Ditemukan 108066 dokumen yang sesuai dengan query
Dewa Ayu Cista Sevarathi
"Wilayah Pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusia menyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi dan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7, dan 9. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan perubahan garis pantai tahun 2002-2012 dan 2012-2022 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk menganalisis citra data untuk menentukan perubahan garis pantai. Hasil analisis tersebut akan mendapatkan perubahan garis pantai, perubahan jarak garis pantai, serta lokasi wilayah abrasi dan akresi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir di seluruh wilayah pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali mengalami perubahan garis pantai, perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia, pada periode tahun 2002-2012 luas abrasi sebesar 29,1 ha dan luas wilayah akresi sebesar 0,28 ha, dan pada periode tahun 2012- 2022 luas abrasi sebesar 9,13 ha dan akresi sebesar 24,21 ha. Perubahan garis pantai memiliki hubungan terhadap perubahan penggunaan lahan, pemukiman dan perkebunan campuran merupakan penggunaan lahan yang mengalami abrasi dan akresi paling luas selama periode 2002-2012 dan 2012-2022.
The East Coast region of Buleleng Regency, Bali, is prone to abrasion and accretion. Abrasion and accretion are natural phenomena that work in balance. Humans are a factor causing this phenomenon to change its balance so that it can cause harm to humans themselves. This study aimed to analyze the effect of shoreline changes caused by abrasion and accretion on changes in land use areas in coastal areas. This study uses Landsat 7 and 9 imageries. This analysis compared shoreline changes in 2002-2012 and 2012-2022 with the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method to analyze image data to determine shoreline changes. The results of this analysis will get shoreline changes, changes in shoreline distance, and the location of abrasion and accretion areas. This study concluded that almost the entire coastal area of East Buleleng Regency, Bali experienced changes in the coastline. Natural factors and human factors influenced these changes. In 2002-2012, the area of abrasion was 29.1 ha, and the size of accretion was 0. 28 ha, and in the 2012-2022 period, the scope of abrasion was 9.13 ha, and accretion was 24.21 ha. Changes in the coastline relate to changes in land use. Settlements and mixed plantations are land uses that experienced the most extensive abrasion and accretion during the 2002-2012 and 2012-2022 periods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
I Nyoman Putera Indrawan
"Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak.
Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area. The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Irianadiningrat Herawati Perez
"Indonesia merupakan negara kedua dengan garis pantai terpanjang setelah Kanada sepanjang 81.000 km (Dep. Kelautan RI, 2002). Wilayah pesisir pantai Utara Kabupaten Subang mengalami degradasi fisik pesisir akibat alih fungsi lahan dari mangrove menjadi tambak sehingga memberikan pengaruh terhadap garis pantai (Kalther, J. dan Itaya, A., 2020). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi di pesisir Kabupaten Subang dan hubungannya terhadap faktor pendorong baik hidro-oseanografi maupun antropogenik pada periode tahun 2004 – 2022. Metode analisis Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menghitung perubahan garis pantai, klasifikasi terbimbing maximum likelihood untuk mengetahui jenis tutupan lahan di pesisir Kabupaten Subang dan uji regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa pesisir Kabupaten Subang mengalami dominasi abrasi terbesar sejauh 1,9 km dan akresi terbesar sejuah 1,48 km. Perubahan garis pantai signifikan disebabkan karena perubahan luasan hutan mangrove dan keberadaan muara sungai dengan interpretasi korelasi yang sangat kuat dan memiliki hubungan yang searah, kecuali variabel gelombang.
