Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qonita Nabihah
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Masalah kesehatan ini membutuhkan perhatian khusus di Indonesia karena jumlah pasien termasuk yang terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya berupaya keras untuk mengendalikan dan memberantas TB melalui program pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat. Salah satu bentuk pencegahan yang direkomendasikan adalah terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi TB dan mengalami keparahan. Sebagai unit pelayanan kesehatan primer masyarakat di wilayah Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Matraman perlu mengevaluasi penggunaan obat TPT karena tingginya kasus TB di daerah tersebut. Data mengenai penggunaan regimen TPT oleh pasien yang terdaftar di Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas Matraman dikumpulkan secara retrospektif, lalu dianalisis untuk memperoleh gambaran pola penggunaan dan kesesuaian terapi dengan pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Individu yang memperoleh TPT paling banyak pada kelompok usia remaja dan dewasa yaitu 25 orang (66%). Terdapat 3 jenis regimen yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman yaitu 6H, 3HP, dan 3HR, dengan mayoritas pasien dewasa memilih regimen 3HP (79%). Pemilihan regimen TPT di Puskesmas Kecamatan Matraman sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat dan kondisi khusus pasien. Sebagian besar pasien berhasil menyelesaikan regimen (87%) namun terdapat pasien yang mengalami putus obat (5%) karena alasan medis yang tidak diketahui. Dalam upaya pencegahan TB, penting untuk memahami faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan risiko putus obat.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia faces a significant TB challenge, ranking among the highest TB burden countries globally. The World Health Organization (WHO) and health organizations prioritize TB control through prevention, early diagnosis, and appropriate treatment. Tuberculosis preventive therapy (TPT) is recommended, especially for high-risk populations in Matraman Community, East Jakarta. The Matraman Community Health Center plays a pivotal role in community healthcare. Given the area's high TB prevalence, evaluating TPT medication usage is essential. Retrospective data from Matraman Community Health Center's Pharmacy Service Unit reveal that the majority of TPT recipients are adolescents and adults, totaling 25 individuals (66%). Three main regimen types—6H, 3HP, and 3HR—are employed, with 79% of adult patients favoring 3HP. Regimen selection aligns with Ministry of Health guidelines, considering drug availability and patient-specific conditions. Encouragingly, a significant portion of patients (87%) successfully completed their TPT regimens. However, a minority (5%) discontinued treatment due to undisclosed medical reasons. To enhance TB prevention, understanding factors affecting treatment success is crucial, necessitating proactive measures to mitigate treatment discontinuation risks. Indonesia's TB battle underscores the importance of international efforts for TB control and eradication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pasien dengan HIV positif memiliki risiko 30 kali lebih besar terkena tuberkulosis. Terapi Pencegahan Tuberkulosis adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah orang yang berisiko terinfeksi bakteri tuberkulosis yang dapat berkembang menjadi TB positif. Puskesmas Kecamatan Ciracas memfasilitasi pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan penderita infeksi TB yang meliputi pelayanan klinis berupa penyuluhan. Informasi data obat TPT diperoleh dari Pedoman Teknis Penanganan Infeksi Tuberkulosis Laten (ILTB), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Pengendalian Tuberkulosis, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun Tahun 2021 tentang Pengendalian Tuberkulosis, dan Pharmaceutical Care untuk Tuberkulosis yang telah dibandingkan dengan daftar obat TPT yang digunakan di Puskesmas Kabupaten Ciracas. Penggunaan media booklet sebagai media penyuluhan dipilih karena dapat membantu pasien HIV memahami tuberkulosis dan pentingnya mengkonsumsi TPT. Media booklet yang dirancang khusus berisi materi tentang TPT yang disusun secara sistematis dengan gambar ilustrasi yang mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat TPT.

