Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tramudya
"Biopsi prostat merupakan Gold Standard dalam menegakkan diagnosakan kerprostat. Pada pelaksanaannya walaupun berbagai jenis farmakoterapi telah digunakan dalam proses biopsi namun masih menimbulkan efek nyeri baik derajat ringan, sedang maupun berat. Selain itu ansietas juga ditemukan pada pasien yang akan menjalankan prosedur biopsi prostat. Penelitian mengenai perbandingan efekelektroakupunktur dengan profenid suppositoria pada prosedur biopsi prostat dilakukan secara Quasi ekperimental terhadap 18 orang pasien dengan menilai derajat nyeri menggunakan skor VAS dan menilai perubahan skor kuesioner evaluasi diri SAI. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 9 orang kelompok perlakuan (Elektroakupunktur + 200 mg placebo suppositoria) dan 9 orang kelompok kontrol (Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositoria). Proses sampling pada penelitian ini dilaksanakan di Poli Khusus Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Terdapat perbedaan bermakna skor VAS antara kelompok Elektroakupunktur + 200 mg place bosuppositoria dengan Kelompok Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositori adalam mengurangi nyeri akibat prosedur biopsy prostat t (P 0,011). Tidak terdapat perbedaan bermakna skor SAI antara kelompok Elektroakupunktur + 200 mg place bosuppositoria dengan skor SAI Kelompok Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositoria.SAI sebelum perlakuan (P 0,443) dan SAI sesudah (P 0,734) perlakuan. Kesimpulan : Elektroakupunktur dapat dijadikan salah satu modalitas terapi penunjang dalam mengatsi nyeri pada prosedur biopsi prostat.

Prostate biopsy is a Gold Standard in diagnosing prostate cancer. In practice although various types of pharmacotherapy have been used in the biopsy process but still have a mild, moderate or severe degree of pain. In addition, anxiety is also found in patients who will perform prostate biopsy procedures. Research on the comparison of electroacupuncture effects with profenid suppository on prostate biopsy procedure was done by Quasiekperimental to 18 patients by assessing the degree of pain using VAS score and assessing SAI self-evaluation questionnaire scores change. Patients were divided into 2 groups: 9 treatment groups (Electroacupuncture + 200 mg placebo suppositoria) and 9 controls (Electroacupuncture Sham + 200 mg ProfenidSuppositoria). The sampling process in this research was carried out in special urology clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. There was a significant difference in VAS score between the Electroacupuncture group + 200 mg placebo suppository with Sham + 200 mg Profenid Suppositoria Group in reducing pain due to prostate biopsy procedure (P 0.011). There was no significant difference in SAI scores between the electroacupuncture group + 200 mg placebo suppository with SAI scores of Sham + 200 mg Profenid Suppositoria.SAI group before treatment (P 0.443) and SAI after (P 0.734) treatment. Conclusions: Electroacupuncture can be a modalities of therapyfor relieving pain in prostate biopsy procedure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afdal
"Tujuan : Melakukan evaluasi nyeri pada biopsi prostat transrektal (bimbingan USG) dengan pemberian Na Diklofenak 100 mg suppositoria. Materi dan Metoda : Penelitian ini bersifat prospektif, randomized double
blind memakai plasebo sebagai kontrol pada 70 pasien biopsi prostat. Pasien dipilih secara random masing-masing 35 orang memakai Na Diklofenak 100 mg suppositoria dan 35 orang memakai plasebo, 1 jam
sebelum biopsi. Pasien di tanya skala nyeri saat dibiopsi menggunakan
skala nyeri "Visual Analogue Scale” (VAS).
Pasien selama 1 minggu kemudian diobservasi untuk menilai komplikasi
seperti demam, hematuri, hematosesia, dan nyeri paska biopsi. Skala nyeri dianalisa secara statistik dengan Student T-Test.
Hasil : Pemberian Na Diklofenak 100 mg suppositoria mengurangi nyeri
secara bermakna dibandingkan dengan plasebo dengan VAS ( 3,22 vs
5,03 p< 0,05). Penelitian ini memiliki kesetaraan dalam hal umur, volume
prostat, jumlah biopsi, Prostat Spesifik Antigen (PSA), hasil patologi
anatomi dan komplikasi antara lain demam, hematuri, hematosesia.
