Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasihulizan
"CA 19-9 merefleksikan derajat keparahan adenokarsinoma kaput pankreas ditunjukkan oleh beberapa studi berhasil menemukan korelasi peningkatan CA 19-9 dengan resektabilitas adenokarsinoma kaput pankreas. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi hubungan dan nilai diagnostik CA 19-9 dalam memprediksi resektabilitas adenokarsinoma kaput pankreas. Penelitian dilakukan secara potong lintang mengambil data dari rekam medis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2016–2019. Pasien terdiagnosis adenokarsinoma kaput pankreas secara histopatologis atau pencitraan abdomen, berusia ≤65 tahun, dan memiliki catatan pemeriksaan kadar CA 19-9 diikutsertakan dalam penelitian ini. Selain kadar CA 19-9, peneliti juga menilai factor terkait operabilitas. Tercatat 54 subjek dengan rerata usia 53,78±11,13 tahun. Ditemukan adanya korelasi positif (0,850) dan signifikan antara tingginya kadar CA 19-9 dengan resektabilitas tumor kaput pankreas. Untuk operabilitas, ditemukan perbedaan bermakna kadar CA 19-9, albumin, dan skor Karnofsky pada kelompok pasien tumor kaput pankreas resectable dan unresectable. Titik potong kadar CA 19-9 tercatat sebesar 140,65 U/mL, dengan sensitivitas sebesar 82,76% (64,23%–94,15%), spesifisitas sebesar 72,00% (50,61%–87,93%), dan AUC sebesar 0,784. CA 19-9 berhubungan secara signifikan dengan resektabilitas tumor kaput pankreas. CA 19-9 memiliki nilai diagnostik yang baik dalam mempredisksi resektabilitas tumor ini.

CA 19-9 reflects the degree of severity of pancreatic head adenocarcinoma shown by several studies to find a correlation of elevated CA 19-9 with resectability of pancreatic head adenocarcinoma. This study aimed to evaluate the relationship and diagnostic value of CA 19-9 in predicting resectability of pancreatic head adenocarcinoma. The study was conducted in a cross-sectional manner, taking data from the medical records of dr. Cipto Mangunkusumo 2016–2019. Patients diagnosed with adenocarcinoma of the head of the pancreas by histopathologic or abdominal imaging, aged ≤65 years, and who had a record CA level of 19-9 were included in this study. In addition to CA levels of 19-9, the investigators also assessed operability-related factors. There were 54 subjects with a mean age of 53.78 ± 11.13 years. Found a positive correlation (0, 850) and significant between high levels of CA 19-9 with resectability of head tumors of the pancreas. For operability, there were significant differences in CA 19-9 levels, albumin, and Karnofsky scores in the resectable and unresectable group of pancreatic head tumors. The cut-off point for CA 19-9 levels was recorded at 140.65 U / mL, with a sensitivity of 82.76% (64.23% -94.15%), a specificity of 72.00% (50.61% -87.93 %), and AUC of 0.784. CA 19-9 was significantly associated with pancreatic head tumor resectability. CA 19-9 has a good diagnostic value in predicting the resectability of these tumors. The cut-off point for CA 19-9 levels was 140.65 U / mL, with a sensitivity of 82.76% (64.23% -94.15%), a specificity of 72.00% (50.61% -87.93 %), and AUC of 0.784. CA 19-9 was significantly associated with pancreatic head tumor resectability. CA 19-9 has a good diagnostic value in predicting the resectability of these tumors. The cut-off point for CA 19-9 levels was 140.65 U / mL, with a sensitivity of 82.76% (64.23% -94.15%), a specificity of 72.00% (50.61% -87.93 %), and AUC of 0.784. CA 19-9 was significantly associated with pancreatic head tumor resectability. CA 19-9 has a good diagnostic value in predicting the resectability of these tumors"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasihulizan
"CA 19-9 merefleksikan derajat keparahan adenokarsinoma kaput pankreas ditunjukkan oleh beberapa studi berhasil menemukan korelasi peningkatan CA 19-9 dengan resektabilitas adenokarsinoma kaput pankreas. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi hubungan dan nilai diagnostik CA 19-9 dalam memprediksi resektabilitas adenokarsinoma kaput pankreas. Penelitian dilakukan secara potong lintang mengambil data dari rekam medis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2016–2019. Pasien terdiagnosis adenokarsinoma kaput pankreas secara histopatologis atau pencitraan abdomen, berusia ≤65 tahun, dan memiliki catatan pemeriksaan kadar CA 19-9 diikutsertakan dalam penelitian ini. Selain kadar CA 19-9, peneliti juga menilai factor terkait operabilitas. Tercatat 54 subjek dengan rerata usia 53,78±11,13 tahun. Ditemukan adanya korelasi positif (0,850) dan signifikan antara tingginya kadar CA 19-9 dengan resektabilitas tumor kaput pankreas. Untuk operabilitas, ditemukan perbedaan bermakna kadar CA 19-9, albumin, dan skor Karnofsky pada kelompok pasien tumor kaput pankreas resectable dan unresectable. Titik potong kadar CA 19-9 tercatat sebesar 140,65 U/mL, dengan sensitivitas sebesar 82,76% (64,23%–94,15%), spesifisitas sebesar 72,00% (50,61%–87,93%), dan AUC sebesar 0,784. CA 19-9 berhubungan secara signifikan dengan resektabilitas tumor kaput pankreas. CA 19-9 memiliki nilai diagnostik yang baik dalam mempredisksi resektabilitas tumor ini.

