Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153045 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Balqis Fisabila Helmi
"Penelitian mengenai identifikasi keanekaragaman serta perhitungan kelimpahan mikroalga epiplastik di substrat sampah plastik makanan kemasan jenis polypropylene yang berpotensi menyebabkan Harmful Algal Blooms di lakukan di Pantai Lagoon Ancol dengan metode purposive random sampling pada 3 titik stasiun dengan metode subsample di bawah mikroskop. Tujuh belas genus mikroalga epiplastik ditemukan yang berasal dari tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae (14 genus), Dinophyceae (1 genus), dan Cyanophyceae (2 genus) dengan 3 genus yang berpotensi toksik. Tujuh belas genus tersebut adalah Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lyngbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, dan Thalassiosira. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan total mikroalga epiplastik berkisar 249 – 24.051 sel/gram dengan kelimpahan terbesar dari genus Navicula sebesar 121.342 sel/gram dan terkecil dari genus Merismopedia sebesar 249 sel/gram. Berdasarkan perhitungan korelasi Pearson, hampir semua parameter lingkungan yang diukur berpengaruh sangat tinggi dengan rentang koefisien ± 0.80 – ± 1.00, dengan koefisien korelasi terendah oleh intensitas cahaya yaitu 0.3 dimana termasuk kedalam rentang berpengaruh rendah.

Research on identifying diversity and calculating the abundance of epiplastic microalgae in polypropylene plastic food packaging waste substrates that have the potential to cause Harmful Algal Blooms was conducted at Ancol Lagoon Beach with purposive random sampling method at 3 station points and using the subsample method under a microscope. Seventeen genera of epiplastic microalgae were found from three classes, namely Bacillariophyceae (14 genera), Dinophyceae (1 genus), and Cyanophyceae (2 genera) with 3 potentially toxic genus. The seventeen genera are Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lygbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, and Thalassiosira. The results showed that the total abundance of epiplastic microalgae ranged from 249 – 24.051 cells/gram with the greatest abundance from the genus Navicula of 121.342 cells/gram and the smallest from the genus Merismopedia of 249 cells/gram. Based on Pearson correlation calculations, almost all environmental parameters measured have a very high effect with a coefficient range of ± 0.80 – ± 1.00, with the lowest correlation coefficient by light intensity of 0.3 which is included in the low influential range."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalila Amira
"Mikroalga epiplastik diketahui berpotensi menyebabkan Harmful Algal Bloom (HAB) menjadikan plastik sebagai vektor transportasi mikroalga berbahaya. Masalah penumpukan sampah dilaporkan di Pantai Marina Ancol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mikroalga epiplastik pada substrat sampah plastik minumann kemasan jenis Polyethylene Terephthalate (PET) berdasarkan kelimpahan sel dan faktor lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan total 9 sampel sampah plastik di ketiga titik sampling, lalu pemisahan mikroalga dengan kombinasi squeeze method & scraping. Sampel air dipisahkan dari substrat, sampah plastik dihitung berat basahnya, sampel disaring dengan saringan bertingkat, dan pengamatan cover glass di bawah mikroskop cahaya. Mikroalga epiplastik yang ditemukan total 15 genera dari kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae, dan Cyanophyceae yang berpotensi menyebabkan HAB. Pseudo-nitzschia, Nitzschia, Prorocentrum, Lyngbya, dan Trichodesmium merupakan genus yang berpotensi toksik. Prorocentrum, Blixaea, Tripos, dan Trichodesmium diketahui pernah menyebabkan blooming. Kelimpahan mikroalga tergolong tinggi, yaitu sebesar 321.971 sel/gr berat basah plastik PET dengan Achnanthes sebagai genus yang memperoleh total kelimpahan tertinggi, yaitu 100.850 sel/gr. Hubungan antara kelimpahan dan faktor lingkungan diuji menggunakan korelasi Pearson. Faktor intensitas cahaya dan kecerahan berkorelasi positif.

