Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Farid Agustian
"Penelitian ini membahas penilaian media massa dalam berita tentang Kampanye Pemilu Gubernur Jawa Barat 2018. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan penilaian media massa yang dijelaskan melalui tuturan-tuturan yang dimunculkan dalam pemberitaan. melalui affect, judgement, dan appreciation. Yang diperkuat dan diperlemah melalui graduation serta menjelaskan sumber suara penilaian yang mencerminkan posisi media massa dalam menilai. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana dengan pendekatan appraisal. Media massa Pikiran Rakyat daring cenderung menyatakan posisi yang memihak melalui penilaian positif judgement yang diungkapkan melalui pujian dan kekaguman. Temuan gradution isolating, dan maksimisasi (maximatisation) digunakan untuk mempertegas penilaian positif lebih dari semestinya. Temuan jenis heteroglosik menandakan penilaian disampaikan melalui sumber suara eksternal berupa referensi dan bersifat dialogistik atau melalui cara tidak langsung melalui penyimpulan sedangkan jenis monoglosik menjelaskan bahwa media Pikiran Rakyat daring menempatkan diri mereka terlibat secara langsung dalam menyampaikan citra positif terhadap salah satu peserta pemilu dalam pemberitaan. Temuan heteroglosik acknowlodgement mengungkapkan posisi Pikiran Rakyat daring lebih cenderung memposisikan diri sebagai reporter voice. Temuan ini menunjukkan bahwa ketika Pikiran Rakyat daring memposisikan diri sebagai reporter voice, hal itu merupakan langkah media massa tersebut untuk menjauhkan penilaian yang tidak berimbang atau sikap memihak dengan menujukkan aspek jurnalistik dalam pemberitaan tentang kampanye Pilkada Gubernur Jawa Barat 2018.

This study discusses the evaluation of the mass media in the news about the 2018 West Java Governor Election Campaign. The research identifies mass media evaluation in the news through affect, judgment, and appreciation, which is strengthened and weakened through graduation, as well as explaining the source of the assessment, which reflects the position of the mass media in assessing. This research uses a qualitative method with discourse analysis with an appraisal approach. The online Pikiran Rakyat mass media tends to state a partial position through positive judgments expressed through praise and admiration. Graduation isolating and maximization reinforce positive judgments more than they should. Heteroglossic indicates that the assessment is conveyed through an external source in the form of references and is dialogic or through an indirect method through inference. At the same time, the monoglosic explains that the media place themselves directly involved in conveying a positive image of one of the election participants in the news. Heteroglosyc acknowledgment reveals that the media is more likely to position itself as a voice reporter. These findings show that when the Pikiran Rakyat online sets itself as a reporter's voice, it is a step by the mass media to distance unbalanced judgments or take sides by showing journalistic aspects in reporting on the 2018 West Java Governor Election campaign."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Dewanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas perbandingan kinerja bank antar negara di ASEAN
terutama di negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina yang
terdaftar pada bursa efek masing-masing negara untuk tahun penelitian 2007-2011
dengan mengunakan metode EVA dalam mengukur penciptaan nilai tambah bagi
pemegang saham di bank tersebut. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh
EVA dan rasio finansial perusahaan seperti Earning Per Share (EPS), Return On
Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap stock return di masingmasing
negara dan secara keseluruhan baik secara parsial maupun EVA
digabungkan dengan rasio finansial perusahaan terhadap stock return di masingmasing
negara dan secara keseluruhan. Pada perhitungan EVA didapatkan hasil
bahwa Indonesia, Thailand dan Filipina pergerakan EVA mengikuti pergerakan
GDP setiap tahunnya sedangkan di negara Singapura dan Malaysia hasil EVA
terpengaruh oleh krisis finansial 2008 tetapi memiliki trend naik. Dalam
pengukuran pengaruh EVA dan rasio finansial perusahaan didapatkan hasil yaitu
secara parsial hanya di negara Singapura dengan EPS dan negara Filipina dengan
ROE dan ROA yang mempunyai pengaruh pada stock return sedangkan di negara
lainnya tidak signifikan, untuk pengukuran EVA digabungkan dengan masingmasing
rasio finansial perusahaan hanya di negara Filipina dengan EVA bersama
ROA yang mempunyai pengaruh pada stock return sedangkan di negara lainnya
tidak signifikan.

