are often used in the Matraman Sub-district Public Health Center and throughout the Matraman Subdistrict Community Public Health Center network. The implementation of this special task is carried out by collecting data regarding drug use for the period January – December 2022 at the Matraman Sub-district Public Health Center. After that, data was analyzed using the ATC/DDD method. Based on the results of data processing, the most widely used drug during 2022 at the Matraman District Health Center is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 46.1%. The most widely used drug in 2022 in the entire Matraman District Community Health Center network is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 35.2%. This is in accordance with the most common disease found in the Matraman Sub-district Public Health Center, namely hypertension, with a percentage of 24.5%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sylvarizky
"Lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan dan dijual secara tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Penggunaan obatobatan yang berlebihan, kurang atau bahkan disalahgunakan dapat mengakibatkan pemborosan dan meluasnya bahaya kesehatan. Dalam memastikan penggunaan obat yang rasional diperlukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) untuk menilai apakah obat tersebut digunakan secara rasional. EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif demham melakukan evaluasi POR, dan secara kuantitatif dnegan metode ATC-DDD serta DU90%. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Juli – Desember Tahun 2020 secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penilaian secara kuantitatif dan penilaian secara kualitatif. Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan dengan eksklusi berdasarkan nilai DDD, didapatkan sebanyak 79 jenis obat dan diperoleh nilai DDD sebesar 1.4999.903,6 dengan jumlah DDD terbesar yaitu amlodipin sebesar 488.910. Selain itu, terdapat 20 jenis obat yang berada dalams segmen DU90%. Sedangkan, secara kualitatif menggunakan beberapa indikator peresepean untuk tiga diagnosis penyakit, yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia, serta rerata obat yang diresepkan untuk tiga penyakit tersebut penggunaan obat dikatakan sudah rasional, , didapatkan nilai rata-rata Capaian Kinerja POR sebesar 102,41%.

More than half of all drugs worldwide are inappropriately prescribed, administered and sold and half of patients misuse drugs. Overuse, underuse, or even misuse of drugs can result in waste and widespread health hazards. A Drug Use Evaluation (DUE) is required to assess whether the drug is used rationally to ensure the rational use of drugs. EPO is a structured and qualitatively continuous drug use evaluation program that evaluates RDU and quantitatively with the ATC-DDD and DU90% methods. This special task aims to quantitatively determine the profile of drug use in the Kalideres District Health Center in July – December 2020 quantitatively and qualitatively. The research was conducted in two stages: quantitative and qualitative. The study's results quantitatively showed that with exclusion based on DDD values, 79 types of drugs were obtained, and DDD values were obtained of 1,4999,903.6 with the largest amount of DDD, namely amlodipine of 488,910. In addition, there are 20 types of drugs in the DU90% segment. Meanwhile, qualitatively using several prescribing indicators for three disease diagnoses, namely Non-Pneumonia ARI, Non-Specific Diarrhea, and Myalgia, as well as the average drug prescribed for the three diseases, the use of drugs is said to be rational, the average value of POR Performance Achievement is 102.41%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza Farhan
"Pusat Kesehatan masyarakat merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan baik kesehatan, promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pemusnahan obat-obat kadaluwarsa sama saja dengan mengunakan obat yang tidak tepat sasaran, obat yang seharusnya diberikan kepada pasien sebelum kadaluwarsa, namun obat tersebut dimusnahkan sebelum dapat digunakan oleh pasien. Terdapat banyak faktor penyebab obat tersebut kadaluwarsa diantaranya obat tersebut hanya digunakan pada saat terjadinya penyakit dalam periode/musim tertentu, obat tersebut hanya digunakan pada saat keadaan emergency seperti obat-obat syok anafilattik, dan juga faktor peresepan yang diberikan oleh dokter yang hanya menggunakan obat tertentu saja. Evaluasi pemusnahan dipuskesmas dilakukan dengan melihat data pemusnahan obat kadaluwarsa yang ada dipuskesmas keramat jati pada periode 2022. Pengumpulan Data Evaluasi Pemusnahan Pengumpulan data diambil dari prosedur dan data pemusnahan yang dilaksanakan pada periode Juli-Desember 2022. Data pemusnahan obat yang didapatkan kemudian dianalisis untuk dievaluasi prosedur dan jumlah obat yang dimusnahkan. Pemusnahan obat dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT. Triguna Pratama Abadi sebanyak dua kali selama satu tahun. Faktor penyebab obat kadaluwarsa disebabkan oleh dokter yang jarang meresepkan obat tersebut, tidak ada keadaan emergency, obat diterima dari Suku Dinas Kesehatan yang mendekati waktu kadaluwarsa, obat tersebut hanya digunakan pada musim penyakit tertentu. Jumlah anggaran obat yang dimusnahkan karena kadaluwarsa dan rusak sebesar Rp. 42.456.207.