Epiplastic microalgae are known to have the potential to cause Harmful Algal Blooms (HAB) making plastic as a vector for transporting harmful microalgae. The issue of waste accumulation has been reported at Marina Ancol Beach. This study aims to analyze epiplastic microalgae on Polyethylene Terephthalate (PET) plastic waste beverage packaging based on cell abundance and environmental factors. The research was conducted by collecting a total of 9 samples of plastic waste at three sampling points, followed by the separation of microalgae using a combination of the squeeze method and scraping. The water samples were separated from the substrate, the wet weight of the plastic waste was measured, the samples were filtered using a graded sieve, and observation was done under a light microscope using a cover glass. A total of 15 genera of epiplastic microalgae were found from the class Bacillariophyceae, Dinophyceae, and Cyanophyceae, which have the potential to cause HAB. Pseudo-nitzschia, Nitzschia, Prorocentrum, Lyngbya, and Trichodesmium are genera that are potentially toxic. Prorocentrum, Blixaea, Tripos, and Trichodesmium are known to have caused blooming. The abundance of microalgae was 321,971 cells/g wet weight of PET plastic and relatively high with Achnanthes as the genus with the highest total abundance, which is 100,850 cells/g. The relationship between abundance and environmental factors was tested using Pearson correlation. The factors of light intensity and water clarity showed a positive correlation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesario Opriantama
"Mikroalga merupakan mikroorganisme eukariotik yang hidup di laut atau air tawar. Beberapa mikroalga dapat menempel pada kemasan plastik, yang umumnya ditemukan di perairan yang tercemar, dan dikenal sebagai mikroalga epiplastik. Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi keragaman serta perhitungan kelimpahan mikroalga epiplastik di kemasan makanan jenis Polypropylene dengan metode purposive sampling di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel dilakukan dari tiga titik stasiun, yaitu Utara, Barat, dan Timur Pulau Pramuka kemudian sampel diamati di bawah mikroskop. Tujuh genus mikroalga epiplastik ditemukan dari tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae (5 genus), Dinophyceae (1 genus), dan Cyanophyceae (1 genus) yang berpotensi toksik. Genus yang ditemukan dari kelas Bacillariophyceae, yaitu Cymbella, Navicula, Nitzschia, Pleurosigma, Synedra. Cyanophyceae ditemukan dari genus Chroococcus dan Dinophyceae ditemukan dari genus Prorocentrum. 2 genus ditemukan yang memiliki potensi toksik pada perairan, yaitu Chroococcus dan Prorocentrum. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada genus Nitzschia sebesar 3.468 sel/L, sedangkan kelimpahan terendah ditemukan pada genus Chroococcus sebesar 680 sel/L.

Microalgae are eukaryotic microorganisms that live in the sea or fresh water. Some microalgae can stick to plastic packaging, which is commonly found in polluted waters, and are known as epiplastic microalgae. The study was conducted to identify the diversity and calculate the abundance of epiplastic microalgae in Polypropylene food packaging using the purposive sampling method in the waters of Pramuka Island, Seribu Islands. Sampling was carried out from three station points, namely North, West, and East of Pramuka Island, then the samples were observed under a microscope. Seven genera of epiplastic microalgae were found from three classes, namely Bacillariophyceae (5 genera), Dinophyceae (1 genus), and Cyanophyceae (1 genus) which are potentially toxic. The genera found from the Bacillariophyceae class, namely Cymbella, Navicula, Nitzschia, Pleurosigma, Synedra. Cyanophyceae were found from the genus Chroococcus and Dinophyceae were found from the genus Prorocentrum. 2 genera were found to have toxic potential in waters, namely Chroococcus and Prorocentrum. The highest abundance was found in the genus Nitzschia at 3,468 cells/L, while the lowest abundance was found in the genus Chroococcus at 680 cells/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Mar’atus Sholihah