Kesimpulan : Nyeri biopsi prostat paska pemberian Na Diklofenak 100
mg suppositoria bermakna mengurangi nyeri dibandingkan plasebo dan
pemberian Na Diklofenak 100 mg suppositoria sebelum biopsi prostat
praktis dan aman serta tidak meningkatkan morbiditas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laela Varantika Prinanti
"Latar belakang: Kehamilan adalah sebuah pengalaman yang penuh dengan adaptasi dari anatomi sampai fisiologis pada ibu hamil. Hal ini dapat menjadi penyebab ibu hamil merasakan nyeri dan ansietas. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan. Relaksasi otot progresif adalah perawatan relaksasi yang mengencangkan dan melemaskan otot-otot suatu bagian tubuh sekaligus dan dilakukan satu per satu untuk menciptakan perasaan relaksasi fisik. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melaporkan asuhan keperawatan maternitas pada ibu hamil yang mengalami masalah nyeri dan ansietas beserta dengan pengaruh relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri dan ansietas.
Pembahasan: Ibu T 34 tahun G4P2A1 hamil 25 minggu. Ibu mengeluh nyeri pada bagian tengkuk sampai punggung dengan VAS skala 6 /10 selama 5 menit terasa hilang timbul, kecemasan karena penyakit mioma uteri takut menganggu kehamilannya dengan hasil DASS-21 yaitu skor 9 berarti ansietas ringan. Ibu mengatakan nyeri tidak ada dengan VAS skala 0/10 dan kecemasan berkurang dengan hasil DASS-21 yaitu 2 berarti ansietas normal, setelah dilakukan latihan relaksasi otot progresif dalam waktu 4 hari dengan latihan 2x 45 menit setiap harinya.
Kesimpulan: Tingkat Nyeri dan kecemasan dapat dirasakan oleh ibu hamil karena adanya perubahan fungsi tubuh secara fisiologi dan psikologi. Relaksasi otot progresif terbukti mampu mengurangi tingkat nyeri dan ansietas pada ibu hamil.

Background: Pregnancy is an experience full of adaptations from anatomy to physiology in pregnant women. This can cause pregnant women to feel pain and anxiety. This can affect pregnancy. Progressive muscle relaxation is a relaxation treatment that tightens and relaxes the muscles of one part of the body at once and is performed one at a time to create a feeling of physical relaxation. The aim of writing this scientific work is to report maternity nursing care for pregnant women who experience pain and anxiety problems along with the effect of progressive muscle relaxation to reduce pain and anxiety.
Discussion: Mrs. T 34 year old G4P2A1 25 weeks pregnant. The mother complained of pain from the nape of the neck to the back with a VAS scale of 6/10 for 5 minutes that seemed to come and go, anxiety due to uterine myoma was afraid of disrupting her pregnancy with the DASS-21 result being a score of 9 meaning mild anxiety. The mother said there was no pain with a VAS scale of 0/10 and anxiety was reduced with the DASS-21 result, namely 2, meaning normal anxiety, after doing progressive muscle relaxation exercises within 4 days with 2 x 45 minute exercises every day.
Conclusion: Levels of pain and anxiety can be felt by pregnant women due to changes in body function physiologically and psychologically. Progressive muscle relaxation has been proven to reduce the level of pain and anxiety in pregnant women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Limen, Ronal Yosua
"Latar belakang: Nyeri pasca bedah merupakan fenomena yang subyektif. Penelitian ini untuk membandingkan efek analgetik NSAID dan PCA dengan Elektroakupunktur dan PCA pada nyeri pasca bedah Caesar.
Metodologi: 38 wanita yang mendapatkan anestesi spinal selama menjalani bedah Caesar di Departemen Obstetrik dan Ginekologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo, dibagi secara acak menjadi kelompok NSAID dan PCA serta kelompok Elektroakupunktur dan PCA. Setelah selesai menjalani pembedahan subyek diberikan NSAID atau mendapat stimulasi Elektroakupunktur dan kemudian dipasang PCA. Waktu pertama kali membutuhkan morfin dan dosis PCA yang digunakan dicatat.