This study would like to evaluate the relationship and diagnostic value of CA 19-9 in predicting the resectability of pancreatic head carcinoma. The cross-sectional study took data from the medical records at dr Cipto Mangunkusumo Hospital in 2015–2019. Patients diagnosed with pancreatic head carcinoma based on histopathologic or abdominal imaging, aged ≤75 years, and who had a recorded CA level of 19-9 were enrolled in the study. The investigators also assessed parameters of operability. Of 54 patients with similar characteristics were enrolled, with a mean age of 53.78 ± 11.13 years. It was found that there was a positive (0.850) and significant correlation between high levels of CA 19-9 and unresectable pancreatic head carcinoma. We found significant differences in levels of CA 19-9, albumin, and Karnofsky score in the resectable and unresectable groups of pancreatic head carcinoma. The cut-off point for CA 19-9 levels was 140.65 U / mL, with a sensitivity of 82.76% (64.23%-94.15%), specificity of 72.00% (50.61%-87.93 %), and AUC of 0.784. CA 19-9 was significantly associated with the pancreatic head carcinoma resectability. CA 19-9 has a good diagnostic value in predicting the resectability of these tumors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firhat Idrus
"Latar Belakang: Kanker pankreas merupakan penyakit dengan kesintasan rendah dan kesulitan untuk melakukan diagnosis. Pemeriksaan Computed Tomography (CT)-Scan abdomen dan Ca 19-9 merupakan modalitas yang murah, mudah, dan terjangkau dalam diagnosis kanker pankreas. Endoscopic Ultrasound Fine Needle Aspiration (EUS-FNA) merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosis kanker pankreas tetapi belum banyak tersedia di fasilitas kesehatan di Indonesia
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan diagnostik CT-Scan abdomen dan Ca 19-9 dibandingkan dengan EUS-FNA dalam diagnosis kanker pankreas.
Metode: Desain studi ini adalah potong lintang dengan melihat rekam medis 62 pasien dengan kecurigaan kanker pankreas di RSCM pada tahun 2015-2019. Diambil pasien-pasien yang memiliki data Ca 19-9 dan CT-Scan abdomen yang kemudian dilakukan EUS-FNA untuk penegakan diagnosis kanker pankreas.
Hasil: Sensitivitas dan spesifisitas CT-Scan abdomen masing-masing 76,27% dan 100%, sedangkan Ca 19-9 masing-masing 67,8% dan 33,33%. Nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP), rasio kemungkinan negatif (RKN), dan akurasi CT-Scan abdomen masing-masing adalah 100%, 17.65%, tidak dapat dinilai, 0,24 , dan 77,42%. Nilai duga positif, NDN, RKP, RKN, dan akurasi untuk Ca 19-9 masing-masing adalah 95.24%, 5%, 1,02, 0,97, dan 66,13%.
Kesimpulan: Kombinasi pemeriksaan CT-Scan Abdomen dan Ca 19-9 memiliki sensitivitas yang tinggi untuk kanker pankreas. Computed Tomography abdomen dapat digunakan untuk diagnosis kanker pankreas dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik.

Introduction: Pancreatic cancer is a disease with low survival rate and difficult to diagnose. Abdominal computed tomography (CT) and Ca 19-9 are diagnostic modalities which are easy, simple, and non-invasive in diagnosis of pancreatic cancer. Endoscopic Ultrasound Fine Needle Aspiration (EUS-FNA) is the gold standard for diagnosis of pancreatic cancer but it is not available in many health care facilities in Indonesia.
