Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ibrahim
Jakarta: PT Qaf Media Kreative, 2022
158.1 MUH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert, Paul
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010
158.1 GIL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taqyuddin Abdurrosyid Zaidan
"Majunya perkembangan zaman dan juga sistem pendidikan mendorong mahasiswa melakukan proses magang. Proses magang ini akhirnya menyebabkan meningkatnya kemampuan dan keahlian mahasiswa di setiap bidangnya. Perusahaan memiliki nilai yang berbeda-beda, dan nilai ini akan membentuk profesionalitas dan rasa percaya diri disetiap mahasiswa yang memiliki kesempatan magang. Makalah ini bertujuan menunjukan bagaimana nilai akan membentuk profesionalitas dan rasa percaya diri. Metode penelitian menggunakan refleksi dari pengalaman bekerja penulis di bidang pembinaan. Penulis menemukan 4 metode atau proses yang dapat membuat penulis menjadi profesional dan percaya diri. Pertama adalah proses Onboarding yang mana proses ini dapat menjelaskan dan menggambarkan nilai yang ditanamkan oleh perusahaan, kedua adalah mempelajari tugas dan menjalankannya dengan baik, ketiga adalah berpikir seperti perusahaan dan pimpinan perusahaan berpikir, dan yang terakhir adalah bagaimana memperbaiki kesalahan dengan baik. Proses ini dilakukan penulis saat bekerja selama kurang lebih 1 tahun 4 bulan. Manfaat yang penulis rasakan saat bekerja adalah penulis memahami bagaimana cara menjadi profesional dan meningkatkan rasa percaya diri. Penulis juga menjadi paham bagaimana dunia profesional itu bekerja, bagaimana proses dari mendaftarkan diri bekerja sampai mengalami masa-masa sulit dalam bekerja. Pengalaman ini sangat penting untuk mempersiapkan diri di pasca kampus.

The advancement of the times and also the education system encourages students to undertake the internship process. This internship process ultimately results in increasing students' abilities and expertise in each field. Companies have different values, and these values ​​will shape the professionalism and self-confidence of every student who has the opportunity to do an internship. This paper aims to show how values ​​will shape professionalism and self-confidence. The research method uses reflections from the author's work experience in the field of coaching. The author found 4 methods or processes that can make writers professional and confident. First is the process Onboarding this process can explain and describe the values ​​instilled by the company, second is learning the task and carrying it out well, third is thinking like the company and company leaders think, and the last is how to correct mistakes well. This process was carried out by the author while working for approximately 1 year and 4 months. The benefit that the author feels when working is that the author understands how to be professional and increases his self-confidence. The author also understands how the professional world works, the process from registering for work to experiencing difficult times at work. This experience is very important to prepare yourself for post-college."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Ikhsan
Bandung: Mizan, 2004
126 IKH n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Haeri, Sheikh Fadhlalla
Jakarta: Serambi, 2004
153.15 HAE jt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Kusumaatmaja
"ABSTRAK
Dalam kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi berdasarkan
kemampuan dan bidangnya masing-masing. Menurut Robinson (dalam
http://www-mcnair.berkeley.edu/97joumal, 1997) tinggi rendahnya prestasi di
pengaruhi oleh kemandirian seseorang. Menjadi anak bungsu, seringkali
mendapat anggapan sebagai anak yang manja dan tidak mandiri. Gunawan (dalam
Gunarsa & Gunarsa, 2000) mengatakan bahwa posisi anak sebagai anak sulung,
bimgsu, dan tunggal sedikit banyak dapat berdampak pada pembentukan
kepribadiannya. Oleh karena kemandirian juga merupakan salah satu aspek dari
kepribadian, maka posisi anak juga berdampak terhadap kemandiriaimya.
Kemandirian mempakan salah satu aspek kepribadian yang penting (Conger,
1991), terlebih bagi remaja usia 17-19 tahun, pada saat memasidd jenjang
perguruan tinggi, remaja mulai dituntut untuk menjadi sosok yang mandiri
(Ganda, 1992). Sebagai mahasiswa fakultas yang memiliki daya saing yang
cukup ketat dalam penerimaan mahasiswa, mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia (UI) dituntut untuk memiliki prestasi yang baik agar
nantinya tidak dikeluarkan (putus studi). Pada penelitian ini peneliti ingin melihat
bagaimana kemandirian dan prestasi akademik remaja bungsu serta melihat
apakah ada hubungan kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu di
perguman tinggi?.