Hasil: Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok Elekroakupuntur dan PCA (205 menit) menunda waktu kebutuhan untuk morfin 25 menit lebih lama dibandingkan dengan kelompok NSAID dan PCA (180 menit). Dosis total PCA pada 24 jam pertama berkurang 25 % pada kelompok Elektroakupunktur dan PCA (4,5 mg) dibanding kelompok NSAID dan PCA (6 mg), sehingga tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada kelompok NSAID dan PCA maupun kelompok Elektroakupunktur dan PCA tidak didapatkan efek samping yang berhubungan dengan opioid seperti pusing.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan dalam waktu kebutuhan analgetik tambahan pasca bedah Caesar dan dosis PCA 24 jam pada kelompok NSAID dan PCA dengan Elektroakupunktur dan PCA.

Background: Post-operation pain is a very subjective phenomenon. The aim of this study was to compare the analgesic effects of NSAID and PCA or Electro-acupunture and PCA on post-cesarean pain.
Methods: 38 women, who had had spinal anesthesia during cesarean section at the Department of Obstetrics of Cipto Mangunkusumo Hospital, were randomly assigned to the NSAID and PCA group and the electro-acupuncture and PCA group. After the operation, we applied subjects with NSAID or Electro-acupuncture, and the patient controlled analgesia (PCA). The first time of requesting morphine and the doses of PCA used were recorded.
Results: The results showed that the Electro-acupuncture and PCA group (205 minutes) could delay the time of requesting morphine up to 25 minutes when compared with the NSAID and PCA group (180 minutes). The total dose of PCA used within the first 24 hours was 25 % less in the Electro-acupuncture and PCA group (4,5 mg) when compared with the NSAID and PCA group (6 mg), which no significant difference between the NSAID and PCA group and the Electro-acupuncture and PCA group. Finally, the incidence of opioid-related side effects, such as dizziness, was not record in the NSAID and PCA group or Electro-acupuncture and PCA group.
Conclusion: There was no different in the time of requesting pain relief medication after cesarean section and the PCA doses used within the first 24 hours in NSAID and PCA group or Electro-acupuncture and PCA group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Intan Widyasari
"Mayoritas populasi produktif di Indonesia merupakan pekerja dengan lebih dari setengah populasi di Kota Depok merupakan pekerja yang bergerak di sektor formal. Pekerja diharapkan melakukan aktivitas pekerjaannya dengan kondisi sehat. Namun, pada kenyataannya pekerja menjadi populasi yang rentan mengalami penurunan kesehatan yang dibuktikan dengan tingginya angka cedera dan gangguan otot tulang rangka akibat kerja. Masalah tersebut disebabkan oleh berbagai macam yang salah satunya yaitu bahaya ergonomis. Gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti nyeri terutama pada leher dan punggung. Bersama dengan pemerintah, perawat ikut andil dalam peningkatan pelayanan kesehatan pekerja melalui pendekatan keluarga dengan pemberian asuhan keperawatan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu memberikan gambaran penerapan intervensi latihan peregangan dan mekanika tubuh untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada keluarga dengan pekerja sektor formal. Intervensi latihan peregangan dan mekanika tubuh dilakukan selama 3 minggu sebanyak 9 kali pertemuan. Pemeriksaan tingkat nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) yang diukur pada sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi latihan peregangan dan mekanika tubuh dapat menurunkan skala nyeri sebanyak 7 skala yaitu dari skala nyeri 8 menjadi 1. Penerapan latihan peregangan dan mekanika tubuh harus dilakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Latihan peregangan dan mekanika tubuh dapat digunakan sebagai alternatif bagi pekerja sebagai upaya untuk menurunkan keluhan nyeri.