Purpose: This study aims to know the diagnostic accuracy of abdominal CT and Ca 19-9 compared to EUS-FNA for diagnosis of pancreatic cancer.
Methods: The design of this study is cross-sectional by searching medical record of 62 patients with clinical suspicion of pancreatic cancer in Cipto Mangunkusumo hospital from year 2015-2019. Patients who undergo EUS-FNA with clinical suspicion of pancreatic cancer and have abdominal CT and Ca 19-9 data is included.
Results: The sensitivity and specificity of abdominal CT are 76.27% and 100%, respectively, and Ca 19-9 are 67.8% and 33.33%, respectively. Positive predictive value, NPV, positive likelihood ratio, negative likelihood ratio, and accuracy of abdominal CT are 100%, 17.65%, unmeasurable, 0.24 , and 77.42%, respectively. Positive predictive value, NPV, positive likelihood ratio, negative likelihood ratio, and accuracy of Ca 19-9 are 95.24%, 5%, 1.02, 0.97, and 66.13%, respectively.
Conclusion: The combined sensitivity of abdominal CT and Ca 19-9 has high sensitivity to diagnose pancreatic cancer. Abdominal CT can be used to diagnose pancreatic cancer with good sensitivity and specificity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Prisscila
"Keganasan pankreas merupakan keganasan dengan angka kematian yang tinggi, dengan Adenokarsinoma Duktal Pankreas/Pancreatic Ductal Adenocarcinoma (PDAC) mencakup 85-90% kasus. PDAC memiliki perjalanan penyakit yang sangat agresif, dan seringkali baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Penegakan diagnosis pasti PDAC seringkali hanya dapat dilakukan melalui sediaan terbatas baik berupa biopsi maupun endoscopic ultrasound-guided fine-needle aspiration/EUS-FNA. Salah satu tantangannya adalah membedakan PDAC dari jaringan pankreas non-neoplastik/reaktif. Penelitian ini akan membahas mengenai peran von Hippel-Lindau gene product/pVHL dalam membedakan PDAC dengan jaringan pankreas non-neoplastik, serta hubungannya dengan profil klinikopatologiradira PDAC. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional pada kasus PDAC dan jaringan pankreas non-neoplastik yang dilakukan di RSCM pada sampel yang diperoleh pada bulan Januari 2012 hingga September 2023. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok PDAC dan pankreas non-neoplastik. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling dari kasus-kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Dilakukan pulasan imunohistokimia pVHL dan perhitungan Histoscore/H-score serta penentuan cut-offnya untuk membagi ekspresi pVHL menjadi tinggi dan rendah dan hubungannya dengan PDAC dan non-neoplastik, serta profil klinikopatologi pada kelompok PDAC. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan ekspresi pVHL pada kelompok PDAC dan non-neoplastik, dan staging pN memiliki hubungan bermakna dengan ekspresi pVHL pada PDAC. Ekspresi pVHL yang rendah lebih banyak ditemukan pada PDAC berdiferensiasi sedang, tidak ditemukan invasi limfovaskular maupun invasi perineural, memiliki batas sayatan yang tidak bebas, memiliki staging pT2, pN0, M0, dan kesintasan > 7 bulan. Sebaliknya, ekspresi pVHL yang tinggi juga lebih banyak ditemukan pada PDAC berdiferensiasi sedang, ditemukan invasi limfovaskular, tidak ditemukan invasi perineural, status batas sayatan yang bebas, staging pT2 dan pT3, pN1 dan pN2, M0, dengan kesintasan ≤ 7 bulan. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mendapati hilangnya ekspresi pVHL pada tumor PDAC, dan sebaliknya pada duktus pankreas non-neoplastik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan klon antibodi yang digunakan pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Klon antibodi yang digunakan adalah VHL40, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan klon FL-181 yang berikatan dengan asam amino yang berbeda dan memiliki klonalitas yang berbeda pula. Selain itu, pada PDAC dapat terjadi mutasi pada gen VHL yang menghasilkan protein VHL yang non-fungsional yang kemungkinan masih dapat terdeteksi dengan ikatan antigen-antibodi pada penelitian ini. 

