Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161393 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalila Amira
"Mikroalga epiplastik diketahui berpotensi menyebabkan Harmful Algal Bloom (HAB) menjadikan plastik sebagai vektor transportasi mikroalga berbahaya. Masalah penumpukan sampah dilaporkan di Pantai Marina Ancol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mikroalga epiplastik pada substrat sampah plastik minumann kemasan jenis Polyethylene Terephthalate (PET) berdasarkan kelimpahan sel dan faktor lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan total 9 sampel sampah plastik di ketiga titik sampling, lalu pemisahan mikroalga dengan kombinasi squeeze method & scraping. Sampel air dipisahkan dari substrat, sampah plastik dihitung berat basahnya, sampel disaring dengan saringan bertingkat, dan pengamatan cover glass di bawah mikroskop cahaya. Mikroalga epiplastik yang ditemukan total 15 genera dari kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae, dan Cyanophyceae yang berpotensi menyebabkan HAB. Pseudo-nitzschia, Nitzschia, Prorocentrum, Lyngbya, dan Trichodesmium merupakan genus yang berpotensi toksik. Prorocentrum, Blixaea, Tripos, dan Trichodesmium diketahui pernah menyebabkan blooming. Kelimpahan mikroalga tergolong tinggi, yaitu sebesar 321.971 sel/gr berat basah plastik PET dengan Achnanthes sebagai genus yang memperoleh total kelimpahan tertinggi, yaitu 100.850 sel/gr. Hubungan antara kelimpahan dan faktor lingkungan diuji menggunakan korelasi Pearson. Faktor intensitas cahaya dan kecerahan berkorelasi positif.

Epiplastic microalgae are known to have the potential to cause Harmful Algal Blooms (HAB) making plastic as a vector for transporting harmful microalgae. The issue of waste accumulation has been reported at Marina Ancol Beach. This study aims to analyze epiplastic microalgae on Polyethylene Terephthalate (PET) plastic waste beverage packaging based on cell abundance and environmental factors. The research was conducted by collecting a total of 9 samples of plastic waste at three sampling points, followed by the separation of microalgae using a combination of the squeeze method and scraping. The water samples were separated from the substrate, the wet weight of the plastic waste was measured, the samples were filtered using a graded sieve, and observation was done under a light microscope using a cover glass. A total of 15 genera of epiplastic microalgae were found from the class Bacillariophyceae, Dinophyceae, and Cyanophyceae, which have the potential to cause HAB. Pseudo-nitzschia, Nitzschia, Prorocentrum, Lyngbya, and Trichodesmium are genera that are potentially toxic. Prorocentrum, Blixaea, Tripos, and Trichodesmium are known to have caused blooming. The abundance of microalgae was 321,971 cells/g wet weight of PET plastic and relatively high with Achnanthes as the genus with the highest total abundance, which is 100,850 cells/g. The relationship between abundance and environmental factors was tested using Pearson correlation. The factors of light intensity and water clarity showed a positive correlation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Balqis Fisabila Helmi
"Penelitian mengenai identifikasi keanekaragaman serta perhitungan kelimpahan mikroalga epiplastik di substrat sampah plastik makanan kemasan jenis polypropylene yang berpotensi menyebabkan Harmful Algal Blooms di lakukan di Pantai Lagoon Ancol dengan metode purposive random sampling pada 3 titik stasiun dengan metode subsample di bawah mikroskop. Tujuh belas genus mikroalga epiplastik ditemukan yang berasal dari tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae (14 genus), Dinophyceae (1 genus), dan Cyanophyceae (2 genus) dengan 3 genus yang berpotensi toksik. Tujuh belas genus tersebut adalah Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lyngbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, dan Thalassiosira. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan total mikroalga epiplastik berkisar 249 – 24.051 sel/gram dengan kelimpahan terbesar dari genus Navicula sebesar 121.342 sel/gram dan terkecil dari genus Merismopedia sebesar 249 sel/gram. Berdasarkan perhitungan korelasi Pearson, hampir semua parameter lingkungan yang diukur berpengaruh sangat tinggi dengan rentang koefisien ± 0.80 – ± 1.00, dengan koefisien korelasi terendah oleh intensitas cahaya yaitu 0.3 dimana termasuk kedalam rentang berpengaruh rendah.