The majority of the productive population in Indonesia are workers with more than half of the population in Depok working in the formal sector. Workers are expected to carry out their work activities in a healthy condition. However, in reality, workers are a population that is vulnerable to declining health as evidenced by the high number of injuries and skeletal muscle disorders due to work. This problem is caused by various kinds of hazards, one of which is the hazard of ergonomics. Work-related musculoskeletal disorders cause physical discomfort such as pain, especially in the neck and back. Together with the government, nurses take part in improving workers' health services through a family approach by providing nursing care. The purpose of writing this scientific paper is to provide an overview of the application of stretching exercises and body mechanics interventions to overcome acute pain nursing problems in families with formal sector workers. The intervention of stretching exercises and body mechanics was carried out for 3 weeks in 9 meetings. Examination of the level of pain using the Visual Analogue Scale (VAS) which was measured before and after the intervention. The evaluation results show that the intervention of stretching and body mechanics exercises can reduce the pain scale as much as 7 scales, from a pain scale of 8 to 1. The application of stretching and body mechanics exercises must be done regularly to get optimal results. Stretching and body mechanics exercises can be used as an alternative for workers as an attempt to reduce pain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rapiko Anggraini
"Bekerja merupakan aktivitas untuk memenuhi fungsi ekonomi keluarga. Memahami masalah kesehatan pekerja di dalam ruang lingkup keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Pekerja merupakan bagian dari komunitas masyarakat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja seringkali disebabkan oleh bahaya/hazard di lingkungan kerja. Nyeri merupakan gangguan pada muskuloskeletal dan seringkali disebabkan oleh hazard ergonomi. Nyeri telapak kaki pada pekerja biasanya disebabkan oleh posisi berdiri yang lama dan salah satu keadaan yang mendasarinya adalah plantar fasciitis. Massage dengan teknik Deep Tissue Massage merupakan salah satu penanganan pada nyeri telapak kaki yang berhubungan dengan plantar fasciitis. Intervensi Deep Tissue Massage diberikan kepada Bapak S seorang pekerja petugas keamanan dengan masalah nyeri akut yang berhubungan dengan plantar fasciitis. Intervensi dilakukan sebanyak 7 kali dengan durasi 10 menit. Intervensi Deep Tissue Massage efektif untuk mengatasi masalah nyeri akut pada Bapak S dengan penurunan skor FFI dan skala nyeri VAS setelah diberikan 7 kali intervensi. Intervensi Deep Tissue Massage dapat diterapkan pada pekerja dengan masalah nyeri akut.

Work is an activity to fulfill the family's economic function. Understanding workers' health problems within the family scope can improve the health status of workers. Workers are part of the community at risk of experiencing health problems. Accidents and occupational diseases are often caused by hazards in the work environment. Pain is a musculoskeletal disorder and is often caused by ergonomic hazards. Foot pain in workers is usually caused by a long standing position and one of the underlying conditions is plantar fasciitis. Massage with the Deep Tissue Massage technique is one of the treatments for foot pain associated with plantar fasciitis. The Deep Tissue Massage intervention was given to Mr. S, a security worker with acute pain problems related to plantar fasciitis. The intervention was carried out 7 times with a duration of 10 minutes. Deep Tissue Massage was effective in dealing with the acute pain problem in Mr. S with a decrease in the FFI score and the VAS pain scale after being given 7 interventions. Deep Tissue Massage can be applied to workers with acute pain problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Haris Wirakusuma
"Kanker prostat merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada pria di seluruh dunia. Diagnosis dini dan akurat sangat penting untuk pengobatan yang efektif. Spektroskopi Raman (RμS) menawarkan teknik yang menjanjikan untuk menganalisis sampel jaringan dan berpotensi membedakan antara jaringan prostat jinak dan ganas. Studi ini menyelidiki kemanjuran algoritma Machine Learning dalam mengklasifikasikan kanker prostat menggunakan data RS dari spesimen biopsi. Data Spektrum Raman yang digunakan berasal dari penelitian di Kanada yang dikumpulkan dari tiga kelompok Cohort yakni Centre Hospitalier de l’Universit´e de Montr´eal (CHUM) sebagai Cohort training, serta University Health Network (UHN) dan Centre Hospitalier de l’Universite de Montreal (CHUQc-UL) sebagai Cohort testing. Spektrum ini, yang mewakili komposisi kimia jaringan (Raw Spectra), digunakan untuk training dan model evaluation Machine Learning.