Indonesia is the second country with the longest coastline after Canada with a length of 81,000 km (Dep. of Maritime Affairs, 2002). The northern coastal area of Subang Regency is experiencing coastal physical degradation due to the conversion of land from mangroves to ponds so that it has an influence on the coastline (Kalther, J. and Itaya, A., 2020). This study was conducted to determine the coastline changes that occur on the coast of Subang Regency and their relationship to the driving factors both hydro-oceanographic and anthropogenic in the period 2004 – 2022. The Digital Shoreline Analysis System (DSAS) analysis method is used to calculate shoreline changes, guided classification maximum likelihood to determine the type of land cover on the coast of Subang Regency and multiple linear regression test to determine the relationship between variables. The results of the analysis showed that the coast of Subang Regency experienced the largest abrasion dominance as far as 1.9 km and the largest accretion as far as 1.48 km. Significant shoreline changes are caused by changes in mangrove forest area and the presence of river estuaries with a very strong correlation interpretation and has a unidirectional relationship, except for the wave variable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Rafli
"Pesisir Bali Selatan secara geografis menghadap Samudra Hindia dengan garis pantai yang cukup luas merupakan daerah yang rawan terjadinya perubahan garis pantai. Garis pantai didefinisikan sebagai batas pertemuan antara permukaan daratan dan permukaan air laut, batas itu dapat bervariasi bentuknya dan dapat berubah dari tahun ke tahun karena sifatnya yang dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik litologi, perubahan tutupan lahan, geomorfologi serta arah arus dan tinggi gelombang laut terhadap laju perubahan garis pantai di Bali Selatan tahun 1995-021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS dan Sentinel 2A. Interpretasi otomatis dilakukan melalui pemanfaatan rasio band dan perubahan garis pantai diperoleh dengan analisis digital shoreline analysis system (DSAS). Abrasi pantai rata-rata terjadi di Kabupaten Tabanan bagian barat, Gianyar bagian timur dan Badung bagian selatan dengan karakteristik wilayah pesisir dengan gelombang yang cukup tinggi, dekat batuan asal vulkanik dengan karakteristik pantai berwarna hitam karena kandungan zat besi dan tidak terdapat mangrove serta terjadi pada wilayah dengan pengelolaan pantai yang kurang baik. Akresi pantai rata-rata terjadi di leher Bali Selatan yaitu di bagian tengah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, hal ini karena karakteristik aluvial yaitu wilayah yang dekat dengan ekosistem mangrove sehingga sedimentasi yang terbawa arus laut terputus di wilayah ini dan ditambah dekat dengan muara sungai yang banyak membawa sedimen.
The South Bali coast is geographically facing the Indian Ocean with a reasonably vast coastline, which is an area that is prone to shoreline changes. The coastline is defined as the boundary between the land surface and sea level, and the edge can vary in shape and can change from year to year because of its dynamic nature. This study aimed to determine the effect of lithology, land cover change, geomorphology, current direction, and sea wave height on the shoreline change rate in South Bali in 1995-2021. The method used in this study was to utilize Remote Sensing and GIS technology. The satellite images used are Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS and Sentinel 2A. Automatic interpretation is carried out using band ratios and shoreline changes obtained by digital shoreline analysis system (DSAS) analysis. Changes in the coastline on the coast of South Bali from 1995 - 2021 are spatially and temporally influenced by several variables. On average, coastal abrasion occurs in the western part of Tabanan Regency, eastern Gianyar and southern Badung with the characteristics of a coastal area with high waves, near rocks of volcanic origin with black beach characteristics due to iron content and no mangroves and occurs in areas of volcanic origin. with poor coastal management. On average, coastal accretion occurs in the neck of South Bali, namely in the central part of Badung Regency and Denpasar City, this is due to alluvial characteristics, namely areas close to mangrove ecosystems so that sedimentation carried by ocean currents is interrupted in this area and added close to the mouth of many rivers. carry sediment. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Danu Dwi Reinaldi
"Pesisir Utara Kabupaten Brebes merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya tinggi gelombang dan pasang surut air laut. Eksosistem mangrove yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir memiliki peranan penting dalam mengurangi kerusakan akibat gelombang air laut. Di samping dapat mengurangi terjadinya abrasi, sistem perakaran mangrove dapat menahan laju sedimentasi sehingga akan memperluas garis pantai atau akresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekosistem mangrove terhadap perubahan garis pantai yang berupa abrasi dan akresi dalam kurun waktu dari tahun 2003 hingga 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Pengumpulan data menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ Tahun 2003 dan 2013, Landsat 8 OLI/TRS 2023. Pengolahan data spasial menggunakan google earth engine, software ArcGIS 10.3. Data perubahan ekosistem mangrove diperoleh dengan menggunakan metode NDVI. Teknologi GIS digunakan untuk analisis data laju perubahan garis pantai secara spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tahun 2003 hingga 2023, ekosistem mangrove mengalami perubahan setiap periodenya. Ekosistem mangrove di sepanjang pesisir utara Kabupaten Brebes mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga 2013 akibat gelombang besar tahun 2008, namun kembali mengalami kenaikan pada tahun 2023. Perubahan ini tentunya juga mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai. Secara spasial penelitian ini menunjukkan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.
