Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Twidy Tarcisia
"Penyembuhan luka adalah peristiwa kompleks yang meliputi kemotaksis, angiogenesis, pembelahan sel, sintesis matriks ekstraseluler, pembentukan dan remodeling jaringan parut. Angiogenesis, densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka adalah beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai baiknya penyembuhan luka. Pemberian ADSC-CM pada penelitian terdahulu terbukti meningkatkan proses penyembuhan luka melalui mekanisme parakrin ADSC. Penelitian ini menilai efek pemberian ADSC-CM monolayer dalam inkubasi normoxia selama tiga hari terhadap angiogenesis, kontraksi luka, epitelisasi dan kualitas penyembuhan luka kulit tikus Sprague Dawley. Adanya konsentrasi growth factor seperti VEGF dan EGF dinilai melalui pemeriksaan ELISA. Efek angiogenesis, densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka dinilai dengan pemeriksaan histologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan Masson’s Trichome. Dua puluh sembilan tikus dibalurkan ADSC-CM pada bagian punggung (full thickness wound) dan dinilai gambaran histologinya pada hari ke-3, 7, 14, 21 dan 28.  Konsentrasi VEGF dan EGF ditemukan dalam ADSC-CM dengan 5052,698 ± 0,31 pg/mL dan 0,233 ± 0,08 pg/mL. Gambaran histologi pada parameter angiogenesis, densitas koalgen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara kelompok luka yang dibalurkan ADSC-CM dan kelompok kontrol namun secara klinis dan epidemiologis pembaluran ADSC-CM meningkatkan proses penyembuhan luka.

Wound healing is a complex event that consist chemotaxis, angiogenesis, proliferation, synthesis of matrix extracellular, formation and remodeling scar tissue. Angiogenesis, colagen density,  wound contraction, epithelialization and wound area is a several parameter to analyze wound healing. Previous studies have shown that ADSC-CM are able to accelerate wound healing due to paracrine effect. This study investigate the effect of monolayer ADSC-CM on angiogenesis, colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area in a rat full thickness wound. Consentration of growth factor such as EGF and VEGF were assessed with ELISA examination. Angiogenesis, colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area were analyzed histologically with Hematoxylin-Eosin and Masson’s Trichome staining. Twenty nine rats were administered topically with ADSC-CM. Histological examination was measured on day 3, 7, 14, 21 and 28.  Amount of VEGF and EGF is 5052,698 pg/mL dan 0,233 pg/mL. Histology examination angiogenesis, colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area show there is no significant difference between ADSC-CM group and control group but meaningful difference to accelerate wound healing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Twidy Tarcisia
"ABSTRAK
Penyembuhan luka adalah peristiwa kompleks yang meliputi kemotaksis,
angiogenesis, pembelahan sel, sintesis matriks ekstraseluler, pembentukan dan
remodeling jaringan parut. Angiogenesis, densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi
dan luas area luka adalah beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai
baiknya penyembuhan luka. Pemberian ADSC-CM pada penelitian terdahulu terbukti
meningkatkan proses penyembuhan luka melalui mekanisme parakrin ADSC.
