Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Pramudya Arifsyah
"Latar belakang penelitian ini adalah pemekaran kota Bogor yang berimplikasi pada alih fungsi lahan akibat pertumbuhan dan kebutuhan sarana dan prasarana sehingga menggantikan lahan yang tidak memberikan dampak ekonomi secara langsung yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH). Keberadaan RTH mengalami perubahan nyata total luas lahan dari tahun ke tahun khususnya pada tahun 2009 sebesar 5.459,5 ha, tahun 2013 sebesar 5.321,1 ha, dan tahun 2022 sebesar 4.772,5 ha. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi penutup lahan RTH dengan menganalisis perubahan spasial penutup lahan RTH berdasarkan informasi yang dapat diperoleh dari interpretasi citra dengan klasifikasi object based dan menjelaskan parameter yang digunakan, uji akurasi yang dilakukan, dan perubahan spasial RTH. Proses ini mempertimbangkan keakuratan klasifikasi dengan menggunakan data referensi citra Maxar Google Earth Pro yang disesuaikan dengan citra-citra yang digunakan dalam penelitian, menggunakan perhitungan Confusion Matrix untuk uji akurasi sehingga menghasilkan nilai kappa keakuratan penutup lahan RTH di kota Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah kelas Lahan Terbangun menjadi faktor perubahan sehingga lahan RTH mengalami penurunan nilai luas lahan. Kelas Lahan Terbangun kian meningkat akibat terjadinya urbanisasi yang memengaruhi peningkatan angka jumlah penduduk, kemudahan aksesibilitas dalam kota dan antarkota, sehingga memunculkan laju ekonomi yang baik. Oleh karena itu, terjadilah alih fungsi lahan di kota Bogor, sehingga kebutuhan akan lahan meningkat dan berpengaruh pada terjadinya perubahan penutup lahan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Hasil uji klasifikasi object based setiap tahunnya memiliki nilai yang baik yaitu 0.73 untuk tahun 2009 dan 2013 serta 0.74 untuk tahun 2022 sehingga layak. Hasil akhir penelitian adalah melakukan strategi penyediaan RTH yaitu memulihkan lahan yang telah beralihfungsi.

The background of this research is the expansion of the city of Bogor which has implications for land conversion due to growth and the need for facilities and infrastructure so that it replaces land that does not have a direct economic impact, namely Green Open Space (RTH). The existence of green open space has changed in total land area from year to year, especially in 2009 it was 5,459.5 ha, in 2013 it was 5,321.1 ha, and in 2022 it was 4,772.5 ha. This study aims to detect green open space land cover by analyzing spatial changes in green open space land cover based on information that can be obtained from image interpretation with object based classification and explaining the parameters used, accuracy tests performed, and spatial changes to green open space. This process takes into account the accuracy of the classification by using Maxar Google Earth Pro image reference data which is adjusted to the images used in the study, using the Confusion Matrix calculations for the accuracy test to produce an accurate kappa value for green open space in the city of Bogor. The results of this study are that the built-up land class is a factor of change so that green open space experiences a decrease in the value of land area. The class of built-up land is increasing due to urbanization which affects the increase in population numbers, ease of accessibility within cities and between cities, giving rise to good economic growth. Therefore, there has been a change in land use in the city of Bogor, so that the need for land has increased and this has affected land cover changes to support people's lives. The results of the object based classification test each year have a good value of 0.73 for 2009 and 2013 and 0.74 for 2022 so it is feasible. The final result of the research is to carry out a strategy of providing green open space, namely restoring land that has been converted.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Retno Abisha
"Perkembangan perkotaan menjadi salah satu permsalahan yang sedang terjadi tiada hentinya. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi oleh kota besar di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi. Permasalahan di perkotaan tidak hanya berkutat pada ekstraksi lahan terbangun, akan tetapi ekstraksi lahan vegetasi yang semakin lama semakin berkurang. Tidak heran jika area hijau di perkotaan semakin berkurang. Dampak yang timbul dari adanya permasalahan tersebut adalah perubahan iklim mikro perkotaan, salah satunya yaitu meningkatnya suhu permukaan daratan di wilayah perkotaan. Penelitian ini melihat hubungan nilai AST terhadap LST dengan menggunakan metode regresi linear dan melihat hubungan antara variabel RTH dengan menggunakan metode multinomial logistik dan juga pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang positif AST dengan LST serta variabel RTH dan LST yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai <80%. Sementara itu, pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor menunjukan pola yang mengelompok.