"Pengelolaan sampah makanan di wilayah perdesaan khususnya di Kabupaten Ciamis dapat bertahan melalui praktik tradisional masyarakatnya dan daur ulang melalui budidaya maggot. Masalah dalam penelitian ini adalah praktik tersebut dilakukan oleh sebagian masyarakat sehingga belum dapat mencapai zero waste dan budidaya maggot mengarah kepada ketidakberlanjutan. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat dan hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik rumah tangga, mengestimasi nilai ekonomi sampah makanan dan budidaya maggot, menganalisis pengurangan timbulan sampah makanan melalui praktik tradisional rumah tangga perdesaan dan budidaya maggot, dan menyusun strategi pengelolaan sampah makanan di wilayah perdesaan. Metode yang digunakan yaitu analisis korelasi spearman’s rank, analisis pendapatan, analisis desktiptif kuantitatif dan kualitatif, dan Analytical Hierarchy Process. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan sikap yang baik dapat mengarah kepada praktik pengelolaan sampah yang baik di masyarakat perdesaan. Nilai ekonomi sampah makanan sebesar Rp.100/kg, nilai ekonomi dari keuntungan budidaya maggot terintegrasi dengan peternakan lebih menguntungkan daripada yang tidak terintegrasi. Praktik tradisional rumah tangga perdesaan dan budidaya maggot dapat mengurangi timbulan sampah makanan. Alternatif strategi prioritas pertama yang diusulkan untuk pengelolaan sampah makanan di wilayah perdesaan yaitu bekerja sama dengan tokoh lokal memberikan sosialisasi pengelolaan sampah makanan rumah tangga.

Food waste management in rural areas, especially in Ciamis Regency, can be done through traditional community practices and recycling through maggot cultivation. The problem in this research is that this practice is carried out by some communities so that they cannot achieve zero waste and maggot cultivation leads to unsustainability. The research objectives are to analyze the level and relationship of household knowledge, attitudes and practices, estimate the economic value of food waste and maggot cultivation, analyze the reduction of food waste generation through traditional practices of rural households and maggot cultivation, and develop food waste management strategies in rural areas. The methods used are Spearman's rank correlation analysis, income analysis, quantitative and qualitative descriptive analysis, and Analytical Hierarchy Process. The research results show that excellent knowledge and attitude of household in village area did necessarily lead to the proper practice. The economic value of food waste is IDR 100/kg, the economic value of the profit of maggot cultivation integrated with livestock is more profitable than those that are not integrated. Traditional practices of rural households and maggot cultivation can reduce food waste generation. The first priority alternative strategy proposed for managing food waste in rural areas is collaborating with local leaders to provide socialization on household food waste management."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Succi Wulandhary
"Pengelolaan sampah di wilayah perkotaan masih menjadi masalah krusial. DKI Jakarta sendiri memiliki timbulan sampah yang terus meningkat setiap tahuunnya hingga mencapai 7.500 ton/hari pada tahun 2018. Wilayah RW 01, Kelurahan Srengseng Sawah, DKI Jakarta menjadi salah satu RW percontohan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga melalui prinsip 3R, yaitu melalui pemilahan dan daur ulang sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan masyarakat pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif, serta menggunakan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (70%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan sebanyak 65% masyarakat memiliki sikap cukup baik pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan sebagian besar masyarakat (58%) pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R ada pada kategori kurang baik. Berdasarkan hasil analisis jalur, faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan secara langsung adalah sikap sebesar 23,6%.
Hasil selanjutnya pada penelitian ini menemukan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh tidak langsung pada tingkat penerapan mengelola sampah melalui sikap dengan sebesar 13,5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah meskipun tingkat pengetahuan masyarakat tinggi dan sikap yang cukup baik pada pengelolaan sampah, namun tingkat penerapan pada pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R belum tentu baik. Hal tersebut karena terdapat pengaruh tingkat pendidikan pada penerapan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan cenderung melakukan tindakan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan mengelola sampah melalui prinsip 3R.