Penelitian ini dilakukan pada 75 orang subyek yang terdiri dari 22 subyek
laki-laki dan 53 subyek perempuan, yang bemsia 18-19 tahun dan merupakan
mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Pemilihan subyek dilakukan dengan
menggunakan teknik incidental sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini,
mendapatkan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan lima aspek
kemandirian. Untuk memperoleh data prestasi akademik, subyek diminta untuk
menuliskan Indeks Prestasi Kumulatif terakhir yang diperolehnya dan peneliti
mencek kembali kepada sub bagian akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UI.
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik koefisien alpha dan
korelasi Pearson product-moment yang ada pada program SPSS for MS Windows
Release 10.0. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Remaja bungsu pada fakultas
psikologi UI yang mendapatkan skor kemandirian rendah, lebih banyak dari pada
yang mendapatkan skor kemandirian tinggi. Walaupim deraikian, perbedaan
jumlah remaja bungsu yang mendapatkan skor kemandirian tinggi -dengan skor
kemandirian rendah, hanya terpaut 1,3 % saja. Jumlah remaja bungsu pada
Fakultas Psikoiogi UI yang memiliki prestasi akademik buruk, lebih banyak dari
pada yang memiliki prestasi akadeniik baik. Namun hal tersebut tidak dapat
dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa mahasiswa bungsu Fakultas Psikologi
memiliki prestasi akademik yang buruk, mengingat perbedaan antara responden
yang memiliki prestasi akademik baik dengan responden yang memiliki prestasi
akademik buruk hanya terpaut 9,3 % saja. Selain kedua hal tersebut, juga dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan
prestasi akademik remaja bungsu di Fakultas Psikologi UI. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh karena masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi
prestasi akademik seseorang yang tidak terukur dalam penelitian ini. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah bakat khusus, motivasi untuk berprestasi, harga diri
akademik, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan faktor situasional (Syah,
2000).
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lain sehubungan dengan
penelitian ini antara lain adalah untuk menguji validitas internal dan ekstemal dari
instrumen pengukuran, sebaiknya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi
prestasi akademik dan kemandirian perlu diikutsertakan. Meskipun hasil
penelitian menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian
dengan prestasi akademik remaja bungsu pada perguruan tinggi, aspek tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan orang lain memiliki hubungan yang signifikan
dengan prestasi akademik. Oleh karenanya, disarankan bagi para orang tua untuk
memupuk tanggung jawab pada anak bungsu mereka sejak dmi agar dapat
memaksimalkan prestasi akademik anak bungsunya."
2002
S2865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didy Indriani Haryono
"ABSTRAK
Selama seperempat abad terakhir ini, peranan sumber daya manusia dalam proses pembangunan masyarakat di berbagai negara semakin disadari, sehingga upaya-upaya pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannyapun terus ditingkatkan.
Sebagai negara berkembang yang memasuki era industrialisasi, pola pembangunan Indonesia juga menekankan pentingnya peranan potensi sumber daya manusia yang merupakan modal dasar dan aset bagi proses pertumbuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat (Pola umum pelita IV, 1984).
Pengembangannya secara makro dilandasi asumsi bahwa, sumber daya manusia (termasuk angkatan kerja) yang merupakan sumber daya terbanyak dinegara berkembang belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan efektif dan optimal. Juga sebagian besar upaya-upaya pengembangannya masih jauh dibawah potensi dan kualitas yang diharapkan. (Gunawan Wardana, 1980; Knudson, 1967).
Pada tingkat organisasi (mikro), proses pengembangan sumber daya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan, sedangkan pada tingkat individu dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pelaksanaan kerja dan pencapaian kepuasan kerja. Dalam pencapaian tujuan pembangunan dan maksud pengembangan tersebut, maka kontribusi nyata sumber daya manusia sebagai subyek utama penggerak pertumbuhan diberbagai sektor adalah aktivitas kerja, usaha dan karyanya (Departemen Tenaga Kerja RI, 1925).
Adalah suatu kenyataan bahwa bekerja merupakan aktivitas sentral manusia, oleh karenanya "kerja" menjadi titik pusat perhatian dalam pengalaman hidup sehari-hari. (Rambo, 1982; Seeman, 1974; Davies dan Shackleton, 1975; Hackman dan Suttle, 1978; Warr, 1971; Davis, 1965).
