Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Mardy Fitria
"Dalam menjalankan distribusi dan perdagangan produk kesehatan, KFTD dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya harus mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Evaluasi kepatuhan terhadap CDOB diatur dalam CDOB bab 5, inspeksi diri. Inspeksi diri dilakukan oleh personil yang ditunjuk oleh perusahaan secara independen dan rinci. Jika pada pelaksanaan inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Tujuan dari CAPA adalah untuk membuat tindakan perbaikan dan pencegahan keterulangan kesalahan yang telah diidentifikasi. Saat pelaksanaan inspeksi diri ditemukan 3 temuan major yaitu petugas gudang yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, laporan triwulan yang tertunda, dan pintu ruang karantina barang kadaluarsa yang tidak terkunci. CAPA yang dilakukan adalah segera membuat laporan triwulan dan memberikan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bekerja di gudang serta mengenai SOP cara penyimpanan obat rusak dan kadaluarsa. Pada pelaksanaan inspeksi diri tidak ditemukan temuan kritis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proses distribusi produk kesehatan di KFTD cabang Tangerang sudah memenuhi CDOB.

In carrying out the distribution and trading of health products, KFTD and other Pharmaceutical Wholesale Distributors must follow the Good Distribution Practice (GDP). Evaluation of compliance with the GDP is regulated in GDP chapter 5, self-inspection. Self-inspection is carried out by personnel appointed by the company independently and in detail. If during the self-inspection a violation is found, the reasons must be identified and a CAPA must be created. The aim of CAPA is to take corrective action and prevent the recurrence of identified errors. 3 major findings were found during the self-inspection, namely warehouse staffs that did not use personal protective equipment, delayed quarterly reports, and quarantine room for expired goods that is left unlocked. The CAPA that was carried out was to immediately make quarterly reports and provide socialization regarding the importance of using PPE when working in warehouses and regarding SOPs for storing damaged and expired drugs. During the inspection, no critical findings were found. Therefore, it can be concluded that the health product distribution process at KFTD Tangerang branch has complied with GDP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Mardy Fitria
"Dalam menjalankan distribusi dan perdagangan produk kesehatan, KFTD dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya harus mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Evaluasi kepatuhan terhadap CDOB diatur dalam CDOB bab 5, inspeksi diri. Inspeksi diri dilakukan oleh personil yang ditunjuk oleh perusahaan secara independen dan rinci. Jika pada pelaksanaan inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Tujuan dari CAPA adalah untuk membuat tindakan perbaikan dan pencegahan keterulangan kesalahan yang telah diidentifikasi. Saat pelaksanaan inspeksi diri ditemukan 3 temuan major yaitu petugas gudang yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, laporan triwulan yang tertunda, dan pintu ruang karantina barang kadaluarsa yang tidak terkunci. CAPA yang dilakukan adalah segera membuat laporan triwulan dan memberikan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bekerja di gudang serta mengenai SOP cara penyimpanan obat rusak dan kadaluarsa. Pada pelaksanaan inspeksi diri tidak ditemukan temuan kritis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proses distribusi produk kesehatan di KFTD cabang Tangerang sudah memenuhi CDOB.

In carrying out the distribution and trading of health products, KFTD and other Pharmaceutical Wholesale Distributors must follow the Good Distribution Practice (GDP). Evaluation of compliance with the GDP is regulated in GDP chapter 5, self-inspection. Self-inspection is carried out by personnel appointed by the company independently and in detail. If during the self-inspection a violation is found, the reasons must be identified and a CAPA must be created. The aim of CAPA is to take corrective action and prevent the recurrence of identified errors. 3 major findings were found during the self-inspection, namely warehouse staffs that did not use personal protective equipment, delayed quarterly reports, and quarantine room for expired goods that is left unlocked. The CAPA that was carried out was to immediately make quarterly reports and provide socialization regarding the importance of using PPE when working in warehouses and regarding SOPs for storing damaged and expired drugs. During the inspection, no critical findings were found. Therefore, it can be concluded that the health product distribution process at KFTD Tangerang branch has complied with GDP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Mardy Fitria
"Dalam menjalankan distribusi dan perdagangan produk kesehatan, KFTD dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya harus mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Evaluasi kepatuhan terhadap CDOB diatur dalam CDOB bab 5, inspeksi diri. Inspeksi diri dilakukan oleh personil yang ditunjuk oleh perusahaan secara independen dan rinci. Jika pada pelaksanaan inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Tujuan dari CAPA adalah untuk membuat tindakan perbaikan dan pencegahan keterulangan kesalahan yang telah diidentifikasi. Saat pelaksanaan inspeksi diri ditemukan 3 temuan major yaitu petugas gudang yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, laporan triwulan yang tertunda, dan pintu ruang karantina barang kadaluarsa yang tidak terkunci. CAPA yang dilakukan adalah segera membuat laporan triwulan dan memberikan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bekerja di gudang serta mengenai SOP cara penyimpanan obat rusak dan kadaluarsa. Pada pelaksanaan inspeksi diri tidak ditemukan temuan kritis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proses distribusi produk kesehatan di KFTD cabang Tangerang sudah memenuhi CDOB.