Pancreatic malignancy is a malignancy with a high mortality rate, with Pancreatic Ductal Adenocarcinoma (PDAC) accounting for 85-90% of cases. PDAC has a very aggressive disease course, and is often only diagnosed at an advanced stage. Establishing a definite diagnosis of PDAC can often only be done through limited sample from biopsy or endoscopic ultrasound-guided fine-needle aspiration/EUS-FNA. In such limited sample, differentiating PDAC from non-neoplastic/reactive pancreatic tissue can be challenging. This research will discuss the role of von Hippel-Lindau gene product/pVHL in PDAC and non-neoplastic pancreatic tissue, as well as their relationship with PDAC pathological factors. This research is an analytical observational study with a cross-sectional design on cases of PDAC and non-neoplastic pancreatic tissue conducted at RSCM on samples obtained from January 2012 to September 2023. The research samples were divided into 2 large groups, namely the PDAC and non-neoplastic pancreatic groups. Sample selection was carried out using simple random sampling from cases that met the inclusion criteria and were not included in the exclusion criteria. Immunohistochemistry of pVHL was performed along with calculation of Histoscore/H-score and determination of cut-offs to divide pVHL expression into high and low and its relationship with PDAC and non-neoplastic, as well as pathological factors in the PDAC group. This study shows that there is no difference in pVHL expression in the PDAC and non-neoplastic groups, and pN staging has a significant relationship with pVHL expression in PDAC. Low pVHL expression is more often found in moderately differentiated PDAC, no lymphovascular invasion or perineural invasion, non-free incision margins, staging pT2, pN0, M0, and survival > 7 months. In contrast, high pVHL expression was also found more frequently in moderately differentiated PDAC, lymphovascular invasion was found, no perineural invasion was found, free incision margin status, pT2 and pT3 staging, pN1 and pN2, M0, with survival ≤ 7 months. This finding is different from previous studies which found loss of pVHL expression in PDAC tumors, and vice versa. This difference in results is likely due to differences in the antibody clones used in this study compared to previous studies. The antibody clone used was VHL40, whereas previous studies used the FL-181 clone which binds to different amino acids and has different clonality. In addition, in PDAC there is a mutation in the VHL gene which may produce a non-functional VHL protein that still be detectable by antigen-antibody binding in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jovita Amelia
"Latar Belakang: Karsinoma pankreas umumnya merupakan adenokarsinoma duktus dari pankreas, karena lebih dari 90% tumor pankreas berasal dari epitel duktus dan memiliki angka mortalitas tinggi. Adenokarsinoma pankreas menyebabkan berbagai gejala akibat obstruksi duktus biliaris dan duktus pankreatikus serta hipermetabolisme terkait perubahan metabolik pada kanker. Tindakan kuratif meliputi pembedahan menyebabkan perubahan anatomi fisiologik saluran cerna dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi gastrointestinal yang menyebabkan malnutrisi pada pasien. Perubahan metabolik, gejala penyakit, dan tatalaksana adenokarsinoma pankreas dapat menyebabkan malnutrisi dan kaheksia kanker. Terapi nutrisi perioperatif yang adekuat akan menghasilkan outome bedah yang baik, menurunkan morbiditas dan mortalitas pascabedah, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Metode: Laporan serial kasus ini menguraikan empat kasus adenokarsinoma pankreas, yaitu dua kasus adenokarsinoma papila Vateri, satu kasus adenokarsinoma papila Vateri yang sudah infiltrasi ke duodenum, dan satu kasus adenokarsinoma pankreas dari kaput sampai kauda. Keempat pasien serial kasus tergolong kaheksia kanker. Pembedahan pada keempat kasus disesuaikan dengan lokasi dan metastasis kanker. Terapi nutrisi pada serial kasus ini dilakukan sesuai dengan pedoman terapi nutrisi perioperatif. Seluruh pasien mendapat terapi nutrisi mulai dari masa prabedah hingga pascabedah dengan pemberian energi dan makronutrien ditingkatkan bertahap sesuai dengan kondisi klinis dan toleransi pasien. Suplementasi mikronutrien juga diberikan kepada keempat pasien. Pemantauan pasien meliputi keluhan subjektif, hemodinamik, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, antropometri, keseimbangan cairan, dan kapasitas fungsional.
Hasil: Selama pemantauan di RS, keempat pasien menunjukkan perbaikan klinis, peningkatan toleransi asupan, outcome bedah yang baik, serta perbaikan kapasitas fungsional dan hasil laboratorium.
Kesimpulan: Terapi nutrisi perioperatif pada keempat pasien berperan penting dalam menunjang perbaikan klinis, dan outcome bedah, serta mendukung terapi pada kasus kanker pankreas.