ABSTRACT
This study discusses the comparisons between the performance of banks in
ASEAN countries, especially in Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and
Philippines, and is it listed on the stock exchange of each country of the year
2007-2011 periods by using the EVA method in measuring value creation for
shareholders of bank. This study also examines the effect of EVA and firm
financial ratios such as Earnings Per Share (EPS), Return on Assets (ROA) and
Return on Equity (ROE) on stock return in each country and overall, partially or
EVA combined with each financial ratios of the company's on stock return in each
country and overall. In the EVA calculation showed that Indonesia, Thailand and
the Philippines, EVA movement follows the movement of GDP each year in that
countries, while Singapore and Malaysia, EVA results are affected by the 2008
financial crisis but has a rising trend. In measuring the effect of EVA and
corporate financial ratios partially the results are only in Singapore with EPS and
in Philippines with ROE and ROA have an influence on stock returns, while in
other countries are not significant, for the measurement of EVA coupled with
each company's financial ratios only in the Philippines with EVA coupled with
ROA that have an influence on stock returns, while in other countries are not
significant."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Indra Laksmana
"Kinerja perusahaan adalah suatu hal utama yang menjadi perhatian para stakeholders. Banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian kinerja ini. Begitu pula halnya dengan kinerja suatu BUMN, dalam hal ini Perum Pegadaian. Walaupun sebagai suatu BUMN yang tetap memiliki kewajiban sosial bagi masyarakat, namun Perum Pegadaian tetap mempunyai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagai pengukuran kinerja perusahaan.
Saat ini banyak BUMN termasuk Perum Pegadaian yang menggunakan nilai pengukuran menggunakan rasio-rasio keuangan seperti Return on Assets {RDA} atau Return on Investment (ROl). Dengan pertumbuhan yang terus meningkat seiama 10 tahun terakhir, maka tidak heran akan ditemui bahwa kinerja Perum Pegadaian yang diukur melalui rasio-rasio keuangan juga akan meningkat.
Salah satu hal yang berkaitan erat dengan hasil pengukuran kinerja adalah pemberian imbalan atas hasil usaha anggota perusahaan. Selama pengukuran kinerja hanya didasarkan pada ukuran keuangan seperti yang ada dalam laporan keuangan dan dicerminkan oleh rasio-rasio keuangan yang meningkat, maka hampir dapat dipastikan bahwa segenap karyawan akan selalu menikmati reward yang baik.
Yang menjadi perhatian kita semua adalah bahwa diketahui adanya banyak keterbatasan dalam suatu laporan keuangan, diantaranya karena dalam laporan keuangan mengandung berbagai potensi distorsi yang ditimbulkan oleh standar akuntansi yang berbeda-beda. Atas dasar itulah mulai dipikirkan adanya suatu dasar penilaian kinerja yang baru, yang walaupun tetap menggunakan dasar dari laporan keuangan namun disertai dengan berbagai penyesuaian yang perlu agar diperoleh suatu nilai yang lebih dapat diandalkan.
Dengan hadirnya konsep Economic Value Added (EVA) yang dapat pula digunakan dalam menilai kinerja perusahaan, maka diharapkan bahwa penilaian kinerja perusahaan akan menjadi lebih fair. Dalam konsep EVA, kinerja suatu perusahaan dikatakan baik apabila laba usaha meningkat tetapi bukan disebabkan oleh peningkatan modal. Jika ada peningkatan modal, maka modal tersebut dapat diinvestasikan ke dalam suatu proyek yang menghasilkan pendapatan melebihi biaya modal, maka hal ini juga akan dapat meningkatkan nilai EVA. Peningkatan EVA juga dapat terjadi bila modal dialihkan dari aktivitas usaha yang tidak meliputi biaya modal.
