Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad
"Data epidemiologi menunjukkan bahwa dari semua keganasan tiroid, sekitar 80% hingga 85% di antaranya adalah karsinoma tiroid papiler (KTP). Biomarker untuk memprediksi metastasis KGB leher kini mulai banyak diteliti pada pasien KTP seperti matrix metalloproteinase (MMP) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Meskipun belum terdapat kesepakatan diagnostik terhadap MMP-9 dan VEGF-C sebagai prediktor metastasis KGB pada KTP, beberapa studi telah menunjukkan hubungan keduanya terhadap metastasis KGB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara MMP-9 dengan VEGF-C pada metastasis KGB leher pada pasien KTP. Peneliti melakukan studi desain potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Pasien yang terdiagnosis KTP berdasarkan pemeriksaan histopatologi diinklusi dalam penelitian ini. Pasien yang telah terbukti memiliki metastasis jauh dan data tidak lengkap dieksklusi dalam penelitian. Ekspresi MMP-9 dan VEGF-C diteliti di Laboratorium Patologi Anatomi FKUI/RSCM. Sebanyak 62 pasien diinklusi dalam penelitian ini, dengan proporsi 80,6% perempuan dan 19,4% laki-laki. Ekspresi MMP-9 ditemukan lebih tinggi pada kelompok metastasis (p<0,001). Hal yang sama juga terjadi pada perbedaan median ekspresi VEGF-C, yang mana median ekspresi penanda ini pada kelompok metastasis lebih tinggi dibandingkan non-metastasis (p<0,001). Peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi positif dan bermakna antara H-score MMP-9 dan VEGF-C, dengan koefisien korelasi 0,618. Terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi MMP-9 dan VEGF-C dengan kejadian metastasis KGB leher pada pasien KTP. Ekspresi MMP-9 dan VEGF-C ditemukan lebih tinggi pada kelompok metastasis. Peningkatan ekspresi MMP-9 juga berkorelasi positif dengan peningkatan ekspresi VEGF-C. 

Approximately 80% to 85% of thyroid malignancies were papillary thyroid carcinoma (PTC). Biomarkers to predict cervical lymph node metastases have now begun to be widely studied in PTC patients, such as matrix metalloproteinase (MMP) and vascular endothelial growth factor (VEGF). Although there was no diagnostic agreement on MMP-9 and VEGF-C as predictors of lymph node metastasis in PTC, several studies have shown an association between the two for lymph node metastasis. This study aims to determine the relationship between MMP-9 and VEGF-C in cervical lymph node metastases in PTC patients. A cross-sectional design study was conducted at Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. Patients diagnosed with PTC based on histopathological examination were included in this study. Patients with distant metastases were excluded from the study. The expression of MMP-9 and VEGF-C was investigated at the Anatomical Pathology Laboratory FKUI/RSCM. A total of 62 patients were included in this study, with 80.6% female and 19.4% male. The MMP-9 expression was found to be higher the metastatic group (p<0.001). The same results were also found in VEGF-C expression, where the median expression of this marker in the metastatic group was higher than the non-metastatic group (p<0.001). We found a significant and positive correlation between the H-score of MMP-9 and VEGF-C (correlation coefficient of 0.618). There is a significant relationship between the expression of MMP-9 and VEGF-C with the cervical lymph node metastases in PTC patients. The MMP-9 and VEGF-C expression was higher in the metastatic group. The increased MMP-9 expression is also positively correlated with increased VEGF-C expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arqam Athallah Al Hinduan
"Latar Belakang: Karsinoma tiroid papiler (KPT) adalah salah satu bentuk paling umum dari keganasan pada tiroid di dunia. Di Indonesia, ditemukan bahwa dari semua keganasan tiroid, KPT menyumbang 83% dari semua kasus, serta menyumbang 61% dari semua kasus nodul tiroid. Namun secara luas, etiologi sebagian besar kasus masih belum diketahui dan tidak memiliki etiologi spesifik. Varian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu varian agresif dan non-agresif. Metastasis kelenjar getah bening juga dapat terjadi pada beberapa kasus KPT, dengan penelitian menunjukkan bahwa 50-60% kasus metastasis kelenjar getah bening terjadi. Pasien dengan KPT dan metastasis kelenjar getah bening (KGB) juga terbukti memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa metastasis KGB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinikopatologi KPT dan hubungannya dengan metastasis KGB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis dan arsip pasien dari Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM yang telah didiagnosa KPT dari periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan antara varian agresif dan non-agresif dalam kejadian metastasis KGB (p = 0,001). Selain itu, jenis kelamin pasien menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik untuk kejadian metastasis KGB di KPT (p = 0,001). Selain itu, ukuran tumor menunjukkan perbedaan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di PTC (p=0,026). Selanjutnya, invasi jaringan lunak menunjukkan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di KPT (p = 0,001). Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia, ukuran tumor, atau invasi limfovaskular pada kejadian metastasis KGB pada kasus KPT. Kesimpulan: Studi menunjukkan bahwa jenis kelamin, varian, ukuran tumor, dan invasi jaringan lunak pada pasien KPT menyebabkan peningkatan risiko terjadinya metastasis KGB. Penelitian di masa depan dapat menggunakan studi longitudinal prospektif untuk melacak data penting dari pasien dengan lebih baik.

