Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hervee Novelda
"Red palm oil (RPO) mengandung antioksidan yang larut dalam lemak seperti karotenoid (α dan β-karoten, likopen), vitamin E (dalam bentuk α, β, dan δ tokotrienol dan tokoferol), dan ubikuinon. Red palm oil (RPO) dapat digunakan sebagai upaya mencegah stunting dan kekurangan gizi karena nilai gizi yang jauh lebih tinggi daripada minyak goreng yang beredar di pasaran. Akan tetapi, belum terdapat banyak studi mengenai pemanfaatan red palm oil (RPO) dalam hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula emulsi dari red palm oil (RPO). Sediaan emulsi red palm oil (RPO) dibuat menggunakan 5% sukrosa ester palmitat untuk mengemulsifikasi 5% (F1), 10% (F2), dan 15% (F3) red palm oil (RPO) dengan madu untuk menambah kestabilan, kemudian dilakukan karakterisasi fisik untuk mengetahui stabilitas emulsi selama 12 minggu. Hasil menunjukkan bahwa selama 12 minggu ketiga formula emulsi stabil berdasarkan parameter organoleptis, pH, homogenitas viskositas, ukuran partikel, dan zeta potensial. Hasil uji hedonis pada 30 orang responden menunjukkan bahwa formula F1 paling disukai para responden. Dengan demikian, dalam penelitian ini formula F1 menghasilkan hasil uji yang paling baik.

Red palm oil (RPO) contains fat-soluble antioxidants such as carotenoids (α and β-carotene, lycopene), Vitamin E (in the form of α, β, and δ tocotrienols and tocopherols), and ubiquinone. Red palm oil (RPO) can be used as an effort to prevent stunting and nutritional deficiencies due to its significantly higher nutritional value compared to cooking oils available in the market. However, there haven't been many studies regarding the utilization of red palm oil (RPO) in this matter. This study aims to obtain an emulsion formula from red palm oil (RPO). The red palm oil (RPO) emulsion preparations were made using 5% sucrose ester palmitate to emulsify 5% (F1), 10% (F2), and 15% (F3) red palm oil (RPO) with honey to enhance stability. Subsequently, a physical characterization was conducted to determine the emulsion's stability over a period of 12 weeks. The results showed that all three emulsion formulas remained stable over the 12-week period based on organoleptic parameters, pH, viscosity homogeneity, particle size, and zeta potential. Hedonic testing results from 30 respondents indicated that Formula F1 was the most preferred by the respondents. Therefore, in this study, Formula F1 yielded the best test results."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pambudi
"Minyak biji jinten hitam yang dikenal memiliki khasiat sebagai obat herbal mempunyai bau dan rasa yang khas. Oleh karena itu dibuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam tipe O/W. Penelitian ini bertujuan untuk menutupi bau dan rasa serta mengetahui stabilitas sediaan emulsi yang baik dari esktraksi Jinten hitam (Nigella sativa Linn) dengan emulgator Span 80 dan Tween 80 dengan variasi konsentrasi 20%,50% dan 70 % dari jumlah minyak biji jinten hitam dalam sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi volume sedimentasi, viskositas, ukuran partikel, uji stabilitas fisik, pH, dan penetapan kadar. Dari hasil pengujian, emulsi dengan konsentrasi emulgator 70% memiliki stabilitas yang baik. Formula emulsi tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