Dan hasil penelitian atas kinerja Perum Pegadaian dengan konsep EVA ditemulan hasil bahwa untuk tahun 2002 sampai dengan 2005, nilai EVA menunjukkan nilai yang positif. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa sebenarnya perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
Pada akhirnya, penelitian ini sesungguhnya ingin mencari kaitan antara kesesuaian antara standar yang digunakan oleh perusahaan dalam mengukur kinerjanya dengan kondisi rill yang terjadi bila standar kinerja diukur menggunakan metode yang berbeda. Di tengah persaingan usaha yang semakin ketat, adalah bijaksana bagi perusahaan untuk mempertimbangkan metode pengukuran kinerja lain yang sesungguhnya telah umum dan digunakan bahkan oleh para pesaing usahanya.

A company's performance is the main matter concerned by the stakeholders. Many methods are applicable to assess this performance. Similarly, this is true with the performance of a state-owned company (BUMN), or the state?s pawnshop (Perum Pegadaian), in this case. Although, being a state-owned company with social liability toward the people, Perum Pegadaian has it?s own target as determined by the government, in order to measure the company's performance.
Presently, there are many BUMNs, including Perum Pegadaian, which incorporate their financial ratios as measurement value, such as ROA (Return On Assets) or ROl (Return On Investment). Through it's continuous increment of growth within the last 10 years, it's beyond doubt that some time in the future the performance of Perum Pegadaian, measured through financial ratios, will improve significantly.
One thing related very much with the result of performance measurement is the indemnity upon the efforts of the company members. As long as the performance is measured based only on the financial achievements as provided in the financial reports and reflected by the increased financial ratios, then its almost certain that all employees are going to enjoy good rewards.
What we all concern is that there found so many limitations in a financial report, some of those are because the report in question has potential distortion in it, due to different accounting standards applied. Based on this situation, a new performance evaluation base begins to be introduced where, though still based on financial reports; it's equipped with a number of adjustments needed in order to obtain more reliable values.
With the presence of EVA (Economic Value Added) concept, which is also applicable for evaluating a company's performance, it's expected that the evaluation against a company's performance will be fairer In EVA concept, a company's performance is said to be good if its profit increases not because of capital increase. When there's increment in capital, then it may be invested in a project with revenue greater than the cost of capital, and this in turn will increase the EVA value. Increment in EVA can also take place if the capital is taken back from any business activity not involving cost of capital.
Based on the study on the performance of Perum Pegadaian using the EVA concept, it 's found that for the years of 2002 until 2005, EVA values showed up positively. Out of this result, it's able to say that actually the company had succeeded create any added value.
To conclude, this study actually wants to find the relationship between the adjusted standard implemented by a company in measuring its performance and the real condition taking place, should the performance standard has been measured using a different method In the middle of keep on stricter business competition, it's wise for a company to consider another method of performance measurement generally applied and even used by its business competitors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Andriawati
"Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan agar kegiatan operasional perusahaan terus berjalan. Tanggung jawab perusahaan bukan hanya kepada pemilik dan karyawan namun juga pada pemegang saham .Pengukuran kinerja dan prestasi dapat diukur berdasarkan laporan laba rugi dan neraca perusahaan dengan menggunakan analisa rasio. Namun analisa rasio tidak mencerminkan keseluruhan data apakah perusahaan tersebut dapat menambah nilai perusahaan pada tahun tersebut. Untuk dapat mengukur nilai tambah yang diciptakan perusahaan maka dapat digunakan metode Economic Value Added (EVA). Pendekatan EVA merupakan salah satu alat penilaian kinerja perusahaan yang lebih mencerminkan nilai bisnis secara riil dengan mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah melakukan analisa perhitungan dengan enggunakan laporan keuangan perusahaan tersebut. Perhitungan dilakukan pada PT. ABC yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan kompetitor yang berada di industri yang sama. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PT. ABC merupakan perusahaan yang paling stabil dan mempunyai tingkat return yang paling tinggi dibandingkan dengan kompetitornya. Nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan juga paling tinggi ini dibuktikan dengan harga saham PT. ABC di bursa saham paling tinggi dibandingkan kedua kompetitornya. Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa selain analisis rasio, metode EVA merupakan metode yang efektif dalam mengukur kinerja perusahaan. Pendekatan EVA dapat dijadikan tolak ukur tingkat kestabilan perusahaan dan dapat dijadikan rekomendasi dalam melakukan investasi.