Research on identifying diversity and calculating the abundance of epiplastic microalgae in polypropylene plastic food packaging waste substrates that have the potential to cause Harmful Algal Blooms was conducted at Ancol Lagoon Beach with purposive random sampling method at 3 station points and using the subsample method under a microscope. Seventeen genera of epiplastic microalgae were found from three classes, namely Bacillariophyceae (14 genera), Dinophyceae (1 genus), and Cyanophyceae (2 genera) with 3 potentially toxic genus. The seventeen genera are Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lygbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, and Thalassiosira. The results showed that the total abundance of epiplastic microalgae ranged from 249 – 24.051 cells/gram with the greatest abundance from the genus Navicula of 121.342 cells/gram and the smallest from the genus Merismopedia of 249 cells/gram. Based on Pearson correlation calculations, almost all environmental parameters measured have a very high effect with a coefficient range of ± 0.80 – ± 1.00, with the lowest correlation coefficient by light intensity of 0.3 which is included in the low influential range."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Khanza Kamilia
"
Penyimpanan dan transportasi gas alam merupakan tantangan utama dalam mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan. Adsorbed Natural Gas (ANG) adalah suatu metode potensial untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan gas alam. Pada penelitian ini, digunakan adsorben dari limbah botol polietilena tereftalat (PET) sebagai potensi pemanfaatan limbah plastik dalam sumber energi terbarukan. Pembuatan karbon aktif dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pre-treatment bahan baku, karbonisasi, aktivasi kimia dengan KOH 4 M, dan aktivasi fisika dengan aliran gas N2. Karbon aktif yang diperoleh kemudian dimodifikasi melalui proses impregnasi logam NiO dengan variasi konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2% untuk mengetahui kemampuannya sebagai adsorben. Berdasarkan karakterisasi melalui metode uji bilangan iodin, SEM, dan EDS, diketahui bahwa sampel karbon aktif yang terimpregnasi NiO 2% menunjukan hasil terbaik dengan luas permukaan 997,65 m2/g. Kemudian, dilakukan uji kapasitas adsorpsi dan desorpsi gas alam pada sampel nonimpregnasi dan sampel terimpregnasi untuk mengetahui peningkatan kapasitas penyimpanan gas alam. Kapasitas adsorpsi gas alam terbesar didapatkan oleh karbon aktif terimpregnasi NiO 2% pada suhu 28 oC dan tekanan 9 bar yang mampu mencapai 138,9 g/kg.

Storage and transportation of natural gas has become a major challenge in optimizing the use of renewable energy. Adsorbed Natural Gas (ANG) is a potential method to increase natural gas storage capacity. In this research, adsorbents from waste polyethylene terephthalate (PET) bottles were used as a potential of plastic waste as a renewable energy source. The preparation of activated carbon is carried out through several stages, namely pre-treatment of raw materials, carbonization, chemical activation with KOH 4 M, and physical activation with N2 gas flow. The activated carbon obtained was then modified through a NiO metal impregnation process with varying concentrations of 0.5%, 1% and 2% to determine its ability as an adsorbent. Based on characterization using the iodine number test method, SEM, and EDS, it is known that the activated carbon sample impregnated with 2% NiO showed the best results with a surface area of 997,65 m2/g. Then, natural gas adsorption and desorption capacity tests were carried out on non- impregnated samples and impregnated samples to determine the increase in natural gas storage capacity. The largest natural gas adsorption capacity was obtained by 2% NiO impregnated activated carbon at a temperature of 28 oC and a pressure of 9 bar which was able to reach 138,9 g/kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abbiyah Sausan Ulfa
"PET (Polietilena Tereftalat) merupakan kemasan botol plastik berwarna dengan tingkat konsumsi terbesar keempat di dunia. Konsumsi PET di Indonesia meningkat mencapai 7% per tahun hal ini dapat menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendaur ulang limbah PET dengan menggunakan proses sederhana dalam menghilangkan warna dari limbah PET. Hasil penghilangan warna limbah PET akan digunakan sebagai alternatif sumber karbon untuk sintesis carbon nanotube (CNT). Warna limbah PET yang digunakan adalah biru dan hijau. Agen penghilang warna yang terpilih adalah hidrogen peroksida (H­2O2) karena merupakan reagen yang ekonomis dan ramah lingkungan. Limbah PET berwarna dan H2O2 akan dipanaskan ke dalam sistem oil bath pada suhu 110oC dan tekanan 1 atm.
