Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Sylvarizky
"Lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan dan dijual secara tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Penggunaan obatobatan yang berlebihan, kurang atau bahkan disalahgunakan dapat mengakibatkan pemborosan dan meluasnya bahaya kesehatan. Dalam memastikan penggunaan obat yang rasional diperlukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) untuk menilai apakah obat tersebut digunakan secara rasional. EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif demham melakukan evaluasi POR, dan secara kuantitatif dnegan metode ATC-DDD serta DU90%. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Juli – Desember Tahun 2020 secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penilaian secara kuantitatif dan penilaian secara kualitatif. Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan dengan eksklusi berdasarkan nilai DDD, didapatkan sebanyak 79 jenis obat dan diperoleh nilai DDD sebesar 1.4999.903,6 dengan jumlah DDD terbesar yaitu amlodipin sebesar 488.910. Selain itu, terdapat 20 jenis obat yang berada dalams segmen DU90%. Sedangkan, secara kualitatif menggunakan beberapa indikator peresepean untuk tiga diagnosis penyakit, yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia, serta rerata obat yang diresepkan untuk tiga penyakit tersebut penggunaan obat dikatakan sudah rasional, , didapatkan nilai rata-rata Capaian Kinerja POR sebesar 102,41%.

More than half of all drugs worldwide are inappropriately prescribed, administered and sold and half of patients misuse drugs. Overuse, underuse, or even misuse of drugs can result in waste and widespread health hazards. A Drug Use Evaluation (DUE) is required to assess whether the drug is used rationally to ensure the rational use of drugs. EPO is a structured and qualitatively continuous drug use evaluation program that evaluates RDU and quantitatively with the ATC-DDD and DU90% methods. This special task aims to quantitatively determine the profile of drug use in the Kalideres District Health Center in July – December 2020 quantitatively and qualitatively. The research was conducted in two stages: quantitative and qualitative. The study's results quantitatively showed that with exclusion based on DDD values, 79 types of drugs were obtained, and DDD values were obtained of 1,4999,903.6 with the largest amount of DDD, namely amlodipine of 488,910. In addition, there are 20 types of drugs in the DU90% segment. Meanwhile, qualitatively using several prescribing indicators for three disease diagnoses, namely Non-Pneumonia ARI, Non-Specific Diarrhea, and Myalgia, as well as the average drug prescribed for the three diseases, the use of drugs is said to be rational, the average value of POR Performance Achievement is 102.41%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Meuthia Arifin
"Penggunaan obat rasional (POR) adalah proses peresepan yang tepat, dan pengeluaran obat untuk pasien yang tepat untuk diagnosis, pencegahan, dan pengobatan penyakit. Beberapa kriteria yang menyatakan apabila suatu penggunaan obat sudah rasional adalah jika pengobatan yang diterima oleh pasien sudah tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, dan tepat cara pemberian. Tetapi, masih terdapat fasilitas kesehatan yang belum menerapkan penggunaan obat rasional dalam prakteknya. Untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan kepada pasien telah sesuai / rasional, dapat dilakukan Evaluasi Penggunaan Obat yang merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau yang dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Laporan praktik kerja ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada tahun 2022 secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD dan Drug Utilization (DU) 90% dan secara kualitatif berdasarkan indikator Penggunaan Obat Rasional (POR). Hasil evaluasi penggunaan obat terbanyak secara kuantitatif adalah golongan obat antihipertensi, suplemen kesehatan, antidiabetes, antipiretik, antihistamin, hiperlipidemia, antibiotik, analgesik, obat pencernaan, serta pereda flu dan batuk. Hasil secara kualitatif sudah rasional dengan indikator capaian kinerja POR sebesar 104,48%.