Penelitian ini menilai efek pemberian ADSC-CM monolayer dalam inkubasi normoxia
selama tiga hari terhadap angiogenesis, kontraksi luka, epitelisasi dan kualitas
penyembuhan luka kulit tikus Sprague Dawley. Adanya konsentrasi growth factor
seperti VEGF dan EGF dinilai melalui pemeriksaan ELISA. Efek angiogenesis,
densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka dinilai dengan
pemeriksaan histologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan Masson?s
Trichome. Dua puluh sembilan tikus dibalurkan ADSC-CM pada bagian punggung
(full thickness wound) dan dinilai gambaran histologinya pada hari ke-3, 7, 14, 21 dan
28. Konsentrasi VEGF dan EGF ditemukan dalam ADSC-CM dengan 5052,698 ± 0,31
pg/mL dan 0,233 ± 0,08 pg/mL. Gambaran histologi pada parameter angiogenesis,
densitas koalgen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka menunjukkan perbedaan
tidak bermakna antara kelompok luka yang dibalurkan ADSC-CM dan kelompok
kontrol namun secara klinis dan epidemiologis pembaluran ADSC-CM meningkatkan
proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Wound healing is a complex event that consist chemotaxis, angiogenesis, proliferation,
synthesis of matrix extracellular, formation and remodeling scar tissue. Angiogenesis,
colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area is a several
parameter to analyze wound healing. Previous studies have shown that ADSC-CM are
able to accelerate wound healing due to paracrine effect. This study investigate the
effect of monolayer ADSC-CM on angiogenesis, colagen density, wound contraction,
epithelialization and wound area in a rat full thickness wound. Consentration of growth
factor such as EGF and VEGF were assessed with ELISA examination. Angiogenesis,
colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area were analyzed
histologically with Hematoxylin-Eosin and Masson?s Trichome staining. Twenty nine
rats were administered topically with ADSC-CM. Histological examination was
measured on day 3, 7, 14, 21 and 28. Amount of VEGF and EGF is 5052,698 pg/mL
dan 0,233 pg/mL. Histology examination angiogenesis, colagen density, wound
contraction, epithelialization and wound area show there is no significant difference
between ADSC-CM group and control group but meaningful difference to accelerate
wound healing."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Umi Sa Adah
"ABSTRACT
Infeksi luka operasi merupakan infeksi yang terjadi 30 hari pasca operasi. Angka kejadian ILO di RSUP Fatmawati dari tahun 2014-2016 mengalami peningkatan dari 0,74 menjadi 1,24. Tahun 2016 0,3 dari total angka kejadian ILO berasal dari pasien kebidanan dan kandungan. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan upaya perbaikan pencegahan kejadian infeksi luka operasi sehingga diharapkan dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi di RSUP Fatmawati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian operasional yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan adalah telaah data sekunder, wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ILO masih terjadi di RSUP Fatmawati walaupun rumah sakit sudah mempunyai SOP terkait ILO untuk melakukan pencegahan dan pengendalian ILO, karena ILO bisa terjadi dari sisi kondisi pasien dan sistem pelayanan rumah sakit. Maka dari itu diperlukan kerjasama dan komitmen antar seluruh pihak yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian ILO, yakni Instalasi Rawat Inap Teratai, Instalasi Bedah Sentral, KPPI dan Komite Mutu serta diperlukan penelitian lanjutan untuk membahas faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Surgical site infections is infection that occurs within 30 days after the operation. The incidence rate of SSI at RSUP Fatmawati has increased from 0.74 to 1.24 in 2014 2016. In 2016, there is 0.3 of total incidence SSI that came obstetric and gynaecological patients. The aim of this study is formulate improved preventive incidence of SSIs so that can reduce incidence of SSIs at RSUP Fatmawati. This research is an operational research, which use quantitative and qualitative approach. The method are secondary data review, observation, interviews, and documents review. The results showed that there is still incidence of SSIs at RSUP Fatmawati despite having Standard Operating Procedure SOP for prevention and controlling of SSIs, because SSIs caused of patients condition and hospital service system. Therefore it is necessary to do cooperation and commitment among people concerned in prevention and controlling of SSIs, i.e., Central Surgical Installation and Teratai rsquo s Inpatient Installation, IPCN, and Quality Committe, and further research is needed to discuss other factors not used in this study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jade Nugrahaningtyas Liswono
"Kejadian infeksi pasca pembedahan dan pasca kemoterapi pada pasien kanker payudara dapat memperpanjang lama rawat inap sehingga meningkatkan biaya kesehatan. Meningkatnya biaya pengeluaran kesehatan mendorong adanya evaluasi ekonomi. Analisis efektivitas-biaya (AEB) sebagai salah metode farmakoekonomi penting dilakukan untuk membandingkan antibiotik yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan total biaya penggunaan, efektivitas seftriakson generik A dan B, dan menentukan seftriakson yang lebih cost-effective untuk pasien kanker payudara di RS Kanker Dharmais tahun 2012.
Desain penelitian ini adalah non eksperimental dengan studi perbandingan dan pengambilan data secara retrospektif menggunakan data sekunder dari rekam medis dan Sistem Informasi Rumah Sakit RS Kanker Dharmais. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel sebanyak 16 pasien untuk seftriakson generik A dan 8 pasien untuk generik B.Efektivitas seftriakson pada indikasi pasca pembedahan untuk generik A sebesar 2,5 hari dan untuk generik B sebesar 1,0 hari, sedangkan pada indikasi pasca kemoterapi untuk generik sebesar 4,0 hari dan untuk generik B sebesar 9,5 hari.