Patients with HIV positive have a 30 times greater risk of developing tuberculosis. Tuberculosis Prevention Therapy is an effort made to prevent people who are at risk of being infected with tuberculosis bacteria which can develop into positive TB. The Ciracas District Health Center facilitates health services for people with HIV/AIDS and people with TB infection which includes clinical services in the form of counseling. TPT drug data information was obtained from the Technical Guidelines for Handling Latent Tuberculosis Infection (ILTB), Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 67 of 2016 concerning Tuberculosis Control, Presidential Regulation of the Republic of Indonesia Number 67 of 2021 concerning Tuberculosis Control, and Pharmaceutical Care for Tuberculosis which has been compared to the list of TPT drugs used at the Ciracas District Health Center. The use of booklet media as an educational medium was chosen because it can help HIV patients understand tuberculosis and the importance of consuming TPT. A specially designed media booklet contains material about TPT which is systematically arranged with easy-to-understand illustrations, to increase patient compliance in taking TPT drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiya Nur Afida
"Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu infeksi penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2022, Tuberkulosis anak di Indonesia ini mengalami peningkatan hingga 58% dari tahun sebelumnya. Tuberkulosis pada anak merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena bayi dan anak di bawah 2 tahun memiliki risiko morbiditas dan mortalitas tertinggi karena lebih sering mengembangkan penyakit tuberkulosis yang mengancam jiwa. Tujuan dari tugas khusus ini yaitu mengetahui gambaran pengobatan dan memberikan edukasi melalui leaflet mengenai tuberkulosis pada anak. Metode yang dilakukan yaitu menganalisis data kunjungan pengobatan pasien Tuberkulosis anak di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan kemudian mengklasifikasikan berdasarkan statusnya. Berdasarkan hasil analisa data kunjungan pengobatan pasien TB-SO anak dari Maret 2022 hingga Mei 2023 dengan total 37 pasien, didapatkan jumlah pasien sembuh 35,14%; pasien rujuk 2,70%; pasien lost to follow up 2,70%; dan pasien yang masih aktif pengobatan 59,46%.

Tuberculosis is one of the highest causes of death in the world. In 2022, pediatric tuberculosis in Indonesia increased by 58% from the previous year. Tuberculosis in children is a very important health problem because infants and children under 2 years have the highest risk of morbidity and mortality because they more often develop life-threatening tuberculosis. The aim of this special assignment is to understand the description of treatment and provide education through leaflets regarding tuberculosis in children. The method used was analyzing data on treatment visits for pediatric tuberculosis patients at the Cengkareng District Health Center and then classifying them based on their status. Based on the results of data analysis of treatment visits for pediatric tuberculosis patients from March 2022 to May 2023 with a total of 37 patients, it was found that the number of patients recovered was 35.14%; referred patients 2.70%; patients lost to follow up 2.70%; and patients who were still on active treatment were 59.46%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis resisten obat (TB RO) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sangat dikhawatirkan karena pengobatan untuk TB RO membutuhkan obat antibiotik lini kedua, yang kurang efektif, lebih mahal dan juga lebih toksik, serta peralatan untuk menguji sensitivitas obat tidak tersedia di seluruh daerah. Seperti jenis antibiotik lainnya, antibiotik yang digunakan untuk TB juga tidak luput dari resistensi. Resistensi yang terus terjadi terhadap OAT akan mengakibatkan TB menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Mengingat hal-hal terkait dengan efek dan risiko penggunaan antibiotik lini kedua untuk TB RO, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh untuk menetapkan kebutuhan regimen terapi antibiotik yang sesuai dan aman untuk pasien sehingga pengobatan berlangsung secara tepat indikasi dan optimal. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti yang dicantumkan sebelumnya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data pasien, seleksi, dan analisis data. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, seluruh pasien diberikan OAT sesuai dengan indikasi dan dosis yang direkomendasikan oleh tatalaksana. Namun, durasi terapi yang dijalani lebih dari durasi terapi yang ditentukan berdasarkan waktu konversi biakan. Analisis data juga menunjukan bahwa pengalihan regimen terapi pendek ke panjang diakibatkan oleh efek samping obat yang dialami selama pengobatan dan hasil uji yang menandakan resistensi terhadap obat regimen jangka pendek.