A community health center is a place used to provide health, promotive, preventive, curative and rehabilitative service efforts carried out by the government, regional government and/or the community. Destroying expired medicines is the same as using medicines that are not on target, medicines that should be given to the patient before they expire, but the medicine is destroyed before it can be used by the patient. There are many factors that cause the drug to expire, including the drug is only used when an illness occurs in a certain period/season, the drug is only used during an emergency such as anaphylactic shock drugs, and also the prescribing factor given by a doctor who only uses certain drugs. just. The evaluation of destruction at the community health center was carried out by looking at data on the destruction of expired drugs at the Keramat Jati Community Health Center in the 2022 period. Data Collection Evaluation of Destruction Data collection was taken from procedures and destruction data carried out in the period July-December 2022. The drug destruction data obtained was then analyzed to evaluate the procedure. and the amount of drugs destroyed. The destruction of drugs is carried out by a third party, namely PT. Triguna Pratama Abadi twice a year. Factors causing expired medicines are caused by doctors who rarely prescribe the medicine, there is no emergency, the medicine is received from the Health Department which is close to its expiry date, the medicine is only used during certain disease seasons. The total budget for drugs destroyed due to expiration and damage was IDR. 42,456,207.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Savira Rahmafitri
"Pada tahun 2015 WHO melaporakan didapatkan 64% negara Asia Tenggara antibiotik dibeli tanpa resep. Dampak buruk bagi kesehatan apabila penggunaan antibiotik secara tidak rasional adalah resistensi antibiotik, meningkatnya biaya perawatan, dan peningkatan angka kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola dan kerasionalan peresepan antibiotik di dua puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok Januari-Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel yang digunakan adalah seluruh resep antibiotik yang memenuhi kriteria inklusi pada Januari-Maret 2020. Hasil penelitian menunjukkan pola peresepan antibiotik berdasarkan jenisnya yang paling banyak digunakan adalah kotrimoksazol (37%) di Puskesmas Limo dan amoksisilin (90.3%) di Puskemas Pancoran Mas. Berdasarkan jenis penyakitnya, antibiotik banyak diresepkan pada penyakit faringitis akut (34.4%) di Puskesmas Limo dan infeksi saluran pernapasan akut atas non-spesifik (38%) di Puskesmas Pancoran Mas. Ketidakrasionalan peresepan antibiotik pada Puskesmas Limo yaitu tidak tepat pemilihan antibiotik sebanyak 94 resep (24.5%), tidak tepat dosis sebanyak 65 resep (16.9%), tidak tepat frekuensi pemberian sebanyak 84 resep (21.9%), dan tidak tepat duasi pemberian sebanyak 265 resep (69%). Sedangkan ketidakrasionalan peresepan antibiotik pada Puskesmas Pancoran Mas yaitu tidak tepat pemilihan antibiotik sebanyak 49 resep (12.8%), tidak tepat dosis sebanyak 26 resep (6.8%), tidak tepat frekuensi pemberian sebanyak 27 resep (7%), dan tidak tepat durasi pemberian sebanyak 316 resep (82.3%). Diperoleh nilai signifikansi ketidakrasionalan peresepan antibiotik berdasarkan 4 kriteria penilaian yaitu 0.000, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan kualitas peresepan antibiotik pada dua puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok periode Januari-Maret Tahun 2020.

