Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Desi Ermaleni Br
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya curah hujan, suhu, dan kelembaban. Curah hujan di Kota Yogyakarta dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi antara 1.660-2.500 milimeter per tahun mendukung ketersediaan habitat nyamuk. Suhu dan kelembaban di Kota Yogyakarta berada pada rentang suhu dan kelembaban optimum nyamuk untuk bertumbuh dengan baik yaitu pada suhu 25-27°C dan kelembaban antara 60-80%. Sehingga Insiden DBD di Kota Yogyakarta masih tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan iklim terhadap insiden DBD. Studi ekologi dilakukan selama 3 bulan menggunakan data skunder. Unit analisis yang digunakan adalah bulan Januari-Desember dari tahun 2004-2013. Selanjutnya akan dianalisis secara statistik dan grafik. Curah hujan dengan insiden DBD tahun 2004-2013 memiliki r sebesar 0,333 dengan korelasi sedang dan pola positif dan nilai p sebesar 0,002. Suhu dengan insiden DBD memiliki r sebesar 0,186 dengan korelasi lemah dan nilai p sebesar 0,051. Kelembaban dengan insiden DBD memiliki r sebesar 0,571 dengan korelasi kuat dan pola positif dan nilai p sebesar 0,000. Curah hujan dan kelembaban tahun 2004-2013 memiliki hubungan yang signifikan dengan insiden DBD. Sedangkan suhu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan insiden DBD.

Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) is spread by Aedes Aegypti is extremely sensitive toward climate, particularly the intensity of rainfall, temperature, and humidity. The intensity of the rainfall which is approximately 1.660-2500 millimeter/year supports the mosquito habitation in Yogyakarta. The temperature and damp in Yogyakarta are in the temperature and humidity optimum where mosquito can grow well; temperature 25-27?C and humidity between 60-80%. Thus, DHF in Yogyakarta is still high. The aim of this research is to analyze the correlation between climate toward DHF incidence.This research uses ecology study and community vulnerability which is done in three months using secondary data. The analisys unit are January-December period 2004-20013. It is analyzed in accordance with statistic and graphic. The intensity of rainfall with DHF incidence in 2004-2013 has r 0,333 with the average correlation and positive pattern and p value 0,002. The temperature with DHF incidence has r 0,186 with weak correlation and positive pattern and p value 0,051. The humidity with the DHF incidence has r 0,571 with a strong correlation and positive pattern and p value 0,000. Rainfall and humidity in 2004-2013 had a significant correlation with the incidence of DHF. While the temperature has no significant correlation with the incidence of DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Puspa Juwita
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang endemis di Kota Tangerang dengan kejadian yang berfluktuasi per bulannya. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang diduga memiliki hubungan dengan kondisi variabilitas iklim. Dengan menggunakan data sekunder yang tersedia maka penelitian ini menggunakan desain studi ekologi, berdasarkan urutan waktu (time series) untuk melihat adakah hubungan antara variabilitas iklim (suhu, curah hujan dan kelembaban) dengan Kejadian demam berdarah dengue di Kota Tangerang dalam kurun waktu 2004-2013. Analisis yang digunakan adalah univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji korelasi dan regresi linear.
Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kejadian demam berdarah dengue dengan variabilitas iklim dengan keeratan hubungan yang sedang, yaitu hubungan antara kejadian demam berdarah dengue dengan suhu (p = 0,004; r = 0,314); hubungan antara kejadian demam berdarah dengue dengan curah hujan (p = 0,000; r = 0,355) dan hubungan antara kejadian demam berdarah dengue dengan kelembaban (p = 0,002; r = 0,298). Hubungan yang erat dapat dilihat dengan periode waktu yang pendek yaitu per tahun.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a endemic disease of Tangerang City with fluctuating case month by month. DHF is a disease that caused by dengue virus and transmitted by Ae. Aegypti, and also have relation with climate variability conditions. This research is using secondary data with ecological study design by using time series, to see the correlations between climate variability (temperature, precipitation and humidity) with hemorarhagic dengue fever cases in Tangerang City in the period 2004-2013. This research are using univariate analysis method and bivariate analysis with correlation and linear regression.