Total biaya penggunaan seftriakson pada indikasi pasca pembedahan untuk generik A sebesar Rp 4.384.448,00 dan untuk generik B sebesar Rp 3.397.952,00,sedangkan pada indikasi pasca kemoterapi untuk generik A sebesar Rp2.284.655,00 dan untuk generik B sebesar Rp 11.195.270,00. Berdasarkan AEB,pada indikasi pasca pembedahan diperoleh hasil seftriakson generik B lebih costeffective daripada generik A, sedangkan pada indikasi pasca kemoterapi diperoleh hasil seftriakson generik A lebih cost-effective daripada generik B.

The incidence of post-surgery and post-chemotherapy infections in breast cancer patients prolonged the hospitalization days leading to the increase of health costs.The increasing health expenditure demanded the use of economic evaluation.Cost-effectiveness analysis (CEA) as one of pharmacoeconomics methods was important to compare the usage of antibiotics. The purposes of this research were to compare total cost and effectiveness of using generic ceftriaxone A and B, and to decide which ceftriaxone that was more cost-effective in breast cancer patients in Dharmais Cancer Hospital during 2012. Effectiveness was measured as ceftriaxone-using days, meanwhile cost was measured as total direct medical cost.
The research design was non experimental with comparative study and retrospective data were collected from medical records and hospital information systems of Dharmais Cancer Hospital. Samples were taken by using total sampling method. There were 6 patients using generic ceftriaxone A and 8 generic ceftriaxone B. Effectiveness of ceftriaxone for post-surgery indication in generic ceftriaxone A was 2,5 days and in generic B was 1,0 days, meanwhile for postchemotherapy indication in generic A was used 4,0 days and in generic B was 9,5 days.
Total direct medical cost of ceftriaxone for post-surgery indication in generic A and B, respectively Rp 4.384.448,00 and Rp 3.397.952,00, meanwhile for post-chemotherapy indication in generic A and B, respectively Rp 2.284.655,00 and Rp 11.195.270,00. According to CEA result, it could be concluded that generic ceftriaxone B was more cost-effective than A for postsurgery indication, meanwhile generic ceftriaxone A was more cost-effective than B for post-chemotherapy indication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Makhrus
"Tingginya tingkat hunian rumah sakit telah mendorong kebijakan untuk memulangkanpasien secara dini. Risiko infeksi luka operasi tidak hanya terjadi selama perawatan dirumah sakit. Infeksi luka operasi dapat juga terjadi ketika pasien sudah pulang dari rumahsakit. Kesinambungan pelayanan perawatan diperlukan agar tidak terjadi infeksi lukaoperasi selama pasien membutuhkan perawatan. Tujuan penelitian adalahmengembangkan model sistem pelayanan keperawatan berkesinambungan pasien operasiuntuk peningkatan kepuasan dan menyingkatkan waktu penyembuhan luka operasi.Metode penelitian meliputi tahap satu dilakukan penelitian kualitatif melalui focus groupdiscussion dengan peserta perawat pelaksana, kepala ruangan, dan perawat manajer dirumah sakit umum daerah Karawang berjumlah 25 orang, wawancara mendalam terhadap8 partisipan, dan uji coba model dengan sampel sebanyak 140 orang di RSUD Karawangdan RSUD Bayu Asih Purwakarta. Pada tahap tiga dilakukan uji coba model denganmetode kuasi eksperimen. Hasil penelitian tahap satu adalah terdapat empat tema danenam subtema. Hasil penelitian tahap tiga adalah variable jenis luka operasi berpengaruhterhadap lama kesembuhan luka operasi. Lama kesembuhan luka operasi lebih cepat 5hari pada kelompok intervensi. Tingkat kepuasan kelompok intervensi lebih tinggidibandingkan dengan kelompok kontrol. Model sistem pelayanan keperawatanberkesinambungan pasien operasi sangat penting diterapakan pada pelayanankeperawatan untuk meningkatkan kepuasan pasien dan penyingkatan waktupenyembuhan luka operasi.

