Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Afriliani Raihannah
"Obat memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Maka dari itu, ketersediaan obat merupakan salah satu hal yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Obat yang tersedia di pelayanan kesehatan didapatkan dari distributor atau dengan kata lain pedagang besar farmasi (PBF). Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PT SamMarie Tramedifa merupakan salah satu subdistributor obat dan alat kesehatan yang sudah tersertifikasi CDOB oleh BPOM sehingga terjamin mutu pelayanannya. Kegiatan operasional PT SamMarie Tramedifa mengacu pada prosedur tertulis yaitu Prosedur Operasional Baku (POB) yang dirancang sesuai dengan CDOB yang berlaku sehingga operasional PBF berjalan dengan efektif dan efisien. Prosedur Operasional Baku selain disesuaikan dengan CDOB juga harus disesuaikan dengan praktik di lapangan sehingga perlu dilakukan pembaharuan rutin setiap tahun. Pada praktiknya, pembuatan surat pesanan sudah beralih menggunakan software dengan tujuan agar lebih memudahkan proses dokumentasi. Tujuan pelaksanaan tugas khusus ini adalah untuk memberikan usulan rancangan pembuatan POB baru yaitu Prosedur Operasioal Baku (POB) Pembuatan Surat Pesanan menggunakan software MyPOSInvent agar sesuai dengan kenyataan di lapangan. Prosedur Operasional Baku (POB) dirancang berdasarkan hasil observasi kondisi nyata di lapangan dan studi literatur Prosedur Operasional Baku (POB) Pengadaan Sediaan Farmasi, CDOB, dan Peraturan Menteri Kesehatan.

Medicine has an important role in health services. Therefore, the availability of drugs is one of the things that must be managed properly. Drugs available in health services are obtained from distributors or in other words pharmaceutical distributor. Pharmaceutical Distributor is a company in the form of a legal entity that has permission to procure, store, distribute drugs and/or drug ingredients in large quantities in accordance with the provisions of laws and regulations. PT SamMarie Tramedifa is one of the sub distributors of drugs and medical devices that has been certified CDOB by BPOM so that the quality of service is guaranteed. PT SamMarie Tramedifa's operational activities refer to written procedures, namely Standard Operating Procedures (POB) which are designed in accordance with the applicable CDOB so that PBF operations run effectively and efficiently. In addition to being adjusted to CDOB, Standard Operating Procedures must also be adjusted to field practices so that routine updates need to be carried out every year. In practice, making order letters has switched to using software with the aim of facilitating the documentation process. The purpose of carrying out this special task is to provide a proposal for a new POB draft, namely the Standard Operating Procedure (SOP) for Making Order Letters using MyPOSInvent software to match the reality in the field. Standard Operating Procedures (SOP) are designed based on observations of real conditions in the field and literature studies of Standard Operating Procedures (SOP) for Procurement of Pharmaceutical Preparations, CDOB, and Minister of Health Regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Obat rusak, obat sisa dengan kondisi tidak baik, dan obat kedaluwarsa yang tidak dimusnahkan dengan metode yang tepat dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan serta kerugian klinis berupa timbulnya efek samping obat. Pemusnahan obat dari distributor dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan. Proses pemusnahan harus menyertakan prosedur tertulis yang memperhatikan dampak kesehatan, pencegahan pencemaran lingkungan dan penyimpangan obat kepada pihak yang tidak berwenang. Obat dan bahan obat yang akan dimusnahkan harus dilakukan pre-destroy terlebih dahulu dengan cara merusak bentuk sediaan dan menghilangkan identitas produk. Hasil pre-destroy dikemas sedemikian rupa sehingga rincian obat dan bahan tidak dapat diketahui oleh pihak yang melakukan pemusnahan. Pre-destroy dilakukan untuk mencegah pemanfaatan kembali atau terjadinya kebocoran obat dan bahan obat. Penyiapan dilakukan dengan merusak kemasan sediaan (pre-destroy) dan dikemas sedemikian rupa sehingga rincian obat dan bahan tidak dapat diketahui oleh pihak yang melakukan pemusnahan. Detail terkait nama obat, jumlah obat, kandungan obat, nomor batch dan waktu kedaluwarsa juga ditambahkan dalam POB untuk kemudian menjadi dokumentasi dalam Berita Acara Pemusnahan.