Untuk membantu menganalisis komposisi kimia data RμS yang akurat, diperlukan algoritma Machine Learning dalam mengklasifikasikan BPH dan PC. Dua algoritma yang digunakan adalah Support Vector Machine (SVM) dan Extreme Gradient Boosting (XGBoost). Data RμS dilakukan training dan testing menggunakan data yang berbeda yang menghasilkan nilai metrik klasifikasi dari dua algoritma yang dibandingkan dalam mengklasifikasikan sampel BPH atau PC. Ternyata, algoritma XGBoost memiliki kemampuan klasifikasi yang kurang unggul daripada SVM, hal ini dibuktikan dengan SVM memiliki rata-rata Akurasi sebesar 83,3%, Sensitivitas sebesar 96.,7%, Spesifisitas sebesar 46,4%, F1-Score sebesar 98,1%, dan ROC-AUC sebesar 87,7%. Sementara, XGBoost menunjukkan Akurasi sebesar 78%, Sensitivitas sebesar 80%, Spesifisitas sebesar 75%, F1-Score sebesar 78%, dan ROC-AUC sebesar 85%.Selain itu kedua algoritma juga bisa menentukan titik Feature Importance pada grafik Spektra Raman, yang ditunjukkan dengan beberapa fitur vibrasi molekul untuk BPH dan PC berdasarkan algoritma SVM dan XGBoost, yakni 720 cm−1, 828 cm−1, dan 931 cm−1 sebagai karakteristik jaringan BPH, dan 1.431 cm−1 dan 1.470 cm−1 sebagai jaringan PC.

Prostate cancer is a common health problem in men worldwide. Early and accurate diagnosis is essential for effective treatment. Raman spectroscopy (RμS) offers a promising technique to analyze tissue samples and potentially differentiate between benign and malignant prostate tissue. This study investigated the efficacy of a Machine Learning algorithm in classifying prostate cancer using RS data from biopsy specimens. The Raman Spectrum data used were from a Canadian study collected from three cohort groups, namely the Centre Hospitalier de l’Universit´e de Montr´eal (CHUM) as the training Cohort, and the University Health Network (UHN) and Centre Hospitalier de l’Universit´e de Montreal (CHUQc-UL) as the testing Cohort. This spectrum, which represents the chemical composition of the tissue (Raw Spectra), is used for training and model evaluation Machine Learning.
To help analyze the chemical composition of accurate RμS data, a Machine Learning algorithm is needed to classify BPH and PC. The two algorithms used are Support Vector Machine (SVM) and Extreme Gradient Boosting (XGBoost). The RμS data is trained and tested using different data that produces classification metric values from the two algorithms that are compared in classifying BPH or PC samples. It turns out that the XGBoost algorithm has a classification capability that is less superior than SVM, this is evidenced by SVM having an average Accuracy of 83.3%, Sensitivity of 96.7%, Specificity of 46.4%, F1-Score of 98.1%, and ROC-AUC of 87.7%. Meanwhile, XGBoost showed Accuracy of 78%, Sensitivity of 80%, Specificity of 75%, F1-Score of 78%, and ROC-AUC of 85%. In addition, both algorithms can also determine the Feature Importance point on the Raman Spectra graph, which is indicated by several molecular vibration features for BPH and PC based on the SVM and XGBoost algorithms, namely 720 cm−1, 828 cm−1, and 931 cm−1 as characteristics of BPH tissue, and 1.431 cm−1 and 1.470 cm−1 as PC tissue.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viesca Ayu Vandila
"Pekerja sebagai agregat berisiko rentan mengalami bahaya kesehatan seperti Gangguan Otot Tulang dan Rangka. Perawat kesehatan kerja mempunyai peran untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan intervensi pengaturan mekanika tubuh dengan latihan posisi ergonomi untuk mengatasi masalah nyeri akut pada pekerja di keluarga Ibu D di Cimanggis, Depok. Hasil intervensi menunjukan bahwa terjadi penurunan keluhan nyeri secara signifikan, penurunan nyeri terjadi 1-2 poin dengan visual analogue scale (VAS) dan sampai tidak ada keluhan lagi. Hasil tersebut membuktikan bahwa penerapan latihan posisi ergonomi terbukti dapat membantu mencegah munculnya nyeri punggung bawah pada pekerja. Intervensi ini disarankan menjadi program pengembangan upaya kesehatan bagi perawat komunitas di Puskesmas dan perawat kesehatan kerja di Klinik tempat kerja.