Hasil waktu penghilangan warna untuk limbah PET biru lebih cepat dibandingkan limbah PET hijau yaitu 72 dan 115 menit per 15 gram limbah PET. Kualitas penghilangan warna limbah PET biru lebih baik dibanding hasil penghilangan warna limbah PET hijau karena memiliki nilai reflektansi lebih dekat dengan limbah PET tidak berwarna. Proses sintesis CNT dari plastik limbah PET biru yang sudah dihilagkan warnanya menghasilkan yield sebesar 8,58%. Diameter rata rata kristal CNT yang dihasilkan dari proses ini diperoleh sebesar 37 nm. Hal ini menunjukkan bahwa plastik limbah PET yang sudah dihilangkan warnanya dapat digunakan sebagai sumber karbon dalam sintesis CNT.

The level consumption of Polyethylene Terephthalate (PET) as a packaging of colored beverage bottles occupies the fourth largest in the world. In Indonesia, PET consumption increased reaches 7% per year so that it can cause environmental impacts. This study aims to process the recycling PET waste by obtaining a simple potential process to remove the color from PET waste. The decolorized PET waste will be an alternative carbon source for Carbon Nanotube (CNT) synthesis. The colors of PET waste are blue and green bottles. The selected color removal agent is hydrogen peroxide (H2O2) because it is inexpensive reagent and has lower toxicity to environment. The colored PET waste and H2O2 will be heated in the oil bath system at temperature 110oC and pressure 1 atm.
The result showed that color removal time for blue PET waste faster than the green PET waste, 72 and 115 minutes per 15 grams PET waste. The quality of color removal of blue PET waste is better than the result of color removal of green PET waste because it has a reflectance value closer to colorless PET waste. The CNT synthesis process from plastic blue PET waste which has been color-treated yields a yield of 8.58%. The average diameter of CNT crystals produced from this process is obtained at 37 nm. This shows that PET waste plastic which has been discolored can be used as a carbon source in CNT synthesis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Rizkya Andriani
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menelaah potensi dari limbah botol plastik (PET) dalam dunia arsitektur. Melihat isu dan kontroversi di mana botol plastik bekerja sangat efektif sebagai sebuah produk namun limbah dari botol plastik sangat mencemari lingkungan. Oleh karena itu kita harus memikirkan kembali bagaimana menanggulangi limbah botol plastik (PET) agar tidak menjadi lebih buruk khususnya dalam dunia arsitektur. Dengan memanfaatkan potensi dari material botol plastik serta mempelajari karakteristik dari botol plastik kita dapat menjadikan limbah botol plastik menjadi material yang lebih berguna. Mempelajari teori Cradle to Cradle oleh Braungart dan McDonough sebagai salah satu cara untuk menghasilkan produk material yang berkelanjutan. Penelitian mengenai potensi dari material botol plastik (PET), didapat dari mempelajari beberapa kasus pemanfaatan limbah botol plastik (PET) secara fisik. Beberapa dari kasus ini adalah menjadikan PET sebagai sambungan furnitur, bata, dinding sekolah, dan struktur. Melalui studi ini didapat kesimpulan bahwa limbah botol plastik dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara, terutama dalam arsitektur limbah botol plastik (PET) dapat digunakan sebagai material berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sisa dari umur botol plastik di lingkungan, pemanfaatan ini memiliki kesimpulan bahwa limbah botol plastik (PET) dapat menjadi material yang kontekstual dengan berbagai karakteristik dari botol plastik. Namun pemanfaatan ini tidak dapat diaplikasikan semua secara bersamaan karena PET mampu bekerja lebih baik bila bersama dengan material lain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maissy Graceline Mulia