Rational drug use is the process of prescribing, and dispensing drugs to appropriate patients for the diagnosis, prevention, and treatment of disease. Some criteria state if a drug use is rational are if the treatment received by the patient is the right diagnosis, right indication of the disease, right drug selection, right dose, and right method of administration. However, there are still health facilities that have not implemented rational drug use in their practice. To ensure that the treatment given to patients is appropriate, Drug Use Evaluation can be carried out which is an activity to evaluate the use of drugs to ensure that they are used according to indications, effective, safe and affordable which can be done qualitatively or quantitatively. This work practice report aims to determine the profile of drug use at the Kalideres District Health Center in 2022 quantitatively using the ATC / DDD method and Drug Utilization (DU) 90% and qualitatively based on indicators of Rational Drug Use (POR). The results of the evaluation of the use of the most drugs quantitatively are antihypertensive drugs, health supplements, antidiabetics, antipyretics, antihistamines, hyperlipidemia, antibiotics, analgesics, digestive drugs, and cold and cough relievers. Qualitative results are rational with a POR performance achievement indicator of 104.48%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg.

Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah
"Pukesmas adalah jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Evaluasi pemakaian obat di puskesmas, perlu dilakukan untuk melihat pemakaian obat telah sesuai indikasi dan aman untuk digunakan. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan mendapatkan gambaran terkait pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala terkait penggunaan obat. Tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui jenis obat yang sering digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai penggunaan obat periode Januari – Desember 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman. Setelah itu, data penggunaan obat dilakukan analisis dengan menggunakan metode ATC/DDD. Berdasarkan hasil pengolahan data, obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 46,1%. Obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 35,2%. Hal tersebut sesuai dengan penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Matraman, yaitu hipertensi dengan presentase 24,5%.

Puskesmas is a type of first-level health service facility that has an important role in the national health system. Pharmaceutical service standards at community health centers include management standards for pharmaceutical preparations, consumable medical materials, and clinical pharmacy services. Evaluation of drug use in community health centers needs to be carried out to see that drug use is according to indications and is safe to use. Medication Use Evaluation (EPO) is an activity to evaluate drug use, obtain an overview of drug use patterns in certain cases, and carry out regular evaluations regarding drug use. The purpose of creating this special assignment is to find out the types of drugs that are often used in the Matraman Sub-district Public Health Center and throughout the Matraman Subdistrict Community Public Health Center network. The implementation of this special task is carried out by collecting data regarding drug use for the period January – December 2022 at the Matraman Sub-district Public Health Center. After that, data was analyzed using the ATC/DDD method. Based on the results of data processing, the most widely used drug during 2022 at the Matraman District Health Center is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 46.1%. The most widely used drug in 2022 in the entire Matraman District Community Health Center network is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 35.2%. This is in accordance with the most common disease found in the Matraman Sub-district Public Health Center, namely hypertension, with a percentage of 24.5%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nur Aura Islami
"Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif wilayah kerjanya. Laporan tugas khusus ini memiliki tujuan untuk mengetahui tujuan dan sistem pelaporan Penggunaan Obat Rasional dan memperoleh serta mengevaluasi data Penggunaan Obat Rasional bulan Agustus 2022 pada Puskesmas Kelurahan Tengah yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati. Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan biaya yang terjangkau untuk pengobatan yang didapatkan masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya pada puskesmas. Indikator pencapaian POR di puskesmas meliputi persentase penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunana injeksi pada pasien myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan untuk ketiga diagnosis tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi data POR di Puskesmas Kelurahan Tengah periode Agustus – Oktober 2022, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik untuk pasien ISPA non pneumonia dan pasien myalgia dianggap rasional karena masing-masing persentase penggunaannya dibawah nilai maksimal persyaratannya, yaitu masing-masing ≤20% dan ≤ 1%. Sedangkan penggunaan antubiotik untuk diare non spesifik dianggao tidak rasional karena persentase penggunaannya tidak memenuhi persayaratan penggunaannya, yaitu ≥ 8%.