Pada hakekatnya makna "kerja" berkaitan erat dengan "aktivitas" dan "ruang". Sebagai "aktivitas", maka "kerja" melibatkan unsur tugas-tugas yang akan mengungkapkan kemampuan dan energi seseorang, serta karakteristik kepribadian dan identitas dirinya. Sebagai "ruang", makna kerja menyangkut lingkungan sosial dan interpersonal serta organisasi tempat aktivita berlangsung. (Rambo, 1982; Super, 1957; Holland, 1966).
Dari kenyataan tersebut, konsekuensi logisnya adalah bahwa terdapat interaksi yaitu saling berhubungan, antara faktor-faktor individu (dengan segala aspek yang melekat padanya), tugas pekerjaan yang dilaksanakannya serta lingkungan kerja/organisasi kerjanya.
Karena itulah seperti dinyatakan oleh Gunawan Wardana, 1982; dan Hidayat, 1979; Sondang Siagian, 1985; Udai Pareek 1984, bahwa berbagai fenomena dan permasalahan yang timbul dalam lingkup individu dan lingkungan/organisasi kerja, mendukung berkembangnya pemikiran dan penelitian-penelitian sumber daya manusia, khususnya perilaku individu dalam organisasi.
Lagi pula aspek individu dalam organisasi merupakan unsur terpenting sehingga pendekatan-pendekatan perilaku perlu di lakukan, sebab perilaku individu dalam organisasi itulah yang akan menentukan berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan. Pembentukan sikap dan perilaku dalam organisasi, menurut Duncan (1981) merupakan perpaduan antara pengalaman masa lampau, dan pengaruh lingkungan masa kini, yang meliputi: lingkungan kelompok kerjanya, nilai-nilai kerja serta aspirasi individu terhadap pekerjaan.
Para ahli dibidang organisasi dan perilaku, juga berpendapat senada tentang adanya kaitan erat antara sikap perilaku individu dengan lingkungan organisasi, bahkan keduanya saling mempengaruhi. (Howell, 1976; Shackleton, 1975; Wexley dan Yuki, 1977; Davies, 1985; Hackman, 1978). Aktivitas kerja dan peranan kerja bagi individu-individu anggota masyarakat tidak hanya berlaku dalam arti ekonomis, tapi justru yang lebih mendasar adalah peranannya sebagai sarana sekaligus wahana pemenuhan kebutuhan psikologis. Dan hal ini nampak tercermin dalam sikap, dan persepsi individu terhadap pekerjaannya. Secara spesifik, sikap dan persepsi tersebut dinyatakan dalam berbagai bentuk reaksi/respons. (Roe, 1978; Kendall dan Hulin, 1969; Gibson dan Klein, 1971; Rambo, 1982).
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Rizkiyatsa
"Isu sosial seperti ekstrimisme, radikalisme, atau terorisme menjadi isu yang cukup besar di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Namun penelitian terkait isu ini masih terbilang jarang dilakukan, terkhusus di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh hubungan antara kepribadian (DT), motif, dan pola pikir ekstrimis militan (MEM), serta peranan motif sebagai mediator antara hubungan kepribadian gelap (DT) dengan pola pikir ekstrimis militan (MEM). Partisipan penelitian berjumlah 304 orang, terdiri dari 121 laki-laki (39.8%) dan 183 perempuan (60.2%) dengan rentang umur berkisar dari (18-40 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian gelap berkorelasi positif dengan pola pikir ekstrimis militan (r = .230, p < .01). Lebih lanjut, ditemukan motif thrill (β = .063, SE = .028, CL[.014, .124]) dan revenge (β = .088, SE = .030, CL[.034, .152]) memiliki efek mediasi (secara penuh) yang signifikan. Dapat dikatakan, penelitian ini mengindikasikan bahwa ciri kepribadian gelap dapat memprediksi kerentanan individu untuk mengadopsi pola pikir ekstrimis. Kemudian, hubungan tersebut juga dimediasi oleh motif seseorang untuk balas dendam dan mencari excitement. Penelitian ini melengkapi hasil penelitian terkait hubungan antara kepribadian gelap terhadap pola pikir ekstrimis militan dengan motif sebagai mediator. Temuan ini memberikan implikasi berupa petunjuk lebih lanjut mengenai bagaimana seseorang dapat/rentan mengadopsi pola pikir ekstrimis dari lajur kepribadian.

