Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalisya Zahwa Rachmadina
"Indonesia dan Belanda dikenal memiliki banyak keterkaitan karena adanya kontak secara terus-menerus pada masa lampau sehingga terdapat berbagai dampak dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang terdampak hingga saat ini adalah budaya, seperti pada restoran-restoran Belanda di Indonesia yang melakukan akulturasi budaya. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui upaya penyesuaian budaya dalam bentuk akulturasi apa yang telah dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet dan bagaimana respon dari para pengunjung terhadap akulturasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori akulturasi oleh Redfield, Linton, dan Herskovits melalui pendekatan studi kasus yaitu mengumpulkan data dengan mengobservasi objek yang diteliti melalui wawancara dengan pemilik dan pengunjung restoran H.E.M.A. dan survei langsung ke restoran. Hasil dari penelitian ini yaitu Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet melakukan akulturasi dalam bentuk bahasa, makanan, pakaian, dan juga arsitektur bangunan sebagai upaya untuk menyesuaikan budaya Belanda di Indonesia. Upaya akulturasi budaya Belanda dan Indonesia yang dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. ini berhasil menarik perhatian para pengunjung karena dapat menambah pengetahuan budaya Belanda dan Indonesia.

Indonesia and the Netherlands are known to have many connections because there was continuous contact in the past so that there were various impacts in various aspects. One aspect that has been affected to this day is culture, as in Dutch restaurants in Indonesia which carry out cultural acculturation. This research was made with the aim of knowing what cultural adjustment efforts in the form of acculturation have been carried out by the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet and how the response from visitors to the acculturation carried out. This study uses a qualitative method with the theory of acculturation by Redfield, Linton, and Herskovits through a case study approach, namely collecting data by observing the object under study through interviews with H.E.M.A. restaurant owners and visitors. then survey directly to the restaurant. The results of this study are the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet acculturates in the form of language, food, clothing, and also building architecture as an effort to adapt Dutch culture in Indonesia. Efforts to acculturate Dutch and Indonesian culture carried out by the H.E.M.A. Restaurant This succeeded in attracting the attention of the visitors because it could increase knowledge of Dutch and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Salsabil Kusumaditya
"Restoran Ajwad merupakan salah satu restoran Arab yang berlokasi di daerah Condet, Jakarta Timur. Sebagai upaya menyebarkan budaya kuliner Arab di Indonesia, restoran Ajwad melakukan beberapa penyesuaian budaya kuliner yang dilakukan dengan teknik akulturasi. Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang apa yang dilakukan restoran Ajwad dalam menyesuaikan budaya kuliner Arab dan Indonesia? Bagaimana respon konsumen terhadap penyesuaian budaya yang dilakukan oleh restoran Ajwad? Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyesuaian budaya yang dilakukan dan memahami respon konsumen terhadap penyesuaian budaya yang terjadi di restoran Ajwad. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik kajian pustaka, analisis media sosial, obrservasi, dan wawancara dengan koki dan pemilik restoran. Hasil dari penelitian ini adalah akulturasi yang dilakukan restoran Ajwad mencakup berbagai aspek seperti menu makanan, rasa makanan, peralatan makan, dan suasana tempat makan. Selain itu, upaya akulturasi yang dilakukan mendapat banyak respon positif dengan kepuasan dari konsumen restoran Ajwad.

Ajwad Restaurant is an Arabic restaurant located in the Condet area, East Jakarta. To spread the Arab culinary culture in Indonesia, Ajwad restaurant made several adjustments to the culinary culture made with acculturation techniques. This research raise the problem of what Ajwad restaurant does in adjusting the Arab and Indonesian culinary culture? How do consumers respond to the cultural adjustments made by Ajwad restaurants? This research aims to understand the cultural adjustments made and to understand the response of consumers to cultural adjustments that occur at Ajwad restaurants. This research used qualitative methods with literature review techniques, social media analysis, observation, and interviews with chef and restaurant owner. The result of this research is the acculturation carried out by Ajwad restaurant covering various aspects such as food menu, food taste, tableware, and dining atmosphere. Also, the acculturation efforts carried out received a positive response with satisfaction from Ajwad restaurant consumers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kaplan, David
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
306.01 KAP t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Diyan Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif pengungkapan aktivitas CSR perusahaan konglomerasi di Indonesia dan India, yang direpresentasikan oleh Astra Group (Indonesia) dan Tata Group (India) di Tahun 2012 dan 2013 dengan memasukkan unsur budaya, sosial-ekonomi dan politik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dan kualitatif-deskriptif guna membandingkan tiga variabel utama penelitian, yakni media pengungkapan, peran CSR dalam perusahaan dan isi laporan CSR sehingga Peneliti dapat menjustifikasi kelemahan dan keunggulan masing-masing perusahaan terkait pengungkapan praktik CSR-nya.
Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hal utama. Pertama, dari media pengungkapan yang diteliti, Tata Group memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibandingkan dengan Astra Group. Kedua, terkait dengan peran CSR dalam perusahaan, CSR merupakan suatu komitmen yang dipandang sebagai unsur yang strategis oleh kedua perusahaan. Terakhir, isi laporan CSR kedua perusahaan menyatakan bahwa praktik CSR yang diimplementasikan oleh Astra Group dan Tata Group dilandasi oleh unsur budaya, sosial-ekonomi dan politik masingmasing negara.
Berdasarkan tiga variabel yang telah diteliti, mengindikasikan secara khusus bahwa dalam isi laporan CSR, Astra Group lebih unggul terhadap kepatuhan standar pelaporan CSR terbaru sedangkan Tata Group lebih unggul dalam menyajikan informasi pada media pengungkapan CSR.