Puskesmas is a health service that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level, with more priority on promotive and preventive efforts in their working areas. This special assignment report has the aim of knowing the goals and reporting system for Rational Drug Use and obtaining and evaluating data on Rational Drug Use for August 2022 at the Puskesmas Kelurahan Tengah in the Kramat Jati District area. Rational Drug Use (POR) is a policy that aims to ensure effectiveness, safety, and affordable costs for treatment that the community gets at health care facilities, one of which is at the puskesmas. Indicators for achievement of POR at puskesmas include the percentage of antibiotic use in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea, the percentage of injection users in myalgia patients, and the average number of drug items prescribed for the three diagnoses. Based on the results of the recapitulation of POR data at the Puskesmas Kelurahan Tengah for the period August – October 2022, it can be concluded that the use of antibiotics for non-pneumonic ARI patients and myalgia patients is considered rational because the percentage of use for each is below the maximum requirement, namely ≤20% and ≤ respectively 1%. Meanwhile, the use of antibiotics for non-specific diarrhea is considered irrational because the percentage of use does not meet the requirements for use, namely ≥ 8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audrew Johnson Budianto
"Puskesmas berperan sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia dengan program-program seperti Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan, termasuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk memelihara kesehatan peserta BPJS Kesehatan dengan penyakit kronis. Penelitian ini mengevaluasi data resep pasien Poli PTM di Puskesmas Kecamatan Kalideres selama Januari dan Februari 2023 untuk memperoleh pola penggunaan obat dan pemenuhan obat pada pasien PROLANIS, dengan fokus pada pasien lanjut usia dan polifarmasi. Evaluasi menunjukkan penurunan penggunaan obat dan tekanan darah yang menandakan perbaikan kondisi pasien, serta tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan dianggap memuaskan.

The Public Health Center (Puskesmas) is a primary healthcare provider system in Indonesia, offering comprehensive healthcare services and government-mandated health programs such as Public Health Efforts and Individual Health Efforts. One of its managed programs is the Chronic Disease Management Program (PROLANIS), aimed at maintaining the health of BPJS Kesehatan participants with chronic diseases to achieve optimal quality of life while ensuring effectiveness and efficiency in healthcare service expenditures. This study evaluates prescription data from the Non-Communicable Disease (PTM) Clinic at Kalideres District Health Center during January and February 2023 to analyze medication usage patterns and compliance among PROLANIS patients, focusing on elderly patients and polypharmacy. The evaluation reveals a decrease in medication usage and blood pressure, indicating patient improvement, with satisfactory medication adherence observed among patients at Kalideres Public Health Center.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felmina Lathifatuzahra
"Penggunaan obat yang rasional memiliki peran yang sangat penting dalam tercapainya kesehatan pasien. World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat di dunia tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, maupun penjualannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rasionalitas penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis secara deskriptif dan inferensial dengan menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan sampel menggunakan metode retrospektif, dengan total sampel sebanyak 324 resep yang berasal dari bulan Januari-Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,79±1,04, rata-rata persentase peresepan obat generik adalah 99,76%, rata-rata persentase peresepan antibiotik 8,95%, rata-rata peresepan injeksi 0,31%, dan rata-rata persentase peresepan obat Formularium Nasional adalah 98,72%. Data menunjukkan bahwa penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada parameter rata-rata jumlah obat tiap pasien, peresepan obat generik, dan peresepan formularium di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok. Berdasarkan target yang ditetapkan WHO, penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok pada tahun 2019 belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan peresepan injeksi.