Background: Pancreatic cancer usually refers to ductal adenocarcinomas of the pancreas, since more than 90% of the tumors are ductal epithelium origin and have high mortality rate. Pancreatic adenocarcinoma causes various symptoms resulted from ductal biliary and pancreatic ducts obstruction, along with hypermetabolism related to metabolic alteration in cancer. Curative management involves surgery will make changes in gastrointestinal anatomy and physiology, and cause various gastrointestinal complication that will lead to malnutrition. Metabolic changes, symptoms of the disease and pancreatic adenocarcinoma therapy will cause malnutrition and cancer cachexia. Adequate perioperative nutrition will have good surgery outcome, reduce postoperative morbidity and mortality and increase patients quality of life.
Methods: This serial case report described four cases of pancreatic adenocarcinoma consist of two cases with adenocarcinoma of the papilla of Vater, one case with adenocarcinoma of the papilla of Vater with duodenum infiltration, and one case with pancreatic adenocarcinoma from head to tail. All patients classified as cancer cachexia. Surgery was carried out corresponds to cancer location and metastasis. Nutrition therapy in this serial case report was conducted in accordance to perioperative nutrition therapy guideline. All patients received nutrition support from preoperative to postoperative with gradual increased of energy and macronutrient adjusted to the clinical condition and food tolerance of the patients. Micronutrients supplementation was given to all patients. Monitoring included patients complaints, hemodynamic, food analysis and intake tolerance, laboratory results, anthropometry, fluid balance and functional capacity.
Results: During monitoring in the hospital, all patients showed improve clinical outcomes, increased food intake tolerance, good surgery outcomes, and improved functional capacity, and laboratory results.
Conclusion: Perioperative nutrition therapy in all patients play an important role in supporting clinical outcome improvement, surgery outcomes, and therapy in pancreatic cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radio Putro Wicaksono
"Latar belakang : Fontan merupakan tata laksana tahap final pada penyakit jantung bawaan dengan single ventricle. Salah satu komplikasi pascaoperasi yang meningkatkan lama rawat dan biaya adalah efusi pleura menetap dengan prevalensi 35,8%. Vasodilator paru digunakan untuk menurunkan tekanan arteri pulmonal dan resistensi paru yang berhubungan dengan mekanisme terjadinya efusi pleura. Penelitian ini melihat hubungan lama pemberian vasodilator paru praoperasi terhadap kejadian efusi pleura menetap pascaoperasi Fontan.
Metode : Studi kohort retrospektif pada pasien pascaoperasi Fontan di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh darah Nasional Harapan Kita (RSPJNHK). Saturasi oksigen praoperasi, indeks resistensi paru praoperasi, teknik fenestration, regurgitasi katup sistemik praoperasi, lama pemberian vasodilator paru praoperasi, durasi mesin pintas jantung paru, dan penggunaan klem silang aorta merupakan variabel bebas dan kejadian efusi pleura menetap pascaoperasi merupakan variabel terikat. Pengumpulan data melalui rekam medis pasien di divisi bedah jantung anak RSPJDNHK tahun 2017-2019. Analisis bivariat digunakan untuk menilai hubungan antar variabel.
Hasil : Terdapat 93 subjek yang diikutsertakan pada penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara indeks resistensi paru praoperasi, teknik fenestration, regurgitasi katup sistemik praoperasi dan lama pemberian vasodilator paru praoperasi, durasi mesin jantung paru, dan penggunaan klem silang aorta. Hubungan yang bermakna didapatkan dari variabel saturasi oksigen praoperasi dan tekanan arteri paru praoperasi.
Simpulan : Lama pemberian vasodilator paru praoperasi tidak berhubungan dengan efusi pleura menetap pascaoperasi Fontan. Namun secara klinis terdapat 67,4% subjek pada kelompok pemberian vasodilator paru ≥6 bulan tidak mengalami efusi pleura menetap.

Background: Fontan is final palliative surgery for single ventricle physiology congenital heart disease. Persistent pleural effusion is one of complication which can increase length of stay and cost after surgery. High pulmonary artery pressure and pulmonary resistance are involved in existence of persistent pleural effusion after surgery. Pulmonary vasodilator is one of drug that can decrease pulmonary artery pressure and resistance which can decrease pleural effusion production,
Method : Retrospective cohort was used in this paper. Data was taken from medical record from 2017 to 2019 in pediatric cardiac surgery division of National Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital.
Result : there were 93 subjects in this study. Duration of cardiopulmonary bypass, aortic cross clamp, pulmonary artery resistence index, systemic valve regurgitation, duration of pulmonary vasodilator, and fenestration did not have significant correlation statistically to persistent pleural effusion. Preoperative oxygen saturation and pulmonary artery pressure had significant correlation to persistent pleural effusion statistically.