Urban development is one of the problems that continues to occur without stopping. One of the common problems faced by big cities in Indonesia is the high growth of urban population. Problems in urban areas do not only revolve around the extraction of found land, but the extraction of vegetation land which is decreasing over time. No wonder the green area in urban areas is decreasing. The impact that arises from these problems is urban microclimate change, one of which is the increase in NDVI in urban areas. This study looked at the relationship between AST and LST values using the linear regression method and looked at the relationship between green space variables using the multinomial logistic method and the spatial pattern formed in green open space in Bogor City. The results of this study resulted in a positive relationship between AST and LST and the RTH and LST variables which showed a significant relationship with a value of <80%. Meanwhile, the spatial patterns formed in green open space in Bogor City show a clustered pattern.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nisrina Putri Herdandy
"Oksigen merupakan unsur esensial bagi makhluk hidup, khususnya bagi manusia dikarenakan oksigen merupakan unsur yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi-fungsi vital tubuh manusia. Menjaga keseimbangan oksigen di udara menjadi hal penting yang perlu diperhatikan agar pemenuhan kebutuhan oksigen dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan oksigen di perkotaan adalah meningkatkan emisi oksigen dengan menerapkan penataan ruang kota yang berwawasan lingkungan, seperti memperhatikan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang memiliki fungsi sebagai paru-paru kota. Kota Depok dengan jumlah penduduk sebesar 2,08 juta jiwa diprediksi hingga tahun 2031 akan mengalami penurunan ketersediaan RTH akibat terjadinya alih fungsi lahan sebagai efek negatif dari urbanisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi ketersediaan dan produksi oksigen oleh RTH terbangun terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder dan akan dianalisis secara spasial menggunakan metode NDVI dengan menggunakan perangkat lunak seperti ArcMap 10.8 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi ketersediaan RTH di Kota Depok sebesar 19,97% dengan dominasi berindeks vegetasi sedang. Dimana, produksi oksigen oleh RTH tersebut hanya memenuhi 39,76% kebutuhan oksigen di Kota Depok. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa proporsi RTH di Kota Depok belum memenuhi proporsi minimum RTH yang diatur dalam undang-undang (30%) dan belum memenuhi proporsi RTH hasil analisis proyeksi yang sudah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen di Kota Depok (24,9%).

Oxygen is an essential element for living beings, particularly humans, as it is necessary to support human life. Maintaining the balance of oxygen in the air is crucial to meet oxygen needs. One way to maintain oxygen balance in urban areas is by increasing oxygen emissions through environmentally friendly urban planning, such as ensuring the availability of green open spaces (GOS) that function as the city's lungs. Depok City, with a population of 2.08 million, is predicted to experience a decline in GOS availability due to land conversion driven by urbanization by 2031. This study aims to describe the condition of oxygen availability and production by built GOS to meet oxygen needs using a quantitative descriptive research design. The data used is secondary data analyzed spatially using the NDVI method with software such as ArcMap 10.8 and Microsoft Excel. The results show that the proportion of GOS in Depok City is 19.97%, with a predominance of medium vegetation index. The oxygen production by these GOS meets only 39.76% of the oxygen needs in Depok City. Furthermore, it is concluded that the proportion of GOS in Depok City does not meet the minimum proportion of GOS regulated by law (30%) and does not meet the projected GOS proportion needed to fulfill oxygen needs in Depok City (24.9%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil Hidayah
"Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi hanya berjumlah sekitar 14,46% yang belum dapat mencapai target 20% runtuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik serta dibutuhkan pendanaan untuk pembebasan lahan persil bidang tanah sebesar Rp. 2.261.748.181.458.400 untuk pembebasan lahan persil bidang tanah pada Tipe Hak Guna Bangunan, Hak Milik, dan Hak Lain guna Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik dengan mengacu kepada sampel sebaran NJOP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018. Besaran Penggunaan Lahan pada tahun 2019 terdapat fungsi yang dapat diasumsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) proporsi luasan menjadi sebesar 14,33% juga masih dibawah batasan