Introduction: Papillary thyroid carcinoma (PTC) is one of the most common forms of malignant thyroid in the world. In Indonesia, it is found that out of all thyroid malignancies, PTC accounts for 83% of all the cases as well as accounting 61% of all thyroid nodule cases. Broadly though, the etiology of most cases remains unknown and does not have a specific etiology. The clinicopathological characteristics of PTC consists of age, sex, tumor size, lymphovascular invasion, soft tissue invasion, and variant of the PTC. Lymph node metastasis (LNM) may also occur in some cases of PTC, with research showing that 50-60% of LNM cases occurring. Patients with PTC and LNM have also shown to have a worse prognosis compared to their counterparts without LNM. This study aims to find the clinicopathological profile of PTC and its association with the LNM. Methods: This research is a descriptive analytical research using a retrospective method using secondary data from medical records and patient archives from the Department of Anatomical Pathology FKUI-RSCM that had been diagnosed with PTC from a period of January 2014 to December 2018. Results: This study found that there are differences between aggressive and non-aggressive variants in the occurrence of LNM (p =0.001). In addition, the sex of the patient and tumor size showed statistically significant differences for LNM occurrences in PTC (p = 0.001 and p=0.026, respectively). Furthermore, soft tissue invasions showed statistically significant differences of LNM occurrences in PTC (p = 0.001). This study also found that there were no significant differences of age or lymphovascular invasion in the occurrence of LNM in cases of PTC. Conclusion: The study shows that the sex, variant, tumor size, and presence soft tissue invasion in patients with PTC are associated with the increased risk of LNM occurrence. Future research may use prospective longitudinal studies to better keep track of essential data from patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Diana
"ABSTRAK
Latar belakang: Karsinoma papiler tiroid KPT merupakan 85-90 dari seluruhkanker tiroid. KPT adalah tumor epitel folikel ganas yang menunjukkan diferensiasisel folikular disertai perubahan inti dan/ atau pembentukan struktur papiler. Siklin D1dapat digunakan sebagai penanda invasi sel tumor. Tujuan penelitian inimembandingkan ekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, KPTdengan metastasis ke kelenjar getah bening KGB leher, dan KPT dengan metastasistulang.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 13kasus untuk masing-masing kelompok KPT tanpa metastasis, KPT dengan metastasisKGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang. Dilakukan pulasan siklin D1 danpenilaian pulasan berdasarkan intensitas dan jumlah inti sel yang terpulas. Dilakukanpenghitungan histoscore dan persentase setiap kasus. Hasil penghitungandikelompokkan menjadi derajat satu yaitu hasil kurang dari 10 , derajat dua yaituhasil 10-50 , dan derajat tiga yaitu lebih dari 50.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pulasan siklin D1 derajat tigaditemukan pada sebagian besar kelompok KPT dengan metastasis tulang dan tidakditemukan pada KPT tanpa metastasis. Terdapat hubungan yang bermakna antaraekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, kelompok KPT denganmetastasis KGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang interval kepercayaan 95 0,01-0,74; p

ABSTRACT
Background: Papillary thyroid carcinoma PTC represents 85 of all thyroidcancer. PTC is a malignant epithelial tumor showing evidence of folliculardifferentiation and characterized by distinctive nuclear features with or withoutpapillary structures. Cyclin D1 can be used as a marker of tumor cell invasion. Theaim of the study was to compare expression of cyclin D1 in PTC without metastasisgroup, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distant metastasis.