The results of this study revealed that are a significant correlation between dengue hemorrhagic fever cases with climate variability; correlation between dengue hemorrhagic fever with temperature (p = 0.004; r = 0.314); correlation between dengue hemorrhagic fever with precipitation (p = 0.000; r = 0.355) and correlation between dengue hemorrhagic fever with humidity (p = 0.002; r = 0.298). Strong correlations can be seen with a short period by year.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisa Zahra Khairunnisa
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengua (DBD) adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan virus Dengue adalah Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Kota dengan jumlah kejadian DBD tertinggi di Indonesia pada tahun 2021 adalah Kota Depok sebesar 3.155 kasus dengan angka Incidence Rate (IR) 151,2 kasus per 100.000 penduduk. Selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2012-2020, trend kasus DBD di Kota Depok cenderung meningkat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di Kota Depok tahun 2012-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) pada bulan yang sama (non-time lag), faktor iklim dengan jeda 1 bulan (time lag 1), dan kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD. Hasil: Hasil analisis korelasi menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban non time lag dan kelembaban time lag 1 dengan Incidence Rate DBD (p=0,000 dan p=0,000) dengan kekuatan hubungan sedang berpola positif (r=0,332 dan r-0,451). Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -47.353 + 0.784 (Suhu) + 0.394 (Kelembapan) + 0.023 (Curah Hujan). Berdasarkan hasil persamaan regresi, jika disimulasikan dengan kombinasi suhu 26,1 oC, kelembaban 82,9%, dan curah hujan 14,9 mm, maka akan terjadi peningkatan IR DBD sebanyak 10 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral infection transmitted to humans through the bite of an infected mosquito. The main vectors that transmit the dengue virus are Aedes aegypti and Aedes albopictus. The city with the highest number of dengue cases in Indonesia in 2021 is Depok City with 3,155 cases with an Incidence Rate (IR) of 151.2 cases per 100,000 population. During the last 10 years from 2012- 2020, the trend of dengue cases in Depok City tends to increase. Objective: To determine the relationship between climatic factors and population density with the incidence of DHF in Depok City in 2012-2021. Methods: This study uses an ecological study with correlation analysis to see the relationship between climatic factors (temperature, humidity, and rainfall) in the same month (non-time lag), climatic factors with a 1-month lag (time lag 1), and density population with DHF Incidence Rate. Results: The correlation analysis results showed a significant relationship between non-time lag humidity and time lag 1 humidity with DHF Incidence Rate (p = 0.000 and p = 0.000) with the strength of the relationship being positive (r = 0.332 and r-0.451). The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the equation IR DBD = -47.353 + 0.784 (Temperature) + 0.394 (Relative Humidity) + 0.023 (Rainfall). Based on the results of the regression equation, if it is simulated with a combination of the temperature of 26,1oC, humidity of 82.9%, and rainfall of 14.9 mm, there will be an increase in IR of DHF by 10 cases per 100,000 population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ezza Azmi Fuadiyah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular akibat virus dengue yang ditularkan oleh vektor Aedes spp. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah faktor iklim. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang setiap tahun mempunyai angka kejadian DBD yang lebih tinggi dari target nasional. Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mendapatkan model prediksi kasus DBD berdasarkan faktor iklim di Kota Cimahi Tahun 2004 - 2013.
Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan dan lama penyinaran matahari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kasus DBD. Hasil uji regresi linier ganda membentuk model prediksi dengan persamaan Kasus DBD = 238,769 - 22,320(Suhu) + 5,117(Kelembaban) + e dengan nilai R2 = 0,198. Dinas Kesehatan Kota Cimahi dapat menggunakan model prediksi tersebut dalam perencanaan upaya pengendalian DBD.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a communicable disease caused by dengue virus and spread by Aedes spp as vector. Climate factors are included in factors that influencing DHF cases. Kota Cimahi is a city in West Java that always has higher incidence rate of DHF than national target. This is an ecological study conducted to get a DHF case prediction model based on climate factors in Kota Cimahi 2004 - 2013.