The high level of hospital occupancy had prompted policies to repatriate patients early.Surgical site infection risk did not only occur during hospitalization, surgical site infectioncould also occur when the patient have been discharged from the hospital. Continuity ofcare intervention was required to avoid surgical wound infections as long as the patientneeded. Objective of this study was to explorer the existing situation of continuity ofnursing care sistem for surgical patient, especially monitoring service to prevent surgicalsite infection. Research method include the first stage was conducted qualitative researchthrough focus group discussion with the staff nurses, head nurses, and nurse managers inpublic hospitals Karawang area amounted to 25 people and test model with a sample of140 people in public hospital Karawang and public hospital Bayuasih. In the third phaseexperimental model was conducted with quasi experimental method. The result of thestudy was found 4 themes and 6 subthemes in continuity of care flow of surgical patient.Longer wound healing was 5 days faster in the intervention group. The level of satisfactionof the intervention group was higher than the control group. Continuity of care systemmodel in surgery patients was very important to be applied in nursing care to improvepatient satisfaction and shorten wound healing time."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D2391
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karamina Rasyiqah
"

Penyakit Zika adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Zika (ZIKV). ZIKV dapat ditularkan dari individu yang terinfeksi virus Zika baik yang bergejala maupun tidak. Pada skripsi ini, dikonstruksi sebuah model matematika penyebaran Zika dengan mempertimbangkan adanya transisi individu dari fase asimtomatik menjadi simtomatik. Model ini mempertimbangkan dua populasi utama, yaitu populasi manusia yang dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas manusia rentan, terinfeksi laten, terinfeksi asimtomatik, terinfeksi simtomatik, dan sembuh dari penyakit, serta populasi nyamuk yang dibagi ke dalam dua kelas, yakni kelas nyamuk rentan dan terinfeksi. Oleh karena itu, model yang dibentuk adalah model dengan sistem persamaan diferensial biasa nonlinier berdimensi tujuh. Selanjutnya, dilakukan kajian analitik terkait proses nondimensionalisasi, menghitung nilai , analisis eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan model, serta analisis bifurkasi model. Kemudian, dilakukan pula simulasi numerik berupa analisis sensitivitas dan elastisitas  serta simulasi autonomous terhadap model yang diajukan. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa dengan dilakukannya intervensi untuk meningkatkan laju kesembuhan serta menurunkan laju penularan sesama manusia, dari nyamuk ke manusia, dan sebaliknya dapat mereduksi jumlah populasi individu yang terinfeksi ZIKV.


Zika disease is an infectious disease caused by Zika virus (ZIKV) infection. ZIKV can be transmitted from individuals infected by Zika virus, both symptomatic and asymptomatic. Purpose of this research is to construct a mathematical model of the spread of Zika disease considering the individual transition from the asymptomatic to the symptomatic phase. The model considers two populations, those are the human population that consists of five classes, such as susceptible individual, exposed individual, asymptomatic infected individual, symptomatic infected individual, and recovered individual, also mosquito population that consist of two classes, those are susceptible vector and infected vector. Therefore, the model will be a system of nonlinear ordinary differential equation with seven dimensions. An analytical study related to the non-dimensionalization process, calculating the value of analysis of the existence and stability of the model's equilibrium, and analysis of the model bifurcation are conducted. A numerical simulation that consists of sensitivity analysis of  and autonomous simulation is conducted. Numerical simulation results show that the interventions to increase the rate of human recovery and to decrease the rate of transmission among humans, from mosquitoes to humans, and humans to mosquitoes can reduce the number of individuals infected by ZIKV.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissia Ananda
"Latar Belakang: Pembentukan jaringan parut terkait dengan fibroblast yang dihasilkan selama fase proliferasi dan salah satu strategi untuk menekan pembentukannya yang berlebihan adalah dengan menggunakan bahan perawatan luka. Penggunaan obat herbal saat ini diminati karena menghindari efek samping obat sintetik dan Hydnophytum formicarum berpotensi sebagai antioksidan dan anti inflamasi. Tujuan Penelitian: Menganalisis pengaruhekstrak Hydnophytum formicarum terhadap kerapatan kolagen, angiogenesis, panjang luka, dan reepitelisasi penyembuhan luka. Metode Penelitian: 24 ekor tikus Sprague Dawley dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Luka dibuat menggunakan biopsy punch. Empat ekor tikus dari tiap kelompok di nekropsi pada hari ke 4, 7 dan 14. Analisa kerapatan kolagen, angiogenesis, panjang luka, dan reepitelisasi dilakukan menggunakan pemeriksaan hematoksilin eosin dan masson’s trichrome. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada angiogenesis, panjang luka, reepiteliasasi antar kelompok. Angiogenesis pada kelompok perlakuan memiliki jumlah yang lebih sedikit namun lebih matur. Selain itu terdapat interaksi antara pengaplikasian ekstrak Hydnophytum formicarum dan hari nekropsi terhadap kerapatan kolagen dan tingkat reepitelisasi. Kesimpulan: Penggunaan ekstrak Hydnophytum formicarum mempengaruhi pembentukkan jaringan parut yang ditunjukkan kerapatan kolagen, angiogenesis, reepitelisasi, dan panjang luka pada fase granulasi. Tidak terdapat kelainan spesifik pada luka pada kelompok perlakuan. Inhibisi angiogenesis pada aplikasiHydnophytum formicarum berhubungan dengan pembentukan jaringan parut pada luka.