target 20 persen untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik. Dalam menentukan prioritas Ruang Terbuka Hijau (RTH) diresmikan kriteria berdasarkan variabel Suhu Permukaan, Index Kerapatan Vegetasi, Index Kerapatan Bangunan dan Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Didapatkan 101 Lokasi Prioritas Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Based on the Detailed Spatial Planning and Zoning Regulations, only around 14.46% have not been able to achieve the 20% target for Public Green Open Space and funding is needed for land acquisition for parcels of land amounting to Rp. 2,261,748,181,458,400 for land acquisition for parcels of land in the Type of Building Use Rights, Ownership Rights, and Other Rights for Public Green Open Space by referring to the sample distribution of the DKI Jakarta Province NJOP in 2018. The amount of land use in 2019 is the function that can be assumed as Green Open Space the proportion of the area to 14.33% is also still below the target limit of 20 percent for Public Green Open Space. In determining the priority of Green Open Space criteria were inaugurated based on the variables of Surface Temperature, Vegetation Density Index, Building Density Index and Green Open Space Classification. Obtained 101 Priority Locations of Green Open Space.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brielyano Gema Winando
"Tingginya Land Surface Temperature (LST) di perkotaan yang mengakibatkan terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI). Penghijauan dianggap sebagai salah satu upaya mitigasi yang efektif dalam mencegah fenomena UHI di wilayah perkotaan karena lahan bervegetasi memiliki kemampuan untuk menurunkan suhu. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dijadikan salah satu elemen yang dimanfaatkan untuk mitigasi perubahan iklim perkotaan. Penghijauan melalui RTH efektif dalam menurunkan suhu dan memitigasi dampak UHI di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sejauh mana efektivitas RTH di Kota Depok dalam menurunkan suhu lingkungan di sekitar area perkotaan yang padat bangunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui penginderaan jauh dan didapatkan 30 sampel RTH. Radius buffer RTH ditentukan menggunakan metode Equal Radius. Data dianalisis menggunakan analisis statistik untuk mengetahui korelasi antara karakteristik RTH, komposisi tutupan lahan, kerapatan vegetasi, dan kerapatan bangunan terhadap nilai Greenspaces Cool Island Intensity (GCII) dan analisis spasial untuk menjelaskan keadaan di dalam dan di sekitar RTH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik RTH, komposisi tutupan lahan, kerapatan vegetasi, dan kerapatan bangunan memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap nilai GCII. Kesimpulan dari penelitian ini adalah RTH dapat mempengaruhi penurunan suhu permukaan untuk lingkungan di sekitarnya.

The high Land Surface Temperature (LST) in urban areas has resulted in the Urban Heat Island (UHI) phenomenon. Greening is considered as one of the effective mitigation efforts in preventing the UHI phenomenon in urban areas because vegetated land has the ability to reduce temperature. Green Open Space (RTH) can be used as one of the elements utilized to mitigate urban climate change. Greening through Greenspaces is effective in reducing temperature and mitigating the impact of UHI in urban areas. The purpose of this study is to understand the extent to which the effectiveness of Greenspaces in Depok City in reducing environmental temperatures around urban areas that are densely built. The method used in this study is a quantitative approach. Data were collected through remote sensing and 30 green space samples were obtained. The RTH buffer radius was determined using the Equal Radius method. Data were analyzed using statistical analysis to determine the correlation between RTH characteristics, land cover composition, vegetation density, and building density to the value of Greenspaces Cool Island Intensity (GCII) and spatial analysis to explain the situation in and around RTH. The results showed that the characteristics of RTH, land cover composition, vegetation density, and building density have a significant positive relationship to the value of GCII. The conclusion of this study is that Greenspaces can influence the reduction of surface temperature for the surrounding environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Saraswati Nurhidayah
"Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki perkembangan pembangunan fisik yang cukup pesat. Beberapa area di perkotaan belum secara intensif untuk mengalokasikan sebagai ruang publik, melainkan semakin banyaknya pembangunan seperti mall, perkantoran, dan perhotelan. Dengan adanya pembangunan yang cukup pesat tersebut, Kota Jakarta membutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan.
