Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Shananda
"Material Bi-Sr-Ca-Cu-O atau BSCCO dapat berperan sebagai superkonduktor suhu tinggi atau high temperature superconductor (HTS) dengan suhu kritis berkisar 80-110 K yang termasuk ke dalam jenis superkonduktor berbasis kuprat. Terdapat 3 fasa berbeda dalam menentukan superkonduktor suhu tinggi untuk material dengan rumus kimia umum Bi2Sr2Can−1CunO2n+4+x ini. Pembagiannya bergantung kepada jumlah atom kuprat penyusunnya, yaitu Bi2Sr2CuO (Bi-2201, n = 1), Bi2Sr2CaCu2O (Bi-2212, n = 2), dan Bi2Sr2Ca2Cu3O (Bi-2223, n = 3). Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1998 sampai saat ini, telah banyak penelitian terkait fabrikasi BSCCO dengan berbagai macam metode dan penambahan unsur lain dengan tujuan mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kelistrikannya. Pada penelitian ini, penulis melakukan percobaan terkait fabrikasi material BSCCO dengan penambahan unsur Titanium (TiO2). Terdapat empat buah sampel yang terbentuk, dengan fasa Bi-2212 yang lebih dominan dan stabil terbentuk. Adapun morfologi dan pesebaran daripada masing-masing unsur ditunjukkan dengan pengujian SEM dan EDS Mapping. Untuk mengetahui superkonduktivitas, termasuk suhu kritis (Tc), dari masing-masing sampel maka dilakukan uji superkonduktivitas dengan alat cryogenic magnetometer.

Bi-Sr-Ca-Cu-O or BSCCO material can act as a high temperature superconductor (HTS) with a critical temperature of 80-110 K which is cuprates-based superconductor type. There are 3 different phases in determining the superconducting high temperature for BSCCO material with general chemical formula of Bi2Sr2Can−1CunO2n+4+x. To determine each phase has different number of constituent cuprates atoms, namely Bi2Sr2CuO (Bi-2201, n = 1), Bi2Sr2CaCu2O (Bi-2212, n = 2), and Bi2Sr2Ca2Cu3O (Bi-2223, n = 3). Since the first discovered of BSCCO in 1998 until now, there have been many studies related to BSCCO fabrication with various methods and the addition of other elements with the aim of knowing its effect on its physical and electrical properties. In this study, the authors conducted experiments regarding the fabrication of BSCCO materials with the addition of Titanium (TiO2). There were four samples that were successfully formed with the more dominant and stable Bi-2212 phase formed. The morphology and distribution of each element is shown by SEM and EDS Mapping tests. To determine the superconductivity, including the critical temperature (Tc), of each sample, a superconductivity test was performed using a cryogenic magnetometer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Arviani
"ABSTRAK
Ti6Al4V merupakan material yang sangat reaktif terhadap atmosfer terutama pada temperatur tinggi. Pada saat proses sintering, reaktivitas titanium terhadap oksigen menyebabkan lapisan TiO2 kehilangan sifat proteksinya sehingga oksigen berdifusi ke dalam material. Hal tersebut dapat merugikan karena menurunkan kualitas ikatan material, menurunkan sifat mekanis, dan menyebabkan material brittle. Penelitian ini bertujuan untuk melindungi material dari pembentukan lapisan oksida (TiO2) pada permukaan paduan Ti6Al4V, melindungi dari difusi oksigen, dan mencegah difusi oksigen ke dalam material pada saat proses sintering dengan menggunakan teknologi baru yaitu Arc Plasma Sintering (APS). Teknologi sintering yang dilakukan menggunakan arus dan plasma sebagai sumber panas yang mampu melakukan proses sintering dengan waktu sangat singkat hanya dalam hitungan menit, dan konsumsi energi yang rendah. Dengan keunggulan yang dimiliki Arc Plasma Sintering (APS), diharapkan mampu melindungi Ti6Al4V dari oksidasi pada saat sintering. Sintering dilakukan pada arus 50 A dengan variasi waktu sintering selama 4 menit, 8 menit, dan12 menit. Hasil proses Arc Plasma Sintering (APS) dibandingkan dengan hasil sintering konvensional dengan atmosfer argon pada temperatur 1300oC selama 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Kemudian dilakukan karakterisasi material dengan menggunakan SEM-EDS dan XRD, serta pengujian densitas dan kekerasan vickers. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode Arc Plasma Sintering (APS), material memiliki densitas dan kekerasan yang lebih baik dengan nilai densitas relatif mencapai 98,40% dan kekerasan sebesar 374,719 HV, serta ketebalan lapisan permukan TiO2 yang terus berkurang dari 16,405µm hingga 12,002µm dan tidak terjadi difusi oksigen ke dalam material jika dibandingkan dengan argon sintering.