Conclusion : This study showed that duration of preoperative pulmonary vasodilator did not have correlation with persistent pleural effusion after Fontan. Clinically, there is 67,4% on ≥6 month of pulmonary vasodilator group did not have persistent pleural effusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meike Pramono
"Latar Belakang: Adenokarsinoma duktal pankreas dan adenokarsinoma ampula vateri, tanpa melihat gambaran episentrum tumor, sulit dibedakan secara histopatologi. Gejala klinis tidak spesifik sehingga kasus yang ditemukan seringkali tidak memenuhi kriteria resectable. Gambaran radiologi juga tidak spesifik, padahal terapi dan prognosis keduanya berbeda. Adenokarsinoma duktal pankreas memiliki angka kesintasan rendah dibanding adenokarsinoma ampula vateri. Penentuan asal tumor, berasal dari duktal pankreas atau ampula vateri, sangat penting. SMAD4 diduga dapat menjadi salah satu panel diagnostik imunohistokimia. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbandingan ekspresi SMAD4 di adenokarsinoma ampula vateri dan adenokarsinoma duktal pankreas.
Tujuan: Mengetahui perbandingan ekspresi SMAD4 pada adenokarsinoma duktal pankreas dan adenokarsinoma ampula vateri.
Metode: Penelitian analitik observasional, desain potong lintang pada sediaan reseksi adenokarsinoma duktal pankreas dan adenokarsinoma ampula vateri, periode Januari 2013 hingga September 2021. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Adenokasinoma ampula vateri dengan subtipe pankreatobiliar dieksklusi. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer SMAD4. Data imunohistokimia dianalisis untuk melihat adakah perbedaan ekspresi SMAD4 pada adenokarsinoma di ampula vateri dan adenokarsinoma duktal pankreas.
Hasil: Loss of SMAD4 didapatkan pada 12 kasus (60 %) adenokarsinoma duktal pankreas dan 8 kasus (44,4 %) adenokarsinoma ampula vateri. Tidak didapatkan hubungan loss of SMAD4 pada adenokarsinoma duktal pankreas dan adenokarsinoma ampula vateri (p=0,338).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna loss of SMAD4 pada adenokarsinoma duktal pankreas dan adenokarsinoma ampula vateri. Namun terdapat trend loss of SMAD4 lebih tinggi pada adenokarsinoma duktal pankreas dibanding adenokarsinoma ampula vateri subtipe intestinal dan mixed type dominansi intestinal.

ackground: Differentiating pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma without knowing the epicenter of the tumor is difficult. The clinical symptoms are non-specific. The cases found usually do not meet the operable criteria. Radiological examination is also non-specific, although the treatment and prognosis are different. Pancreatic ductal adenocarcinoma has lower survival rate than ampullary adenocarcinoma. It is very important to determine the origin of the tumor from pancreatic ductal or ampulla of Vater. SMAD4 is expected to be one of immunohistochemical diagnostic panel for the pancreatic ductal adenocarcinoma. This study compares the SMAD4 expression in pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma.
Objective: Knowing the comparison of SMAD4 expression in pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma.
Methods: Observational analytical study with cross sectional design, total sampling was performed on the resection specimens of pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma, period January 2013 to December 2021. Ampullary adenocarcinoma with pancreatobilliary subtype was excluded. Immunohistochemical examination using SMAD4 primary antibody. Immunohistochemical data will be analyzed to see SMAD4 expression difference between pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma.
Results: Loss of SMAD4 was found in 12 cases (66,7 %) of pancreatic ductal adenocarcinoma and 6 cases (44,4 %) of ampullary adenocarcinoma. There was no significant relationship between loss of SMAD4 in pancreatic ductal adenocarcinoma and ampullary adenocarcinoma (p=0,338).
Conclusions: There was no significant relationship between loss of SMAD4 in pancreatic ductal adenocarcinoma and adenocarcinoma of the ampulla of vater. However, there was a trend of higher SMAD4 loss in pancreatic ductal adenocarcinoma than ampullary vater adenocarcinoma of intestinal subtype and mixed type with intestinal dominance.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Larasati
"Latar Belakang: HER2 merupakan protoonkogen menjadi dasar pemberian terapi sel target pada adenokarsinoma gaster stadium lanjut. Penelitian hubungan antara gambaran klinis, endoskopi dan histopatologi dengan ekspresi HER2 masih menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian tentang HER2 sebagai prediktor kesintasan juga menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gambaran klinis, endoskopi, histopatologi dengan ekspresi HER2 dan hubungan antara ekspresi HER2 dengan kesintasan dua tahun.