This study aims to describe comprehensively about CSR activities disclosure in Indonesia and India Conglomerates representated by Astra Group (Indonesia) and Tata Group (India) in 2012 and 2013 by incorporatung cultural, socio-economic and political elements. The method used in this study are quantitative and qualitative-descriptive study comparing three main variables, namely media disclosure, role of CSR in the company and the content of the CSR report, thus researcher can justify the weaknesses and advantages of each company related disclosure in their CSR practices.
These result indicate three main points. First, from the disclosure media under study, Tata Group has a higher level of awareness compared with Astra Group. Second, related to the role of CSR in the company, CSR is a commitment that is seen as a strategic element by both companies. Finally, about the content of CSR report, both companies stated that the practice of CSR are influenced by cultural elements, socio-economic and politics of each country.
Based on the three variables that have been studied, indicating specifically that the content of the CSR report, Astra Group is superior to the latest CSR reporting standards compliance while Tata Group is superior in presenting information to the media disclosure of CSR.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mochtar, 1922-2004
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
959.8 LUB b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jones, Tod
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
320.959 8 JON k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Berliananda Aulia Citra
"Penelitian ini membahas kesepadanan penerjemahan tujuh teknik memasak bermuatan budaya dalam buku resep masakan Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Teknik memasak tersebut yaitu, “ungkep”, “ulen”, “sangrai”, “bakar”, “kukus”, “tumis”, dan “suwir”. Penelitian ini menggunakan teori metode penerjemahan menurut Smith (1989), strategi penerjemahan menurut Baker (1992), pergeseran bentuk dan makna menurut Simatupang (2000) dan teori kesepadanan dinamis menurut Nida dan Taber (1964). Hasil analisis menunjukan bahwa hanya empat terjemahan teknik memasak dinyatakan sepadan, yaitu “ulen”, “kukus”, “bakar” pada terjemahan variasi kedua, dan “tumis”. Hasil terjemahan teknik memasak yang dinyatakan kurang sepadan, yaitu “ungkep”, “sangrai”, “suwir”, “bakar” pada terjemahan variasi pertama, “bakar” pada terjemahan variasi ketiga, dan “bakar” pada terjemahan variasi keempat. Metode penerjemahan yang paling sering digunakan adalah metode equivalent term. Selain itu, strategi penerjemahan yang sering digunakan adalah strategi penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum. Hasil terjemahan tujuh teknik memasak tersebut juga menunjukkan pergeseran bentuk dan makna, di antaranya (1) pergeseran pada tataran semantik yaitu khusus ke umum dan umum ke khusus, (2) pada tataran sintaksis yaitu kata ke frasa, dan (3) perbedaan makna karena sudut pandang budaya.