Methods: This was cross sectional study. Samples consist of 13 cases for each groupPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis stained with cyclin D1 antibody. Quantification was based on the intensityand distribution of nuclear staining. The appraisal was done with estimatinghistoscore and percentage. Calculation result was graded as follows grade one isfewer than 10 of tumor cells, grade two is 10 50 , and grade three is more than50.
Results: The result of the study shows that grade three of cyclin D1 staining found inmajority cases of PTC with distant metastasis and not found in PTC withoutmetastasis. There is a significant differences of cyclin D1 expression among group ofPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis 95 confidence interval 0,01 0,74 p.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Rizky Soeratman
"Tujuan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui peranan mutasi BRAF V600E dan TERT dalam kejadian metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher pada pasien kanker tiroid papiler (KTP)
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, melibatkan pasien KTP di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, DKI Jakarta. Data-data diperoleh secara retrospektif berdasarkan catatan rekam medis, kecuali untuk mutasi BRAF V600E dan Promoter TERT. Spesimen jaringan tumor pasien kanker tiroid papiler ditransfer ke Laboratorium Terpadu FKUI. DNA diekstrasi menggunakan QIAamp DNA FFPE Tissue Kit sebanyak 3-8 potongan dengan ketebalan FFPE 5-10 mikrometer. Multiplikasi gen BRAF dilakukan dengan KOD One Polymerase Chain Reaction (PCR) Master Mix (Toyobo KMM–201), sementara multiplikasi gen TERT dilakukan dengan PCR Master Mix (2X MyTaq HS Red Mix, primer forward, reverse, dan Nuclear-free water). Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 20. Hasil. Peneliti menginklusi 42 pasien KTP dengan 19 (45%) mengalami mutasi BRAF, 20 (48%) mengalami mutasi TERT, dan 20 (48%) mengalami metastasis KGB. Mutasi BRAF ditemukan berhubungan dengan kejadian metastasis KGB [p<0,001, OR = 25,333 (IK95% 4,924–130,340)], sementara mutasi TERT ditemukan tidak berhubungan. Pasien yang mengalami mutasi BRAF tanpa TERT memiliki risiko 18,000 (IK95% 2,012–161,051) lebih tinggi untuk mengalami metastasis KGB dibandingkan pasien tanpa kedua mutasi. Lebih lanjut, adanya mutasi TERT yang berbarengan dengan mutasi BRAF membuat risiko meningkat menjadi 60,000 (4,718–763,043) lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa kedua mutasi. Kesimpulan. Mutasi BRAF berhubungan dengan metastasis KGB pasien KTP, namun tidak dengan mutasi TERT. Namun, kehadiran mutasi TERT pada pasien KTP dengan mutasi BRAF meningkatkan risiko metastasis KGB.

Objective. This study was designed to determine the role of BRAF V600E and TERT mutations in the incidence of neck lymph node (LN) metastasis in patients with papillary thyroid cancer (PTC). Methods. This was a cross-sectional study, involving KTP patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, DKI Jakarta. Data were obtained retrospectively based on medical records, except for BRAF V600E and TERT promoter mutation. Tumor tissue specimens of PTC’s patients were transferred to the Laboratorium Terpadu FKUI. DNA was extracted using QIAamp DNA FFPE Tissue Kit for 3-8 pieces with FFPE thickness of 5-10 micrometers. BRAF gene multiplication was performed with KOD One Polymerase Chain Reaction (PCR) Master Mix (Toyobo KMM-201), while TERT gene multiplication was performed with PCR Master Mix (2X MyTaq HS Red Mix, primers forward, reverse, and Nuclear-free water). Data analysis was performed with SPSS version 20. Results. We included 42 PTC’s patients with 19 (45%) patients had BRAF mutation, 20 (48%) patients had TERT mutation, and 20 (48%) patients had LN metastasis. BRAF mutation was associated with the LN metastasis [p<0.001, OR = 25.333 (95% CI 4.924-130.340)], while TERT mutation was not. Patients with BRAF+ and TERT- had an 18,000 (IK95% 2,012-161,051) higher risk of LN metastasis than patients with BRAF- and TERT-. Furthermore, the presence of TERT mutation along with BRAF mutation increased the risk to 60,000 (4,718-763,043) higher than patients with BRAF- and TERT-. Conclusion. BRAF mutation was associated with LN metastasis in PTC’s patients, but not TERT mutations. However, the presence of TERT mutation in PTC’s patients with BRAF mutation increased the risk of LN metastasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Utomo
"Pendahuluan: Ultrasonography adalah modalitas radiologis terpilih untuk mendeteksi dan evaluasi gambaran morfologis nodul tiroid. Thyroid Imaging Reporting and Data System (TIRADS) adalah sistem untuk mengevaluasi resiko keganasan nodul tiroid, yang diajukan pertama oleh Horvath et al. Terdapat berbagai variasi sistem TIRADS diajukan oleh peneliti - peneliti lain. Sampai saat ini belum ditemukan penelitian untuk mengevaluasi penerapan atau nilai diagnostik sistem TIRADS di indonesia.
