Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan guna mendukung pelayanan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Sebagai salah satu upaya peningkatan pelayanan mutu kesehatan di Puskesmas, maka diperlukan penyediaan obat emergensi. Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan. Obat emergensi merujuk pada obat-obatan yang bersifat life saving dan diperlukan segera untuk pertolongan pasien. Ruang bersalin merupakan salah satu unit pelayanan di puskesmas yang menyediakan obat emergensi, sehingga dalam meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan maka dibutuhkan pengelolaan obat emergensi yang baik. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin puskesmas kecamatan pasar rebo dalam aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis obat emergensi yang tersedia di ruang rawat bersalin dan mengetahui pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin. Metode yang dilakukan ialah melakukan pendataan jenis-jenis obat emergensi dan melakukan observasi terkait pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kegiatan dalam pengelolaan obat emergensi ruang rawat bersalin sudah memenuhi regulasi yang ada namun kegiatan penyimpanan dan pemantauan pengelolaan obat emergensi belum memenuhi kriteria dalam regulasi.

Pharmaceutical services are essential components of health centers, dedicated to enhancing healthcare initiatives. These services encompass direct patient care through pharmaceutical preparations, aiming to tangibly enhance patients' quality of life. The management of pharmaceutical preparations and consumable medical materials is a pivotal activity outlined in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016. Within public health centers, the provision of emergency medicines is paramount to addressing medical crises swiftly. Emergency services encompass urgent medical interventions that save lives and prevent disability, often involving the immediate administration of life-saving drugs. The delivery room, a pivotal unit within health centers, plays a pivotal role in administering such emergency medicines. Efficient management of emergency drugs is crucial for elevating healthcare quality, particularly in emergency scenarios. Effective emergency drug management is pivotal to ensuring swift and sufficient responses to medical emergencies. The study underscores the necessity for enhancing certain facets of emergency drug management, emphasizing compliance with regulations and standards to optimize patient care within Pasar Rebo Health Center's maternity ward. This study evaluates the management of emergency drugs within Pasar Rebo Health Center's maternity ward, focusing on planning, requesting, receiving, storing, distributing, controlling, recording, reporting, monitoring, and evaluating aspects. The study aims to identify available emergency drug types and assess overall management practices. Data collection and observations were employed. While numerous aspects of emergency drug management conform to regulatory standards, deficiencies emerged in storage and monitoring procedures, failing to meet specified criteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Permana
"ABSTRAK
Nama : Hendrik PermanaProgram Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul : Kesiapsiagaan dan Manajemen Kegawatdaruratan Rumah Sakit UmumPasar Rebo Jakarta Timur Dalam Menghadapi Keadaan DaruratKebakaranKejadian kebakaran rumah sakit masih merupakan salah satu bencana yang cukup tinggibaik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kegagalan dalam merespon keadaandarurat kebakaran dapat menimbulkan kerugian yang besar bahkan kehilangan nyawa.Sumberdaya manusia yang ada, struktur organisasi, tingkat kompleksitas bangunan,karakteristik pasien, masing masing membawa potensi bahaya yang harus dikeloladengan baik. Sehingga diperlukan usaha secara berkelanjutan untuk memastikan semuakaryawan RS, sarana dan prasarana serta manajemen dapat merespon keadaan daruratkebakaran dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambarankesiapsiagaan dan manajemen kegawatdaruratan Rumah Sakit Umum Pasar Reboterhadap bahaya kebakaran.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan melihat gambaranpersepsi karyawan terhadap tanggap darurat, kemudian mengevalusi sistem proteksikebakaran rumah sakit terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta, Peraturan Menteri danNFPA, selanjutnya menilai indeks keselamatan RS menggunakan hospital safety indeksdari WHO tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada gedung B 8 lantai dan gedung D 7 lantai 1 Basement di Rumah sakit Pasar Rebo Jakarta Timur.Hasil penelitian mengambarkan mayoritas responden 67,7 mempunyai persepsi baikterhadap tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Pasar Rebo. Kebijakan rumah sakit,komitmen manajemen dan pentingnya simulasi serta pelatihan kebakaran merupakanhal yang berhubungan secara signifikan untuk meningkatkan persepsi baik