The result shows that temperature, humidity, rainfall and duration of solar radiation are significantly related to DHF cases. Multiple linier regression test resulting a prediction model equation DHF cases = 238,769 - 22,320(temperature) + 5,117(humidity) + e with R2 = 0,198. The model can be used by the health authority of Kota Cimahi in the DHF control program planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prayitno
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, penularannya melalui vektor nyamuk serta ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Transmisi penularan penyakit DBD tergantung pada populasi vektor (Aedes Aegypti dan Ades Albopictus) yang dipengaruhi oleh kondisi iklim dan tutupan/penggunaan lahan. Kondisi iklim di Kota Batam merupakan kondisi ideal untuk perkembangbiakan dan transmisi penyakit DBD. Perubahan tutupan lahan juga diduga menjadi penyebab tingginya insiden DBD di kota Batam. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor iklim dan tutupan lahan dengan insiden DBD di Kota Batam. Studi ini merupakan studi ekologi dengan menggunakan data bulanan selama 10 tahun (2005-2014). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa suhu berhubungan signifikan (p=0.021) dengan insiden DBD pada lag 0 dengan korelasi lemah dan negatif (r=-0,211). Kelembaban signifikan dengan insiden DBD pada lag 1 dan lag 2 (p=0.003 dan p=0,001) dengan korelasi sedang dan positif (r=0,270 dan r=0,290). Analisis spasial menunjukkan adanya pola hubungan antara suhu, luas lahan terbangun dan luas lahan ber-vegetasi dengan insiden DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus, transmitted through mosquito vectors and is found in tropical and sub-tropical regions. Dengue transmission depends on vector populations (Aedes aegypti and Aedes albopictus) that are influenced by climate conditions and land cover/use types. Climate conditions in Batam is an ideal conditions for breeding and transmission of dengue disease. Changes in land cover is also thought to be the cause of the high incidence of DHF in Batam. The aimed of this study to analyze climate factors and land cover with DHF incidence in Batam. This is an ecological study using monthly data for 10 years (2005-2014). Statistic analysis showed that temperature significantly associated (p=0.021) with the DHF incidence in the time lag 0 with a weak and negative correlation (r=-0.211). Humidity significantly with the DHF incidence in the time lag 1 and time lag 2 (p=0.003 and p=0.001) with moderate and positive correlation (r=0.270 and r=0.290). Spatial analysis showed a pattern of relationships between temperature, habitations land and vegetation land with incidence of dengue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki Amelia
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemik di seluruh wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropic yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit DBD juga merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan Jakarta barat memiliki jumlah kasus tertinggi pertama dan kedua di Provinsi DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir.
Tujuan: Menganalisis hubungan faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara), kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik dengan incidence rate DBD di Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2013-2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara pada time lag 1 dan time lag 2 serta kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD.
Hasil: Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan lebih berpengaruh pada curah hujan time lag 2, suhu udara time lag 2 dan kelembaban time lag 2. Variabel lainnya yaitu kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan pada tahun 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, dan 2021. Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -160,665 + 3,763 (suhu) + 1, 033 (kelembaman) - 0,102 (curah hujan) - 0,001 (kepadatan penduduk). jika disimulasikan dengan kombinasi suhu sebesar 26,1°C, kelembaman 82,9%, curah hujan 14,9 mm, dan kepadatan penduduk sebesar 20.000 maka kejadian IR DBD akan muncul sebanyak 2,39 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease throughout the tropics and parts of the subtropics caused by the dengue virus. Dengue fever is also one of the main public health problems in Indonesia and West Jakarta has the first and second highest number of cases in DKI Jakarta Province in recent years.
Objective: Analyzing the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and larvae-free rates with DHF incidence rates in West Jakarta Administrative City in 2013-2022.