Metode: Penelitian diagnostik dengan pendekatan potong lintang menggunakan evaluasi retrospektif data USG dan histopatologis untuk mengetahui kesesuaian sistem TIRADS dibandingkan pemeriksaan histopatologis pada nodul tiroid.
Hasil: Terdapat hubungan kesesuaian (p=0.065) antara hasil TIRADS dan hasil histopatologis nodul tiroid. Sistem TIRADS memberikan nilai sensitivitas 96,4%, nilai spesifisitas 83.0%, nilai prediksi positif 85,7%, dan nilai prediksi negatif 95,7%.
Kesimpulan: Sistem TIRADS dapat diterapkan pada evaluasi dan pelaporan hasil USG tiroid dengan memiliki nilai diagnostik yang baik.

Introduction: Ultrasonography is the modality of choice to detect, and to evaluate the morphology of thyroid nodule. Thyroid Imaging Reporting and Data System (TIRADS) is a system to evaluate risk of malignancy of thyroid nodule first proposed by Horvath et al. There are various TIRADS system proposed by other authors. Until the writing of this study there is not yet found a study to evaluate implementation and diagnostic value of TIRADS system in indonesia.
Methods: Diagnostic study with cross sectional approach using retrospective evaluation of ultrasonography data and histopathology data to evaluate conformity relationship between TIRADS and histopathological result of thyroid nodule.
Results: There is comparable result (p=0.065) between TIRADS result and histopathological result of thyroid nodule.
Conclusion: The TIRADS system resulted in 96,4% sensitivity, 83.0% specificity, 85,7% positive predictive value, dan 95,7% negative predictive value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams Wilkins, 2012
616.994 44 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Febian Sandra
"Latar belakang: Karsinoma papiler tiroid merupakan kanker endokrin tersering dengan angka kejadian yang terus meningkat. Agresivitas dari karsinoma papiler tiroid salah satunya dipengaruhi oleh adanya ekstensi ekstratiroid yang dapat meningkatkan risiko rekurensi, metastasis kelenjar limfe dan metastasis jauh, sehingga memerlukan tatalaksana yang lebih agresif. Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas pilihan dalam mendeteksi ekstensi ekstratiroid karena resolusi serta ketersediaan yang luas, tetapi USG memiliki operator-dependent dengan hasil false positive dan false negative yang cukup tinggi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan modalitas yang penggunaannya semakin meningkat dalam mengevaluasi kelenjar tiroid dengan keunggulan memiliki kontras jaringan lunak yang baik serta memiliki kemampuan multiplanar. Telaah sistematis dan meta-analisis ini dibuat dnegan tujuan untuk membandingkan akurasi diagnostik USG dan MRI dalam menentukan ekstensi ekstratiroid pada karsinoma papiler tiroid. Metode: Pencarian sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi studi yang membandingkan akurasi diagnostik USG dan MRI dalam menentukan ekstensi ekstratiroid dengan referensi baku pemeriksaan histopatologi melalui basis data PubMed, Scopus, Neliti dan Sinta serta grey literature menggunakan kata kunci yang telah ditentukan. Temuan yang diektraksi dari setiap studi terpilih adalah positif benar, positif palsu, negatif benar dan negatif palsu untuk menentukan nilai sensitivitas, spesifisitas, likelihood ratio (LR), dan diagnostic odds ratio (DOR) masing-masing uji indeks. Penilaian kualitas metodologi studi dilakukan dengan metode QUADAS-2, sedangkan penilaian kualitas bukti dilakukan menggunakan GRADE. Hasil: Pencarian sistematis mengindentifikasi 8 studi. Tiga studi diantaranya memiliki risiko bias yang tinggi dan studi lain setidaknya memiliki satu risiko bias yang tidak jelas pada salah satu domain. Sensitivitas, spesifisitas, LR+, LR- dan DOR USG secara berurutan adalah 85% (95% CI, 63-95%), 80% (95% CI, 73-86%), 4,3 (95% CI 3,3-5,7), 0,19 (95% CI 