Rational use of drugs has a very important role to achieve patient health. World Health Organization (WHO) estimated more than 50% of all medicines were prescribed, dispensed, and sold inappropriately. This study was designed to evaluate rationality of drug use at three public health centers in Depok City based on WHO prescribing indicator. Descriptive and inferential analysis was performed using the cross-sectional method on the data obtained. A sample of 324 prescription written on January-December was obtained. The result showed that number of medicine was 3.79±1.04 per encounter, average percentage of medicines prescribed by generic name was 99.76%, average percentage encounters with antibiotic prescribed was 8.95%, average percentage encounters with injection 0.31%, and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary was 98.72%. Results showed that drug use at three public health centers in Depok City was still irrational except for antibiotic and injection use. There was significant difference (p<0.05) between public health centers on average drug prescribed , average percentage of medicines prescribed by generic name , and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary. Based on WHO , the use of drugs in three public helath centers in Depok City is not rational except for antibiotic and injection prescribing."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan sistem pelayanan kesehatan terintegrasi yang dilakukan secara proaktif dan terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan bagi penderita penyakit kronis, sehingga dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dengan biaya yang efektif dan efisien. Pemantauan Terapi Obat (PTO) bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional dengan cara mengkaji pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD), dan merekomendasikan perubahan atau alternatif terapi. PTO dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, kriteria pasien yang mendapatkan pemantauan terapi obat adalah yang memiliki resep polifarmasi, kompleksitas penyakit, dan penggunaan obat serta respons pasien yang sangat individual yang meningkatkan munculnya masalah terkait obat (Kemenkes, 2016). Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada bulan Maret-April 2023 dengan menggunakan metode studi deskriptif non-analitik. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling dari data rekam medis. Data dianalisis secara univariat dengan menganalisis profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs, kemudian disajikan dalam bentuk persentase yang memuat tabel, angka, dan narasi. Evaluasi dilakukan terhadap penggunaan obat pada pasien Prolanis. Dari hasil analisis pemantauan terapi obat pada pasien A, B, dan C, dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien A sudah rasional. Namun, pada pasien B dan C masih terdapat beberapa penggunaan obat yang tidak rasional, khususnya beberapa jenis obat yang kemungkinan besar dapat menimbulkan interaksi satu sama lain apabila digunakan secara bersamaan.

Chronic Disease Management Program (Prolanis) is an integrated healthcare service system proactively involving participants, healthcare facilities, and BPJS to maintain the health of chronic disease patients, thus improving their quality of life cost-effectively and efficiently. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) aims to ensure safe, effective, and rational drug therapy by assessing drug selection, dosage, administration method, therapy response, adverse drug reactions (ADRs), and recommending therapy changes or alternatives. According to the Minister of Health Regulation No. 74 of 2016 regarding Pharmaceutical Service Standards at Community Health Centers, patients eligible for medication therapy monitoring are those with polypharmacy, disease complexity, and individual patient responses that increase the occurrence of drug-related problems (Ministry of Health, 2016). The research was conducted at Puskesmas Kecamatan Kalideres in March-April 2023 using a non-analytical descriptive study method. Research data were collected using purposive sampling method from medical record data. The data were analyzed univariately by analyzing the patient's medication profile according to DRPs then presented in the form of percentages containing tables, figures, and narratives. The evaluation was conducted on the use of drugs in Prolanis patients. From the analysis results of medication therapy monitoring in patients A, B, and C, it can be concluded that the treatment received by patient A is rational. However, in patients B and C, there are still some irrational drug uses, especially several types of drugs that are likely to interact with each other if used together.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Anshory Hendri
"Laporan ini membahas evaluasi penggunaan obat-obatan kardiovaskuler di poli penyakit tidak menular (PTM) Puskesmas Duren Sawit selama periode Januari hingga September 2023. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat dengan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil analisis menunjukkan bahwa hypertensive heart disease adalah diagnosis penyakit kardiovaskuler yang paling umum (78,19%). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskuler di wilayah tersebut. Amlodipin, baik dalam dosis 10 mg maupun 5 mg, merupakan obat yang paling banyak diresepkan. Hal ini sejalan dengan tingginya prevalensi hipertensi di Puskesmas Duren Sawit. Selain amlodipin, obat lain yang umum diresepkan adalah kaptopril dan simvastatin. Kaptopril merupakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, sedangkan simvastatin adalah obat penurun kolesterol golongan statin. Analisis DU 90% menunjukkan bahwa tiga obat teratas, yaitu amlodipin 10 mg, amlodipin 5 mg, dan kaptopril 25 mg, mencakup 90% dari total penggunaan obat kardiovaskuler. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menambahkan data penggunaan obat dari periode Oktober-Desember 2023 untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang penggunaan obat kardiovaskuler di Puskesmas Duren Sawit sepanjang tahun 2023.