Social issues such as extremism, radicalism or terrorism are quite big issues in various countries, including Indonesia. However, research related to this issue is still relatively rare, especially in Indonesia. This research aims to look further at the relationship between dark personality (DT), motives, and militant extremist mindset (MEM), as well as the role of motives as a mediator between the relationship between dark personality (DT) and militant extremist mindset (MEM). There were 304 research participants, consisting of 121 men (39.8%) and 183 women (60.2%) with an age range of (18-40 years). The results showed that dark personality was positively correlated with militant extremist mindset (r = .230, p < .01). Furthermore, it was found that the motives of thrill (β = .063, SE = .028, CL[.014, .124]) and revenge (β = .088, SE = .030, CL[.034, .152]) have a significant mediating effect on the relationship between DT and MEM. That said, this research indicates that dark personality traits can predict an individual's susceptibility to adopting extremist mindset. Furthermore, this relationship is also mediated by a person's motive for revenge and seeking excitement. This research complements research results regarding the relationship between dark personality and militant extremist mindset with motives as mediators. These findings provide implications in the form of further clues regarding how someone can/is susceptible to adopting extremist mindset from the personality path."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Bennedict Austin Timothy
"Penelitian ini menguji interaksi antara traits kepribadian gelap (machiavellianisme, narsisisme, psikopati, dan sadisme) dan kehilangan signifikansi dalam memprediksi agresi. Riset meta-analisis menunjukkan bahwa kepribadian gelap merupakan faktor signifikan yang penting terkait dengan agresi. Penelitian eksperimental ini dilaksanakan menggunakan video game Mobile Legends: Bang Bang. Studi dilakukan kepada 30 partisipan pemain game Mobile Legends: Bang Bang. Partisipan dialokasikan secara acak ke dalam kelompok manipulasi (15 partisipan) atau kelompok control (15 partisipan) untuk bermain game sebanyak 2 match. Manipulasi dilakukan dengan menciptakan kondisi kehilangan signifikansi, pada match pertama kelompok manipulasi, yang diakibatkan oleh kegagalan, penghinaan, dan penolakan. Hasil analisis One-Way ANOVA menunjukkan bahwa kehilangan signifikansi signifikan memprediksi agresi terhadap out-group F(1,28) = 8.028, p < 0,01. Data statistik post-match juga menunjukkan bahwa kehilangan signifikansi memprediksi agresi, dilihat dari peningkatan GPM (Gold per Minute) dan DPM (Damage per Minute), serta penurunan DTPM (Damage Taken per Minute) dari match pertama ke match kedua kelompok manipulasi. Sementara itu, hasil analisis regresi PROCESS Model 1 Hayes menunjukkan bahwa orang yang narsisistik cenderung untuk tidak melakukan agresi terhadap in-group sebagai bentuk pencarian signifikansi mereka Penelitian ini melengkapi hasil penelitian terkait teori pencarian signifikansi dan pengaruhnya terhadap agresi. Hasil dari penelitian ini menambahkan wawasan bahwa pencarian signifikansi dapat divisualisasikan menggunakan video game. Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian bidang psikologi sosial selanjutnya yang juga menggunakan video game sebagai media penelitian.

This study examined the interaction between dark tetrad personality traits (Machiavellianism, narcissism, psychopathy, and sadism) and loss of significance in predicting aggression. Meta-analysis research showed that dark personality is an important significant factor related to aggression. This experimental research was carried out using the video game Mobile Legends: Bang Bang. The study was conducted on 30 participants who played the game Mobile Legends: Bang Bang. Participants were randomly assigned into manipulation group (15 participants) or control group (15 participants) to play the game for 2 matches. Manipulation is carried out by creating conditions of loss of significance, in the first match of the manipulation group, caused by failure, humiliation, and rejection. The results of the One-Way ANOVA analysis showed that loss of significance significantly predicted aggression towards out-group F(1,28) = 8.028, p < 0.01. Post-match statistical data also showed that loss of significance predicts aggression, seen through the increase in GPM (Gold per Minute) and DPM (Damage per Minute), as well as the decrease in DTPM (Damage Taken per Minute) from the first match to the second match of the manipulation group. Meanwhile, analysis of the results of Hayes' PROCESS Model 1 regression showed that narcissistic people tend to not to carry out aggression against the in-group as a form of their quest for significance. This research complements the results of research related to the quest for significance theory and its effect on aggression. The results of this research added insight that the quest for significance can be visualized using video games. This research can be used as a reference for further research in the field of social psychology which will also use video games as its media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>