"Melimpahnya limbah plastik di lingkungan berpotensi menimbulkan bahaya pencemaran karena adanya degradasi plastik menjadi mikroplastik. Beredarnya pencemaran oleh mikroplastik ini mendukung dimulainya penelitian terkait pendeteksian mikroplastik di lingkungan. Salah satu metode deteksi mikroplastik tersebut adalah pemanfaatan sifat fluoresensi dari carbon quantum dots (CQDs). Pada penelitian ini, CQDs akan diproduksi melalui metode hidrotermal menggunakan bahan baku pelepah kelapa sawit sebagai sumber karbon karena mengandung kadar lignin sebanyak 15-26%. Untuk memperoleh karbon tersebut, pelepah kelapa sawit dihancurkan lalu diubah menjadi biochar melalui proses pirolisis. Biochar digunakan sebagai prekursor pembuatan CQDs yang diproduksi melalui metode hidrotermal pada variasi suhu 180°C, 190°C, 200°C. Pada penelitian ini, dihasilkan CQDs dengan peak 291 nm pada rentang panjang gelombang UV yang menunjukkan adanya pita serapan π-π* pada struktur karbon CQDs. Munculnya gugus C=C, O-H dan C=O yang dominan pada pengujian FTIR juga membuktikan keberhasilan produksi CQDs melalui metode hidrotermal ini. CQDs yang dihasilkan pada ketiga variasi suhu tersebut berukuran kurang dari 10 nm serta memiliki intensitas fluoresensi paling tinggi pada variasi 200℃ ketika dieksitasi pada 405 nm. Akan tetapi, quenching pada CQDs setelah berinteraksi dengan mikroplastik polietilen (PE) dan polietilen tereftalat (PET) belum dapat disimpulkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui interaksi antara CQDs dan mikroplastik, terutama PE dan PET.

The abundance of plastic waste in the environment has the potential to cause pollution hazards due to the degradation of plastic into microplastics. The circulation of pollution by microplastics supports the start of research related to detecting microplastics in the environment. One method for detecting microplastics is utilizing the fluorescence properties of carbon quantum dots (CQDs). In this research, CQDs will be produced via the hydrothermal method using palm frond raw materials as a carbon source because they contain lignin levels of 15-26%. To obtain this carbon, palm fronds are crushed and then converted into biochar through a pyrolysis process. Biochar is used as a precursor for making CQDs which are produced via the hydrothermal method at varying temperatures of 180°C, 190°C, 200°C. In this research, CQDs were produced with a peak of 291 nm in the UV wavelength range, indicating the existence of a π-π* absorption band in the CQDs carbon structure. The appearance of dominant C=C, O-H and C=O groups in FTIR testing also proves the success of CQDs production via this hydrothermal method. The CQDs produced at the three temperature variations were less than 10 nm in size and had the highest fluorescence intensity at the 200℃ variation when excited at 405 nm. However, the quenching of CQDs after interacting with polyethylene (PE) and polyethylene terephthalate (PET) microplastics cannot be concluded. Therefore, further research needs to be carried out to determine the interaction between CQDs and microplastics, especially PE and PET."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Limbah botol air mineral cukup banyak di sekitar kita. Botol air mineral ini terbuat dari PET yang memiliki daya tahan yang baik. Akibatnya, PET tidak bisa diuraikan oleh alam. Daur ulang PET merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah PET yang bisa mencemari lingkungan. Limbah botor air mineral yang terbuat dari PET ini diproses dengan cara dicacah agar bisa menjadi bahan baku produk lain. Industri pencacahan botol PET yang akan ditinjau terdapat di Kebun Raya Bogor dan Cidahu, Sukabumi. Bengkel pencacahan di Kebuh Raya Bogor dikelola oleh LSM Mitra Kebun Raya dengan tujuan utama untuk mengurangi limbah botol mineral di sekitar Kebun Raya dan juga untuk mendapat keuntungan. Sedangkan industri pencacahan botol PET di Cidahu murni untuk menghasilkan uang. Limbah PET yang sudah didaur ulang bisa menjadi bahan baku bagi produksi lain seperti keset, tali pengikat, isi boneka, polyester, penutup jok, dan lain sebagainya. Hal ini juga berarti limbah PET memiliki nilai jual yang cukup baik."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarrah Duniani
"Penelitian pengaruh penambahan Pure Isophatalic Acid(PIA) pada produk PET hasil polikondensasi antara Pure Terephtalic Acid (PTA) dan Etilen glikol telah dilaksanakan dalam suatu reaktor pilot plant polikondensasi yang berkapasitas 30 L. Variasi penambahan PIA adalah 0%; 2,5%; 5%; 10%; 15% dan 20% mol PTA. Produk yang dihasilkan mempunyai berat molekul relatif sama, sedangkan densitas dan persen kristalinitas menurun sebanding dengan kenaikkan persen mol PIA yang ditambahkan. Hal ini disebabkan oleh reaksi yang terjadi antara PTA, PIA dan EG menghasilkan produk yang memiliki stuktur kopolimer. Hasil di atas didukung oleh data-data analisa sifat termalnya antara lain: titik leleh, titik transisi gelas dan kristalisasi, dimana titik leleh, titik transisi gelas, dan titik kristalisasi dingin menurun sebanding dengan kenaikan persen mol PIA yang ditambahkan, sedangkan titik kristalisasi panasnya semakin meningkat."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Mahendya Lestariono