Metode: Penelitian kohort retrospektif pada subyek adenokarsinoma gaster yang baru terdiagnosis, berusia ³ 18 tahun di 4 rumah sakit di Jakarta, berobat dari 2015-2019, memenuhi kriteria inklusi: memiliki rekam medis yang lengkap, hasil pemeriksaan gastroskopi, blok parafin hasil biopsi. Slide biopsi diwarnai dengan pewarnaan imunohistokimia HER2 dan diinterpretasi dengan kriteria ToGA. Analisis statistik deskriptif dan bivariat dengan menggunakan chi square/tes fisher untuk menilai hubungan antara gambaran klinis, endoskopi, dan histopatologi dengan ekspresi HER2. Analisis kesintasan, bivariat dan multivariat dengan Cox-regresi menentukan pengaruh ekspresi HER2 terhadap kesintasan dua tahun.
Hasil: Ekspresi HER2 positif ditemukan pada 12,3% subyek (15 dari 122 subyek). Ekspresi HER2 cenderung lebih tinggi pada metastasis ke hati, klasifikasi Borrman tipe I/II, diferensiasi baik/sedang, tipe intestinal berdasarkan Klasifikasi Lauren memiliki dengan proporsi masing-masing: 17.6% RR(IK95%)=1.726 (0.665-4.480), 16.1% RR(IK95%)=1,768(0,670-4,662), 14.3% RR(IK95%)=1,304(0,505-3,363), 13.9% RR(IK95%)=1,389(0,505-3,817).Ekspresi HER2 positif tidak berhubungan dengan kesintasan dua tahun, HR (IK95%)=1,12(0,609-2,058).
Simpulan: Matastasis hati, klasifikasi Borrman, letak tumor, diferensiasi tumor dan klasifikasi Lauren tidak berhubungan bermakna secara statistik terhadap ekspresi HER2. Ekspresi HER2 positif tidak berhubungan dengan kesintasan dua tahun pada adenokarsinoma gaster.

Background: HER2 is a proto-oncogene which important for administering of target cell therapy in advanced gastric adenocarcinoma. Research on clinical, endoscopic, and histopathological features shown conflicting in association with HER2 expression. Studies on HER2 as a predictor of survival still show different results. This study aims to determine association of the clinical, endoscopic, and histopathological features with HER2 expression and association of HER2 expression with 2-year survival.
Methods: A retrospective cohort study on newly diagnosed gastric adenocarcinoma subjects, aged 18 years old at 4 hospitals in Jakarta, receiving treatment from 2015-2019, meeting the inclusion criteria: having complete medical record, results of gastroscopy examination, and paraffin block tumor biopsy results. The biopsy slides were stained with HER2 immunohistochemical staining and interpreted according to the ToGA criteria. Descriptive and bivariate analysis by using chi-square or fisher's test assessed the relationship between clinical, endoscopic, and histopathological features with HER2 expression. Survival, bivariate and multivariate analysis with cox regression method were used to determine the effect of HER2 expression on 2-year survival.
Results: Positive HER2 expression was found in 12.3% of subjects (15 of 122 subjects). HER2 expression tends to be higher in metastases to the liver, Borrman classification type I/II, good/moderate differentiation, intestinal type based on Lauren's classification has the respective proportions:17.6% RR (95%CI)=1.726 (0.665-4.480), 16.1% RR (95%CI)=1,768 (0,670-4,662), 14.3% RR (95%CI)=1,304 (0,505-3,363), 13.9% RR (95%CI)=1,389 (0,505-3,817). Positive HER2 expression was not associated with 2-year survival with HR (95%CI) =1.12 (0.609-2.058).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ravles
"Pendahuluan: Pembedahan merupakan pilihan tatalaksana kuratif terbaik kanker pancreas, oleh karena itu sangat penting untuk dapat menegakkan diagnosis secara akurat sejak awal. Skor BACAP dan CA 19-9 telah diterima sebagai prediktor resektabilitas kanker pancreas yang cukup baik, dan akurasinya diharapkan akan meningkat apabila keduanya dikombinasikan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui keluaran yang dihasilkan oleh kombinasi skor BACAP dan penanda tumor CA 19-9.
Metode: Penelitian potong lintang retrospektif ini melibatkan pasien kanker pankreas yang telah menjalani operasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Indonesia pada periode Januari 2017 hingga April 2023. Data diperoleh dari medical record. Pasien dengan penyakit penyerta seperti jaundice karena obstruksi batu bilier, pankreatitis, sirosis hati, kelainan paru dan pasien dengan neoadjuvant akan diekslusi. Nilai  CA 19-9 diperoleh melalui pemeriksaan Chemiluminescent Immunoassay, titik potong 140,6 dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya di RSCM. Nilai skor BACAP melibatkan enam variabel klinis dan radiologis dan dapat diperoleh dengan mengaplikasikan kalkulator yang terdapat pada http://jdlp.fr/resectability/.