0,07-0,49) dan 23 (95% CI 8-65). Sensitivitas, spesifisitas, LR+, LR- dan DOR MRI secara berurutan adalah 84% (95% CI, 77-89%), 92% (95% CI, 86-96%), 10,9 (95% CI 6,1-19,7), 0,17 (95% CI 0,12-0,25) dan 64 (95% CI 31-132). Kualitas bukti rendah. Kesimpulan: MRI dan USG memiliki performa diagnostik yang hampir sebanding dalam menentukan ekstensi ekstratiroid. USG memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, sedangkan MRI memiliki spesifisitas yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, USG tetap disarankan menjadi modalitas awal, sedangkan MRI disarankan menjadi modalitas selanjutnya apabila temuan pada USG inkonklusif. Akan tetapi, penerapan temuan telaah sistematis dan meta-analisis ini terbatas karena keterbatasan pada kualitas metodologi dan kualitas bukti.

Background: Papillary thyroid carcinoma is one of the most endocrine cancer with increasing cases over three decades. Aggressive behaviour of papillary thyroid cancer is affected by extrathyroidal extension which could increase reccurency, lymph node metastases and distant metastases, hence need more aggressive treatment. Ultrasonography (USG) has good resolution for superficial organs and are modality of choice to evaluate extrathyroidal extension, but it is operator-dependent with high false positive dan false negative value. The use of Magnetic Resonance Imaging (MRI) to evaluate thyroid gland has increase. MRI provides superior soft tissue resolution with multiplanar view. This systematic review and meta-analysis are written to compare diagnostic accuracy of USG and MRI to determine extrathyroidal extension in papillary thyroid carcinoma. Methods: Studies which compared diagnostic accuracy of USG and MRI to determine extrathyroidal extension in papillary thyroid carcinoma with histopathological examination as reference standard were identified through PubMed, Scopus, Neliti dan Sinta and other grey literature using pre-determined keywords. Findings extracted from each eligible study included true positive, true negative, false positive and false negative to obtain sensitivity, specificity, likelihood ratio (LR) and diagnostic odds ratio (DOR). Methodological quality assessed using QUADAS-2 and evidence quality decided by GRADE. Results: Systematic search identified 8 studies. Three studies indicated high risks of bias and other studies at least have one unclear risk of bias in one domain. Sensitivity, specificity, LR+, LR- and DOR of USG were 85% (95% CI, 63-95%), 80% (95% CI, 73-86%), 4,3 (95% CI 3,3-5,7), 0,19 (95% CI 0,07-0,49) and 23 (95% CI 8-65). Sensitivity, specificity, LR+, LR- and DOR of MRI were 84% (95% CI, 77-89%), 92% (95% CI, 86-96%), 10,9 (95% CI 6,1-19,7), 0,17 (95% CI 0,12-0,25) and 64 (95% CI 31-132). The quality of evidence was low. Conclusion: MRI and USG has comparable diagnostic performance. USG has higher sensitivity, while MRI has higher specificity. USG still recommended as first modality, and MRI suggested when USG are inconclusive. However, application of this systematic review and meta-analysis are limited since methodological and evidence quality are also limited."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Suwandito Wahyu Purnomo
"ABSTRAK
Latar belakang Prevalen metastasis kelenjar getah bening KGB pada karsinoma tiroid papiler KTP dan angka rekurensi regional yang berkaitan dengannya cukup tinggi Masih terdapat pro dan kontra terhadap diseksi kompartemen sentral yang dipandang dapat mengatasi masalah tersebut Oleh sebab itu diperlukan seleksi pasien yang akan mendapatkan diseksi kompartemen sentral Pengetahuan mengenai faktor prediktor metastasis kompartemen sentral dipandang dapat membantu seleksi pasien tersebut Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor faktor prediktor klinikopatologis metastasis KGB kompartemen