Methods: This study uses an ecological study design with correlation analysis to see the relationship between climatic factors which include rainfall, air temperature, air humidity in time lag 1 and time lag 2 and population density with DHF Incidence Rate. Results: The results of the bivariate analysis with the correlation test show that a significant relationship has more influence on rainfall time lag 2, air temperature time lag 2 and humidity time lag 2. Another variable, namely population density, has a significant relationship in 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, and 2021. The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the DHF IR equation = -160.665 + 3.763 (temperature) + 1.033 (inertia) - 0.102 (rainfall) - 0.001 (population density). if simulated with a combination of temperature of 26.1°C, humidity of 82.9%, rainfall of 14.9 mm, and a population density of 20,000, the incidence of IR DHF will occur as many as 2.39 cases per 100,000 population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Dea Plasenta
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan pendarahan minor atau mayor, trombositopenia, dan kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. WHO mencatat sejak tahun 1968-2009, Indonesia menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan kasus DBD terbanyak dan urutan kedua di dunia. Di tahun 2015, Kemenkes RI telah mencatat peningkatan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD di Indonesia. Dari 384 Kabupaten dan Kota meningkat menjadi 446 Kabupaten dan Kota. Salah satu Kabupaten/Kota dengan kasus DBD yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2014, Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak di Provinsi Banten dengan 768 kasus. Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya kasus DBD, yaitu faktor iklim, kepadatan penduduk, dan populasi nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim, kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ecological time series dengan metode kuantitatif dan analisis korelasi dan regresi linear ganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara suhu, kelembaban, dan ABJ dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,016; r = -0,282) (p = 0,000; r = 0,506) (p = 0,000; r = -0,558), sementara untuk curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan hasil tidak signifikan dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,064; r = 0,220) (p = 0,759; r = -0,037). Dari hasil regresi linear ganda, didapatkan hasil bahwa variabel yang masuk model akhir adalah variabel kelembaban dan ABJ dan dapat menjelaskan 39,9% variasi variabel dependen kejadian DBD (R square = 0,399). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 adalah variabel kelembaban.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease with minor or major bleeding, thrombocytopenia, and plasma leakage caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito vector. WHO noted that from 1968-2009, Indonesia became the first country in Southeast Asia with the most dengue cases and the second in the world. In 2015, the Indonesian Ministry of Health has recorded an increase in the number of districts/cities infected with dengue fever in Indonesia. From 384 regencies and cities, it increased to 446 regencies and cities. One of the districts/cities with high dengue cases is South Tangerang City. In 2014, South Tangerang City became the largest contributor to DHF cases in Banten Province with 768 cases. There are factors that can be the cause of high dengue cases, namely climate factors, population density, and mosquito populations. The purpose of this study was to determine the relationship between climatic factors, population density, and larval free rate (LFR) with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021. This research uses an ecological time series design study with quantitative methods and correlation analysis and multiple linear regression. This study uses secondary data from the South Tangerang City Health Office; Central Bureau of Statistics of South Tangerang City; and the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG). The results of this study are that there is a significant relationship between temperature, humidity, and LFR with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.016; r = -0.282) (p = 0.000; r = 0.506) (p = 0.000 ; r = -0.558), while rainfall and population density showed insignificant results with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.064; r = 0.220) (p = 0.759; r = -0.037). From the results of multiple linear regression, it was found that the variables that entered the final model were humidity and LFR variables and could explain 39.9% of the variation in the dependent variable of DHF incidence (R square = 0.399). The most influential variable on the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016- 2021 is the humidity variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yasin
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegyptie diduga memiliki hubungan dengan kondisi iklim. Pada penelitian ini, dengan menggunakan desain studi ekologi, penulis ingin mengetahui hubungan antara variabilitas iklim dengan insiden DBD di Kota Bogor dalam kurun waktu 2004-2011.
Penelitian menggunakan data sekunder dimana data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, sedangkan data iklim diperoleh dari Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG, Dramaga-Bogor. Variabel iklim yang digunakan adalah suhu, curah hujan, hari hujan, dan kecepatan angin. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakkan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji korelasi dan regresi linier.
Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan insiden DBD (nilai-p = 0,046; r = 0,204) serta adanya hubungan yang signifikan antara hari hujan dengan insiden DBD (nilai-p = 0,001; r = 0,362). Sedangkan untuk variabel suhu dan kecepatan angin tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan insiden DBD dengan nilaip berturut-turut sebesar 0,874 dan 0,519.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are caused by a virus and transmitted by Aedes aegyptie mosquitoes was suspected of having links with climatic conditions. In this study, using the ecological design studies, the authors wanted to determine the relationship between climate variability with the incidence of dengue in Bogor City in the period 2004 to 2011.
The study used secondary data which of dengue cases data obtained from the Bogor City Health Department, while the climate data obtained from the Climatological Station Class 1 BMKG, Dramaga - Bogor. Climate variables used were temperature, rain fall, rainy days, and wind velocity. The analysis used the univariate analysis by using frequency of distribution and the bivariate analyzes by using correlation and linear regression.