The black seeds cumin oil known to have efficacy as medicinal herbs having peculiar odor and taste. Hence preparation made emulsify oils black seeds cumin type O/W. This study aims to cover odor and taste and knowing stability emulsion preparation of black cumin esktract (nigella sativa linn) with emulgator span 80 and tween concentration with variations 20%, 50% and 70% of the oil of cumin black seeds in preparation. Evaluation volume discontinuous, conducted include viscosity, size of particles, the physical stability pH levels and determination. The evaluation of emulsion with concentration emulgator 70% having good stability. This formula could prove the odor and taste of black seeds cumin oil."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Salsabila Fairuz
"Karotenoid adalah pigmen alami tidak larut air yang terkenal karena bersifat antioksidan dan merupakan prekursor vitamin A. Beta-karotena merupakan provitamin A terbaik yang umum digunakan dalam industri sebagai pigmen oranye-merah untuk membuat berbagai produk makanan. Pada penelitian ini beta-karotena diekstraksi dari mikroalga dengan jenis spirulina yang ditumbuhkan pada media zarrouk dengan penambahan limbah sawit dalam berbagai persentase. Kandungan karotenoid dalam mikroalga diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol, metanol, heksana, dan diklorometana. Berdasarkan hasil FESEM, terdapat perubahan ukuran granula pada mikroalga yang ditumbuhkan dalam variasi persentase limbah sawit (POME) sebagai media. Diklorometana merupakan pelarut ekstraksi terbaik berdasarkan hasil penentuan kadar beta-karotena dengan spektrofotometer Vis. Persentase limbah sawit dalam media berbanding terbalik dengan kadar beta-karoten dalam mikroalga. Limbah sawit pada media mikroalga menghambat pembentukan pigmen dan menurunkan aktivitas antioksidan ekstrak, berdasarkan metode DPPH.

Carotenoids are natural, insoluble pigments that are famous for their antioxidant properties and are precursors of vitamin A. Beta-carotene is the best pro-vitamin A which is commonly used in industry as an orange-red pigment to make various food products. In this study, beta-carotene was extracted from microalgae, spirulina, grown in zarrouk media with the addition of palm oil waste in various percentages. Carotenoid content in microalgae was extracted using the maceration method with ethanol, methanol, hexane and dichloromethane solvents. Based on FESEM results, there were changes in microalgae granule size that grown in variety percentages of palm oil waste (POME) as medium. Dichloromethane was the best extraction solvent based on the results of determining beta- carotene content using a Vis spectrophotometer. The percentage of palm waste in the media was inversely proportional to the beta-carotene content in microalgae. Palm waste in microalgae medium inhibits pigment formation and reduces antioxidant activity, based on the DPPH method."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Syafitri Utami
"Kurkumin merupakan salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai antiinflamasi. Kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah, dan tidak larut dalam air. Oleh karena itu, dapat diaplikasikan dalam bentuk nanoemulsi. Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas pada obat lipofilik. Tujuan penelitian ini ialah membuat dan membandingkan penetrasi dari sediaan nanoemulsi, nanoemulsi gel, dan emulsi gel kurkumin. Nanoemulsi dan nanoemulsi gel dibuat dengan 36% Tween 80 sebagai surfaktan, minyak kelapa sawit dan virgin coconut oil (VCO) sebagai fase minyak, dan etanol 96% sebagai kosurfaktan. Sedangkan emulsi gel dibuat dengan 15% Tween 80 sebagai surfaktan dan karbopol 940 2% sebagai gelling agent. Nanoemulsi, nanoemulsi gel, dan emulsi gel dibuat dan diukur ukuran globulnya menggunakan zetasizer. Ukuran partikel nanoemulsi, nanoemulsi gel dan emulsi gel berturut-turut ialah 10,07, 7,981, dan 4553 nm. Uji penetrasi in vitro kurkumin dilakukan menggunakan sel difusi Franz. Nanoemulsi gel memiliki jumlah kumulatif tertinggi yaitu 88,88± 22,58μg.cm-².