sentral pada pasien KTP cN0 di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo RSCM Metode penelitian Studi retrospektif dilakukan pada 62 pasien KTP cN0 yang menjalani diseksi kompartemen sentral dalam kurun waktu Januari 2014 sampai Juli 2015 Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif Dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS 20 0 untuk mencari hubungan antara faktor usia jenis kelamin ukuran tumor ekstensi ekstra tiroid metastasis jauh completeness of resection varian histopatologi dan invasi limfovaskular dengan metastasis KGB kompartemen sentral Kami menggunakan uji Chi square atau Fisher serta uji stratifikasi Signifikansi bila nilai p
ABSTRACT
Background Prevalence of lymph node metastases to central neck compartment in papillary thyroid carcinoma PTC and it rsquo s corelation with regional metastatic are high There are pros and cons on central neck dissection which is assumed can solve the problem Selection in which patient will undergo central neck dissection is necessary Predictive factors are useful for such selection This study aim is to identify the clinicipathologic predictive factors for metastases in central compartment in Cipto Mangunkusumo Hospital Method Data of 62 cN0 PTC patients who underwent central neck dissection were colected retrospectively and consecutively from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital The relationships between clinicopathology factors such as age gender tumor size extra thyroid extention distant metastasis completeness of resection histopathology variant lymphovascular invasion and central compartment metastases were analyzed using SPSS 20 0 Chi square Fischer exact and stratification test were used in our analsis Statistical significance was stated when p value "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Putri
"Latar belakang: Tipe histologi kanker tiroid yang paling banyak ditemukan adalah karsinoma tiroid papiler (KTP) yang memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan jenis tipe histologi lainnya. Meskipun demikian, 10% dari KTP mengalami rekurensi atau metastasis jauh setelah operasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, CD133 adalah penanda sel punca kanker yang dapat digunakan untuk memprediksi kesintasan. CD133 dapat muncul sebagai alat diagnostik prabedah penting untuk mengidentifikasi pasien yang mendapat manfaat dari diseksi leher yang lebih luas. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi CD133 dengan metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher dan agresivitas varian KTP. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KTP yang sudah dioperasi definitive dan terdapat blok paraffin yang layak diproses. Data klinikopatologis seperti usia, jenis kelamin, varian subtipe, T pada TNM, keterlibatan KGB leher, dan stadium kanker diperoleh dari rekam medis. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia pada jaringan tiroid yang tersimpan dan tingkat ekspresi CD133 disajikan dalam bentuk H-score. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 25.0. Hasil: Didapatkan 40 sampel dengan 20 subjek KTP dengan metastasis KGB dan 20 subjek KTP tidak dengan metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok varian subtipe agresif dan non-agresif (p = 0,006) dan terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi CD133 dan varian subtipe agresif (p = 0,005) dengan OR 7,917 (IK95% 1,711-36,633). Terdapat perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok stadium 1, 2 dan 3 (p = 0,010) dan hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi CD133 dan stadium (p = 0,009). Kesimpulan: Peningkatan ekspresi CD133 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis KGB leher pada pasien KTP tetapi memiliki hubungan yang signifikan dengan agresivitas subtipe KTP.