Workers as aggregates are at risk of experiencing health hazards such as bone and skeletal muscle disorders. Occupational health nurses have a role to prevent the occurrence of these problems. This final scientific work aims to provide an overview of the application of body mechanics regulation interventions with ergonomics position exercises to overcome acute pain problems for workers in Ms. D family in Cimanggis, Depok. The results of the intervention showed that there was a significant decrease in pain complaints, a decrease in pain was measured around 1-2 points using the visual analogue scale (VAS) and until there were no more complaints. These results prove that the application of ergonomics position exercises can help prevent the emergence of low back pain in workers. This intervention is suggested to be a health effort development program for community nurses at Puskesmas and occupational health nurses in workplace clinics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Na Imatul Mahanani
"ABSTRAK
Antibiotik profilaksis pada tindakan biopsi prostat transrectal ultrasound (TRUS) diberikan untuk mengurangi komplikasi infeksi. Antibiotik profilaksis yang digunakan di RSUPNCM adalah fluorokuinolon tetapi terdapat tren peningkatan resistensi. Belum tersedia data mengenai profil bakteri dan antibiogram pada swab rektal biopsi prostat di RSUPNCM sebagai acuan profilaksis dan terapi infeksi pasca biopsi prostat.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan data profil bakteri dan antibiogram swab rektal pasien biopsi prostat, serta mendapatkan data jumlah pasien yang mengalami komplikasi infeksi pasca biopsi prostat di RSUPNCM.
Desain penelitian adalah kohort prospektif. Menggunakan swab rektal dari 47 pasien biopsi prostat di Departemen Urologi RSUPNCM. Didapatkan bakteri Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecium, Acinetobacter haemolyticus, Morganella morganii ss morganii, dan Enterococcus faecalis. Antibiotik yang memiliki sensitvitas tinggi gentamicin, amikacin, ampicillin sulbactam, amoxicillin clavulanat, ceftazidime, piperacillin tazobactam, cefepime, imipenem, doripenem, meropenem, dan ertapenem. Antibiotik yang menunjukkan resistensi tinggi cephalothin, cefotaxime, ceftriaxone, dan cefoperazone. Keluhan subyektif demam didapatkan pada 7 pasien dan tidak terdapat rawat inap ke rumah sakit. Tidak direkomendasikan pemberian fluorokuinolon sebagai antibiotik profilaksis pada tindakan biopsi prostat di RSUPNCM. Pemberian antibiotik profilaksis sebaiknya dengan profilaksis target berdasarkan hasil kultur dan resistensi swab rektal. Apabila tidak dapat dilakukan maka antibiotik profilaksis yang dapat direkomendasikan adalah amoxicillin clavulanat dan ertapenem.

ABSTRACT
Prophylaxis antibiotics in trans rectal ultrasound prostate biopsy is given to reduce infection complication. The recent antibiotics in Doctor Cipto Mangunkusumo hospital is fluoroquinolone that showing increasing resistance trends. Bacterial profile and antibiogram of rectal swab patient underwent prostate biopsy is not available. This data is needed as a guidance of
prophylaxis antibiotics and post biopsy infection therapy in prostate biopsy.
This research aimed to obtain those data, and number of patient with infection complication post prostate biopsy.
Research design was prospective cohort. Swab rectal is collected from 47 patients underwent prostate biopsy in Doctor Cipto Mangunkusumo Hospital. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecium, Acinetobacter haemolyticus, Morganella morganii ss morganii, and Enterococcus faecalis were found. Antibiotics with high susceptible gentamicin, amikacin, ampicillin sulbactam, amoxicillin clavulanat, ceftazidime, piperacillin tazobactam, cefepime, imipenem, doripenem, meropenem, and ertapenem. Antibiotics with high resistance cephalothin, cefotaxime, ceftriaxone, and cefoperazone. Subjective complaints of fever were found in 7 patients. Fluoroquinolone is not recommended as prophylaxis antibiotics in trans rectal ultrasound prostate biopsy. The targeted prophylaxis antibiotics based on rectal swab culture and resistance test should be done. If this test cannot be done, we suggest the use of amoxicillin clavulanat and ertapenem as recommended prophylaxis antibiotics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Kannesia Dahuri
"Pendahuluan : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) adalah pilihan utama untuk batu ginjal yang berukuran lebih dari 2 cm. Tindakan ini dapat menimbulkan nyeri pasca operasi yang merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Prevalensi nyeri pasca PCNL di Indonesia bervariasi. Penanganan nyeri pasca operasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan efek samping yang minimal. Saat ini, metode standar dalam menangani nyeri pasca operasi yang digunakan di seluruh dunia adalah dengan penggunaan opiod. Namun penggunaan opioid memiliki banyak efek samping dan dapat mempengarui kualitas hidup pada pasien. Sehingga diperlukan tatalaksana yang aman, nyaman dan efektif dalam mengatasi nyeri pasca PCNL, salah satunya adalah dengan Elektroakupunktur telinga Battlefield Acupuncture (BFA).