Curcumin is one of the natural compounds that used as an antiinflammation. Curcumin has a low bioavailability and insoluble in water. Because of that, curcumin can be applied in nanoemulsion form. This technologies being applied to enhance the solubility and bioavailability of lipophilic drugs.The aim of this study was to prepared and compared the in vitro penetration study of nanoemulsion, nanoemulsion gel, and emulsion gel curcumin. Nanoemulsion and nanoemulsion gel were prepared by 36% Tween 80 as surfactant, palm oil and virgin coconut oil (VCO) as oil phase, and 96% ethanol as cosurfactant. While emulsion gel were prepared by 15% tween 80 as surfactant and 2 % carbopol 940 as gelling agent. Their droplets size were measured using a zetasizer. Droplet size of nanoemulsion, nanoemulsion gel, and emulsion gel were 10.07, 7.981, and 4553 nm, respectively. In vitro penetration study was determined with Franz diffusion cell. Nanoemulsion gel showed the highest cumulative amount which was 88.88± 22.58μg.cm-²."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suesti Devi Purnamasari
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang dapat mengiritasi lambung dan mengalami metabolisme lintas pertama. Untuk mengatasi hal ini, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan transdermal. Dalam penelitian ini dibuat dua bentuk sediaan transdermal yaitu emulsi dan mikroemulsi, guna membandingkan perbedaan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi sediaan emulsi dan mikroemulsi menggunakan Virgin Coconut Oil sebagai fase minyak dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Daya penetrasi sediaan emulsi dan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Spraque-Dawley. Jumlah kumulatif natrium dikofenak yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 911,00 ± 3,67 μg/cm2 dan 445,41 ± 6,14 μg/cm2. Fluks natrium diklofenak pada sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam dan 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam. Persentase kumulatif jumlah natrium diklofenak dalam sediaan emulsi dan mikroemulsi yang terpenetrasi berturut-turut adalah 15,68 ± 1,17 % dan 8,80 ± 0,12 %. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik meliputi cycling test, uji sentrifugasi dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar (28° ± 2°C), suhu rendah (4° ± 2°C) dan suhu tinggi (40° ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada sediaan emulsi.

Diclofenac sodium is a drug that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass metabolisme, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in transdermal dosage form. In the present study was formulated two kinds of transdermal dosage form in order to compare the differences in the total cumulative penetration of diclofenac sodium, i.e. emulsion and microemulsion using Virgin Coconut Oil as Oil Phase. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. Total cumulative amount of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemusion were 911,00 ± 3,67 μg/cm2 and 445,41 ± 6,14 μg/cm2, respectively. Flux of diclofenac sodium from emulsion and microemulsion were 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam and 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam, respectively. The cumulative percentage of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemulsion were 15,68 ± 1,17 % and 8,80 ± 0,12 %, respectively. On the other hand, stability test including cycling test, centrifugation test and eight weeks storage at room temperature (28° ± 2°C), low temperature (4° ± 2°C) and high temperature (40° ± 2°C) was also done. The results showed that the microemulsion was more physically stable than emulsion.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43302
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Indah Sofiyani
"Emulsi ganda merupakan sistem yang dikenal dengan nama emulsi dalam emulsi yang mengandung droplet kecil dalam fase terdispersinya. Sistem ini dapat menggabungkan bahan yang tidak bercampur dan melindungi zat aktif dari pengaruh luar. Akan tetapi, emulsi ganda memiliki beberapa kekurangan seperti kesulitan dalam formulasi, berukuran besar, dan rentan terhadap berbagai degradasi fisik dan kimia. Pada penelitian ini digunakan tokotrienol dan natrium askorbil fosfat yang merupakan antioksidan pada kulit. Tokotrienol yang larut dalam minyak dan natrium askorbil fosfat yang larut dalam air diformulasikan dalam bentuk emulsi ganda tipe w/o/w dengan memvariasikan konsentrasi tween 80 sebagai emulgator. Kemudian dilakukan evaluasi fisik yang diamati dari penyimpanan pada 2 suhu berbeda, yaitu suhu kamar 30°±2°C dan suhu 40°±2°C; uji sentrifugasi; dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa droplet kecil yang terbentuk dalam fase terdispersi masih sangat sedikit. Emulsi ganda dengan konsentrasi tween 80 2% memiliki ukuran globul eksternal lebih kecil, viskositas yang lebih tinggi dan stabilitas yang lebih baik. Emulsi ganda stabil selama cycling test dan penyimpanan 3 minggu pada suhu kamar (30°±2°C) dan suhu 40°±2°C.