ABSTRACT
Ti6Al4V is a material that is very reactive to the atmosphere, especially at high temperatures. During the sintering process, the reactivity of titanium to oxygen causes the TiO2 layer to lose its protective properties so that oxygen diffuses into the material. This can be detrimental because it decreases the quality of material bonds, decreases mechanical properties, and causes brittle material. This study aims to protect the material from the formation of an oxide layer (TiO2) on the Ti6Al4V alloy surface, protect it from diffusion of oxygen, and prevent the diffusion of oxygen into the material during the sintering process using the new technology, Arc Plasma Sintering (APS). Sintering technology is carried out using currents and plasma as a heat source that is capable of performing the sintering process with a very short time in just minutes, and low energy consumption. With the advantages of Arc Plasma Sintering (APS), it is expected to protect Ti6Al4V from oxidation during sintering. Sintering is carried out on 50 A currents with variations in sintering time for 4 minutes, 8 minutes and 12 minutes. The results of the Arc Plasma Sintering (APS) process were compared with the results of conventional sintering with an argon atmosphere at a temperature of 1300oC for 2 hours, 3 hours and 4 hours. Then the material characterization was performed using SEM-EDS and XRD, as well as testing Vickers density and hardness. The results of this study indicate that with the Arc Plasma Sintering (APS) method, the material has better density and hardness with a relative density value of 98.40% and hardness of 374,719 HV, and the thickness of the TiO2 surface layer continues to decrease from 16.405µm to 12,002 µm and there is no diffusion of oxygen into the material when compared to argon sintering.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prantasi Harmi Tjahjanti
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kandungan Superkonduktor (Bi-Pb)-2223 setinggi mungkin dengan cara variasi doping Pb dengan proses sintesis dua tahap, juga untuk memahami mekanisme pembentukan Superkonduktor yang bersangkutan khususnya peranan Pb di dalam proses tersebut. Metode 'basah' gunakan dalam pembentukan Superkonduktor (Bi-Pb)-2223 yang dibuat melalui prekursor (Bi-Pb)-22I2 dengan ditambah bahan pelengkap Ca2CuO^ dan CuO. Perhitungan fraksi volume fase 2223 dan kurva p-T untuk sampel Bi] 8PbxSr2CaCuiO8 (x=0,4) menunjukkan basil yang terbaik. Doping Pb sebesar 0,4 merupakan harga paling optimal. Fraksi volume fase 2223 yang dicapai sebesar 92,34%, sedangkan Tc tertinggi yang dicapai adalah 110 K.

The goal of this experiment is to obtain the highest contents of high Tc superconductor (Bi - Pb) -2223 with variation of Pb dopant, in a two step synthesized process, to understand the formation of phase and the role of Pb. Superconductor (Bi - Pb) - 2223 was formed from the precursor (Bi-Pb)-2212 with addition of Ca2CuO3 and CuO, all the process is done in "wet" method. From the volume fraction of XRD spectra and p-Tcurves, in found that sample Bi] sPbxSr2CaCu2 ( x - 0.4 ) is the best. The optimum Pb dopant is 0.4 and the highest Tc is 11 OK."
1999
JIRM-1-2-Agust1999-27
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kresin, Vladimir Z.