Drug-resistant tuberculosis is a global health problem with great concern because treatment for drug-resistant tuberculosis requires second-line antibiotics, which are less effective, more expensive, more toxic, and equipment to test drug sensitivity is not available in all regions. Like other types of antibiotics, the antibiotics used for TB are also not immune from resistance. Resistance that continues to occur to antituberculosis drugs will cause TB to become an incurable disease. Given the issues related to the effects and risks of using second-line antibiotics for drug resistant tuberculosis, it is necessary to carry out a thorough evaluation to determine the need for an appropriate and safe antibiotic therapy regimen for the patient so that treatment takes place according to indications and is optimal. Therefore, this research was conducted with the objectives as stated earlier. The research was conducted by collecting patient data, selection, and data analysis. Based on the evaluation that was carried out, all patients were given antituberculosis drugs according to the indications and doses recommended by the guidelines. However, the duration of therapy was more than the duration of therapy determined based on the culture conversion time. Data analysis also showed that the switch from a short to a long regimen was caused by side effects of drugs experienced during treatment and test results indicating resistance to short-term regimen drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Kusuma Dewi
"Kontak serumah merupakan faktor paling dominan penyebab TB pada anak, untuk mencegahnya perlu diberikan obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian TPT pada anak dengan kontak serumah pasien TB di Wilayah Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus pada 14 orang informan utama, yakni 9 ibu yang memberikan TPT dan 5 orang ibu yang tidak memberikan TPT. Informan kunci terdiri dari 9 keluarga ibu yang memberi TPT dan 5 keluarga ibu yang tidak memberi TPT, 6 kader TB, 6 petugas Puskesmas dan Kasi P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, forum group discussion dan observasi. Dilakukan pada bulan Mei-Juni 2023 dan dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menjalani TPT telah melakukan perilaku pemberian TPT sesuai standar tata laksana pemberian TPT, kecuali untuk waktu pemberian obat, stok obat TPT selalu tersedia di Puskesmas, namun terbatas sehingga cakupan TPT rendah. Ibu mendapat dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik, namun belum mendapatkan dukungan kader TB. Ibu memberikan imbalan kepada anak agar mau minum obat TPT. Ibu yang tidak memberikan TPT pada anaknya kurang memiliki pengetahuan, dukungan keluarga, kader dan tenaga kesehatan. Perilaku ibu dalam pemberian TPT dipengaruhi persepsi kerentanan, keparahan terkait penyakit TB serta manfaat, hambatan dan kepercayaan diri dalam pemberian TPT. Dorongan yang didapatkan ibu untuk memberikan TPT berasal dari keluarga, teman sebaya yang memiliki pengalaman dengan penyakit TB, kader, petugas kesehatan, media sosial dan pengalaman dari ibu yang tidak ingin anaknya terkena TB. Untuk itu, diperlukan pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk dapat melakukan strategi promosi kesehatan dan pengelolaan logistik dalam pemberian TPT. 