In 2015, WHO reported that in 64% of Southeast Asia countries antibiotic were available without prescription. The adverse effects on irrational use of antibiotics on health was antibiotic resistance, increased of treatment costs, and increased of mortality. The purpose of this research was to analyze the pattern and the rationality of antibiotic prescribing in two basic accredited Public Health Center in Depok City January-March 2020. The design used in this research was cross-sectional. The sample used was all antibiotic prescriptions that met the inclusion criteria in January-March 2020. Results of the study showed the most antibiotic used were cotrimoxazole (37%) at Limo Public Health Center and amoxicillin (90.3%) at Pancoran Mas Public Health Center. Based on the type of disease, antibiotics were often prescribed in acute pharyngitis (34.4%) at Limo Public Health Center and acute upper respiratory infections non-specific (38%) at Pancoran Mas Public Health Center. Irrational prescription at the Limo Public Health Center found were 94 prescriptions (24.5%) in the selection of antibiotics, 65 prescriptions (16.9%) in the correct dosage, 84 prescriptions (21.9%) in frequency of antibiotic administration, and 265 prescriptions (69%) in the duration of antibiotic administration. Irrational prescription at Pancoran Mas Public Public Health Center found were 49 prescriptions (12,8%) in the antibiotic selection, 26 prescriptions (6.8%) in the correct dosage, 27 prescriptions (7%) in the frequency of antibiotic administration, and 316 prescriptions (82.3%) in the duration of antibiotic administration. The significant value of the irrational prescription of antibiotics was obtained based on 4 assessment criteria is 0.000, so it can be concluded that there are differences in the quality of antibiotic prescribing in two basic accredited public health center in the City of Depok January-March 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Bia Amanda
"Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, sehingga meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan menjadi lebih mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola peresepan dan kerasionalan peresepan antibiotik di dua puskesmas terakreditasi madya yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya Kota Depok periode Januari-Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah potong-lintang, dengan sampel berupa resep antibiotik periode Januari-Maret 2020. Metode pengambilan sampel berupa total sampling untuk pola peresepan antibiotik sebanyak seluruh resep dan simple random sampling untuk kerasionalan peresepan antibiotik minimal 384 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola peresepan antibiotik berdasarkan jenisnya yang paling banyak diresepkan adalah amoksisilin (83.9%) di Puskesmas Abadijaya dan (84%) di Puskesmas Sukmajaya. Penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien adalah common cold (26.5%) di Puskesmas Abadijaya, sedangkan faringitis akut (26.8%) di Puskesmas Sukmajaya. Hasil analisis ketidakrasionalan peresepan antibiotik di Puskesmas Abadijaya menunjukkan bahwa sebanyak 12.8% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 0.5% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 2.6% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 78.9% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Sedangkan di Puskesmas Sukmajaya menunjukkan bahwa sebanyak 15.6% tidak memenuhi kriteria pemilihan antibiotik, 2.3% tidak memenuhi kriteria dosis pemberian, 4.2% tidak memenuhi kriteria frekuensi pemberian dan 79.7% tidak memenuhi kriteria durasi pemberian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketidakrasionalan peresepan antibiotik masih terjadi di Puskesmas yang sudah terakreditasi madya, yaitu Puskesmas Abadijaya dan Puskesmas Sukmajaya.