The main purpose of the company is to maximize the profit, thereupon the operation of the company will continue smoothly. The company`s responsibility is not limited only to the owner and the employee, but also to shareholder. Performance measurement can be calculated based on financial statement (i.e income statement and balance sheet) with Ratio analysis. However, the result of ratio analysis is not really reflected whether the management can increase the value added or not. In measuring the value added of the company we can use the Economic Value Added (EVA) Method. EVA is an estimate of true economic profit after making particular adjustment, including the opportunity cost of equity capital. The method can be used to value the performance of the company in real amount, so investor could be considered to use it to know the real information of the company. One of the way to measure the company`s performance is doing the financial statement analysis based on Financial Statement from PT. ABC and then compare to the competitor in the same industry. The result shows that PT. ABC is the most effective company and got the highest return on equity among the competitors. Also, PT. ABC successful in creating value added and its shown on the market price . PT ABC got the highest stock market price among the others. The conclusion from the calculation above is the effective method in measuring company performance is Economic Value Added. The EVA method can be used in justifying the company`s return and the imperturbability. The investment recommendation also can fulfill by the EVA method."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jany Candra
"Perkembangan pasar modal ekuitas yang sangat pesat, mengglobal, dan sernakin terintegrasi rnenyebabkan perhatian terhadap nilai pemegang saham berkembang sangat pesat dan mengglobal. Pada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat perhatian akan pentingnya nilai pemegang saham berawal dari gelombang akuisisi dan hostile take over yang menyadarkan para CEO akan bahaya dari pengabaian kepentingan pemegang saham. Sedangkan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia kesadaran akan pentingnya nilai pemegang saham didorong oleh kebutuhan akan modal yang salah satunya berasal dari investor pasar saham.
Ada banyak model yang dikemhangkan untuk membantu manajemen untuk menilai apakah kebijakan mereka telah memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, atau belum. Tetapi model yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan adalah model yang dikembangkan oleh G. Bennet Steward, dengan nama Economic Value Added (EVA). EVA adalah suatu konsep yang berusaha menjembatani kesenjangan antara perhitungan rugi laba yang atas dasar akuntansi dengan nilai pemegang saham yang sebenamya (true shareholder value). Konsep ini sebenanya bukan merupakan konsep yang baru, karena konsep ini didasari oleh konsep residual income yang didefinisikan sebagai operating profit dikurangi dengan charge. EVA adalab variasi dari residual income dengan penyesuaian pada cara menghitung pendapatan (income) dan capital. (Esa Makelinen, 1998).
Telah terdapat sangat banyak penelitian mengenai Economic Value Added. Topik yang paling menarik perhatian peneliti/ akademisi adalah bagaimana korelasi antara EVA dengan pergerakan Harga Saham. Hasil dari penelitian ini sangat beragam, ada yang menyatakan adanya korelasi yang signifikan dan ada juga yang tidak. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lenh dan Makhija (1996) terhadap 241 perusahaan di Amerika Serikat selama kurun waktu 1987,1988,1992 dan 1993, yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara EVA dengan return saham dan juga korelasi antara Return On Asset, Return On Equity atas return saham, tetapi EVA memiliki korelasi lebih kuat daripada ROA dan ROE.