In carrying out the distribution and trading of health products, KFTD and other Pharmaceutical Wholesale Distributors must follow the Good Distribution Practice (GDP). Evaluation of compliance with the GDP is regulated in GDP chapter 5, self-inspection. Self-inspection is carried out by personnel appointed by the company independently and in detail. If during the self-inspection a violation is found, the reasons must be identified and a CAPA must be created. The aim of CAPA is to take corrective action and prevent the recurrence of identified errors. 3 major findings were found during the self-inspection, namely warehouse staffs that did not use personal protective equipment, delayed quarterly reports, and quarantine room for expired goods that is left unlocked. The CAPA that was carried out was to immediately make quarterly reports and provide socialization regarding the importance of using PPE when working in warehouses and regarding SOPs for storing damaged and expired drugs. During the inspection, no critical findings were found. Therefore, it can be concluded that the health product distribution process at KFTD Tangerang branch has complied with GDP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Mardy Fitria
"Dalam menjalankan distribusi dan perdagangan produk kesehatan, KFTD dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya harus mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Evaluasi kepatuhan terhadap CDOB diatur dalam CDOB bab 5, inspeksi diri. Inspeksi diri dilakukan oleh personil yang ditunjuk oleh perusahaan secara independen dan rinci. Jika pada pelaksanaan inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Tujuan dari CAPA adalah untuk membuat tindakan perbaikan dan pencegahan keterulangan kesalahan yang telah diidentifikasi. Saat pelaksanaan inspeksi diri ditemukan 3 temuan major yaitu petugas gudang yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, laporan triwulan yang tertunda, dan pintu ruang karantina barang kadaluarsa yang tidak terkunci. CAPA yang dilakukan adalah segera membuat laporan triwulan dan memberikan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD saat bekerja di gudang serta mengenai SOP cara penyimpanan obat rusak dan kadaluarsa. Pada pelaksanaan inspeksi diri tidak ditemukan temuan kritis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proses distribusi produk kesehatan di KFTD cabang Tangerang sudah memenuhi CDOB.