Kebijakan publik mengenai RTH di wilayah perkotaan memiliki nilai estetika dan sekaligus sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Sulitnya pembebasan lahan dan kurangnya komitmen para pemangku kepentingan untuk meningkatkan lahan RTH menjadi kendala untuk mencapai target pengalokasian lahan RTH sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan RTH di DKI Jakarta dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penulis menggunakan model teori implementasi yang dikembangkan oleh Merilee S. Grindle. Penelitian ini menggunakan pendekatan postpositivis dengan metode kualitatif dnegan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan beberapa pihak terkait.
Hasil penelitian diperoleh (1) implementasi kebijakan ruang terbuka hijau oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum sepenuhnya sempurna; (2) beberapa kendala diantaranya pembebasan lahan dan belum ada peraturan mengenai Masterplan RTH DKI Jakarta yang dapat menunjang penyelenggaraan penataan RTH di DKI Jakarta menjadi faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di DKI Jakarta.

DKI Jakarta Province as the Capital of the Republic of Indonesia has a fairly rapid development of physical development. Some areas in urban areas have not been intensively allocated as public spaces, but more and more development such as malls, offices, and hospitality. With this rapid development, the City of Jakarta needs Green Open Space (RTH) to maintain the harmony and balance of the ecosystem of the urban environment.
Public policy regarding open green space in urban areas has aesthetic value and is also a vehicle for social interaction for urban residents. The difficulty of land acquisition and the lack of commitment of stakeholders to increase green open land is an obstacle to achieving the target of allocating green space according to Law Number 26 of 2007 concerning Spatial Planning.
The purpose of this study is to analyze the implementation of green open space policy in DKI Jakarta and what factors influence it. The author uses an implementation theory model developed by Merilee S. Grindle. This study uses a postpositivist approach with qualitative methods with data collection techniques in the form of in-depth interviews with several related parties.
The results of the study were obtained (1) the implementation of the green open space policy by the DKI Jakarta Provincial Government has not been fully perfect; (2) some constraints including land acquisition and there are no regulations regarding the DKI Jakarta Open Space Plan that can support the implementation of green open space arrangements in DKI Jakarta are the inhibiting factors that affect the implementation of green open space policies in DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T54405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Dwi Septian
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran, Kota Bogor. Laporan Akhir Dinas Lingkungan Hidup Tahun 2017 menunjukkan tingkat kebisingan di pinggir jalan di Kota Bogor berada pada tingkat yang tinggi dan melebihi ambang batas kebisingan salah satunya adalah Jalan Pajajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial tingkat kebisingan di Jalan Pajajaran Kota Bogor dan menjelaskan hubungan antara ruang terbuka hijau dan bangunan terhadap pola spasial tingkat kebisingan di Jalan Pajajaran Kota Bogor. Metode overlay digunakan untuk melihat pola spasial kebisingan dan uji product moment Pearson untuk melihat hubungan antara volume kendaraan, luas bangunan dan ruang terbuka hijau. Pada penelitian ini tingkat kebisingan rata-rata pada setiap segmen di Jalan Pajajaran tergolong sangat bising dan berada pada kawasan bising. Segmen dengan tingkat kebisingan tertinggi berada di segmen 1 dan segmen 4 Jalan Pajajaran. Secara spasial, tingkat kebisingan akan tinggi jika berada pada titik aktivitas yang akan menyebabkan volume kendaraan tinggi dan aktivitas tinggi, namun tidak selalu volume kendaraan tinggi menyebabkan kebisingan tinggi. Tidak ada hubungan antara volume kendaraan, luas bangunan dan ruang terbuka hijau dengan tingkat kebisingan di Jalan Pajajaran Kota Bogor. Ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kebisingan jalan yaitu kondisi jalan, perilaku pengemudi dan adanya titik-titik aktivitas lain seperti pembangunan proyek.