Karya tulis ini bertujuan untuk menilal kinerja cabang PT.SAR dalam menciptakan nilai pernegang saham dengan menggunakan EVA sebagai parameter, mengidentifikasi variabel variabel yang berpengaruh terhadap nilai pemegang saham (value driver), dan menyarankan strategi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan penciptaan nilai pemegang saham.
Dari hasil analisa karya tulis ini akhirnya ditarik beberapa kesirnpulan sebagai berikut:
  1. Bila kinerja cabang hanya mendasar pada perhitungan profit/loss dan atau pertumbuhan tanpa mernpertimbangkan faktor shareholder value dapat menyebabkan cabang
    mengorbankan shareholder value untuk mengejar pertumbuhan yang tinggi.
  2. Walaupun secara relatif hasil perhitungan EVA antar cabang berkorelasi positif dengan laba rugi cabang yang bersangkutan, tetapi EVA dapat menunjukkan adanya shareholder value destruction yang tidak terlihat bila kinerja cabang hanya dianalisa atas dasar laba/rugi.
  3. Karena lebih dari 90% asset cabang adalah berupa kendaraan yang harus didepresiasi, maka pernilihan metoda perhitungan depresiasi atas asset kendaraan akan sangat mempengaruhi kinerja EVA suatu cabang. Secara teoritis sinking fund method merupakan metoda yang paling dapat menjelaskan realitas operasional PT.SAR, dan bila metoda sinking fund digunakan maka strategi pengadaan unit cabang akan sinergis dengan kebijakan kantor pusat yang mengharapkan komposisi unit kendaraan baru yang lebih dominan. Tetapi dari sudut tingkat kepraktisan maka metoda sinking fund masih sulit untuk dapat diterapkan.
  4. Strategi yang dapat digunakan oleh cabang untuk meningkatkan EVA adalah dengan meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan kualitas pelayanan yang Iebih baik, brand equity yang lebih kuat, dan hubungan dengan pelanggan yang lebih dekat, sehingga pelanggan menjadi tidak terlalu sensitive terhadap harga, rneningkatkan utilisasi unit dengan perencanaan penjualan dan stok yang akurat, efisiensi biaya perawatan kendaraan, optimalisasi staf yang ada, outsourcing untuk pekerjaan yang membutuhkan investasi mesin yang mahal tetapi utilisasi rendah, selektìf dalam memilih kontrak dan melanjutkan kontrak.
  5. Karena 15% dari customer menyumbang 85% dari perputaran usaha, maka evaluasi terhadap 15% pelanggan utama dengan menggunakan EVA dapat membantu cabang untuk meningkatkan kinerja EVA-nya.
Atas dasar kesimpulan di atas, penulis menyarankan penggunakan EVA sebagai indikator kinerja tambahan atas indikator kinerja yang telah digunakan selama ini, dan agar EVA sebagai indikator kinerja dapal efcktif, maka sistem kompensasi dan rewarding system dapat dikaitkan dengan kinerja cabang menurut EVA. Pada level operasional. cabang perlu lebih kreatif dalam menemukan cara-cara untuk rneningkatkan customer value dengan cost yang dapat dipertanggungjawahkan dengan perhitungan EVA. Selain itu cabang juga harus lebili selektif dalam mengevaluasi perjanjian kerja sama dan kontrak sewa jangan sampai kontrak ataupun customer yang diperoleh hanya menyebabkan penghilangan nilai pemegang saham. Dan akhirnya penulis menyarankan bahwa SAR perlu mengembangkan dan melatih Setiap lini cabang mengenai EVA dan maknanya terhadap daya saing perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D. Guntara Dwinugraha
"Kinerja perusahaan adalah hal yang sangat penting bagi pemilik perusahaan yaitu pemegang saham, arena modal yang ditanamkan berupa uang yang diinvestasikannya diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang sepadan secara berkesinambungan.