Waste management in urban areas is still a crucial problem. DKI Jakarta itself has a generation of garbage that continues to increase every year until it reaches 7,500 tons/day in 2018. RW 01, Srengseng Sawah Village, DKI Jakarta is one of the pilot RWs in household tingkat waste management through the 3R principle, namely through sorting and recycle. The purpose of this study is to analyze the factors that influence the tingkat of community application in household tingkat waste management with the 3R principle. This research uses a quantitative approach with a mixture of quantitative and qualitative methods, and uses path analysis.
The results showed that the majority of the community (70%) had a high tingkat of knowledge and as many as 65% of the community had a fairly good attitude on household tingkat waste management with the 3R principle. The results showed that the tingkat of application of the majority of the community (58%) in household tingkat waste management with the 3R principle was in the poor category. Based on the results of path analysis, the factors that influence the tingkat of application directly are attitudes of 23,6%. Further results in this study found that the tingkat of education had an indirect effect on the tingkat of application of managing waste through attitudes 13,6%.
The conclusion that can be drawn is that although the tingkat of community knowledge is high and the attitude is quite good in waste management, the tingkat of application in household tingkat waste management with the 3R principle is not necessarily good. That is because there is an influence of the tingkat of education on the application, the higher a person's education will tend to do environmentally friendly actions, one of which is to manage waste through the 3R principle.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Yenni Inaya
"Perilaku manusia dapat memicu peningkatan produksi sampah yang melebihi kemampuan untuk mengelola dan membuang sampah yang dihasilkan. Tanggung jawab pengelolaan sampah rumah tangga sebagai hasil dari kegiatan sehari-hari di dalam keluarga mayoritas menjadi tanggung jawab ibu rumah tangga. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku ibu rumah tangga dalam pemilahan sampah di Kelurahan Pondok Kelapa. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pengambilan sampel secara simpel random sampling dengan rumus uji dua proporsi sejumlah 90 sampel dipilih sesuai kriteria inklusi yaitu ibu rumah tangga di kelurahan Pondok Kelapa RW 04, 09 dan 014 yang bekerja maupun tidak bekerja. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Faktor yang mungkin berhubungan adalah umur responden, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, sarana, pengawasan dan peraturan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 52,2% ibu rumah tangga melakukan pemilahan di rumahnya. Secara statistik, ditemukan adanya hubungan signifikan pada ketersediaan sarana, pengawasan dan peraturan terhadap perilaku pemilahan sampah (p = 0,000), sementara untuk umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan tidak memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku pemilahan sampah.

Human behavior can trigger an increase in waste production that exceeds the ability to manage and dispose of the generated waste. The responsibility for managing household waste as a result of daily activities in the majority of families is most responsibility of housewives. The main objective of this research is to describe the behavior of housewives in waste sorting in Pondok Kelapa Subdistrict. This study used a cross-sectional study design with simple random sampling with a two-proportion test formula with a total of 90 samples selected according to inclusion criteria, namely housewives in Pondok Kelapa RW 04, 09 and 014 who worked or did not work. Data collection was carried out using a questionnaire. Factors that may be related are the age of the respondent, level of education, knowledge, attitudes, habits, facilities, supervision and regulations. The results showed that 52.2% of housewives did waste sorting at their home. Statistically, it was found that there was a significant relationship between the availability of facilities, supervision and regulations on waste sorting behavior (p = 0.000), while age, education level, knowledge, attitudes and habits had no significant relationship to waste sorting behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ayu Brahmanti
"Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah yang pelik untuk diselesaikan pemerintah. Salah satu tempat pengelolaan sampah yang cukup mendapatkan perhatian adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantargebang yang dimiliki oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Fungsi dari adanya tempat pengelolaan sampah terpadu tersebut untuk menampung serta mendaur ulang sampah-sampah warga DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan sampah DKI Jakarta oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantargebang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Bantargebang masih belum terlaksana dengan baik dilihat dari mekanisme pengelolaan, fasilitas pengelolaan dan dampak lingkungan serta sosial.