ABSTRACT
This research was conducted on Jalan Pajajaran, Bogor City. The Final Report of the Environmental Service for 2017 shows that roadside noise levels in Bogor City are at a high level and exceed the noise threshold, one of which is Jalan Pajajaran. This study aims to determine the spatial pattern of noise levels on Jalan Pajajaran, Bogor City and explain the relationship between green open space and buildings to the spatial pattern of noise levels on Jalan Pajajaran, Bogor City. The overlay method is used to see the spatial pattern of noise and the Pearson product moment test to see the relationship between vehicle volume, building area and green open space. In this study, the average noise level in each segment on Jalan Pajajaran is classified as very noisy and is in a noisy area. The segment with the highest noise level is in segment 1 and segment 4 of Jalan Pajajaran. Spatially, the noise level will be high if it is at the point of activity which will cause high vehicle volume and high activity, but not always high vehicle volume causes high noise. There is no relationship between vehicle volume, building area and green open space with noise levels on Jalan Pajajaran, Bogor City. There are other factors that can affect road noise levels, namely road conditions, driver behavior and the presence of other activity points such as project development."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyan Nur Rakhmah W.
"Pembangunan memunculkan dua eksternalitas, positif dan negatif, yaitu selain meningkatkan kualitas hidup kota juga menyebabkan alih fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pemerintah Kota Bogor telah menerbitkan Rancangan Masterplan RTH Kota Bogor yang memetakan arah pengembangan RTH yang bertujuan meningkatkan daya dukung lingkungan kota. Dalam rancangan masterplan diidentifikasikan kondisi eksisting RTH Kota Bogor masih memenuhi luas minimal yang dipersyaratkan dalam aturan, namun jumlahnya mengalami penurunan dari waktu ke waktu karena mayoritas RTH dikuasai oleh masyarakat.
Penelitian ini mengkaji bagaimana arah dan strategi pengembangan RTH Kota Bogor, serta potensi ketersediaan RTH di Kota Bogor apabila dilihat dari gambaran perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat dianalisis melalui perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method (kualitatif dan kuantitatif). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data primer maupun sekunder. Metode pengumpulan data penelitian berupa wawancara mendalam, pengamatan lapangan, analisis dokumen dan survey.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan RTH Kota Bogor diarahkan untuk menyeimbangkan ruang terbangun, agar fungsi ekologis RTH dapat tetap terjaga. Perlu peningkatan sosialisasi dan fasilitasi oleh pemerintah untuk merangsang perilaku masyarakat untuk sadar menjaga ketersediaan RTH termasuk keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan, kebijakan penataan RTH.

Development in Bogor Municipality makes two externalities, positive and negative. The positive side of development will improve the people's lives and the other hand, the negative impacts associated with urban environments. Government of Bogor Municipality has published draft Masterplan of Green Open Space in Bogor, which maps the development of green space that aims to increase the carrying capacity of the urban environment. In the draft master plan identified existing conditions RTH Bogor still in the minimum area required in the rules, but the number has decreased over time because the majority of green space owned by the community.
The research is aimed to explore the direction and strategy of development of green open space in Bogor Municipality, and to know the potential availability of green open space when seen from the description of people?s behaviour. The behavior can analyzed through the covert behavior and overt behavior. This study used mixed method approach (qualitative and quantitative). Descriptive analysis was used to analyze primary and secondary data. Data collection methods used are in-depth interviews (in depth interviews), field observation, document analysis and survey.
This study concluded that the development of green space Bogor City is directed to balance the built area and open spaces, so that the ecological functions of green space can be maintained. Public community are need an increased of socialization facilitation by the government to stimulate people's behavior to consciously maintain the availability of green space including community involvement in formulating, structuring policy RTH.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30459
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Alfi Kusumadewi
"Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menyebabkan terjadinya kelangkaan lahan. RTH (Ruang Terbuka Hijau) akan berkurang dan beralih fungsi menjadi kawasan terbangun. Sementara itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa RTH berasosiasi dengan kesehatan, salah satunya adalah persepsi sehat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara proporsi RTH dengan persepsi sehat masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu pada Bulan Mei 2014 di Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi. Desain studi dalam penelitian ini adalah crossectional yang menganalisis variabel proporsi RTH, karakteristik individu dan persepsi sehat secara bersamaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara RTH dengan persepsi sehat (nilai p > 0,05). Hasil yang sama juga ditunjukkan pada hubungan antara karakteristik individu dengan persepsi sehat masyarakat (nilai p > 0,05). Sehingga dapat kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari seluruh variabel yang diteliti tidak berhubungan dengan persepsi sehat masyarakat.