Damaged drugs, leftover drugs in poor condition, and expired drugs that are not destroyed using appropriate methods can cause environmental damage and clinical losses in the form of drug side effects. Destruction of drugs from distributors is carried out on drugs and/or drug ingredients that are not eligible for distribution. The destruction process must include written procedures that take into account health impacts, prevention of environmental pollution and diversion of drugs to unauthorized parties. Medicines and medicinal materials to be destroyed must be pre-destroyed first by destroying the dosage form and removing the product identity. The results of pre-destroy are packaged in such a way that the details of the drugs and materials cannot be known by the party carrying out the destruction. Pre-destroy is carried out to prevent reutilization or leakage of drugs and medicinal materials. The preparation is carried out by destroying the preparation packaging (pre-destroy) and packaged in such a way that the details of the drugs and ingredients cannot be known by the party carrying out the destruction. Details related to drug name, drug quantity, drug content, batch number and expiration time are also added in the POB to later become documentation in the Minutes of Destruction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safa Vindya Aurellia
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Sistem mutu perlu dilakukan untuk memastikan obat yang dikirim tidak tercemar selama penyimpanan dan/atau pengiriman. Kondisi penyimpanan harus diatur untuk menjaga mutu dan mencegah kerusakan atau kontaminasi dengan obat lain. Terdapat obat tertentu yang memiliki persyaratan khusus karena obat tersebut mudah terpengaruh oleh suhu, baik pada saat penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman yang disebut dengan cold chain product (CCP). Penyimpanan CCP harus dalam suhu terjaga, yaitu pada cold room/chiller dengan suhu 2–8°C dan pada freezer room dengan suhu (-25)–(-15)°C. Tugas khusus ini bertujuan untuk merancang perubahan prosedur operasional baku (POB) terkait penanganan CCP sesuai dengan kendala yang pernah terjadi dan mengaplikasikan perubahan tersebut dalam proses penyimpanan cadangan CCP di PT SamMarie Tramedifa. Pengambilan data diperoleh dari observasi terhadap alat yang digunakan untuk penyimpanan cadangan CCP dan POB yang sedang berlaku terkait penanganan CCP serta wawancara dilakukan dengan Koordinator Gudang terkait kendala yang pernah terjadi yang berhubungan dengan penyimpanan CCP. Data yang diperoleh dianalisis dan disusun menjadi Rancangan Modifikasi POB Penanganan Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa POB terkait penanganan CCP harus selalu diperbarui sesuai dengan kendala yang pernah terjadi sebagai acuan apabila terjadi kendala serupa di masa depan serta POB yang dirancang dapat diaplikasikan secara langsung saat terjadi kendala dalam proses penanganan penyimpanan CCP.

Pharmaceutical Trading Company are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities. A quality system needs to be put in place to ensure the drugs that are sent are not contaminated during storage and/or delivery. Storage conditions must be managed to maintain quality and prevent spoilage or contamination with other drugs. There are certain drugs that have special requirements because these drugs are easily affected by temperature during reception, storage, and delivery, which are called cold chain products (CCP). CCP must be stored at a maintained temperature, namely in a cold room/chiller with a temperature of 2–8°C and in a freezer room with a temperature of (-25)–(-15)°C. This special task aims to design changes to standard operating procedures (SOP) related to handling CCP in accordance with the constraints that have occurred and to apply these changes in the process of storing CCP reserves at PT SamMarie Tramedifa. Data collection was obtained by observing the tools used for storing CCP and SOP reserves that were currently in effect regarding the handling of CCP and interviews were conducted with the Warehouse Coordinator regarding problems that had occurred related to CCP storage. The data obtained was analyzed and compiled into an SOP Modification Design for Cold Chain Product Handling. Based on the results of observations and interviews, it can be concluded that SOP related to handling CCP must always be updated according to problems that have occurred as a reference if similar problems occur in the future and SOP that is designed to be applied directly when problems occur in the process of handling CCP storage.