Terdapat beberapa pengukuran kinerja berdasarkan angka akuntansi dalam laporan keuangan yang selama ini umum digunakan dan merijadi tolok ukur kinerja seperti return on equity (ROE) atau return on investment (ROI). Kelemahan dari pengukuran dengan menggunakan accounting performance measurement tersebut antara lain adalah adanya berbagai macam metoda pencatatan yang diperkenankan, dan mempengaruhi laba sehingga menimbulkan distorsi ekonomis.
Hal lain adalah bahwa biaya modal sebenamya mencerminkan resiko yang dihadapi pemilik modal dalam melkukan investasinya dan karenanya penilaian kinerja yang memperhitungkan biaya modal selayaknya dipakai sehingga dapat diketahui apakah biaya modal tersebut dapat tertutupi oleh return yang didapat atau tidak.
Salah satu metode penilaian kinerja yang dikembangkan oleh Stem Stewart & Co dari Amerika Serikat adalah Economic Value Added (EVA), yang memiliki kelebihan antara lain dengan menghilangkan distorsi ekonomis dari standar akuntansi serta memasukan biaya modal kedalam perhitungannya sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melihat kemampuan penciptaan nilai tambah.
Jika pendekatan ROE atau ROI hanya sampai pada laba yang diraih maka EVA bergerak lebih lanjut mengurangi laba dengan biaya modal sehingga hasilnya adalah, manajemen maupun pemegang saham dapat lama-sama melihat dengan jelas apakah terjadi penciptaan nilai tambah (value added) ataukah sebaliknya. Jika EVA adalah positif maka berarti manajemen mampu menciptakan nilai tambah, memberikan peningkatan nilai kekayaan pemegang saham. Sebaliknya jika EVA adalah negatif maka itu menunjukan adanya pengurangan nilai (value) bagi pemegang saham.
Sampai dengan saat ini belum banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan perhitungan EVA guna mengukur kinerjanya, sehingga menjadi menarik untuk diteliti bagaimana sebenarnya gambaran kinerja suatu perusahaan apabila perhitungan EVA diterapkan. Untuk maksud tersebut maka sebuah perusahaan publik yang bergerak dibidang properti khususnya Pusat Perbelanjaan dari Hotel yaitu PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dipilih guna penelitian dalam karya akhir ini.
Darn hasil penelitian ini yang mencakup kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 menunjukan bahwa manajemen PT Plaza Indonesia Realty Tbk dapat dikatakan cukup memiliki kinerja yang baik pada tahun 2000, tahun 2001 dan tahun 2002 karena walaupun terdapat nilai EVA yang negatif pada tahun-tahun tersebut namun nilai negatif tersebut senantiasa terus mengkecil. Di tahun 2003 manajemen dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik karena berhasil menciptakan nilai tambah dengan adanya nilai EVA yang positif untuk tahun 2004 karena nilai EVA kembali negatif dan cukup signifikan maka dapat dikatakan terjadi penurunan kinerja manajemen.
Dengan dapat, terukurnya nilai tambah yang diciptakan oleh manajemen maka disarankan agar penilaian kinerja dengan pendekatan konsep EVA ini dapat digunakan untuk melengkapi metode penilaian kinerja lainnya yang selama ini telah dipakai oleh perusahaan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif bank bagi manajemen maupun pemegang saham.

Company performance is very significant for the owners, to wit, shareholders because they expect favorable and continuous return on investment.
Performance measured by accounting statement can be reflected by among others return on equity (ROE) or return on investment (ROI). The weakness of accounting performance measurement is caused by tolerance to various posting and recording methods thereby affecting profit and resulting in economic distortion.
Capital cost reflects risks the investor is pored to and therefore performance assessment which takes into account capital cost is advisable to learn whether or not the return is adequate to cover the capital cost.
Stern Stewart & Co. develops a performance assessment method so called Economic Value Added (EVA) which proves to be superior, among others, in eliminating economic distortion from accounting standard and including capital cost into the calculation. The result will indicate the potential to generate value added.
If ROE or ROI approach only goes as far as earning, EVA goes farther to earning less capital cost thereby allowing the management and shareholders to learn whether or not there is a generation of value added. If EVA is positive, the management is able to generate value added and increase the assets of the shareholders. Otherwise, there is a decrease in value to the shareholders.