The increase in urban population led to a scarcity of land. RTH (Open Green Space) will decrease and shift functions into developed area. Meanwhile, several studies have shown that RTH is currently associated with health, one of which is the health perception.
The purpose of this study was to determine the relationship between the proportion of RTH with health perception of society. The study was conducted for two weeks in May 2014, in Jati Asih, Bekasi. The design study in this research is cross-sectional that analyze the proportion of RTH, individual characteristics and health perceptions simultaneously.
The results of this study showed no significant relationship between RTH and the health perception (p value> 0.05). Similar results were shown in the relationship between individual characteristics and people health perception (p value> 0.05). So it can be concluded that all of the variables under this study is not related to the health perception.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Cahaya Meikatama
"Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung menjadi kota nomor tiga di Pulau Sumatera dengan perkembangan penduduk paling besar pada tahun 2000 hingga 2015. Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya lahan terbangun mempengaruhi beberapa aspek, salah satunya meningkatnya suhu permukaan di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perubahan ruang terbuka hijau dan suhu penutup permukaan tanah (LST) serta pola spasial perubahan di Kota Bandar Lampung. Pengolahan data dilakukan menggunakan citra Landsat 8 untuk RTH dan Google Earth Engine untuk LST. Hasil penelitian ini menunjukkan distibusi perubahan RTH yang berada di timur hingga barat mengalami perubahan RTH menuju non-RTH yang mengakibatkan adanya keterkaitan peningkatan suhu di timur, tenggara dan barat, yang semula suhu 25-30 oC meningkat menjadi >30 oC. Sedangkan untuk perubahan RTH di barat dan beberapa wilayah didapatkan hasil adanya perubahan non-RTH menjadi RTH publik atau privat mengakibatkan adanya penurunan suhu, yang semula suhu 25-30 oC menurun menjadi 20-25 oC. Untuk pola spasial perubahan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung memiliki pola mengelompok yang berada di barat dan timur wilayah mengikuti ketinggian topografi (100-500 mdpl). Sedangkan Pola suhu penutup permukaan tanah (LST) di Kota Bandar Lampung yaitu memiliki pola mengelompok di suhu <20 oC, 20-25 oC (ditemukan di ketinggian 100-500 mdpl) dan >30 oC (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) sedangkan untuk suhu 25-30 oC memiliki pola tersebar (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) di Kota Bandar Lampung.

Bandar Lampung City, the capital city of Lampung Province, became the number three city on the island of Sumatra, with the largest population growth. Population growth will increase built-up land affecting several aspects, one of which is the increase in surface temperature. This study aims to determine changes in green open space and land surface temperature (LST) and the spatial pattern of changes in Bandar Lampung City. Data processing uses Landsat 8 imagery for green space and Google Earth Engine for LST. The results of this study indicate that the distribution of changes in green open space in the east to west experienced a change in green open space to non-green open space which resulted in an increase in temperature in the east, southeast and west from 25-30oC the temperature increased to >30oC. The change in green open space in the west and some areas, it was founded that a change from non-RTH to a public or private green open space resulted in a decrease in temperature, from 25-30oC the temperature decreased to 20-25oC. The spatial pattern of changes in green open space in Bandar Lampung City has a clustered pattern in the west and east of the area following the topography (100-500 masl). In comparison, the land surface temperature pattern (LST) in Bandar Lampung City has a clustered pattern at temperatures <20 oC, 20-25oC (found at an altitude of 100-500 msl) and >30oC (found at an altitude of 25-100 msl) while for temperatures 25-30oC has a scattered pattern (following an altitude of 25-100 msl) in Bandar Lampung City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>