Waste management is one of the complicated issues the government needs to deal with. One of the waste management facilities which sufficiently received concern is Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. The function of the facility is to accommodate and reduce the waste of DKI Jakarta's residents. This study's purpose is to analyze the waste management in Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. This study's approach is qualitative with method of depth interview and document study. The result of this study showed that waste management in Bantargebang did not fully well materialize, it shows from how the mechanism of waste management, the waste management facility, and the environmental and social impact to the people around the facility. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizta Riza Putri
"Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan untuk keberlanjutan organisasi bank sampah Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Dengan itu, penelitian ini menyajikan pemaparan dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang nyata berupa partisipasi tenaga, waktu, pikiran, keahlian dan modal serta keterbukaan pengurus dalam berjalannya suatu organisasi bank sampah Malaka Sari. Penelitian ini menemukan bahwa bentuk-bentuk partisipasi tersebut mendukung keberlanjutan dari bank sampah Malaka Sari yaitu bentuk partisipasi sebagai media sosialisasi, kegiatan yang mendorong partisipasi untuk perkembangan organisasi bank sampah Malaka Sari, dan mendorong keterjangkauan dalam berpartisipasi.

This study discusses the forms of community participation in the sustainability organization of waste banks Malaka Sari, Duren Sawit, East Jakarta. This research was conducted by using descriptive qualitative research approach. Then, this study presents the exposure of the forms of concrete public participation in the form of participation of energy, time, thoughts, expertise and capital also official acceptance in the passage of a garbage bank organization Malaka Sari. The study found that the forms of participation that supports the sustainability of the waste bank Malaka Sari is a form of participation as a socialization, activities that encourage participation for the development of waste bank organization Malaka Sari, and affordability in participating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati Wahyuning Dyas Tuti
"ABSTRAK
Volume sampah di DKI Jakarta yang cukup besar sekitar 21.234: m3 per hari (1988) memerlukan pengelolaan yang lebih baik. Sedangkan sarana prasarana yang dimiliki oleh Pemda untuk mengelola sampah tersebut masih terbatas. Namun demikian Pemda tetap harus menanganinya, karena selain sampah merupakan masalah lingkungan yang cukup serius juga karena Pemda adalah pengemban fungsi "Public Service" yang harus mampu menangani kebersihan sampah secara menyeluruh. Oleh karena itu Pemda mengambil inisiatif mengadakan swastanisasi sarnpah. Keberadaan Swasta sebagai mitra Pemda dalam pengelolaan sarnpah ini sangat dibutuhkan. Dari jumlah kelurahan yang ada di DKI Jakarta sebanyak 261 kelurahan pada tahun 1988/1989 baru 8 kelurahan dan Kawasan Monas yang diswastakan, dengan dikelola oleh empat (4) Perseroan Terbatas (PT). Penambahan daerah pelayanan yang dikelola oleh Swasta kurang cepat, terbukti hingga tahun 1994/1995 baru 28 kelurahan dan Kawasan Monas sedangkan volume sampah bertambah dengan cepat dan sudah mencapai 25.715 m3 (1994/1995). Hal inilah yang antara lain mendorong Penulis memilih topik ini, bagaimanakah efektivitas pengelolaan sampah oleh Swasta ?
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran tentang efektivitas swasta dalam mengelola sarnpah. Ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektif atau tidak efektifnya pengelolaan sampah oleh Swasta. Ingin mengetahui apakah kebijaksanaan Swastanisasi pengelolaan sampah ini dapat diteruskan, ditingkatkan dan diperluas daerah pelayanannya atau justru sebaliknya. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan pada Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi kebijaksanaan tentang Penanganan Dan Penanggulangan Sampah Oleh Swasta. Bagi Swasta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rangsangan untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi kerja. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan Ilmu Lingkungan, khususnya pada perkembangan Menejemen Persampahan.
Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian pustaka, penelitian lapangan yang difokuskan pada Swasta dan Pemda di lima Wilayah Kota, dengan jenis penelitian "Policy Research" jika dilihat dari pendekatan penelitian dan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif jika dilihat dari data yang diperoleh.
Populasi penelitian ini adalah Pemda, pihak Swasta dan Rumah Tangga yang dilayani oleh Pemda maupun Swasta. Sampel ditarik dari populasi yang ada dengan Teknik "Cluster Purposif Sampling". Responden penelitian ini ditentukan dengan "Quota Random Sampling" pada karyawan PT Swasta, Pegawai Pemda dan Masyarakat yang jasa kebersihan sampahnya dilayani Swasta maupun Pemda.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka serta analisis dokumen mengenai pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis komparatif untuk membandingkan antara Swasta dengan Swasta di lima Wilayah Kota dan anatara Pemda dengan Pemda di lima Wilayah Kota dan akhirnya antara Swasta dengan Pemda.
Dari hasil analisis diperoleh temuan, bahwa secara umum ternyata Swasta lebih efektif dibandingkan Pemda, dimana dari lima Wilayah Kota, empat diantaranya mendapat nilai lebih tinggi dari Pemda. Kenyataan ini dibuktikan dengan keadaan empat wilayah kota yang cukup bersih dan rapi. sementara satu wilayah kota yaitu Jakarta Utara masih terlihat sampah menumpuk di sumber sampah dan di LPS.Dengan demikian tesis ini memberikan rekomendasi agar semakin banyak kelurahan yang diswastanisasikan jasa kebersihan sampahnya, dengan peningkatan pengawasan dari Pemda, agar yang cukup efektif meningkat menjadi sangat efektif.;

ABSTRACT
Waste volume in DKI Jakarta is tremendous (about 21.234 m 3/day) and need better management. The infrastructure owned by the Local Government to manage the waste is limited. However, the local Government cannot evade the issue. Besides an environmental problem, the local Government function is to provide public service that must be capable of handling comprehensive cleanliness. Therefore, the local Government took the initiative in privatizing waste. The presence of private enterprises as the local Government partner in managing this waste is very much needed. From amount of 261 villages in DKI Jakarta on the year 1988/1989, only 8 villages and Monas zone are privatized, the management which is carried out by some 4 limited enterprises. Adding of services area by private management is too slow until on year 1994/1995 just 28 villages and Monas zone are proved while the volume of waste increase 25.715 m3 (1994/1995) fastly. This is, among others, that pushed the author to choose this topic, how the private enterprises to waste manage effectively.
The objectives of this study are to get a picture about the effectiveness of private enterprises in managing waste. In addition, the factors influencing the effectiveness or ineffectiveness of waste management by private enterprises, the privatization policy on waste management, could it be continued, promoted or their services extended to other areas or the reverse should be done. This study is hoped to be useful as input to the local Government in assessing its policy on handling and solving the waste problem by private enterprises.
For the enterprises, this study may be used as a stimulus to raise their work effectively and efficiency. The results of this study may contribute to the development of environmental science, especially the development of waste management.
To achieve results, literature study, field study focused on both private and government in five municipalities were undertaken. The approach taken was policy research. However, seen from the data obtained, it is a qualitative and quantitative study.
The population of this study is the local government and private enterprises and the households served by both the local government and private enterprises. The sample was taken by cluster purposive sampling technique. The respondents in this study were deter-mined by quota random sampling on personnel of PT Swasta, local government and the community whose waste cleanliness was served by either of the two.
Data collection technique was by using a questionnaire as instrument, interview, observation and literature study as well as documentary analysis on the management of waste in DKI Jakarta. The processing and analysis of data were carried out by comparative analysis to compare private and government achievements in the five municipalities and finally between the private enterprises and local government.