"Polyethylene terephthalate (PET) merupakan bahan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam skripsi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan tambah dalam campuran beton dan menggunakannya dalam campuran beton normal (fc′=25 MPa). Bahan tambah limbah botol plastik PET tersebut berupa cacahan-cacahan yang sebelumnya telah dipotong dengan mesin yang khusus untuk memotong limbah botol plastik dengan mudah. Cacahan-cacahan botol plastik PET tersebut dalam dimensi yang beragam dan bervariasi. Kadar Polyethylene terephthalate (PET) yang ditambahkan pada beton mutu normal dalam volume fraksi adalah 0,10, 0,20, 0,30, 0,50, 0,70 dan 1,00%. Dengan persentase yang berbeda maka akan diketahui pengaruh penambahan limbah botol plastik (PET) terhadap beton tanpa penambahan limbah botol plastik (PET). Sifat fisik botol plastik PET didapat dari literatur, sedangkan yang diuji hanya berat jenisnya saja yaitu dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh nilai sebesar 1,35 gr/cm³. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi kuat tarik belah dan kuat geser. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan untuk pengujian kuat tarik belah dan benda uji double L berukuran 20×30×7.5 cm³ untuk pengujian kuat geser. Dari hasil penelitian beton normal terhadap beton segar, dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kadar cacahan botol plastik PET yang dicampur dalam campuran beton, maka akan cenderung terjadi penurunan pada nilai slump. Dari hasil pengujian terhadap beton yang telah mengeras didapatkan hasil dengan penambahan cacahan botol plastik PET optimum sebesar 0,5% terjadi peningkatan kuat tarik belah sebesar 25,44% pada umur 7 hari, sedangkan pada umur 28 hari peningkatan optimum pada 0,7% yaitu sebesar 19,39%. Pada kuat geser peningkatan optimum terjadi pada 0,5% yaitu sebesar 37,19%.

Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester material that is commercially produced by condensation product. PET is the basic raw material from plastic bottle and will ossify when heated. Based on physical characteristic of PET, in this study has been conducted by research of plastic bottle waste PET as admixture which add in concrete mixture and use it in normal concrete mixture (fc′=25 MPa). Substance of these plastic bottle waste PET in the form of cutting that has been cut by special machine to cut plastic bottle waste easily. Cutting of these plastic bottle PET mentioned in immeasurable dimension and vary. Rate of Polyethylene terephthalate (PET) that added on normal concrete in fraction volume is 0,10; 0,20; 0,30; 0,50; 0,70 and 1,00%. With the different percentage hence will be known the influence of addition plastic bottle waste (PET) to concrete without addition plastic bottle waste. Nature of physical of plastic bottle PET got from literature, while examine only specific gravity and from attempt result conducted to be obtained value equal to 1.35 gr/cm³. The loading attempt conducted cover tensile and shear strength. Object test in the form of cylinder with 15 cm on diameter and 30 cm high is used for tensile strength test and double L samples with size 20×30×7,5 cm³ is used for shear test. From normal concrete research result to fresh concrete, inferential that by increasing rate of cutting plastic bottle PET in concrete mixture, hence will tend to occured the degradation of the slump value. From examination result to concrete ossified got by result with the addition of cutting plastic bottle PET optimum equal to 0,5% will increasing tensile strength 25,44% at 7 day, while at age 28 day optimum increasing optimum occured at 0,7% that is equal to 19,39%. For the shear strength the optimum improvement occured at 0,5% that is equal to 37,19%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.21.08.39 Les p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Haerul Thamrin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>