The North Coast of Brebes Regency is an area that is prone to high waves and tides. Mangrove ecosystems, which are part of the coastal ecosystem, have an important role in reducing damage caused by seawater waves. In addition to reducing the occurrence of abrasion, the mangrove root system can withstand the rate of sedimentation. So that it will expand the coastline or accretion. The purpose of this study is to determine the influence of mangrove ecosystems on changes in coastlines in the form of abrasion and accretion in the period from 2003 to 2023. The method used in this study is by utilizing Remote Sensing and GIS technology. Data collection uses Landsat 7 ETM+ satellite imagery in 2003 and 2013, Landsat 8 OLI/TRS 2023. Spatial data processing using google earth engine, ArcGIS 10.3 software. Data on changes in mangrove ecosystems were obtained using the NDVI method. GIS technology is used to analyze data on the rate of change of coastline spatially. The results of this study show that from 2003 to 2023, the mangrove ecosystem has always undergone changes every period. The mangrove ecosystem along the northern coast of Brebes Regency declined from 2003 to 2013 due to the large wave in 2008, but increased again in 2023. This change of course also affects the change of coastline. Spatially, this study shows that the area of mangroves is directly proportional to the change in abrasion and accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
I Gusti Ayu Rai Sawitri
"Pola pekarangan masyarakat desa Pakraman di Bali, didasari atas konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut mengatur ruang pekarangan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia (Pawongan) dan lingkungan (Palemahan). Penelitian ekologi pekarangan dilakukan di desa Pakraman, Buleleng Bali bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman serta menggali informasi mengenai potensi pemanfaatan spesies tanaman pekarangan.
Penelitian ini mencakup keanekaragaman, persepsi dan pengetahuan pemanfaatan spesies tanaman pekarangan pada tiga lokasi altitude (h) yaitu daerah altitude rendah (h≤500 m dpl), altitude menengah (500
Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 304 spesies dari 229 genus dan termasuk dalam 95 famili. Kekayaan spesies di daerah rendah sebanyak 227 spesies, menengah 202 spesies dan tinggi 156 spesies. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H?) Shannon-Wiener pada 3 kategori altitude menunjukkan penurunan keanekaragaman seriring dengan peningkatan ketinggian. Hasil analisis dengan Local User's Value Index (LUVI) diperoleh 9 kategori guna dari keseluruhan lokasi penelitian yaitu bahan makanan, hiasan atau ornamen, ritual, peneduh atau perindang, obat-obatan, penulak bala (mitos), sumber penghasilan, menyama braya (sosial) dan pewarna, namun ditemukan perbedaan persepsi fungsi pekarangan bagi masyarakat pada tiap daerah ketinggian. Spesies tanaman dengan nilai kepentingan budaya (ICS-Index of Cultural Significance tertinggi adalah nyuh biasa (Cocos nucifera) sebesar 156 dengan 14 jumlah pemanfaatan.
Balinese homegarden at Pakraman villagers in Bali, is based on the concept of Tri Hita Karana (THK). The concept of managing the yard space to create a harmonious relationship with the creator (Parahyangan), human (Pawongan) and the environment (Palemahan). Ecological research conducted in the village Pakraman homegarden, Buleleng Bali aims to find and explore the richness and diversity of plants spescies and also to get information about the potential use of plants species. This study includes diversity, perceptions and knowledge utilization homegarden plant species in three locations height (h) that is a low area (h ≤500 m asl), medium (500 < h <1000 m above sea level) and high (h ≥1000 m asl) to further grouped by extents (a) is a small yard (a ≤300 m2), medium (300 The results showed the number of species found as many as 304 species from 229 genera and included in 95 families. Lower species richness in the area as much as 227 species, 202 species of medium height and 156 species. Results of calculation of the index of species diversity (H ') Shannon-Wiener at 3 height categories showed a decline diversity with increased height. Results of the analysis by the Local User's Value Index (LUVI) gained 9 categories in order of overall research sites are foodstuffs, ornaments, ritual, shade, drugs, penulak bala (myth), source of income, menyama braya (social) and dyes, but found differences in the perception of the homegarden functions for society at every altitude. Plant species named nyuh biasa (Cocos nucifera) has highest Index of Cultural Significance (ICS) value of 156 in 14 types of utilization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43640
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library