This research discusses the equivalence of translating seven cooking techniques that contain cultural elements in Indonesian cookbooks into German. The cooking techniques are “ungkep”, “ulen”, “sangrai”, “bakar”, “kukus”, “tumis”, and “suwir”. This research uses the theory of translation methods by Smith (1989), translation strategies by Baker (1992), shifts in form and meaning by Simatupang (2000) and dynamic equivalence theory by Nida and Taber (1964). The results of the analysis show that only four translations of cooking techniques are considered equivalent, namely “ulen”, “kukus”, “bakar” at the translation of the second variation, and “tumis”. The results of the translation of cooking techniques that are declared less commensurate, namely “ungkep”, “sangrai”, “suwir” , “bakar” at the translation of the first variation, “bakar” at the translation of the third variation, and “bakar” at the translation of the fourth variation. The most frequently used translation method is the equivalent term method. In addition, the translation strategy that is often used is the translation strategy using more general words. The translation results of the 7 cooking techniques also show a shift in form and meaning, including (1) a shift at the semantic level, namely specific to general and general to specific, (2) at the syntactic level, namely words to phrases, and (3) differences in meaning due to cultural point of view."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budya Pradipta
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Masajeng Rahmiasri
"BAGIAN I
Analisis Situasi
Budaya populer digemari oleh masyarakat. Remaja adalah salah satu kalangan yang paling banyak mengonsumsi produk budaya tersebut. Konsumsi ini dibantu oleh media massa. Namun, konsumsi itu tidak dibarengi dengan pemahaman yang memadai mengenai budaya tersebut. Karena itu, dibuatlah e-magazine POPle. POPle berfokus pada analisis tentang budaya populer, bukan hanya tentang aspek hiburannya saja.
BAGIAN 2
Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype
Remaja memahami budaya populer yang sedang berkembang di Indonesia, baik budaya populer yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, remaja lebih selektif dalam membeli dan mengonsumsi produk budaya populer.
BAGIAN 3
Prototype yang Dikembanngkan
POPle adalah e-magazine bertema budaya populer yang sedang digandrungi remaja Indonesia. Sasaran khalayak POPle adalah remaja berusia 15-21 tahun yang tertarik dengan budaya populer, memiliki SSE (Status Sosial Ekonomi) A-B, serta memiliki akses yang memadai terhadap internet. Majalah ini dibuat fit to page terhadap iPad (vertikal—768 x 1024 px) dan memaksimalkan fungsi multimedia, yaitu video, foto, teks dan audio. Naskah terdiri dari naskah interpretatif, feature, dan tips.
BAGIAN 4
Evaluasi
Evaluasi majalah ini terdiri dari dua bagian yaitu rencana pre-test media dan rencana evaluasi produk. Pre-test dilakukan sebelum edisi pertama dirilis, untuk mengecek kesesuaian antara rancangan majalah dengan kebutuhan pembaca. Sementara, evaluasi produk dilakukan secara bertahap dan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu evaluasi input, evaluasi output, dan evaluasi outcome.
BAGIAN 5
Anggaran
Investasi Awal : Rp 113.217.320
Total Pengeluaran Bulanan : Rp 91.867.250
Total Pengeluaran per tahun :
Tahun Pertama : Rp 1.248.874.320
Tahun Kedua : Rp 1.317.562.408
Tahun Ketiga: Rp 1.390.028.340
Target pendapatan
Tahun pertama : Rp 615.771.688
Tahun kedua: Rp 948.718.750
Tahun Ketiga : Rp 1.459.521.875
Break Even Point (BEP) dicapai pada tahun ketiga.

FIRST PART
Situation Analysis
Popular culture is well-favored by citizens. Teenagers are one of the citizen groups who consumes popular culture the most. This consumption is aided by the mass media. Yet, the consumption is not accompanied by a good understanding about the culture. Therefore, an e-magazine named POPle is created POPle focuses more to analytical contexts than entertainment.
SECOND PART
Benefits and Purposes of Prototype Development
Teenagers understanding the popular culture which is currently developing in Indonesia, whether it is coming from inside or outside the country. The understanding is not about the entertainment aspect only. Thus, they will be more selective in buying and consuming popular culture products.
THIRD PART
Developed Prototype
POPle is an e-magazine about popular culture that is currently being a trend in Indonesia teenagers’ life. POPle’s audience target are teenagers ranging from 15-21 years old who are interested in popular culture, within the A-B Social Economic Status (SES), and have a good access to internet. The magazine is created with an iPad fit-to-page size (vertical—768x1024 px) and maximalizes multimedia functions, which are video, photo, texts, and audio. The articles are written in interpretative, feature, and tips style.
FOURTH PART
Evaluation
The magazine’s evaluation is consisted of two parts, which are the media pre-test design and product evaluation design. Pre-test will be executed before the first magazine edition is released, to check the compatibility between magazine’s design and readers’ need. Meanwhile, product evaluation will be conducted in stages and is divided into three categories, which are input, output, and outcome evaluation.
FIFTH PART
Budgets
Early Investments : Rp 113.217.320
Total Monthly Expenditures : Rp 91.867.250
Total Yearly Expenditures :
First Year : Rp 1.248.874.320
Second Year: Rp 1.317.562.408
Third Year : Rp 1.390.028.340
Revenue Targets :
First Year : Rp 615.771.688
Second Year : Rp 948.718.750
Third Year : Rp 1.459.521.875
Break Even Point (BEP) is reached on the third year.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54186
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>