Household contact is the most dominant factor causing TB in children. However, to prevent the cause it is necessary to be given the drugs of Tuberculosis Preventive Therapy (TPT). This study aims to determine the behavior of mothers in giving TPT to children with household contacts of TB patients in Public Health Center of Banyumas District in 2023. This study uses a qualitative approach and case study design on 14 main informants, they are 9 mothers who provided TPT and 5 mothers which did not provide TPT. The key informants consisted of 9 mothers’ family who provided TPT and 5 mothers’ family who did not, 6 TB cadres, 6 Puskesmas officers and Head of P2PM Section of the Banyumas District Health Office. Data collection was conducted through in-depth interviews, forum group discussion and observation in May-June 2023 and analyzed thematically. The results showed that most of the mothers who experience TPT had carried out the behavior of giving TPT in accordance with the TPT administration standard, except for the time of drug administration. TPT drug stock was always available at the Puskesmas, but it was limited so TPT coverage became low. Mothers have received positive family and health worker support, but they have not received the support of TB cadres. Mothers reward children for taking TPT drugs. Mothers who do not give the drug to their children have less knowledge and insufficient support from families, cadres and health workers. Mother's behavior in giving TPT is influenced by perceptions of vulnerability, severity related to TB disease, benefits, barriers and confidence to give TPT. The encouragement that mothers get to provide TPT came from family, peers who have experience with TB disease, cadres, health workers, social media and experiences from mothers who do not want their children to get TB. For this reason, training is needed for health workers to be able to carry out health promotion strategies and manage logistics in administering TPT."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia
"Infeksi laten tuberkulosis merupakan keadaan tubuh yang tidak menunjukkan gejala saat terserang bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi laten dapat berkembang menjadi tuberculosis aktif sehingga perlu diberikan terapi pencegahan tuberkulosis. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam penanganan infeksi laten tuberkulosis di rumah sakit adalah apoteker. Informasi mengenai terapi pencegahan tuberkulosis dapat diberikan kepada sesama tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien atau pihak lain di luar rumah sakit. Pelayanan informasi obat dapat dilakukan melalui penerbitan media informasi seperti buklet. Laporan ini bertujuan untuk menyusun buklet terapi pencegahan tuberkulosis. Penyusunan buklet dilakukan dengan metode studi literatur pada peraturan tata laksana terapi pencegahan tuberkulosis yang berlaku di Indonesia. Desain buklet dilakukan dengan menggunakan aplikasi Canva pada kertas ukuran B5. Buklet terdiri dari 16 halaman yang terbagi menjadi cover, isi, daftar pustaka, dan kontak Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Latent tuberculosis infection is a state of the body that has no symptoms when attacked by Mycobacterium tuberculosis bacteria. Latent infection can develop into active tuberculosis so it is necessary to provide preventive therapy for tuberculosis. One of the medical personnel who plays a role in managing latent tuberculosis infection in hospitals is the pharmacist. Information on tuberculosis preventive therapy can be provided to fellow health workers, patients, patients' families, or other parties outside the hospital. Drug information services can be carried out through the publication of information media such as booklets. This report aims to develop a booklet on tuberculosis prevention therapy. The preparation of the booklet was carried out using a literature study method on the regulations on the management of tuberculosis preventive therapy applicable in Indonesia. The booklet design was done using the Canva application on B5-size paper. The booklet consisted of 16 pages divided into cover, content, bibliography, and University of Indonesia Hospital contact."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadila
"Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paruparu. Lamanya pengobatan tuberkulosis yang berlangsung minimal 6 bulan serta efek samping yang ditimbulkan menyebabkan tidak patuhnya pasien menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan obat antituberkulosis dan melihat hasil pengobatan dengan menggunakan obat antituberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari 2014 ? Oktober 2015. Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik retrospektif dan mengevaluasi catatan rekam medis dari 223 pasien tuberkulosis paru dengan kasus baru.
Analisis dilakukan pada 223 pasien dimana jumlah penderita perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu sebesar 53% dan paling banyak diderita oleh pasien dengan umur produktif yaitu pasien dengan rentang umur 46-55 tahun dan pasien dengan rentang umur 26-35 tahun. Sesuai dengan Pedoman Nasional Pengobatan Tuberkulosis, jenis OAT (Obat Antituberkulosis) yang paling banyak digunakan adalah OAT-KDT sebanyak 99,1% dan hanya 0,9% yang menggunakan OAT-Lepasan karena pasien memiliki riwayat hepatotoksis. 49,8% pasien yang menjalani pengobatan selama ≥ 6 bulan dan 43% pasien mendapatkan pengobatan secara rasional. 95% pasien menjalani pengobatan ≥ 6 bulan mendapatkan pengobatan lengkap, dan 95% pasien menjalani pengobatan < 6 bulan merupakan pasien putus berobat.

Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease caused by M. tuberculosis that can affect various organs, especially the lungs. The duration of treatment for tuberculosis at least 6 months. Side effects caused disobedience by patients undergoing treatment. The purpose of this study is to evaluate the use of antituberculosis medicines and see the results of treatment using anti-tuberculosis medicines in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo the period January 2014 - October 2015. This research method is a descriptive analytic retrospective and evaluate the medical record of 223 patients with new cases of pulmonary tuberculosis.