karyawanterhadap tanggap darurat kebakaran RS.Nilai sistem proteksi kebakaran gedung B sebesar 78,5 sesuai dengan standar,sedangkan gedung D 64,5 sesuai dengan standar. Komponen kritikal yang perluixUniversitas Indonesiamendapatkan perhatian pihak rumah sakit agar meningkatkan pemenuhan standar yangada adalah perbaikan instalasi pompa kebakaran pada gedung D, kompartemenisasiruang pada gedung, Penghalang api dan asap pada gedung, Perlindungan bukaanvertikal, akses pemadam kebakaran ke lingkungan rumah sakit dan ruang pengendalianoperasi.Hasil perhitungan indeks keselamatan Rumah Sakit Pasar Rebo secara keseluruhanberada pada nilai 0,70 kategori A artinya Rumah Sakit Pasar Rebo dapat melindungimanusia di dalamnya dan dinilai dapat tetap berfungsi dalam situasi bencana.Komponen yang perlu mendapatkan perhatian RSUD Pasar Rebo guna meningkatkanindeks keselamatan rumah sakit adalah perbaikan dalam elemen-elemen manajemenkegawatdaruratan dan bencana.Kata kunci: kesiapsiagaan; kebakaran; Rumah saki

ABSTRACT
Name Hendrik PermanaStudy Program Master of Occupational Safety and HealthTitle Emergency Preparedness and Management of Pasar Rebo GeneralHospital East Jakarta in Facing Fire EmergencyHospital fire incident is still one of the high disaster in both domestic and abroad.Failure to respond to a fire emergency can result in large losses and even loss of life.Existing human resources, organizational structure, level of building complexity, patientcharacteristics, each carrying potential dangers that must be managed properly. It istherefore necessary to continuously make efforts to ensure that all hospital employees,facilities and infrastructure, and management can respond to a fire emergency situationwell. This study aims to determine the description of preparedness and management ofPasar Rebo Hospital 39 s against fire hazard.This research is a descriptive analysis study by looking at the employee 39 s perception ofthe emergency response, then evaluating the hospital fire protection system to the DKIJakarta Regulation, the Minister of Public Works and NFPA Regulation, then assessingthe hospital safety index using WHO hospital safety index in 2015. This Research isdone in Pasar Rebo Hospital of East Jakarta, covering building B 8 floor building andbuilding D 7 floor 1 Basement building .The result of the research shows that the majority of respondents 67,7 have goodperception on fire emergency response in Pasar Rebo General Hospital. Hospitalpolicies, management and simulation commitments and fire training are important toimprove employee perceptions of hospital fire emergency response.Building fire protection system B 78.5 in accordance with the standard, while buildingD 64.5 in accordance with the standard. Critical components that need to get thehospital 39 s attention to improve compliance with existing standards include repair of firepump installations in Building D, compartmentalization of building space, Fire barriersand smoke on buildings, Vertical openings protection, fire fighting access to hospitalenvironment and control rooms operation.xiUniversitas IndonesiaThe result of the hospital safety index calculation of Pasar Rebo Hospital as a whole isat a value of 0.70 category A meaning that Pasar Rebo hospital can protect people in itand be assessed to remain functioning in disaster situations. The components that needto get the attention of Pasar Rebo Hospital to improve the hospital safety index areimprovements in emergency and disaster management elements.Keywords preparedness fire hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Astuti
"Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitatif. Pelayanan kefarmasian di puskesmas mencakup pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP). Kehadiran apoteker di puskesmas sangat penting untuk meningkatkan mutu dari pelayanan kefarmasian. Penelitian menunjukkan beberapa puskesmas belum memiliki apoteker, sehingga pelayanan farmasi tidak sesuai. Pengelolaan bahan medis habis pakai yang tidak sesuai akan mengakibatkan banyaknya barang yang kadaluwarsa dan tumpang tindih anggaran.  Penelitian ini akan mengevaluasi pengelolaan BMHP di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan evaluasi. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan observasi dan wawancara terhadap apoteker penanggung jawab yang kemudian dibandingkan dengan pedoman kementerian kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian rata-rata BMHP yang tersedia dari masing-masing unit sebesar 87,745%. Perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, administrasi, dan evaluasi BMHP telah memenuhi aspek standar kementerian kesehatan tentang puskesmas. Pendistribusian ke unit-unit dilakukan berdasarkan permintaan, tetapi belum terjadwal dengan baik. Pengendalian dilakukan untuk mencegah kekosongan atau kelebihan stok, namun belum ada evaluasi langsung ke setiap unit. Pengelolaan BMHP perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanan.