Irrational use of antibiotic can cause resitance antibiotic, hence it increases in morbidity, mortality and medical costs. This research aimed to evaluate the pattern and the rationality of antibiotic prescribing at two public health center with madya accreditation such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center Depok January-March 2020. The research design used was cross-sectional with the sample consisted of all antibiotic prescriptions January-March 2020. The sampling method was total sampling for pattern of antibiotic prescribing as much as all prescriptions and simple random sampling for the rationality of antibiotic prescribing with the minimum of 384 prescriptions. The result showed that the most prescribed antibiotic prescription pattern based on the type of antibiotic was amoxicillin (83.9%) at Abadijaya Health Center and (84%) at Sukmajaya Health Center. The most common illnesses suffered by patients were common cold (26.5%) at Abadijaya Health Center, meanwhile acute pharyngitis (26.8%) at Sukmajaya Health Center. Irrationality of antibiotic use in Abadijaya Health Center found were improper antibiotic selection (12.8%), improper dosage (0.5%), improper frequency of administration (2.6%), and improper duration of administration (78.9%). Irrationality of antibiotic use in Sukmajaya Health Center found were improper antibiotic selection (15.6%), improper dosage (2.3%), improper frequency of administration (4.2%), and improper duration of administration (79.7%). Therefore, it can be concluded that irrationality of antibiotic prescribing still occurred in health center with Madya Accreditation, such as Abadijaya Health Center and Sukmajaya Health Center."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka melaksanakan program JKN dan memenuhi himbauan dari Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta terkait akreditasi, Puskesmas Kecamatan Ciracas telah menyusun pedoman berupa Formularium Puskesmas. Pemilihan obat untuk Formularium Puskesmas mengacu pada daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (Fornas). Formularium tersebut digunakan sebagai acuan oleh Puskesmas Kecamatan Ciracas dalam menjamin ketersediaan obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau. Tujuan dari laporan PKPA ini adalah untuk memahami alur penyusunan formularium puskesmas serta mengevaluasi kesesuaian daftar obat di formularium puskesmas dengan formularium nasional. Laporan ini didasarkan dari penelusuran literatur dan observasi data formularium puskesmas serta wawancara dengan apoteker yang terlibat dalam penyusunan formularium puskesmas. Berdasarkan analisis, alur penyusunan formularium telah sesuai dengan prosedur yang berlaku dan dilakukan evaluasi satu tahun sekali. Daftar obat di formularium puskesmas secara keseluruhan telah sesuai dengan formularium nasional yang berlaku. Namun, terdapat beberapa obat kategori fasilitas kesehatan tingkat 2 dan/atau 3 yang tetap dimasukkan ke Formularium Puskesmas Kecamatan Ciracas Tahun 2023 didasarkan atas hasil rapat dan disertai kajian/justifikasi dari dokter yang mengusulkan.

Puskesmas, as the first-level health facility, is responsible for comprehensive, integrated, and sustainable health service activities. In order to implement the JKN program and comply with the appeal from the Head of the DKI Jakarta Health Office regarding accreditation, the ciracas subdistrict health center has developed guidelines in the form of a Puskesmas Formulary. The selection of drugs for the Puskesmas Formulary refers to the National Essential Medicines List and the National Formulary. The formulary is used as a reference by the ciracas subdistrict health center to ensure the availability of efficacious, quality, safe, and affordable medicines. The purpose of this PKPA report is to understand the flow of the formulation of the puskesmas formulary and to evaluate the conformity of the drug lists in the puskesmas formulary with the national formulary. This report is based on a literature search and observation of puskesmas formulary data, as well as interviews with pharmacists who were involved in preparing the puskesmas formulary. Based on the analysis, the flow of the formulation of the formulary is in accordance with the applicable procedures and is evaluated once a year. The list of medicines in the Pukkesmas formulary as a whole is in accordance with the applicable national formulary. However, there are several level 2 and/or 3 health facility category drugs that are still included in the ciracas subdistrict health center formulary based on the results of the meeting and accompanied by a review or justification from the doctor who proposed it."
2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>