Analysis was conducted on 223 patients in which the number of female patients is higher than in men that is equal to 53% and most suffered by patients with productive age in which patients with a lifespan of 46-55 years and patients with a lifespan of 26-35 years. In accordance with the National Guidelines for Treatment of Tuberculosis, the most widely used the OAT-KDT as much as 99.1% and only 0.9% using OAT-Removable because the patient had a history of hepatotoxic. 49.8% of patients undergoing treatmen't 6 months and 43% of patients receiving treatment in a rational way. 95% of patients undergoing treatment ≥ 6 months get a complete treatment, and 95% patients undergoing treatment < 6 months patients defaulting treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saori Salma Adelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) dalam upaya mencegah resistensi antibiotik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Metode penelitian melibatkan survei terhadap petugas kesehatan, analisis dokumentasi kebijakan, dan pengkajian resep, serta observasi langsung terhadap proses pemberian obat. Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penggunaan OAT di Puskesmas Kecamatan Cengkareng sudah memenuhi standard dan upaya pencegahan resistensi OAT yang dilakukan sudah maksimal. Rekomendasi diberikan untuk meningkatkan pemahaman petugas kesehatan, memperbaiki sistem distribusi obat, dan memperkuat pemantauan pasien guna meningkatkan efektivitas kebijakan penggunaan OAT.

This study aims to analyze the implementation of policies on the use of anti-tuberculosis drugs (OAT) in an effort to prevent antibiotic resistance at the Cengkareng District Health Center. Research methods involve surveys of health workers, analysis of policy documentation, and review of prescriptions, as well as direct observation of the drug administration process. The results of the analysis show that the implementation of the OAT use policy at the Cengkareng District Health Center has met standards and efforts to prevent OAT resistance have been maximal. Recommendations are provided to increase understanding of health workers, improve drug distribution systems, and strengthen patient monitoring to increase the effectiveness of OAT use policies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Prisca Meivita
"Di tengah wabah Tuberkulosis TB, penelitian tentang obat tuberkulosis baru yang dapat memberikan resolusi penyembuhan lebih cepat sangatlah penting. Penemuan baru tersebut berperan penting dalam menurunankan jumlah pasien yang terjangkit wabah TB di seluruh dunia. Efektivitas rifapentin telah dinilai dan telah terbukti menjadi antibiotik yang paling efektif untuk menyembuhkan TB. Penggunaan rifapentin yang sering dengan dosis yang tinggi dapat menghasilkan resolusi penyembuhan yang lebih cepat. Namun, berdasarkan penelitian terdahulu, tingkat penggunaan yang sering tidak dapat dicapai secara oral melainkan dalam bentuk aerosol sehingga langsung menuju ke paru-paru yang terinfeksi. Oleh karena itu, dengan meningkatnya minat terhadap efektivitas rifapentin, penelitian ini mengintegrasikan bentuk hirup dari kristal rifapentin yang diperoleh dengan menggunakan metode kristalisasi dengan penambahan anti-pelarut dalam sistem batch dengan menggunakan aseton sebagai pelarut dan air suling sebagai anti-pelarut. Selain itu, penelitian ini menyelidiki mengenai pengaruh jumlah benih seed , rasio supersaturasi, dan waktu pengkristalan terhadap karakterisasi produk kristal yang dihasilkan agar dapat diperoleh ukuran yang sesuai. Berdasarkan penelitian terhadap masing-masing pengaruh, diperoleh hasil optimal pada penelitian tanpa menggunakan benih unseeded dengan rasio supersaturasi = 1.26.