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Rismauli Ruth Natasari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dengan izin hukum dan undang-undang yang berlaku sehingga berperan sebagai penggerak rantai pasok sediaan farmasi hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu analisis pengendalian persediaan yang umum digunakan adalah analisis fast, slow, dan non-moving (FSN). Analisis ini mengklasifikasikan barang berdasarkan seberapa sering suatu barang keluar dan masuk menjadi tiga kategori, yaitu fast, slow, dan non-moving. Perlu pengendalian persediaan sediaan farmasi pada PT. SamMarie Tramedifa guna mencapai ketersediaan obat yang optimal dengan biaya minimal dan alokasi biaya yang juga optimal sebagai topik laporan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di PBF. Tujuan pelaksanaan laporan pada praktik kerja profesi apoteker di PT. SamMarie Tramedifa adalah untuk mengetahui perbedaan analisis terhadap persediaan sediaan farmasi menggunakan Fast-Slow-Non-moving (FSN) dengan membandingkan metode Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC), dan frekuensi konsumsi untuk dijadikan referensi pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan PT. SamMarie Tramedifa. Berdasarkan analisis FSN menggunakan tiga metode, yaitu TOR, AMC, dan FK, diketahui terdapat perbedaan jumlah barang dan nilai persediaan sediaan farmasi dari ketiga hasil analisis tersebut dengan perbedaan yang sangat variatif antara kategori F, S, dan N. Pemilihan metode yang digunakan untuk analisis FSN bergantung kepada preferensi masing-masing perusahaan. Namun, metode yang paling merepresentasikan analisis FSN dengan dasar kriteria yang dapat diterima adalah metode Average Monthly Consumption

Pharmaceutical distributor (PBF) are companies that procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients with legal permits and applicable laws so that they act as drivers of the supply chain for pharmaceutical preparations until they reach the hands of consumers. One of the commonly used inventory management is FSN analysis. This analysis classifies goods based on how often an item comes in and out into three categories, namely fast, slow and non-moving. It is necessary to control the inventory of pharmaceutical preparations at PT SamMarie Tramedifa in order to achieve optimal drug availability optimal cost allocation as the topic of the pharmacist professional work practice report (PKPA) at PBF. The aim of implementing the pharmacist internship report at PT SamMarie Tramedifa is to find out the differences in analysis of pharmaceutical supplies using Fast-Slow-Non-moving (FSN) by comparing the Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC) and consumption frequency methods to be used as a reference for choosing a method that suits their needs. Based on FSN analysis using three methods, namely TOR, AMC, and FK, it is known that there are differences in the number of goods and inventory values ​​of pharmaceutical preparations from the three analysis results with very varied differences between categories F, S, and N. Selection of methods used for analysis FSN depends on the preferences of each company. However, the method that best represents FSN analysis based on acceptable criteria is the Average Monthly Consumption (AMC) method.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
"Proses operasional di PBF merujuk kepada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk obat, dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) untuk alat-alat kesehatan. Jenis produk obat yang disalurkan oleh PBF antara lain obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, obat-obat tertentu (OOT), dan produk rantai dingin. Diantara produk tersebut, prekursor farmasi dan obat-obat tertentu merupakan produk obat yang memiliki ketentuan khusus dalam hal penyalurannya, dimana ketentuan tersebut hampir mirip dengan ketentuan penyaluran produk narkotika dan psikotropika. Alur operasional produk prekursor dan OOT meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran, dan pelaporan. Pengadaan prekursor dan obat-obat tertentu dilakukan dengan pemesanan ke gudang induk yang harus disertai surat pesanan dengan format khusus. Selanjutnya, prekursor farmasi dan obat-obat tertentu diterima dan dilakukan pengecekan fisik dan kesesuaian dengan surat pesanan. Produk obat yang sudah lolos pengecekan disimpan diruangan khusus yang memiliki sistem pintu ganda, dilengkapi tempat khusus untuk karantina obat, termometer suhu ruang, dan juga terdapat kartu stok untuk mendokumentasikan setiap pengeluaran dan penerimaan obat. Penyaluran prekursor farmasi dan obat-obat tertentu hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari apoteker penanggung jawab instansi pelanggan (RS, apotek, klinik), atau dari Tenaga Teknis Kefarmasian (bagi toko obat). Apabila terjadi kehilangan selama proses pengiriman, APJ wajib melapor ke BPOM dengan melampirkan berita acara lengkap dengan surat kehilangan dari pihak kepolisian. Pelaporan prekursor farmasi dan obat-obat tertentu dilakukan setiap bulan ke kemenkes dan BPOM melalui melalui situs e-report PBF dan e-was BPOM. 