The findings obtained include that; in general, private enterprises are more effective compared to the local government. In the five municipalities, four have scored higher than the local government. This fact was proven that four municipalities are clean and ordered, whereas one municipality, namely North Jakarta, showed heaped of waste at the source and temporary locations. It is therefore recommended that more villages became privatized in the field of waste cleansing service. With increasing supervision from the local administration, the sufficiently effective accomplishment would eventually be fully effective.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Wardhani
"Tingginya biaya penanganan sampah dengan menggunakan metode sanitary landfill mendorong banyak negara untuk mulai menutup lokasi-lokasi pembuangan sampahnya dan beralih pada manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik dengan pendekatan partisipasi, yaitu melalul proses pemilahan sampah sejak dari sumbernya, dan daur ulang (recycling).
Jakarta sebagai kota metropolitan berpenduduk padat seharusnya mulai mengarahkan sistem pengelolaan sampahnya ke arah pendekatan tersebut. Jakarta menghasilkan jumlah sampah yang sangat besar setiap tahunnya. Jumlah ini meningkat dan sebanyak 3,72 juta ton pada tahun 1996 menjadi 4,17 juta ton pada tahun 1999. Sebesar 58% Bari jumlah tersebut dihasilkan oleh rumah tangga dan sebagian besar komposisi sampah yang dihasilkan Jakarta adalah sampah organik (65°k). Oleh karena itu, program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga dan penanganan sampah organik harus diintensifkan dan dijadikan fokus utama.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui besarnya partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga,
2) Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga, dan
3) Menghasilkan suatu model sistem pengelolaan sampah domestik yang dapat mengurangi beban sampah yang dikeluarkan dari wilayah tersebut.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga adalah faktor Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders), Dukungan untuk Komunitas, Informasi melalul Selebaran dan Sikap,
2) Dukungan untuk Komunitas dan Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders) mempunyai pengaruh positif yang paling besar pada partisipasi masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga.
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu RW 08 Banjarsari (grup perlakuan) dan RW 06 Pejaten (grup kontrol). Jumlah sampel ditentukan sebanyak 20% dari total populasi penelitian (210 KK). Penarikan sampel dilakukan dengan metode acak (random sampling). Pada penelitian ini total data yang dapat diolah lebih lanjut adalah data dari 84 responder, masing-masing 42 responden dari tiap kelompok penelitian. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuesioner dan wawancara.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah variabel terikat (Y): partisipasi masyarakat untuk memilah sampah, dan variabel bebas (X), yaitu Keaktifan dalam Kegiatan Lokal (X1), Informasi dengan Kontak Langsung (Block Leaders, X2), Dukungan untuk Komunitas (X3), Informasi Melalui Media (X4), Insentif (X5), Sikap (X6) dan Jumlah Penghuni Rumah yang Tdak Bekerja (X7).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah rumah tangga mencapai 54,8%. Asosiasi terbesar atas partisipasi masyarakat untuk memilah sampah berasal dari variabel Block Leaders melalui indikator Ajakan untuk Memilah (C=0,508; p=0,000) diikuti oleh variabel Dukungan untuk Komunitas melalui indikator Keikutsertaan dalam Kegiatan UNESCO (C =0,495; p=0,000), variabel Insentif melalui indikator jenis bantuan dari UNESCO (C=0,524; p=0,000), dan variabel Sikap atas kurangnya Fasilitas Pengkomposan (C=0,428; p=0,027). C adalah besar kecilnya asosiasi antara variabel Y dan variabel X, sedangkan p adalah besarnya probabilitas. p yang diharapkan adalah 0,05. Jika p lebih kecil dari 0,05, maka variabel tersebut berpengaruh secara signifikan, sedangkan jika lebih kecil dari 0,01 dinyatakan berpengaruh secara sangat signifikan. Nilai yang lebih besar dari 0,05 dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan.
Penghitungan dengan menggunakan metode Logistik Linier menunjukkan bahwa variabel Tokoh Masyarakat dan Dukungan untuk Komunitas secara bersama mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilahan sampah rumah tangga sebesar 47-53%. Sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.