Based on the results of the study revealed that is a significant relationship between rainfall and dengue incidence (p-value = 0.046; r = 0.204) and significant relationship between the incidence of dengue rainy days (p-value = 0.001; r = 0.362). However there are no significant relationship between variable temperature and wind velocity with the dengue incidences, p-values respectively of 0.874 and 0.519.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alicia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26532
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Anita Sari
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor yang disebabkan oleh nyamuk, khususnya nyamuk Ae.aegypti dengan agennya virus dengue. Penyebaran kasus DBD telah dilaporkan terjadi diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sejak ditemukan di Indonesia, penyebaran kasus DBD menunjukan peningkatan dan penyebaran wilayah yang terjadi. Tinggi dan rendahnya kasus DBD di Kota Depok pada tahun 2015 – 2017 sebagian besar terjadi dalam tiga tahun berturut-turut dimusim hujan, yakni sebesar ≥ 10% terjadi dibulan Januari – Maret dan sebesar ≤ 10% terjadi dibulan Oktober- Desember. Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perbedaan variabilitas iklim disetiap musim terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Depok Periode April 2011 – Maret 2017, yakni hubungan suhu udara dengan DBD saat musim kemarau dan hubungan curah hujan dengan DBD saat musim hujan. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi dengan analisis korelasi dan regresi linear. Hasil penelitian disetiap tahunnya menunjukan adanya hubungan searah dengan korelasi yang kuat antara suhu udara saat musim kemarau (p=0,01; r=0,94) )dan curah hujan saat musim hujan (p=0,03; r= 0,85). Namun, dari hasil penelitian dikeseluruhan musimnya menunjukan tidak ada hubungan antara DBD dengan suhu udara saat musim kemarau (p=0,48) dan curah hujan saat musim hujan (p=0,59). Adanya perbedaan sudut pandang hasil penelitian ini kemungkinan dikarenakan perbedaan variasi data yang dipakai saat analisa, namun demikian data iklim dan data kejadian DBD yang dipakai untuk analisa disetiap tahunnya telah terdistribusi normal, artinya hasil penelitian disetiap tahun lebih mewakili daripada dikeseluruhan musim. Suhu udara yang tinggi saat musim kemarau, akan berpengaruh terhadap naiknya kejadian DBD disetiap tahunnya. Begitu juga dengan curah hujan yang tinggi saat musim hujan, akan berpengaruh terhadap naiknya kejadian DBD disetiap tahunnya. Hubungan ini kemungkinan terjadi karena suhu yang panas saat musim kemarau akan mempercepat inkubasi nyamuk, sedangkan tingginya curah hujan saat musim hujan akan menambah peluang perindukan nyamuk karena air yang tergenang.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based disease caused by mosquitoes, especially the Ae.aegypti mosquito with its agent the dengue virus. The spread of dengue cases has been reported to occur in various parts of the world, including Indonesia. Since it was discovered in Indonesia, the spread of dengue cases shows an increase and spread of the area that occurred. The high and low cases of dengue in Depok City in 2015 - 2017 mostly occur in three consecutive years in the rainy season, which is equal to ≥ 10% occurring in January - March and at ≤ 10% occurs in October-December. Based on these facts, this study aims to determine the relationship of differences in climate variability in each season to the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever in Depok City April 2011 - March 2017, namely the relationship between air temperature and DHF during the dry season and the relationship between rainfall and DHF during the rainy season. The research design used was ecological studies with correlation analysis and linear regression. The results of the study each year showed a direct correlation with a strong correlation between the air temperature during the dry season (p= 0.01; r= 0.94)) and rainfall during the rainy season (p= 0.03; r= 0.85 ) However, from the results of research in the entire season, there was no relationship between DHF and the air temperature during the dry season (p= 0.48) and rainfall during the rainy season (p= 0.59). The different viewpoints of the results of this study may be due to differences in the data used during the analysis, however climate data and incident DHF data used for analysis each year have been normally distributed, meaning that the results of research every year are more representative than in the whole season. High temperatures during the dry season will affect the increase in the incidence of DHF each year. Likewise with high rainfall during the rainy season, it will affect the increase in the incidence of DHF each year. This relationship is likely to occur because hot temperatures during the dry season will accelerate mosquito incubation, while high rainfall during the rainy season will increase the chances of mosquito breeding due to stagnant water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>