Introduction: Ten percent of papillary thyroid carcinoma (PTC) cases experience recurrence or distant metastasis after surgery. Based on previous research, CD133 is a cancer stem cell marker that can be used to predict survival. CD133 can emerge as an important preoperative diagnostic tool to identify patients who would benefit from neck dissection. Objective: To evaluate the association between CD133 expression and neck lymph node metastasis and aggressive variants of PTC. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were PTC patients who undergone definitive surgery with eligible paraffin block. Clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed, and CD133 expression levels were presented as H-score. Statistical analysis was conducted using SPSS 25.0 software. Results: A total of 40 samples were obtained. From the data analysis, a significant difference in mean H-score was found between aggressive and non-aggressive subtype variant groups (p = 0,006), and there was a significant association between CD133 expression and aggressive subtype variant (p = 0,005) with an odds ratio of 7,917 (95% CI 1,711-36,633). There was a significant difference in mean H-score between stage groups (p = 0,010) and a statistically significant association between CD133 expression and stage (p = 0,009). Conclusion: Increased CD133 expression is not significantly associated with the occurrence of neck lymph node metastasis in PTC patients but is significantly associated with the aggressiveness of PTC variants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Gumilang Koerniawan
"Latar Belakang: Kanker tiroid adalah keganasan yang paling sering terjadi pada sistem endokrin. Kanker tiroid yang paling sering terjadi adalah karsinoma tiroid papiler (KTP), dengan sebagian besar kasus dapat disembuhkan dengan angka kesintasan >95% selama 20 tahun. Namun, apabila terjadi kekambuhan, maka angka mortalitasnya yang meningkat. Skoring prognostik penting sebagai penentu pengobatan yang bertujuan untuk mengelompokkan pasien ke dalam kelompok risiko yang sesuai sehingga memungkinkan pasien untuk mendapatkan optimalisasi modalitas pengobatan. Skoring prognosis yang umum digunakan adalah skoring AMES, MACIS, dan AGES. Mutasi gen BRAF V600E dihubungkan dengan prognosis yang buruk karena persistensi dan kekambuhan penyakit. Suatu studi menambahkan pemeriksaan mutasi BRAF V600E kedalam skoring prognosis dan bermakna secara statistik sedangkan studi lainnya tidak memiliki kemaknaan secara statistik. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang terhadap pasien KTP di RSUPN Cipto Mangunkusumo menggunakan data sekunder berupa status mutasi BRAF V600E dan data untuk mengkalkulasi skoring prognosis (Usia, USG preoperatif, CT-Scan atau MRI, data histopatologi, dan data laporan pembedahan). Parameter yang diukur meliputi proporsi dan hubungan antara mutasi BRAF V600E dengan skoring prognosis (AMES, MACIS, dan AGES). Hasil: Proporsi mutasi BRAF V600E pada skoring prognosis yaitu: Skoring AMES: High Risk: 71,4% dan Low Risk: 28,6%, Skoring MACIS: Skor ³ 8: 38,1%; Skor 7 – 7,99: 9,5%; Skor 6 – 6,99: 19%; dan Skor < 6: 33,3%, dan Skoring AGES: Skor ³ 6: 61,9%; Skor 5 – 5,99: 0%; Skor 4 – 4,99: 4,8%; dan Skor < 4: 33,3%. Analisis bivariat menunjukan mutasi BRAF V600E bermakna secara statistik dengan skoring MACIS dengan Odd Ratio (OR) 2,96 (p Value = 0,044, Confidence Interval (CI) 95% = 1,01 – 8,64), sedangkan skoring AMES dan AGES tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Mutasi BRAF V600E dengan hasil positif meningkatkan prognosis buruk pada skoring MACIS sebanyak 2,96 kali.

Introduction: Thyroid cancer is the most common malignancy of the endocrine system. The most common type of thyroid cancer is papillary thyroid carcinoma (PTC), and most cases are curable, with a 20-year survival rate of more than 95%. However, when it recurs, it has a high mortality rate. Prognostic scoring systems are important as treatment determinants that aim to classify patients into appropriate risk groups to optimize treatment modalities. Commonly used prognostic scoring systems are the AMES, MACIS, and AGES. Mutation of BRAF V600E is associated with a poor prognosis due to disease persistence and recurrence. One study added the BRAF V600E mutation to the prognosis scoring, and it was statistically significant, while another study showed no statistical significance. Methods: This study was a cross-sectional study of PTC patients at Cipto Mangunkusumo Hospital using secondary data, such as BRAF V600E mutation status and data to calculate prognosis scoring systems. Parameters measured included the proportion and association between the BRAF V600E mutation and prognosis scoring systems (AMES, MACIS, and AGES). Results: The proportion of BRAF V600E mutations in prognosis scoring systems was as follows: AMES - High Risk: 71.4% and Low Risk: 28.6%; MACIS Scoring - Score ≥ 8: 38.1%; Score 7–7.99: 9.5%; Score 6–6.99: 19%; and Score < 6: 33.3%; and AGES - Score ≥ 6: 61.9%; Score 5–5.99: 0%; Score 4–4.99: 4.8%; and Score < 4: 33.3%. Bivariate analysis showed that the BRAF V600E mutation was statistically significant with MACIS scoring, with an Odd Ratio (OR) of 2.96 (p Value = 0.044, Confidence Interval (CI) 95% = 1.01–8.64), while AMES and AGES scoring were not statistically significant. Conclusion: A positive BRAF V600E mutation result increases the poor prognosis on MACIS scoring by 2.96 times."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>