Hasil: Total 87 pasien yang dilibatkan pada penelitian ini didapatkan keluaran skor BACAP yaitu sensitivitas sebesar 50,0%, spesifisitas 100%; PPV 100%; NPV 73,8%, dan akurasi 75,9% (AUC 94,6%). Sementara modifikasi skor BACAP menghasilkan sensitivitas 83,1%, spesifisitas 85,7%, PPV 70,5%, NPV 92,5%, dan akurasi 83,9% (AUC 89,4%).
Kesimpulan: Kombinasi CA 19-9 dan skor BACAP menghasilkan skor modifikasi dengan keluaran yang lebih baik dibandingkan skor BACAP dalam memprediksi resektabilitas karsinoma pankreas.

Background: Surgery remains the best choice curative treatment for pancreatic cancer. Therefore, it is crucial to establish accurate diagnosis from the beginning. BACAP score and CA 19-9 have been identified as good predictors of pancreatic cancer resectability, and their accuracy is expected to increase when combined. This study aimed to determine the outcomes produced by the combination of the BACAP score and CA 19-9 tumor marker
Methods: This was a retrospective cross-sectional study involved 87 pancreatic cancer patients who underwent surgery between January 2017 and April 2023. The research data was obtained from medical records. The presence of other diseases such as biliary stones, strictures, pancreatitis, liver cirrhosis, or other pulmonary abnormalities, and prior neoadjuvant chemotherapy were excluded. The CA 19-9 value was obtained through a blood examination using the Chemiluminescent Immunoassay method. The cut-off point of 140.6 has been selected and determined based on previous studies at RSCM. The BACAP score, comprising 6 variables (Abdominal pain, weight loss, tumor size, thrombosis, tumor location, and performance status), was applied to the entire research sample using the BACAP score calculator available at http://jdlp.fr/resectability/.
Results: A total 87 patients were included. BACAP score yields a sensitivity of 50.0%, specificity of 100%, positive predictive value (PPV) of 100%, negative predictive value (NPV) of 73.8%, and accuracy of 75.9% (AUC 94.6%). While modified BACAP score yielded a sensitivity of 83.1%, specificity of 85.7%, PPV of 70.5%, NPV of 92.5%, and accuracy of 83.9% (AUC 89.4%).
Conclusion: The combination of CA 19-9 and the BACAP score yields a modified score with better outcomes compared to the BACAP score alone in predicting the resectability of pancreatic carcinoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Friska Widjaya
"Latar belakang dan tujuan : Hemosiderosis jantung dan pankreas merupakan komplikasi transfusi pada pasien thalassemia mayor. Evaluasi hemosiderosis pankreas dan jantung dilakukan dengan pemeriksaan MRI sekuens T2*. Kedua organ tersebut mempunyai kesamaan dalam penyimpanan besi dan tehnik pemeriksaan T2* pankreas lebih mudah dan cepat dibandingkan tehnik pemeriksaan jantung, sehingga diharapkan evaluasi hemosiderosis jantung dipermudah dengan menghitung nilai T2* pankreas.
Metode : Uji korelatif dengan pendekatan potong lintang pada nilai T2* pankreas dan nilai T2* jantung dihitung menggunakan perangkat lunak CMRtools™ pada 30 subjek thalassemia mayor.
Hasil : Tidak terdapat korelasi antara nilai T2* pankreas dengan nilai T2* jantung (R = 0,05, p = 0,798).
Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara nilai T2* pankreas dengan nilai T2* jantung pada pasien thalassemia mayor.

Background and objective : Cardiac and pancreatic hemosiderosis are transfusion complication in major thalassemia patients. Evaluation of cardiac and pancreatic hemosiderosis assessed by MRI T2* examination. Both organs have same iron deposition, pancreatic T2* examination easier and faster than cardiac. Pancreatic T2* score can be used to evaluate cardiac hemosiderosis.
Method : A cross sectional correlation study between pancreatic and cadiac T2*score calculated with CMRtools™ software conducted in 30 major thalassemia patients.
Result : There is no correlation between pancreatic and cardiac T2* score (R = 0,05, p = 0, 79)
Conclusion : There is no correlation between pancreatic and cardiac T2* score in major thalassemia patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>