The operational process at PBF refers to Good Medicine Distribution Methods (CDOB) for medicines, and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) for medical devices. The types of medicinal products distributed by PBF include over-the-counter drugs, limited over-the-counter drugs, hard drugs, narcotics, psychotropics, precursors, certain drugs (OOT), and cold chain products. Among these products, pharmaceutical precursors and certain drugs are medicinal products that have special provisions regarding their distribution, which are almost similar to that of narcotic and psychotropic products. The operational flow of precursor and OOT products includes procurement, receiving, storage, distribution and reporting. Procurement of precursors and certain medicines is carried out by ordering from the main warehouse which must be accompanied by an order letter in a special format. Next, pharmaceutical precursors and certain drugs are received and carried out physical checks and compliance with the order letter. Medicinal products that have passed inspection are stored in a special room that has a double door system, equipped with a special place for drug quarantine, a room thermometer, and also stock card to document every drug dispensed and received. Distribution of pharmaceutical precursors and certain medicines can only be carried out based on an order letter from the pharmacist in charge of the customer agency (hospital, pharmacy, clinic), or from Pharmaceutical Technical Personnel (for drug stores). If a loss occurs during the delivery process, the pharmacist in charge is required to report to BPOM by attaching an official report complete with a letter of loss from the police. Report of pharmaceutical precursors and certain drugs is carried out every month to the Ministry of Health and BPOM via the PBF e-report site and BPOM e-was."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firyal Fairuztsana Nugraha
"Pedagang Besar Farmasi atau PBF merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PT. Tatarasa Primatama merupakan PBF yang berfokus pada pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran bahan obat. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding. Cara Distribusi Obat yang Baik atau CDOB merupakan cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Salah satu aspek CDOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pekerja di bawah umur merupakan remaja berusia 15 hingga 17 tahun yang diberikan pengalaman kerja dan pelatihan untuk kedepannya meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang distribusi farmasi sehingga diperlukan dokumen yang sesuai dengan peraturan pemerintah serta memenuhi hak dan kewajiban pekerja di bawah umur.
.....Pharmaceutical Distributor is a company in the form of a legal entity that has a license to procure, store, distribute drugs and / or medicinal materials in large quantities in accordance with statutory provisions. PT Tatarasa Primatama is a pharmaceutical distributor that focuses on the procurement, storage, and distribution of medicinal raw materials. Medicinal raw materials are both efficacious and inefficacious materials used in drug processing with standards and quality as pharmaceutical raw materials including comparative standards. The Good Drug Distribution Practice or GDP is a method of distribution/channeling drugs and/or medicinal materials that aims to ensure quality along the distribution/channeling route according to the requirements and intended use. One aspect of GDP is personnel who have sufficient knowledge and skills to carry out their duties and responsibilities. Underage workers are teenagers aged 15 to 17 years who are given work experience and training to improve competent human resources in the field of pharmaceutical distribution so that documents are needed that comply with government regulations and fulfill the rights and obligations of underage workers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annissatul Fitria
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) wajib menerapkan pedoman teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dalam pelaksanaan distribusi obat dan/ atau bahan obat, salah satu bagiannya adalah bangunan dan peralatan. Bangunan sebagai tempat penyimpanan perlu dilakukan pengendalian terhadap parameter suhu untuk menjaga suhu pada area penyimpanan tetap sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan agar obat dan/atau bahan obat selalu dalam kondisi yang baik dan terjamin kualitasnya, terutama untuk produk yang memerlukan suhu khusus seperti produk rantai dingin (Cold Chain Produk/CCP). Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui suhu terendah dan tertinggi saat pemantauan mingguan pada cold room dan cool room yang dilaksanakan dari tanggal 5 - 11 Desember 2022 pada PT. Enseval Putera Megatrading DC-3 Cikarang. Berdasarkan hasil pemantauan suhu pada cold room yang memiliki dua chiller, chiller bagian atas memiliki suhu minimum sebesar 2,8⁰C dan suhu maksimum sebesar 6,0⁰C, sedangkan pada chiller bagian bawah memiliki suhu minimum sebesar 4,4⁰C dan suhu maksimum sebesar 5,4⁰C. Pemantauan suhu pada cool room memberikan hasil bahwa suhu minimum sebesar 21,3⁰C dan suhu maksimum sebesar 23,0⁰C. Dapat disimpulkan bahwa hasil monitoring suhu mingguan pada cold room dan cool room sudah sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, yaitu pada rentang 2 – 8⁰C untuk cold room dan 15 – 25⁰C untuk cool room.