Multiple emulsion is a system known as emulsion of emulsion which contain small droplets in dispersed phase. The system can incorporate substances that are not immiscible and protect the active substance from external influences. However, the multiple emulsions has some shortcomings such as difficulties in formulation, large size, and susceptible to various physical and chemical degradation. In this research, tocotrienols and sodium askorbyl phosphate which are a skin antioxidant were used. Oil-soluble tocotrienol and water-soluble sodium ascorbyl phosphate were formulated in W/O/W multiple emulsions by varying the concentrations of Tween 80 as an emulsifier. Then, the multiple emulsions were physically evaluated at two different temperatures which were 30°±2°C and 40°±2°C, centrifugation test, and cycling test. The results showed that the small droplets formed in the dispersed phase were still less in quantity. Multiple emulsions with a concentration of 2% Tween 80 had smaller external globule sizes, higher viscosity and better stability. Multiple emulsions were stable during cycling test and 3 weeks of storage at room temperature (30°±2°C) and 40°±2°C."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tina Mellani
"Alfa arbutin merupakan bahan aktif penghambat enzim tirosinase pada proses melanogenesis. Efek mencerahkan kulit juga diperoleh dari asam laktat yang mengangkat sel-sel terpigmentasi pada epidermis dan niasinamid yang menghambat transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Kombinasi zat aktif tersebut dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 sebagai emulgator. Evaluasi dan uji stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu pada suhu 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C dan cycling test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi berhasil dibuat dengan Tween 80 (surfaktan) 25-35% dan etanol (kosurfaktan) 10% dengan karakteristik jernih, memiliki ukuran globul 2,397-16,8 nm, sifat alir pseudoplastis dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Mikroemulsi dengan Tween 80 35% merupakan formula mikroemulsi yang paling stabil karena memiliki ukuran globul paling kecil, viskositas paling tinggi dan profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan. Emulsi ganda W/O/W berhasil dibuat dengan Tween 80 (emulgator eksternal) 2,5-4,5% dan Span 80 (emulgator internal) 3% yang memiliki karakteristik sifat alir pseudoplastis thiksotropik dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Emulsi ganda dengan Tween 80 2,5% merupakan formula emulsi ganda yang paling stabil karena memiliki profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan.

Alpha arbutin is an active ingredient which inhibits tyrosinase in melanogenesis process. Skin lightening effect is also obtained from lactic acid that accelerates pigmented cells turnover in epidermis and niacinamide which inhibits the transfer of melanosoms from melanocytes to keratinocytes. Combination of those active ingredients were made in microemulsion and W/O/W multiple emulsions dosage forms in various concentrations of Tween 80 as emulsifier. Evaluation and physical stability test performed during 8 weeks of storage at 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C and cycling test.
Results showed that microemulsion could be made in 25-35% of Tween 80 (surfactant) and 10% of ethanol (cosurfactant) which had globule sizes 2.397-16.8 nm, transparent, pseudoplastic flow and most stable at 28°±2°C storage. Microemulsion with 35% of Tween 80 was the most stable microemulsion formula because it had smallest globule sizes, the most stable distribution profiles of globule sizes and highest viscosity. W/O/W multiple emulsions could be made with 2.5-4.5% of Tween 80 (external emulsifier) and 3% of Span 80 (internal emulsifier) which had pseudoplastic-thixotropic flow and most stable at 28°±2°C storage. Multiple emulsions with 2.5% of Tween 80 was the most stable formula because it had stable distribution profile of globul sizes during 8 weeks of storage at temperature 28°±2°C, 4°±2°C and 40°±2°C.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilla Fauzy
"Minyak ikan mengandung asam-asam lemak tidak jenuh yang berpotensi sebagai agen peningkat penetrasi obat.. Pada penelitian ini kurkumin digunakan sebagai model obat untuk menguji pengaruh konsentrasi minyak ikan terhadap penetrasi obat. Minyak ikan diformulasikan dalam mikroemulsi gel dengan konsentrasi 5,8, dan 10 % serta digunakan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan konsentrasi 5 % sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan menguji stabilitas fisik dan menguji pengaruh konsentrasi minyak ikan terhadap penetrasi kurkumin dalam sediaan mikroemulsi gel. Stabilitas fisik sediaan diuji dengan cycling test dan penyimpanan pada suhu rendah (4 ± 2°C), suhu kamar (25 ± 2°C), serta suhu tinggi (40 ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi gel dengan konsentrasi minyak ikan 5 , 8 , dan 10 % stabil pada suhu rendah. Pada suhu kamar formula dengan konsentrasi minyak ikan 5 dan 8 % stabil, tetapi pada konsentrasi 10 % tidak stabil. Pada cycling test dan penyimpanan suhu tinggi mikroemulsi gel pada ketiga formula tidak stabil. Aktivitas minyak ikan sebagai enhancer diuji secara in vitro dengan menggunakan alat difusi frans. Hasilnya adalah dengan meningkatnya konsentrasi minyak ikan dapat meningkatkan penetrasi kurkumin.
Fish oil contains unsaturated fat acids, its can increase penetration of drugs for transdermal. In this research, curcumin is used as drug model to know effect concentration of fish oil on penetration of drugs. Fish oil was formulated into microemulsion gel with concentration of 5, 8, and 10 % also is used Virgin Coconut Oil (VCO) with concentration 5 % as blanco. This research was designed to investigate the physical stability and the influence of fish oil in penetration of drugs. To look physical stability, the centrifugal test, cycling test, and storage at low (4 ± 2°C), room (25 ± 2°C), and high temperatures (40 ± 2°C) was carried out on this microemulsion gel. The result showed that microemulsion gel with concentration of fish oil 5 , 8 , and 10 % was stable at low temperature. At room temperature only formula with concentration of fish oil 10 % did not stable. The activity of fish oil as enhancer was tested by Frans diffusion Cell. The result was with increasingly of fish oil concentration could increase penetration of curcumin."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42849
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Katya Saphira
"