There have not been many companies in Indonesia adopting the EVA method to measure their performance. Therefore it is interesting to study how EVA works on performance measurement to that end, a public company operating in property, particularly Shopping Center and Hotel, to wit, PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) - was selected to be the corpus of this most recent work.
The study reveals that from 2000 to 2004 PT Plaza Indonesia Realty Tbk. performed quite well in 2000, 2001 and 2002 despite the negative EVA The negative value has, however, been decreasing. In 2003, the management performed well because they managed to generate positive EVA. In 2004 the EVA was again negative significantly and its performance decreased.
Therefore EVA method is recommended in addition to the other measurement methods for more comprehensive idea to the management and shareholders.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusbardini
"Penelitian ini untuk menguji, pengukuran kinerja akuntansi pada EVA (Economic Value Added), RI (Residual Income), EBEI (Earning Before Extra Ordinary Item) dan CFO (Cash Flow Operating) yang memiliki kemampuan berbeda dalam menjelaskan perubahan Cumulative Abnormal Return (CAR), dan mengukur komponen EVA seperti Cash Flow Operating (CFO) Accrual, After Tax Interest Expenses (ATInt), Capital Charge (CapChg) dan Accounting . Adjesment (AcctAdj) yang memiliki hubungan berbeda dengan perubahan Cummulative Abnormal Return (CAR), serta komponen-komponen Economic Value Added (EVA) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan Comulative Abnormal Return (CAR).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah di Indonesia EVA memiliki korelasi yang kuat dibanding dengan pengukuran kinerja akuntansi Residual Income (RI), Cash Flow Operation (CFO), dan Earning Before Extra Ordinary Item (EBE1) terhadap perubahan Cumulative Abnormal Return (CAR), dan apakah komponen EVA lainnya seperti CFO, Accrual, ATInt, CapChg dan AcctAdj, memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perubahan CAR, serta apakah komponen EVA secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR
Alat yang dipergunakan dalam pengujian hipotesa adalah model regresi sederhana dan regresi berganda. Pengujian hipotesa berdasarkan nilai P dari masing-masing koefisien parameter dengan membandingkan antara t tabel dan t hitung serta F tabel dan F hitung. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran kinerja akuntansi EVA, RI, CFO, EBEI serta komponen EVA seperti Accrual, ATInt, CapChg, dan AcctAdj yang diperoleh dari laporan keuangan dari tahun1993 sampai tahun 1996. Sedangkan variabel dependennya adalah cumulative abnormal return (CAR).yang diambil dari perubahan indek harga saham harian dan indek harga saham gabungan untuk 40 saham perubahan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEd) periode tahun 1993 sampai tahun 1996 dengan menggunakan pendekatan Market Model.