This report evaluates the utilization of cardiovascular drugs at the non-communicable disease (NCD) clinic of Puskesmas Duren Sawit during the period from January to September 2023. The study aims to assess drug utilization using the ATC/DDD method and DU 90% analysis. The findings reveal that hypertensive heart disease is the most prevalent cardiovascular diagnosis, accounting for 78.19% of cases. This underscores hypertension as a major contributing factor to cardiovascular diseases in the region. Amlodipine, in both 10 mg and 5 mg doses, emerged as the most frequently prescribed medication, reflecting the high prevalence of hypertension in the Puskesmas. Other commonly prescribed drugs include captopril and simvastatin. Captopril is an antihypertensive medication from the ACE inhibitor class, while simvastatin is a cholesterol-lowering agent belonging to the statin group. The DU 90% analysis indicates that the top three drugs—amlodipine 10 mg, amlodipine 5 mg, and captopril 25 mg— constitute 90% of the total cardiovascular drug utilization. Future studies are recommended to incorporate data from October to December 2023 to provide a more comprehensive overview of cardiovascular drug usage throughout the year at Puskesmas Duren Sawit. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Theresa
"Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berfokus pada pelayanan atau upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Dalam rangka upaya pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan untuk menerapkan kegiatan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan salah satu implementasi dari Rencana Aksi Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian tahun 2020-2024 oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian. Salah satu capaian dari kegiatan ini meliputi gambaran terkait pola penggunaan obat pada suatu kasus atau suatu waktu tertentu misalnya untuk mencegah timbulnya Anti-Microbial Resistance (AMR) akibat adanya penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga upaya dalam POR ini masih terus ditingkatkan. Oleh karena itu, pembuatan tugas khusus PKPA ini dilakukan berkaitan dengan evaluasi penggunaan obat (EPO) yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk melihat profil penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Januari – Juni 2021 yang diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas. Penelitian ini dilakukan terkait Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD serta DU90%, dan kualitatif untuk menilai Penggunaan Obat Rasional (POR). Berdasarkan pengamatan dan pengerjaan laporan tugas khusus Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kalideres diperoleh bahwa profil penggunaan 5 obat teratas pada pasien di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Januari – Juni 2021 adalah Kaptopril tab 25 mg, Metformin tab 500 mg, Vitamin C tab 50 mg, Parasetamol tab 500 mg, dan Omeprazol kapsul 20 mg dengan penggunaan obat yang sudah rasional dengan target capaian kinerja POR > 70%.

Public Health Centre is a first-level health service facility that focuses on promotive and preventive services or efforts in its working area. In the framework of health development efforts, Public Health Centre are expected to implement Drug Use Evaluation and Rational Drug Use activities which are one of the implementations of the Action Plan for Pharmaceutical Service Improvement Activities 2020-2024 by the Directorate of Pharmaceutical Services. One of the achievements of this activity includes an overview regarding the pattern of drug use in a particular case or at a certain time, for example to prevent the emergence of Anti-Microbial Resistance (AMR) due to irrational use of antibiotics so that efforts in this Rational Drug Use are still being improved. Therefore, the creation of this apothecary internship special task was carried out in relation to the evaluation of drug use which was carried out quantitatively and qualitatively to see the profile of rational drug use at the Kalideres Public Health Center in the period January - June 2021 which is expected to be used as an evaluation in improve health services in the their area. This research was conducted regarding the Evaluation of Drug Use quantitatively using the ATC/DDD method and DU90%, and qualitatively to assess Rational Drug Use. Based on observations, it was found that the profiles of the top 5 drug use in patients at the Kalideres Public Health Center in the period January - June 2021 are Captopril tab 25 mg, Metformin tab 500 mg , Vitamin C tab 50 mg, Paracetamol tab 500 mg, and Omeprazole capsule 20 mg with the use of drugs that are already rational with the target of Rational Drug Uses > 70%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>