Beta karoten memiliki kapasitas antioksidan. Malondialdehida (MDA), produk dari peroksidasi poly unsaturated fatty acid (PUFA), merupakan penanda stres oksidatif. Keseimbangan oksidan dan antioksidan dalam ASI membantu mencegah terjadinya radikal bebas pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan beta karoten dengan kadar beta karoten ASI dan mengetahui ada tidaknya hubungan antara asupan beta karoten dengan kadar MDA ASI. Delapan puluh ibu usia 20–40 tahun yang menyusui secara eksklusif dan memiliki bayi usia 1–6 bulan yang datang ke Puskesmas Kecamatan Cilincing dan Grogol Petamburan pada bulan Februari–April 2019 dan bersedia menandatangani lembar persetujuan penelitian menjadi subjek penelitian. ASInya di periksa di laboratorium. Korelasi positif lemah ditemukan antara indeks masa tubuh (IMT) dan kadar MDA ASI (r = 0,285, p = 0,010) serta asupan beta karoten dan kadar MDA ASI (r = - 0,469 dengan p <0,001). Korelasi negatif sedang ditemukan pada durasi menyusui dalam minggu dengan kadar MDA ASI, asupan beta karoten memilki korelasi positif lemah dengan kadar MDA ASI (r = 0,247, p = 0,027). Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kadar beta karoten ASI (p = 0,012). Dengan demikian, IMT, durasi menyusui, asupan beta karoten berpengaruh terhadap kadar MDA ASI.


Beta carotene has antioxidant capacity. Malondialdehyde (MDA), a poly unsaturated fatty acid (PUFA) peroxidation product, is the marker of oxidative stress. The balance of oxidant and antioxidant in breastmilk helps prevent the free radical formation in babies. The purpose of this study is to analyze the correlation of beta carotene intake with the breast milk (BM) beta carotene level and to determine the relationship between beta carotene intake with the MDA level in BM. Eighty 20–40 years old exclusively breastfeeding mothers who came to Cilincing and Grogol Petamburan Public Health Centre in February–April 2019 and had 1–6 months old babies were enrolled in this cross-sectional study. The BM were assessed the laboratory. Weak positive correlation was found between body mass index (BMI) and BM MDA level (r = 0.285, p = 0.010) as well as beta carotene intake and BM MDA level (r = 0.247, p = 0.027). Medium negative correlation was found between breastfeeding duration in weeks with the BM MDA level (r = - 0.469, p <0.001). Physical activity has a relationship with BM beta carotene level (p = 0.012). Therefore, BMI, breastfeeding duration, beta carotene intake has a correlation with BM MDA level.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>