Puskesmas are health facilities that provide promotive, curative, preventive, and rehabilitative services. Pharmaceutical services at puskesmas include the management of drugs and consumable medical materials (BMHP). The presence of pharmacists in health centers is very important to improve the quality of pharmaceutical services. Research shows that some health centers do not yet have pharmacists, so pharmaceutical services are not appropriate. Inappropriate management of consumable medical materials will result in many expired items and overlapping budgets.  This study will evaluate the management of BMHP at Puskesmas Pasar Rebo District, including planning, receiving, storing, distributing, controlling, destroying, and evaluating. The research was conducted qualitatively with observations and interviews with the pharmacist in charge which were then compared with the ministry of health guidelines. The results showed that the average suitability of BMHP available from each unit was 87.745%. Planning, requesting, receiving, storing, administering, and evaluating BMHP have fulfilled aspects of the ministry of health standards regarding health centers. Distribution to units is carried out based on requests, but not yet well scheduled. Control is carried out to prevent vacancies or excess stock, but there is no direct evaluation to each unit. BMHP management needs improvement to increase efficiency and quality of service.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonny Bambang Sri Pitoyo
"Kebakaran merupakan Salah satu bencana yang memerlukan tindakan penanganan secara cepat dan tepat. Semakin oepat dan tepat penanganan bencana kcbakaran, maka kerugian (baik kerugian berupa hilangnya nyawa, cederanya manusia maupun kemgian materiil) yang timbul akibat kebakaran ini akan semakin kccil. Tidak terkecuali apabila bencana kebakaran teriadi di rnunah sakit. Penanganan bencana kebalcaran di rumah sakit meliputi dua kegiatan besar, yaitu kegiatan pemadaman kebakaran itu sendiri dan kegialan kedua adalah tindakan evakuasi terhadap penghuni gedung apabila ternyata lrebakaran tidak dapat Iagi diatasi. Agar kedua kegiatan tersebut dapat berialan dengan cepat, maka scmua sumber daya di mmah sakit tersebut harus dapat beriimgsi dengan baik, dengan cara penetapan masing-masing tugas dan tanggung jawab pada sumber daya manusia yang ada, serta kesiapan dan ketersediaan sumber daya peralatan yang memadai. Penetapan tugas dan tanggung jawab pada sumber daya manusia serta ketersediaan sumber daya peralatan yang memadai ini harus dicakup dalam satu program, yaitu program tanggap darurat kebakaran.
Melalui tesis ini, penuEs akan mengembangkan suatu program tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur, sehingga scmua sumber daya manusia dan sumber daya peralatan dapat mengatasi bencana kebakaran apabila tenjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur. Dalam pengembangan program tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, penulis akan menggunakan metodologi operation research dcngan pendekatan studi kualitatiil dimana input didapat dari wawancara, penelaahan dokumen resmi dan pengamatan langsung di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Sebelum mendapatkan suatu output berupa program tanggap darurat kebakaran, akan dilakukan analisa terhadap ketersediaan sumber daya manusia maupun sumber daya peralatan berdasarkan standard yang ada., yaitu NFPA 99 clan NFPA 101.
Studi ini menghasilkan kesimpulan bahwa iilosofi "bertahan di tempat" apabila teqjadi kebakaran yang sebenamya dirokemendasikan oleh NFPA 101 terhadap pcnghuni rumah sakit tidak dapat dilaksanakan di Rurnah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Artinya, tindakan evalcuasi secara vertikal ke bawah hams dilakukan. Sumber daya manusia maupun sumber daya peralatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo guna menghadapi bencana kebakaran belum teroganisasi secara baik. Dalam rangka pengorganisasian menghadapi bencana kebakaran di Rurnah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, program tanggap darurat kebakaran harus disiapkan sebagai prosedur dasar penanganan bencana kebakaran. Salah satu usulan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo adalah dengan membentuk beberapa regu yang akan rnenangani pemadarnan kebakaran maupun melakukan tindakan evakuasi. Regu ini akan bertindak sesuai dengan tiga tingkatan bencana kebakaran yang texjadi. Sedangkan sumber daya peralatan untuk evakuasi rnasih memerlukan beberapa perbaikan agar dapat sejalan dengan persyaratan NFPA 99 dan NFPA; 101.

Fire is one of the disasters requiring quick and accurate handling. The quicker and the more accurate the handling of ire, the lesser the losses will be (either those in the form of loss of life, human injury or material loss)Not excluding cases of fire disaster occurs at a hospital. The handling of fire at a hospital includes two major activities, namely the iire extinguishing activity and the second one is evacuation of people inside the building if the fire turns out to be no longer surmountable. .To ensure the expeditious performance of the two activities, all resources at the hospital must be able to function properly, by determining the respective duties and responsibilities of the existing human resources as well as preparing and providing sirtlicient equipment resources. The determination of duties and responsibilities of human resources as well as the provision of suflicicnt equipment resources must be included in one program, namely 'tire emergency response program.