In the midst of Tuberculosis pandemic, a research about new tuberculosis drug that results in more rapid resolution of tubercular infection is important. It will play a crucial role in accelerating the reductions in tuberculosis incidence that is occurring worldwide. The effectiveness of rifapentine has been assessed and it has been proven to be the most effective antibiotics for Tuberculosis. A frequent administration and dose of rifapentine resulted in more rapid resolution of tubercular infection. However, based on former research, high exposure levels for treatment shortening may be unachievable with oral administration and might instead be achieved by direct aerosol delivery of rifapentine to the pulmonary site of infection. Therefore, with the growing interest toward the effectiveness of rifapentine in frequent administration and dose, this research integrates an inhalable form of crystalline rifapentine prepared using anti solvent batch crystallization method with acetone as a solvent and distilled water as an anti solvent. Moreover, this research investigates the effect of seed loading, supersaturation ratio, and residence time on the characterization of crystalline rifapentine in order to form a crystalline rifapentine in an inhalable size. Based on the assessment of each effect, optimum result was obtained at unseeded experiment with supersaturation ratio 1.26. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S67064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Helmi Suryani
"ABSTRAK
Salah satu tantangan dalam program TB resistan obat di Indonesia adalah
meningkatnya trend putus berobat. Di tahun 2009, persentase pasien TB resistan obat
yang mangkir adalah sebesar 10,5% dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun
selanjutnya. Untuk tahun 2013, angka ini meningkat menjadi 28,7%. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian putus
berobat pada pasien TB resistan obat di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian
adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB resistan obat yang
tercatat memulai pengobatan di tahun 2014-2015 dan tercatat di E-TB Manager.
Statistik deskriptif, analisis survival dan multivariat digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel-variabel prediktor terhadap kejadian putus berobat pada kasus
TB resistan obat. Dari 2.783 kasus, 30,18% (840) kasus putus berobat. Pada pengobatan
< 60 hari, kejadian putus berobat pada pasien berusia 41-84 tahun adalah 1,938 (95%CI
,239-3,032) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 15-40 tahun dan
pada pengobatan ≥ 60 hari, kejadian putus berobat pada usia 15-40 tahun adalah 1,938
(95%CI 1,239-3,030) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 41-84
tahun. Kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat yang kabupaten/kota tempat
tinggal pasien sama dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB resistan obat berada
adalah 1,672 (95%CI 1,357-2,062) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang
berasal dari kabupaten/kota yang berbeda dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB
resistan obat berada. Hubungan interaksi (rate-difference modification) antara tempat
tinggal pasien dengan letak fasyankes rujukan TB resistan obat dan lama interupsi
pengobatan dengan kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat pada
pengobatan < 60 hari adalah positif sementara pada pengobatan ≥ 60 hari adalah negatif.
Begitu pula hubungan interaksi antara lama interupsi pengobatan dan dukungan
psikososial.

ABSTRACT
One of the challenges in drug resistant TB program in Indonesia is the
increasing of loss to follow-up. In 2009, the percentage of loss to follow-up among drug
resistant TB cases was 10.5% and continued to increase in subsequent years. For 2013,
this figure increased to 28.7%. The purpose of this study was to determine the factors
that influence of loss to follow-up among drug resistant TB cases in Indonesia 2014-
2015. Design of study was a retrospective cohort using drug resistant TB cases starting
treatment in 2014-2015 and recorded in E-TB Managers. Descriptive statistics, survival
and multivariate analysis were used to determine the effect of predictor variables on
loss to follow-up among drug resistant TB cases. From 2,783 cases, 30.18% (840) cases
was loss to follow-up. In < 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged
41-84 years was 1.938 (95% CI, 239-3.032) times faster than cases aged 15-40 years
old and in ≥ 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged 15-40 years
old is 1,938 (95% CI 1,239-3,030) times faster than cases aged 41-84 years old. The
loss to follow-up among drug-resistant TB cases residing in the same districts with the
location of referral hospital were 1.672 (95% CI 1.357-2.062) times faster than cases
came from different districts with where referral hospital located. The interaction
relationship (rate-difference modification) between the patient's residence versus
location of referral hospital and duration of treatment interruption in <60 days of
treatment was positive while in ≥ 60 days, interaction relationship was negative.
Similarly, the interaction relationship between the duration of treatment interruption
and psychosocial support."
2018
T50095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>