In carrying out the distribution and trading of health products, KFTD and other Pharmaceutical Wholesale Distributors must follow the Good Distribution Practice (GDP). Evaluation of compliance with the GDP is regulated in GDP chapter 5, self-inspection. Self-inspection is carried out by personnel appointed by the company independently and in detail. If during the self-inspection a violation is found, the reasons must be identified and a CAPA must be created. The aim of CAPA is to take corrective action and prevent the recurrence of identified errors. 3 major findings were found during the self-inspection, namely warehouse staffs that did not use personal protective equipment, delayed quarterly reports, and quarantine room for expired goods that is left unlocked. The CAPA that was carried out was to immediately make quarterly reports and provide socialization regarding the importance of using PPE when working in warehouses and regarding SOPs for storing damaged and expired drugs. During the inspection, no critical findings were found. Therefore, it can be concluded that the health product distribution process at KFTD Tangerang branch has complied with GDP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaa, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuann dalam peraturan perundang-undangan. Walaupun PBF telah beroperasi sesuai persyaratan CDOB, BPOM tetap merekomendasikan untuk dilakukan audit internal maupun eksternal dengan pemeriksaan langsung terhadap sarana distribusi untuk mengetahui pemenuhan persyaratan CDOB. Audit umumnya dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Kemudian, dari temuan hasil audit akan dilakukan pembuatan Corrective Action Preventive Action (CAPA). Alur pembuatan CAPA berdasarkan SOP Pembuatan CAPA di KFTD Pusat, meliputi melakukan investigasi terkait kesesuaian audit/inspeksi; Apoteker Penanggung jawab membuat CAPA dengan menganalisis akar penyebab masalah dan tindakan perbaikan dan pencegahan; hasil CAPA didokumentasikan, diimplementasikan, dan diserahkan ke QA untuk evaluasi. Temuan atas audit/inspeksi oleh salah satu Prinsipal terhadap KFTD Pusat disesuaikan dengan persyaratan berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik atau peraturan perundang-undangan lain yang relevan. Pelaksanaan simulasi pembuatan CAPA atas temuan audit/inspeksi di KFTD Pusat telah disesuaikan dengan SOP Pembuatan CAPA KFTD Pusat dan Peraturan BPOM.
..... Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute medicines and/or medicinal substances in large quantities in accordance with the provisions of statutory regulations. Even though PBF has operated in accordance with CDOB requirements, BPOM still recommends carrying out internal and external audits with direct inspection of distribution facilities to determine compliance with CDOB requirements. Audits are generally carried out at least once a year. Then, from the findings of the audit results, Corrective Action Preventive Action (CAPA) will be created. The flow of making a CAPA is based on the SOP for making a CAPA at the Central KFTD, including carrying out an investigation regarding the suitability of the audit/inspection; The Responsible Pharmacist creates a CAPA by analyzing the root causes of problems and corrective and preventive actions; CAPA results are documented, implemented, and submitted to QA for evaluation. The findings of the audit/inspection by one of the Principals of the Central KFTD are adjusted to the requirements based on BPOM Regulation Number 6 of 2020 concerning Technical Guidelines for Good Medicine Distribution Methods or other relevant laws and regulations. The implementation of the CAPA creation simulation based on audit/inspection findings at the Central KFTD has been adjusted to the SOP for Central KFTD CAPA Making and BPOM Regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Apriantika Sari
"ABSTRAK
Praktik kerja profesi di PT Kimia Farma Trading And Distribution Cabang Jakarta 1 Bulan Oktober Tahun 2018 bertujuan untuk mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di Distributor/Pedagang Besar Farmasi (PBF) sebagai apoteker penanggung jawab, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di distributor farmasi, memahami penerapan GDP/CDOB di distributor farmasi, dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan-permasalahan pekerjaan kefarmasian di distributor farmasi. Praktik kerja profesi ini dilakukan selama 12 hari dengan tugas khusus Analisis Inspeksi Diri Dalam Aspek Pengadaan dan Penyaluran Pada PT Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 1 bertujuan untuk mengetahui inspeksi diri yang dilakukan oleh PBF PT. Kimia Farma Trading and Distribution cabang Bogor untuk memastikan proses distribusi berjalan dengan baik sesuai dengan aturan CDOB.

ABSTRACT
Internship at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta Branch Period September 2018 aims to understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in Pharmaceutical Wholesalers / Distributors (PBF) as responsible pharmacists, have insight, knowledge, skills, and practical experience to do pharmaceutical work at pharmaceutical distributors, understand the application of GDP / CDOB in pharmaceutical distributors, and has a real picture of the problems of pharmaceutical work at pharmaceutical distributors. The internship are carried out for 12 days with a special task Analysis of Self-Inspection in the Procurement and Distribution Aspects of PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 1 Branch aimed at finding out the self-inspections conducted by PBF PT. Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta branch to ensure the distribution process runs well in accordance with CDOB rules.
"
2018
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Christina
"Kegiatan produksi sebaiknya dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan dari proses CPOB yang menjamin obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Proses produksi dipengaruhi oleh kapasitas dari mesin maupun waktu total produksi.Kapasitas yang besar merupakan tujuan utama produksi untuk mendapatkan output sebanyak-banyakanya dalam waktu yang singkat. Peningkatkan kapasitas dapat dilakukan dalam berbagai proses produksi. Kapasitas ini mempengaruhi Production Cycle Time yaitu, waktu yang dibutuhkan satu batch produk dari datangnya bahan sampai rilis produk. CAPA merupakan bagian yang penting dalam penindaklanjutan inspeksi diri maupun deviasi. CAPA adalah proses yang membantu peningkatan dalam proses pada perusahaan. Hal ini penting untung terus mengembangkan perusahaan dalam banyak bagian. CAPA ini dapat terjadi karena deviasi maupun inspeksi diri. Inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Penambahan kapasitas pada proses produksi pada PT. Dankos Farma PKPA Periode 10 Januari-5 Maret 2021 dilaksanakan dengan melakukan pembuatan TSK sebagai standarisasi proses SUCU ganti produk pada mesin cetak tablet yang merupakan bottleneck proses produksi tablet secara keseluruhan, selain itu juga melakukan pembuatan TSK sebagai standarisasi proses coating yang merupakan bottleneck dari proses produksi tablet T yang sedang dibutuhkan serta pembuatan rekap data suhu dan RH untuk ruang Aging sebagai proses optimalisasi suhu dan RH yang mempercepat proses. Sementara itu, mengenai penyelesaian CAPA, 13 CAPA telah terimplementasi dan bukti telah di-submit untuk verifikasi dan 17 CAPA dalam tahap on progress karena membutuhkan data pendukung tambahan yang belum dapat diperoleh selama masa PKPA.