New York: Oxford University Press, 1993
537.623 KRE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: World Scientific, 1993
537.623 PRO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wafdi Fitri
"Perkembangan dunia industri yang sangat cepat membutuhkan kemampuan peralatan yang tinggi. Kemampuan peralatan sangat dipengaruhi oleh desain, kondisi operasi dan pemilihan material. Pada Nickel base superalloy, paduan memberikan pengaruh dalam mengontral ukuran butir austenit dan memberikan kekuatan temperatur tinggi dengan membentuk endapan pada butir dan butir yang mempengaruhi migrasi batas butir dalam pertumbuhan butir selama pemanasan. Penelitian rentang pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan butir austenit dilakukan dengan agar berguna untuk mendapatkan butir yang seragam. Untuk mendapatkan butir yang seragam bergantung pada siklus pemanasan yang dilakukan terhadap material nickel base superalloy. Pemanasan ini akan memberikan pengaruh pada kelarutan endapan yang berpresipitasi pada matrik. Pertumbuhan butir austenit nickel base superalloy KHR45A selama pemanasan pada temperatur 800°C, 900°C dan 1000°C dengan waktu tahan yang sama yaitu 2 jam memperlihatkan peningkatan diameter butir austenit. Butir tumbuh dari 97,12 μm menjadi 121,21 μm. Unsur paduan memberikan pengaruh pada struktur mikro nickel base superalioy KHR45A. Endapan ini berpengaruh pada pertumbuhan batas butir austenit. Peningkatan temperatur pemanasan nickel base superalioy KHR45A menghasilkan penurunan nilai kekerasan dari 161 kg/mm² menjadi 153 kg/mm². Hai ini dikarenakan larutnya endapan dengan peningkatan temperatur. Energi aidivasi (Qgg) penelitian sebesar 387.500 J/mol, dengan nilai n sebesar 39 dan nilai konstanta A sebesar 2,0125 x 10pangkat 93. Dengan menggunakan nilai diatas tersebut didapatkan simulasi pertumbuhan butir yang mendekati hasil penelitian."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Heri Doni
"Kebutuhan akan material refraktori terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri logam. Material refraktori digunakan sebagai pelapis (bahan Isolator) tunggu peleburan. Penggunaan material refraktori sangat penting dikarenakan materialnnya yang memiliki sifat mekanis yang baik, tahan terhadap temperatur tinggi dan tidak bereaksi dengan material lain. Pada penelitian ini menggunakan refraktori jenis Ulta Low Cement Castable (ULCC) yang ditambahkan dengan aditif yang berfungsi sebagai retarder. Aditif yang digunakan adalah asam borat dan asam sitrat. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan kadar aditif asam borat dan asam sitrat tuntuk melihat sifat mekanis ULCC. Variasi asam borat dan asam sitrat yang digunakan adalah 0,1%wt, 0,3%wt dan 0,5%wt. Kadar air yang digunakan pada penelitian kali ini sebanyak 5,3%wt yang ditetapkan sebagai variabel tetap. Sampel diuji dengan pengujian Cold Crushing Strength (CCS), Modulus of Rapture (MOR), Permanent Linear Change (PLC) dan Bulk Density. Selanjutnya dilakukan karekterisasi FTIR, XRD, XRF dan SEM . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sifat mekanis yang baik terhadap penambahan asam borat sebgayak 0,3%wt. Sedangkan ULCC dengan penambahan aasam sitrat menghasilkan sifat mekanis yang rendah. Pengunaan aditif asam borat sangat bergunaan untuk menjaga konsistensi pada campuran ULCC.

The need for refractory materials continues to increase along with the development of the metal industry. Refractory materials are used as coatings for smelting furnaces. The use of refractory materials is very important because the material has good mechanical properties, high-temperature resistant, and does not react with other materials. In this study, Ulta Low Cement Castable (ULCC) refractories were used which were added with additives that functioned as retarders. The additives used are boric acid and citric acid. This research was conducted by varying the additives of boric acid and citric acid to the mechanical properties of ULCC. Variations of boric acid and citric acid used were 0.1%wt, 0.3%wt, and 0.5%wt. The water content used in this study was 5.3% wt which was set as a fixed variable. Samples were tested by testing Cold Crushing Strength (CCS), Modulus of Rupture (MOR), Permanent Linear Change (PLC), and Bulk Density. Furthermore, the characterization of FTIR, XRD, XRF, and SEM was carried out. The results of this study indicate that there are good mechanical properties to the addition of boric acid as much as 0.3% wt. While ULCC with the addition of citric acid produces low mechanical properties. The use of boric acid additives is very useful to maintain the consistency of the ULCC mixture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Abdul Rozikin
"Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan. Jumlah air laut yang melimpah mah di lndonesia dan dunia, sangat sayang apabila tidak dimanfaatkan. Salah satu aplikasi air laut adalah sebagai media pendingin pada unit kondenser, tetapi perlu kita ingat bahwa air laut mengandung jumlah ion klorida yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan korosi termasuk korosi celah. Oleh karena ini harus dicari material altematif yang mempunyai ketahanan korosi celah yang baik, terutama pada temperatur operasi yang cukup tinggi, dan tentunya juga memiliki sifat mekanis dan konduktifitas listrik yang baik.