Metode : Desain studi ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel 8 pasien PCNL. Studi dilakukan dari November 2023 sampai Januari 2024. Elektroakupunktur telinga BFA dilakukan selama 30 menit pada kedua telinga, satu jam sebelum PCNL. Luaran yang dinilai adalah skor nyeri ( VAS ), kualitas hidup dengan kuesioner Short Form-36 (SF-36) ,penggunaan analgesik juga efek samping yang dialami pasien dicatat pada studi ini
Hasil : Terapi elektroakupunktur telinga BFA dapat menurunkan skala nyeri berupa Visual Analog Scale ( VAS ) pada pasien operasi PCNL batu ginjal. Pada 24 jam pasca PCNL dan EA BFA, 7 dari 8 pasien dengan presentase 87,5% pasien mengalami penurunan skor VAS dan pada 7 hari pasca PCNL dan EA BFA, ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien mengalami penurunan skor VAS. Terapi elektroakupunktur telinga BFA juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada 7 hari pasca tindakan yang diukur dengan menggunakan short form 36 ( SF36 ) pada pasien pasca PCNL dan EA BFA. Terapi elektroakupunktur telinga BFA aman, tidak menimbulkan efek samping dan pada pasien hanya mendapatkan tambahan terapi Paracetamol 1000mg .
Kesimpulan : Terapi Elektroakupunktur BFA dapat diberikan pada pasien PCNL dengan keamanan yang terbukti baik pada ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien tidak mengalami efek samping pasca EA BFA.

Introduction : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is the main choice for kidney stones larger than 2 cm. This procedure can cause post-operative pain, which is a problem that often occurs and can affect the patient's quality of life. The prevalence of post-PCNL pain in Indonesia varies. Postoperative pain management aims to reduce or eliminate pain with minimal side effects. Currently, the standard method of treating post- operative pain used throughout the world is the use of opioids. However, the use of opioids has many side effects and can affect the patient's quality of life. So safe, comfortable and effective treatment is needed to treat post-PCNL pain, one of which is Battlefield Acupuncture (BFA) ear electroacupuncture.
Methods : The design of this study was a case series with a sample size of 8 PCNL patients. The study was conducted from November 2023 to January 2024. BFA ear electroacupuncture was performed for 30 minutes on both ears, one hour before PCNL. The outcomes assessed were pain scores (VAS), quality of life with the Short Form-36 (SF-36) questionnaire, use of analgesics as well as side effects experienced by patients recorded in this study.
Results : BFA ear electroacupuncture therapy can reduce the pain scale in the form of a Visual Analog Scale (VAS) in kidney stone PCNL surgery patients. At 24 hours after PCNL and EA BFA, 7 of 8 patients with a percentage of 87.5% of patients experienced a decrease in VAS scores and at 7 days after PCNL and EA BFA, all 8 patients with a percentage of 100% of patients experienced a decrease in VAS scores. BFA ear electroacupuncture therapy can also improve quality of life 7 days after the procedure as measured using the short form 36 (SF36) in patients after PCNL and EA BFA. BFA ear electroacupuncture therapy is safe, does not cause side effects and patients only receive additional 1000mg Paracetamol therapy.
Conclusion : BFA Electroacupuncture therapy can be given to PCNL patients with proven safety in 8 patients with a 100% percentage of patients not experiencing side effects after EA BFA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>