By writing this thesis, I will develop a tire emergency response program at Pasar Rebo Regional General HospitaL East Jakarta, so that all human and equipment resources can surmount tire disaster whenever it occurs at Pasar Rebo Regional General Hospital, East Jakarta. In developing theire emergency response program at Pasar Rebo Regional General Hospital, I will apply operation research methodology with qualitative study approach, in which inputs are obtained from interviews, assessment on oiiicial documents and direct observation at Pasar Rebo Regional General Hospital. Before yielding an output in the form of fire emergency response program, an analysis on the availability of human and equipment resources will be conducted based on the existing standards, namely NFPA 99 and NFPA 101.
This study yields a conclusion that thc philosophy of "remaining at place" in the event of iire which is actually recommended by NFPA l0l to patients and people existing at a hospital can not be implemented at Pasar Rebo Regional General Hospital. This means that top down vertical evacuation must be conducted. Human and equipment resources at Pasar Rebo Regional General Hospital for handling 'tire have not been properly organised. For organising activities in response to fire disaster at Pasar Rebo Regional General Hospital, tire emergency response program must be prepared as a basic procedure for handling fire disaster . One of the recommendations to Pasar Rebo Regional General Hospital is to fonn several groups, which will handle Ere extinguishing and conduct the evacuation. These groups will act in accordance with the three levels of fire disaster. Whereas the equipment resources for evacuation still need some improvements so that they can meet the requirements of NFPA 99 and NFPA 101.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Edwatri Maulia
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus kegawatdaruratan di puskesmas. IGD memiliki peranan penting dalam upaya penanganan awal bagi pasien Pada pelayanan kegawatdaruratan diperlukan adanya emergency trolley. Emergency trolley adalah penyimpanan obat-obat ataupun bahan medis pakai yang bersifat life saving dan diperlukan segera untuk pertolongan pasien yang mengalami kegawatdaruratan medis. Dalam hal ini apoteker bertugas dalam menyediakan obat-obat emergency dalam trolley emergency. Pada Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) puskesmas, lokasi yang digunakan yaitu Puskesmas Kecamatan Matraman yang terletak di Jakarta Timur. Puskesmas Kecamatan Matraman merupakan unit pelayanan kesehatan primer yang menjadi sarana utama bagi masyarakat untuk berobat, sehingga diharapkan dengan diketahuinya gambaran kasus kegawatdaruratan dapat membantu masyarakat ataupun tenaga kesehatan mengenai kasus-kasus kegawatdaruratan yang dapat terjadi di puskesmas. Metode yang digunakan untuk penyusunan laporan PKPA yaitu dengan mewawancari petugas yang bekerja di UGD puskesmas dan pencarian literatur mengenai kasus kegawatdaruratan. Kasus kegawatdaruratan di Puskesmas adalah keracunan makanan, serangan asma, sindroma koroner akut, dan syok anafilaktik.

Emergency Room (ER) as the main gateway for handling emergency cases at the health center. The ER has an important role in initial treatment efforts for patients. In emergency services, an emergency trolley is needed. An emergency trolley is a storage for medicines or disposable medical materials that are life-saving and are needed immediately for the assistance of patients experiencing medical emergencies. In this case, the pharmacist is responsible for providing emergency medicines in the emergency trolley. In the Pharmacist Professional Work Practice of the health center, the location used is the Matraman District Health Center located in East Jakarta. The Matraman District Health Center is a primary health service unit that is the main facility for the community to seek treatment, so it is hoped that by knowing the description of emergency cases, it can help the community or health workers regarding emergency cases that can occur in the health center. The method used to compile the PKPA report is by interviewing officers who work in the health center's emergency room and searching for literature on emergency cases. Emergency cases at the Health Center are food poisoning, asthma attacks, acute coronary syndrome, and anaphylactic shock.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Yasin