Baja tahan karat dupleks, yang terdiri dari dua fasa sudah diketahui memiliki sifat mekanis yang baik, di sampi ng konduktilitasnya yang cukup tinggi, selain itu berdasarkan perhitungan secara teorilis ketahan baja ini terhadap korosi celah cukup baik. Dalam penelitian ini digunakan dua baja tahan karat dupleks dengan komposisi yang berbeda, yailu baja tahan karat dupleks SAF 2205 dan SAF 2507.
Untuk mengetahui ketahanan korosi baja tahan karat dupleks, maka dilakukan pengujian potensiosiuik pada tempetatur 30°, 5o°, 10°C dan ccr. Pengujian ini dilakukan untuk mendapat nilai potensial kritis (nipture) cclah kedua baja tahan karat dupleks yang digunakan pada temperatur pengujian.
Dari hasil pengujian yang didapat, nampak bahwa ketahanan korosi baja tahan karat SAF 2507 lebih besar dari SAF 2205 di semua ternpeiatur. Hal ini dapat diamati dari nilai potensial kritis celah dari nilaj potensial mpture oelah SAF 2507 yang lebih bcsar dibanding SAF 2205 dan juga nilai rapat arus korosi SAF 2507 lebih lcecil daripada SAF 2205. Nilai rapat arus korosi ini sebanding dengan laju korosi dan juga korosi celah. Hal ini sesuai dengan perhitungan secara teoritis yang berdasar komposisi kimia material yaitu nilai CCT dan CCP. Dari data yang didapat juga dapat dilihat bahwa kedua material ini dapat diunakan sebagai material kondenser yang menggunakan media pendingin air laut Jawa dan temperatur operasi 37 - 40."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusbani Kurniawan
"Kehandalan sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar pada HTR 10 merupakan salah satu aspek kunci dari operasi reaktor. Sistem tersebut bekerja dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan gaya dorong pneumatik untuk mengumpan, mensirkulasi dan membuang elemen bahan bakar yang berbentuk bola dengan diameter 60 mm secara kontinyu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko yang dapat terjadi pada setiap komponen desain sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar HTR 10 dengan menggunakan metode HAZOP dan dengan menggunakan pedoman kriteria risiko yang tertuang pada Peraturan Kepala BATAN No. 020/KA/I/2012. Data dianalisis dengan metode semi kualitatif dengan mengamati deviasi pada parameter yang telah ditetapkan pada setiap node sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar pada HTR 10 memiliki risiko awal yang cukup tinggi. Namun dengan desain tindakan pengendalian yang ada pada akhirnya akan mengkoreksi nilai risiko awal dengan cukup signifikan sehingga risiko sisa yang didapatkan turun hingga batas dapat diterima.

Fuel handling and storage system reability is one of the HTR 10 operation key aspects. A spherical form fuel element with a diameter of 60 mm continuously feed through to the core driven by gravity, circulated and discharged by gas pneumatic system. This study aims to identify and assess the risks that can occur in any component of the HTR 10 fuel handling and storage system design using the HAZOP and using risk criteria that described in BATAN Regulation No. 020/KA/I/2012. Data were analyzed using semi-qualitative method to observe deviations in the parameters that have been set on each node of the system. The results showed that the HTR 10 fuel handling and storage system design has a quite high initial risk. However, with the existing control design will ultimately adjust the value of the initial risk to the acceptable value."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilczek, Frank
Singapore: World Scientific, 1990
537.624 WIL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>