Production activities should be carried out according to established procedures and comply with the provisions of the GMP process which ensures that the drug produced meets quality requirements and fulfills the provisions of the manufacturing permit and distribution permit. The production process is influenced by the capacity of the machine and the total time of production. Large capacity is the main goal of production to get as much output as possible in a short time. Increase capacity can be done in various production processes. This capacity affects Production Cycle Time i.e., the time it takes one batch of product from the arrival of the material to the release of the product. CAPA is an important part in the follow-up of self-inspection and deviation. CAPA is a process that helps improve processes in a company. This is important in order to continue to develop the company in many ways. This CAPA can occur due to deviation or self-inspection. Self-inspection is to evaluate whether all aspects of production and quality control of the pharmaceutical industry meet the GMP requirements. Increase capacity in the production process at PT. Dankos Farma PKPA 10 January - 5 March 2021 period was carried out by making TSK as a standardization of the SUCU process for changing products on tablet printing machines which is the bottleneck of the tablet production process as a whole, in addition to making TSK as a standardization of the coating process which is a bottleneck of the production process T tablets that are currently in need also making a recap of temperature and RH data for the Aging room as a temperature and RH optimization process that speeds up the process. Meanwhile, regarding the completion of the CAPA, 13 CAPAs have been implemented and evidence has been submitted for verification and 17 CAPAs are in the on progress stage because they require additional supporting data that cannot be obtained during the PKPA period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Theda Tanujaya
"Setiap pendirian PBF memerlukan Sertifikat Distribusi Farmasi sebagai bentuk persetujuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Sertifikat distribusi yang dimaksudkan adalah Sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB merupakan suatu pedoman yang menetapkan cara distribusi atau penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Pada laporan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai bab 5 dari CDOB, yakni terkait inspeksi diri. Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB. Apabila selama proses pengamatan dalam inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Sebagai bentuk pemenuhan CDOB, PBF KFTD Tangerang pun telah melakukan inspeksi diri melalui audit eksternal yang dilakukan oleh salah satu principal. Pada hasil audit tersebut ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh PBF KFTD Pusat. Oleh karena itu, penulis ditugaskan untuk Menyusun CAPA sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil audit eksternal tersebut. Seluruh CAPA dan bukti pendukung yang disusun, didokumentasikan dan dilampirkan ke dalam laporan ini sehingga dapat memberikan gambaran dan contoh yang jelas terkait penyusunan CAPA yang benar (ISO/IEC 17025:2005).