"Kecelakaan besar dalam industri minyak dan gas bumi meskipun relatif jarang terjadi namun sering bersifat katastropik, yang menyebabkan kematian pada pekerja dalam jumlah besar, kerusakan aset perusahaan yang bernilai tinggi dan pencemaran lingkungan. Meskipun penyebabkan utama kecelakaan sering disebabkan oleh faktor manusia, namun kegagalan manajemen tanggap darurat dalam menangani kecelakaan, memberikan kontribusi besar yang menyebabkan kecelakaan lebih parah dan kerugian semakin besar. Kesiapan manajemen tanggap darurat pada operasi hulu minyak dan gas mutlak diperlukan dalam upaya mempersiapkan penanganan setiap kecelakaan dan kondisi darurat. Dalam upaya untuk terus menjaga tingkat kesiapan dan efektifitas manajemen tanggap darurat secara regular perlu dilakukan proses evaluasi.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan melakukan evaluasi sistem sistem manajemen tanggap darurat di perusahaan hulu minyak dan gas yang beroperasi di laut dalam, dengan ketentuan pada National Fire Protection Association (NFPA) 1600 edisi 2013. NFPA 1600 edisi 2013 telah menyediakan proses evaluasi secara lengkap dan mandiri yang bisa diaplikasikan terhadap sistem manajemen tanggap darurat baik pada perusahaan maupun pemerintahan. Proses evaluasi menggunakan sepuluh elemen dari tahap implementasi tanggap darurat yang meliputi, rencana persyaratan umum, pencegahan ,mitigasi, informasi umum dan komunikasi krisis, peringatan pemberitahuan dan komunikasi, prosedur operasi, manjemen insiden, operasi tanggap darurat, rencana kelangsungan bisnis dan pemulihan, serta bantuan dan dukungan kepada karyawan.
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi sebagian besar ketentuan yang berlaku. Perusahaan juga telah memiliki sumber daya, infrastruktur dan prosedur yang diperlukan dalam penanganan tangap darurat. Namun pemahaman para pekerja dilapangan terhadap prosedur, peran dan tanggung jawab dalam melaksanakan operasi tanggap darurat masih kurang. Perusahaan perlu mempertimbangan sumber daya external dalam mendukung operasi darurat sehubungan kondisi operasi yang terpencil. Dalam business continuity plan, perusahan perlu mempertimbangkan alternatif tempat bekerja, untuk membantu proses pemulihan pada saat terjadi ganguan operasi. Sehubungan letak geografis fasilitas operasi yang berada di jalur laut bebas, perusahaan perlu mempertimbangkan risiko dan membuat strategi mitigasi yang tepat terhadap potensi bahaya dari operasi kapal dan nelayan pada fasilitas operasi.

Major accidents in the oil and gas industry is relatively rare, but it was cause catastrophic incident which lead fatality, assets and environmental loss. Although major of cause is human factors, but the failure of emergency management is part of major contribution that cause increasing severe of accidents and loss. The readiness of emergency management in upstream oil and gas operations is important to response emergencies. In order to continue maintain the level of readiness and effectiveness of emergency management, it is necessary to perform evaluation on regular basis.
In this paper the authors conducted research to evaluate emergency management system in the upstream oil and gas company that located in the depth water area, with the requirement from the National Fire Protection Association (NFPA) 1600, 2013 edition. NFPA 1600 edition 2013 has provided self- assessment that can be applied to emergency management system both at the company and government. The evaluation process uses the ten elements of the implementation phase that consist: common plan requirements, prevention, mitigation, crisis communication and public information, warning, notification and communications, operational procedures, incident Management, emergency operations, business continuity and recovery, and employee assistance and support.
From the research, shown that the company has not been fully complied with requirement of the NFPA 1600, 2013 edition. The Company has the resources, infrastructure and procedures that needs to address emergencies, but the understanding of the workers in the field related the procedures, roles and responsibilities in implementing emergency response need to be improved. Company need to consider external resources to support emergency operations. In The business continuity plan, companies need to consider alternative work place, to support the recovery process while interruption of operations occurred. Due to current position of facilities is located on international shipping line , the company need to develop appropriate mitigation strategies to address risk related ship that passed around facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubaidiyah Diagusdin Fauzi
"Penelitian ini membahas tentang sistem tanggap darurat yang Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2016 mengacu pada pedoman tanggap darurat yang dimiliki K3L UI atau NFPA 1600 edisi 2016. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan disain deskriptif analitik.
Hasil penelitian ini diperoleh dari wawancara semi-terstruktur, telaah dokumen terkait, serta observasi tempat penelitian. Dari 6 elemen yang diteliti, didapatkan hasil dengan total rata-rata kategori "Terpenuhi" yaitu 37,61%, kategori "Tidak Terpenuhi" yaitu 50,85%, dan kategori "Tidak Tersedia" yaitu 12,01%.