Background: Formation of scar tissue associated with fibroblast and wound care material is used to suppress the formation of excessive scar tissue. Herbal medicine is currently popular because it avoids the side effects of synthetic drugs and Hydnophytum formicarum has antioxidant and anti-inflammation potential. Purpose: Analyzing the effects of Hydnophytum formicarum extract on collagen density, angiogenesis, wound length, reepithelialization in wound healing. Material and Method: 24 mice are divided in the control and treated group. Wounds were made using biopsy punch. Four rats from each group were necropsed on day 4, 7 and 14. Collagen density, angiogenesis, wound length, reepithelialization were then analyzed using hematoxylin eosin and masson’s trichrome staining. Results: There were significant differences in the results of the angiogenesis analysis, wound length, reepitheliasation between the groups. Angiogenesis in the treatment group had smaller number but more mature. There was interaction between the application of Hydnophytum formicarum extract and necropsy day on collagen density and reepithelialization rate. Conclusion: Hydnophytum formicarum extracts affected the formation of scar tissue as indicated by collagen density, angiogenesis, reepithelialization, wound length in granulation phases. Inhibition of angiogenesis in the application of Hydnophytum formicarum is related to the formation of scar tissue in the wound."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anandita
"Infeksi nosokomial atau infeksi yang berkenaan atau berasal dari rumah sakit masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia dan dunia. Lebih dari 20% infeksi nosokomial terjadi di ICU. Infeksi nosokomial akan meningkatkan angka kematian, waktu perawatan pasien serta biaya. Resistensi terhadap antibiotik kini juga menjadi masalah dalam mengatasi infeksi nosokomial. Pengetahuan mengenai pola bakteri di ICU RSUPNCM beserta pola resistensi penting diketahui sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan infeksi nosokomial. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan data sekunder isolat yang berasal di ICU RSUPNCM pada tahun 2003-2006 yang didapat dari LMK FKUI. Data dibagi dua berdasarkan kurun waktu 2003-2004 dan 2005-2006. Didapatkan 142 isolat dalam kurun waktu 2003-2006, 91 isolat dalam kurun waktu 2003-2004 serta 51 isolat pada 2005-2006. Dari data didapatkan lima bakteri terbanyak yaitu Pseudomonas aeruginosa(31), Klebsiella pneumoniae(29), cinetobacter anitratus(21), Staphylococcus aureus(19) dan Enterobacter aerogenes(18). Pada kedua kurun waktu didapatkan lima besar bakteri yang sama namun dalam urutan yang berbeda. Pola resistensi terhadap antibiotik menunjukkan persentase resistensi yang meningkat pada Pseudomonas aeruginosa terhadap tikarsilin, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter anitratus, dan Enterobacter aerogenes terhadap sefepim, Staphylococcus aureus terhadap eritromisin, lainnya turun atau menetap. Berdasarkan perbandingan dengan hasil uji resistensi di negara-negara lain ditemukan beberapa perbedaan. Perbedaan ini dapat terjadi karena berbagai hal dan dipengaruhi berbagai faktor. Harus dilakukan upaya-upaya pengendalian infeksi nosokomial dan pencegahan resistensi dengan berbagai strategi.