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are required to implement the Good Drug Distribution Practices (CDOB) technical guidelines in the implementation of drug and/or drug substance distribution, one of which is building and equipment. The building as a storage area needs to control temperature parameters to maintain the temperature in the storage area in accordance with the requirements required so that drugs and/or medicinal substances are always in good condition and quality guaranteed, especially for products that require special temperatures such as cold chain products (CCP). The purpose of writing this report is to find out the lowest and highest temperatures during weekly monitoring in cold rooms and cool rooms which will be carried out from 5 - 11 December 2022 at PT. Enseval Putera Megatrading DC-3 Cikarang. Based on the results of temperature monitoring in the cold room which has two chillers, the upper chiller has a minimum temperature of 2.8⁰C and a maximum temperature of 6.0⁰C, while the lower chiller has a minimum temperature of 4.4⁰C and a maximum temperature of 5.4⁰C. Temperature monitoring in the cool room gives the result that the minimum temperature is 21.3⁰C and the maximum temperature is 23.0⁰C. It can be concluded that the results of weekly temperature monitoring in the cold room and cool room are in accordance with predetermined requirements, namely in the range of 2 – 8⁰C for cold rooms and 15 – 25⁰C for cool rooms."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"

Pharmaceutical disributor is one of the parties distributing pharmaceutical products including Cold Chain Products (CCP). Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 Branch is one of the PBFs that distributes CCP to various health care facilities. Therefore, KFTD Jakarta 3 must have a distribution procedure that can guarantee the stability of the distributed CCP. In order to ensure the ability of the distribution process to maintain product stability, it is necessary to validate the CCP distribution process from KFTD Jakarta 3."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erinna Putri Damayanti
"Dalam menjalankan kewajibannya, PBF harus mematuhi prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM). Apoteker bertanggung jawab dalam mengawasi distribusi obat dan memastikan prinsip CDOB di PBF telah diimplementasikan dengan baik. Apoteker juga memiliki peranan penting dalam setiap tahapan manajemen perbekalan farmasi salah satunya adalah tahap perencanaan dan pengadaan (BPOM RI, 2022). Perencanaan dan pengadaan obat di PBF merupakan tahapan kritis dalam manajemen perbekalan farmasi. Perencanaan dan pengadaan yang akurat membantu PBF untuk mempertahankan tingkat persediaan obat dengan tepat. Ketersediaan obat yang berlebih akan membebani modal dan ruang penyimpanan yang ada, tetapi ketersediaan obat yang terbatas dapat menyebabkan kekosongan produk dan kehilangan penjualan. Dalam mengatasi kondisi tersebut, pengkajian kembali terhadap data pemesanan produk obat dari setiap pemasok menjadi solusi dalam pengadaan obat. Pemilihan pemasok dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip Pareto yang menyatakan bahwa "sekitar 80% hasil atau efek berasal dari 20% penyebab atau input." (Emin & Maria, 2023). Dari hasil kajian distributor, direkomendasikan 7 nama distributor yang diprioritaskan dalam pengadaan produk obat yaitu PT Anugerah Pharmindo Lestari, PT Kallista Prima, PT Bina San Prima, PT Merapi Utama Pharma, PT Sapta Saritama, PT Millennium Pharmacon International Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pengkajian tersebut ditinjau dari jumlah dan kategori Pareto pada produk obat yang dipesan dan dipilih berdasarkan prinsip Pareto.

In carrying out its obligations, PBF must comply with the principles of Good Drug Distribution Methods (CDOB) set by the Food and Drug Monitoring Agent (BPOM). Pharmacists are responsible for overseeing drug distribution and ensuring that the CDOB principles in PBF are properly implemented. Pharmacists also have an important role in every stage of pharmaceutical supply management, one of which is the planning and procurement stage (BPOM RI, 2022). Drug planning and procurement in PBF is a critical stage in pharmaceutical supply management. Accurate planning and procurement help PBF to maintain appropriate drug inventory levels. Excessive drug availability will burden existing capital and storage space, but limited drug availability can lead to product vacancies and lost sales. In overcoming these conditions, a review of drug product order data from each supplier is a solution in drug procurement. Supplier selection can be done by applying the Pareto principle which states that "about 80% of the results or effects come from 20% of the causes or inputs." (Emin & Maria, 2023). From the results of the distributor review, it is recommended that 7 distributor names are prioritized in the procurement of medicinal products, namely PT Anugerah Pharmindo Lestari, PT Kallista Prima, PT Bina San Prima, PT Merapi Utama Pharma, PT Sapta Saritama, PT Millennium Pharmacon International Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. The assessment is reviewed from the number and Pareto category of drug products ordered and selected based on the Pareto principle.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi. Selain itu, terdapat beberapa hal yang yang dapat mempengaruhi hasil validasi adalah ukuran container dan produk yang dikirimkan, penempatan data logger¸ dan cara pengepakkan
PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi.

PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications. In addition, there are several things that can affect the validation results, namely the size of the container and the products sent, the placement of the data logger, and the packing method
PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and to re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>