This research is conducted in order to assess conformity of Faculty of Health Sciences Universitas Indonesia‟s emergency response system in accordance with the existent emergency response guidance by K3L UI. This is a qualitative research with descriptive analytic design.
The result of this research is obtained from semi-structured interview, review of related documents, and observation of research location. Out of all six elements that has been assessed, results are obtained with total average of "Conforming" category is 37,61%, "None Conforming" category is 50,85%, and "Not Available" category is 12,01%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Amelia
"Common Cold atau pada umumnya disebut sebagai Batuk Pilek merupakan penyakit yang sering dialami semua orang. Dalam pengobatan suatu penyakit, diperlukan kerasionalan penggunaan obat. Indikator pemantauan Penggunaan Obat Rasional (POR) di sarana pelayanan kesehatan Indonesia dilihat dari persentase peresepan, salah satunya peresepan antibiotik pada diagnosis penyakit ISPA Non- Pneumonia dengan batas toleransi keberterimaan sebesar 20%. Tugas khusus ini berutjuan untuk Mengevaluasi kesesuaian penggunaan antibiotik pada penyakit common cold di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dengan batas toleransi POR. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilakukan dengan desain penelitian cross sectional secara retrospektif. Dari studi ini diketahui pelaksanaan Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dalam peresepan antibiotik terhadap penyakit Common Cold sudah sesuai dengan ketentuan Penggunaan Obat Rasional (POR) karena jumlah peresepannya masih masuk di bawah batas toleransi, yaitu kurang dari 20%.

Common Cold or commonly referred to as Cold Cough is a disease that is often experienced by everyone. In the treatment of a disease, rational use of drugs is needed. Monitoring indicators for Rational Drug Use in Indonesian health care facilities are seen from the percentage of prescriptions, one of which is the prescription of antibiotics for Non-Pneumonia ISPA with a tolerance limit of 20%. This report aims to evaluate the suitability of the use of antibiotics in common cold diseases at the Pasar Rebo Public Health Center with Rational Drug Use tolerance limits. The research method used was a retrospective cross-sectional study design. From this study it is known that the implementation of the Pasar Rebo Public Health Center in prescribing antibiotics for Common Cold disease is in accordance with the provisions of Rational Drug Use because the number of prescriptions is still below the tolerance limit, which is less than 20%."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Arif Zulkarnain
"ABSTRAK
Keadaan darurat bisa diartikan dalam beberapa definisi yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang dan konteks kejadiannya. Akan tetapi pada dasarnya semua mengandung pengertian yang sama, yaitu suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang dapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda dan lain-lain. Penelitian ini membahas Implementasi Sistem mangemen Tanggap darurat pada industri petrokimia di PT "X". Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan implementasi sitem manajemen tanggap darurat untuk mengetahui upaya pengendalian yang sudah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan diskusi mendalam dengan pihak pihak terkait tanggap darurat, observasi lapangan dan melakukan kajian dokumen terhadap implementasi sistem tanggap darurat yang telah diaplikasikan. hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan perlu mengembangkan prinsip perencanaan kelangsungan bisnis. Hasil penelitian menyarankan bahwa organisasi perlu meningkatkan kapasitasnya utnuk mengelola recovery insiden dengan lebih baik. Perusahaan perlu opsional emergency control room untuk lokasi cadangan untuk mendirikan Pusat Mangemen Insiden. Perusahaan juga perlu meningkatkan program pelatihan untuk keluarga karyawan utnuk meningkatakan kesadaran kondisi emergency dan bagaimana meresponnya

ABSTRACT
Emergency can be assumed as various definition depends on the background and the case. Basicly its have same meaning, unplanned condition occur can be dangerous for people life and health, asset property damage and environment. This study discusses about Emergency Response Sistem Mangemen Implementation in the petrochemical industri in PT "X". The purpose of this study is to describe the implementation of emergency response manajement sistem to determine control measures have been carried out. This study is a qualitative research with descriptive design. Data collected by in-depth discussions with the relevant parties to emergency response, field observations and conduct a document review of the implementation of an emergency response sistem that has been applied. Research results indicate that companies need to develop the principle of business continuity planning to make sure its contionuity. The results of the study suggest that the organization needs to increase its ?X?acity separately manage insidents with better recovery. Companies need an optional emergency control room for the backup location to establish the Centre Mangemen insident. Companies also need to increase training programs for employees' families separately to greater awareness of the condition of emergency and how to respond it.;"
2016
T46689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis, Missouri: Mosby, 1983
616.025 EME
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>