Berdasarkan hasil temuan di atas dan hasil wawancara, sistem pengelolaan yang diajukan untuk skala perumahan umum (bukan kompleks perumahan) adalah pengelolaan mandiri dimana masyarakat mengelola sendiri sampahnya dengan melakukan proses pemilahan sejak dari rumah tangga dan pengkomposan sampah organik. Sampah yang dapat didaur ulang dapat diberikan atau dijual kepada pemulung. Sampah sisanya diserahkan penangannya kepada pemerintah daerah. Upaya peralihan terhadap sistem ini memerlukan peran tokoh masyarakat dalam mengajak anggota masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dan dukungan terhadap komunitas berupa asistensi secara intensif, baik melalui kegiatan pendidikan (workshop), pemberian bantuan, maupun kegiatan pendampingan yang intensif. Pemerintah, kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Universitas memiliki peran yang panting untuk memberikan dukungan terhadap komunitas yang diperlukan tersebut.
Daftar Kepustakaan : 44 (1970-2003)

Community Participation in Household Waste Segregation: A Case Study in Kampung Banjarsari, Kecamatan Cilandak Barat, Jakarta Selatan The raise of land price in cities leads to a high cost of waste management using a sanitary landfill method. Many countries has started to close its landfill areas and shifted to a better waste management. Most of them tried to use a participatory approach to encourage people to separate their waste and join a recycling program nearby.
Jakarta as a high-populated metropolis should start changing its waste management to one mentioned before. Jakarta generated a substantial amount of solid waste each year. This amount has been raised from 3.72 million ton in 1996 to a 4.17 million ton in 1999. 58% of this amount derived from the households. Most of the waste generated in Jakarta is organic waste (65%). Those why community participation programs towards households waste segregation and organic waste handling should be encouraged and intensified.
This study provided an analysis of solid waste management at one of its source, which is households' level. The study was to explain the following aims:
1) How high is the community participation of household waste segregation,
2) To find out the influencing factors of people's decision to participate in a household waste segregation activity, and
3) To produce a model of domestic waste segregation management that could be applied in other urban residential areas.
The research hypotheses are:
1) Community participation on household waste segregation is influenced by some factors; those are Direct Information (Block Leaders), Community Support, Information from Fliers, and Attitude.
2) Block Leaders and Community Support give a highest positive influence to community participation on households waste segregation.
A random sample of 42 respondents from 2 different locations were measured and interviewed. The locations were RW 08 Banjarsari (treatment group) and RW 06 Pejaten (control group). The population of the study was the households own the house at the locations. Households with rented house were excluded from the list. An amount of 20% of it population were taken as sample. Samples were chosen using purposive random sampling method.
Variables measured in this study are dependent variable (Y): participation level of household waste segregation, and independent variables (X), which are Participation in Local Activities (X1), Block Leaders/Information with Direct Contact (X2) Community Support (X3), Information from the Media (X4), Incentive (X5), Attitude (X6) and Number of House Inhabitant Who are not Working (X7).
The study found that community participation on households waste segregation reach as high as 54,8%. The result indicates that direct contact by block leaders gave the highest association that influenced the decision to participate in a waste segregation program. It measured by the following indicator: Persuasive invitation to separate the waste (R=0,508; p=0,000). The second best association was derived from Community Support measured by the indicator of Participation in UNESCO's activities (R=0,495; p=0,000) followed by Incentive variable measured by the indicator of UNESCO's support (R=0,524; p=0,000) and Attitude towards the tack of Composting Fasilities (R=0,428; p=0,027).
Based on the findings above, it's suggested that households? waste should be managed within the community using a segregation process from its source that is households. Recyclable waste should be sold or given to the scavengers. The remaining of the waste should be handled by the government agency. The effort needs the role of block leaders to influence people attitude to separate their waste. Community support is also needed to assist the community intensively. The government, NGO groups and university would play an important role of providing this assistance.
Number of Reference: 44 (1970-2003)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>