Hasil analisa menunjukkan ukuran kinerja EVA, RI, EBEI dan CFO, memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan perubahan CAR. Sedangkan EBEI merupakan ukuran kinerja yang memiliki kemampuan yang paling besar. Untuk komponen EVA yang memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR adalah CapChg dan AcctAdj. Sedangkan CFO, Accrual dan ATInt tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR, karena adanya multikolinearitas pada variabel CFO dan Accrual. Selanjutnya komponen EVA secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan CAR.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Marzuli
"Selama ini, tolok ukur kinerja perusahaan di Indonesia yang umum digunakan adalah metode rasio profitabilitas. Boleh jadi, tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan adalah tinggi. Padahal, dibalik analisa tradisional ini memungkinkan banyaknya rekayasa finansial dan struktur keuangan yang bertujuan agar perusahaan selalu terlihat baik bagi shareholder. Diperkenalkan oleh lembaga konsultan Stern Steward Management Services, pada dekade 1990-an, Economic Value Added (EVA) dinilai lebih mencerminkan nilai bisnis yang sebenarnya dengan mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. EVA mengukur apakah laba operasi cukup dibandingkan dengan total biaya modal yang terpakai. Keunikan EVA adalah memasukkan biaya modal sebagai faktor-faktor resiko bisnis dan biaya investasi/penggunaan modal yang mencerminkan kondisi pasar yang sedang terjadi. Selain itu, EVA juga disusun untuk menghilangkan distorsi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga hasil EVA lebih akurat dalam menghitung keuntungan yang sebenarnya. Kesimpula pada penelitian ini adalah, pada suatu periode, perusahaan menghasilkan pengembalian (ROE, ROA, ROI) yang positif dan memperoleh nilai sisa (RI) dari target pengembalian minimum perusahaan. Tetapi dengan eva, ternyata hasil kinerja keuangannya buruk. Jelas eva bisa membuat penilaian perusahaan menjadi lebih akurat karena memasukkan faktor biaya modal dan penyesuaian terhadap prinsip akuntansi yang ada."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara efektifitas dewan komisaris dan direksi terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan ukuran PBV. Kriteria efektifitas dewan komisaris dan direksi diwakili oleh variabel komposisi dewan, fungsi dewan, dan penilaian mandiri dewan. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 34 perusahaan BUMN yang terdaftar di IDX untuk tahun penelitian 2005 - 2008 dengan menggunakan motode analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa variabel komposisi dewan komisaris dan direksi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel fungsi dewan komisaris dan direksi terbukti berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun variabel evaluasi mandiri dewan berpengaruh negatif terhadap PBV
The purpose of this study is to examine the effect of board effectiveness on firm value measured using PBV. Board effectiveness is represented by variable board composition, board function, and board self evaluation. The Sample consist of 34 BUMN companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005 - 2008, using multiple regression.
The result of this study show that the board composition do not have significant effect on the value of the firm. While, board function significantly have positive effect on the value of the firm. But board self evaluation have significant and negative effect on PBV.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswohady
"Penelitian ini menguji pengaruh Residual Income (RI), Economic Value Added (EVA), dan ukuran kinerja konvensional Net Operating Profit after Tax (NOPAT) terhadap Market Value Added (MVA) dan penciptaan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil observasi terhadap data dari 491 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), penelitian ini melakukan uji konten informasi relatif (relative information content test) dan uji konten informasi inkremental (incremental information content lest) yang sebelumnya dikembangkan oleh Biddle G.C., et al (1997).
Uji konten informasi relatif bertujuan untuk menjelaskan bahwa EVA dan RI lebih memiliki relevansi nilai dalam menjelaskan MVA dibanding NOPAT. Sementara uji konten informasi inkremental bertujuan untuk menjelaskan apakah komponen-komponen spesifik yang membentuk EVA dan RI yaitu Capital Charges (CapChg) dan Accounting Adjustments (AccAdj) menambah konten informasi kepada NOPAT dalam menjelaskan nilai MVA.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa EVA and RI konten informasi relatif yang lebih baik dibanding NOPAT dalam menjelaskan nilai MVA. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa komponen spesifik yang membentuk EVA and RI menambah konten informasi kepada NOPAT.

This study examines the influences of Residual Income (RI), Economic Value Added (EVA), and conventional performance measure Net Operating Profit after Tax (NOPAT) to the Market Value Added (MVA) and company's value creation. Based on 491 observations of companies listed in Jakarta Stock Exchange (BE]) and Surabaya Stock Exchange (BES), I conduct a relative information content test and incremental information content test developed by Biddle G. C., et al (1997).
The relative information content test aims to illuminate whether EVA and RI are more value-relevant to MVA than NOPAT. Incremental information content test, on the other hand, aims to examine whether components specific to EVA and RI i.e. Capital Charges (CapChg) and Accounting Adjustments (AccAdj) are adding information content to NOPAT in explaining MVA.
The main results suggest that EVA and RI have superior relative information content than NOPAT in explaining MVA. The study also finds out those components specific to EVA and RI are adding information content to NOPAT.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>