Every establishment of a distribution company requires a Pharmacy Distribution Certificate as a form of approval to procure, store, distribute drugs and/or drug ingredients in large quantities. The distribution certificate referred to is the Certificate of Good Distribution Practice (GDP). GDP is a guideline that stipulates the method of distribution or distribution of drugs and/or drug ingredients with the aim of ensuring quality along the distribution/distribution channels according to the requirements and purposes of their use (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). This report will discuss in more detail chapter 5 of the GDP, which is related to self-inspection. Self-inspection should be carried out in order to monitor implementation and compliance with GDP compliance. If during the observation process during self-inspection, deviations and/or deficiencies are found, the cause must be identified and a CAPA made. As a form of compliance with GDP, PBF KFTD Tangerang has also conducted a self-inspection through an external audit conducted by one of the principals. In the audit results, several things were found that were not in accordance with the SOPs set by the Central KFTD PBF. Therefore, the author was assigned to prepare a CAPA as a form of follow-up to the results of the external audit. All CAPAs and supporting evidence are compiled, documented and attached to this report so as to provide a clear picture and example regarding the correct preparation of CAPAs (ISO/IEC 17025:2005)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Reforma Yunita Masri
"Pedagang Besar Farmasi merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi merupakan salah satu kegiatan operational PBF. PBF wajib menerapkan prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik. Pelakasanaan operasional PBF dimulai dengan mengkualifikasikan pemasok untuk pengadaan, selanjutnya barang yang diadakan dilakukan penerimaan, penyimpanan, dan distribusi kepada pelanggan yang memenuhi kualifikasi. Semua proses yang berjalan di KFTD mengikuti standar operasional yang dibuat oleh perusahaan, dan disesuaikan dengan petunjuk pelaksanaan teknis CDOB.

Pharmaceutical Wholesalers are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute medicines and/or medicinal substances in large quantities in accordance with the provisions of statutory regulations. Procurement, receipt, storage and distribution are one of PBF's operational activities. PBF is obliged to apply the principles of Good Medicine Distribution Methods. Implementation of PBF operations begins with qualifying suppliers for procurement, then the goods procured are received, stored and distributed to customers who meet the qualifications. All processes running at KFTD follow operational standards created by the company, and are adapted to GMDM technical implementation instructions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Pratiwi
"

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, yaitu Suku Dinas Sumber Daya Air Kota Administrasi Jakarta Barat melakukan kegiatan pemeliharaan pompa stasioner dengan melibatkan secara langsung perusahaan manufaktur pompa itu sendiri atau perwakilan yang produknya dipakai. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus untuk membuat Prosedur Operasional Baku yang sesuai dengan standar agar kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan data pemeliharaan pompa stasioner, kondisi eksisting yang dilaksanakan hanya tindakan corrective maintenance saja. Oleh karena itu, preventive maintenance merupakan usulan yang dilakukan Penulis dalam praktik keinsinyuran ini. Analisis data yang diolah menggunakan dua metode, yaitu corrective maintenance dan preventive maintenance. Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan: 1) Setelah dilakukan analisis kerusakan terhadap data pada pompa stasioner, diperoleh kemungkinan penyebab dan penanganannya; 2) Selanjutnya, dilakukan tindakan perawatan yang meliputi preventive maintenance dan corrective maintenance yang dapat dilakukan secara mandiri maupun oleh pihak ketiga; 3) Menetapkan aktifitas alur pelaporan dan proses pemeliharaan pompa; 4) Menetapkan aktifitas alur kerja perbaikan pompa oleh pihak ketiga; 5) Penerapan prosedur alur pelaporan dan proses pemeliharaan pompa serta prosedur alur kerja perbaikan pompa oleh pihak ketiga (Vendor/ ATPM) dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai kode etik dan etika profesi Insinyur.


Provincial Government of the Special Capital Region of Jakarta through the relevant Regional Work Unit, namely the Water Resources Office of the West Jakarta Administrative City, conducts stationary pump maintenance activities by directly involving the pump manufacturing company itself or representatives whose products are used. This needs special attention to make Standard Operating Procedures that are in accordance with standards so that activities run effectively and efficiently. Based on stationary pump maintenance data, the existing conditions carried out are only corrective maintenance actions. Therefore, preventive maintenance is a proposal made by the author in this engineering practice. Data analysis is processed using two methods, namely corrective maintenance and preventive maintenance. After analyzing, it can be concluded: 1) After analyzing the damage to the data on the stationary pump, the possible causes and handling are obtained; 2) Furthermore, maintenance actions are carried out which include preventive maintenance and corrective maintenance which can be carried out independently or by third parties; 3) Establish reporting flow activities and pump maintenance processes; 4) Establish pump repair workflow activities by third parties; 5) Implementation of reporting flow procedures and pump maintenance processes as well as pump repair workflow procedures by third parties (Vendors / ATPM) is carried out by taking into account the values of the code of ethics and professional ethics of Engineers.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>