Nosocomial infection or infection associated with or derived from hospital is still a problem in Indonesia and around the world. More than 20% nosocomial infection occurred in the ICU. Nosocomial infection will increase cost, mortality rate, length of stay and cost. Resistance against antibiotics has also become a problem in controlling nosocomial infection. Knowledge about bacterial pattern in ICU of Cipto Mangunkusumo national General Hospital and its resistance pattern will help in determining the appropriate treatment for nosocomial infection. The study design is cross-sectional and using secondary data obtained from bacteria isolated from ICU of Cipto Mangunkusumo national General Hospital during 2003-2006. The data is then divided into two periods, 2003-2004 and 2005-2006. The highest numbers of microbes found were Pseudomonas aeruginosa(31), Klebsiella pneumoniae(29), Acinetobacter anitratus(21), Staphylococcus aureus(19) and Enterobacter aerogenes(18). In both period the big five bacterias are the same, but in a different order. Increased percentage of resistance is shown in Pseudomonas aeruginosa against ticarcillin, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter anitratus and Enterobacter aerogenes against cefepime, and Staphylococcus aureus against erythromycin, other shows decreased or constant percentage. Comparison of the resistance pattern with study in other countries show some differences. There are various reasons and factors that may affect this outcome. Efforts must be made on controlling nosocomial infection and prevent resistance againsts antibiotics through various strategies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarto
"Operasi merupakan suatu prosedur medis yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah kecacatan dan mengurangi komplikasi. Infeksi luka operasi merupakan suatu kondisi komplikasi yang terjadi pada luka insisi akibat pembedahan. Perawat memiliki peran penting dalam praktek kesehatan serta dalam upaya pencegahan infeksi luka operasi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain analisis korelatif. Hasil penelitian dengan uji Fisher menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan sikap perawat dalam upaya pencegahan infeksi luka operasi. P value 0,000 < dari 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara dua variabel tersebut.

Surgery is a medical procedure that aims to save lives, prevent disability and reduce complications. Wound infection is a condition that occurs in complications due to surgical incision. Nurse have important role in the practice of health and in the prevention of surgical site infections. This research is quantitative research design correlativ analysis. The result of the study with Fisher test concluded, there is a relationship between the level of knowledge of nurses with the attitude of nurses in the prevention of surgical site infections. Pvalue result 0,000 less than 0,05, which mean there is a relationship between two variables."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Adip Pradipta
"Infeksi parasit usus seperti cacing usus masih menjadi masalah di Indonesia. Infeksi cacing usus digolongkan sebagai neglected tropical diseases dan 800 juta penderita di antaranya adalah anak-anak. Anak panti asuhan tinggal di lingkungan yang padat dan rentan mengalami infeksi cacing usus sehingga diperlukan informasi mengenai sikap dan perilaku pencegahan infeksi cacing usus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan sikap dan perilaku pencegahan infeksi cacing usus anak panti asuhan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 di Jakarta Timur dengan menggunakan kuesioner berisikan 13 pertanyaan tentang sikap dan perilaku pencegahan infeksi cacing usus. Data diolah dengan program SPSS for mac versi 20 dan dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, Mann-Whitney dan Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan rerata skor penilaian sikap dan perilaku pencegahan infeksi cacing masing-masing 20,2 dan 29,1. Nilai maksimal dari skor penilaian sikap dan perilaku masing-masing 25 dan 40. Terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dengan perilaku (p<0,05), serta jenis kelamin dengan sikap (p<0,05). Disimpulkan sikap anak panti asuhan terhadap pencegahan infeksi cacing usus tergolong baik dan jika akan memberikan edukasi maka perlu memperhatikan usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

Intestinal parasite infection, intestinal helminths for instance, remains a major problem in Indonesia. Intestinal helminths infection is regarded as a neglected tropical diseases and 800 million children are infected globally. Orphanage live in a densely populated place and are susceptible to intestinal helminths infection, thus it is necessary to know attitude and behavior of intestinal helminths infection.
The purpose of this study is to understand the relationship between Attitude and Behavior of Street Children about Soil Transmitted Helminths Infection Prevention and demographic characteristic. This study used analytic cross sectional design. Data were collected on June 10th 2012 in East Jakarta using a questionnaire consists of 13 questions about attitude and behavior of intestinal helminths infection prevention. The data collected were processed using SPSS for Mac version 20 program and Kruskal-Wallis, Mann-Whitney and Spearman statistic test.
The results showed that attitude and behavior scores are 20,2 and 29,1, respectively. Maximum score of attitude and behavior are 25 and 40, respectively. The results indicated that there is a relationship of gender, age, and education level with behavior (p<0,05), and also gender with attitude (p<0,05). It can be concluded that orphanage children attitude of intestinal helminths infection prevention is good meanwhile the behavior is poor and education methods should consider age, education level and gender.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>