Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retia Centini
"Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) merupakan suatu ketetapan atau pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang beredar. Pihak yang terlibat dalam distribusi obat bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi. Aspek yang terdapat pada CPOB terdiri dari pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi. Salah satu ketentuan pada CDOB yaitu mencakup ketentuan khusus untuk pengiriman produk rantai dingin. Produk rantai dingin atau cold chain product (CCP) merupakan produk yang memerlukan suhu dingin yang stabil ketika penyimpanan maupun pengiriman, agar kualitas produk tersebut tetap baik, sehingga suhu lingkungan penyimpanan dan pengiriman produk tersebut harus diawasi dan dikendalikan, maka dapat dikatakan bahwa produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus untuk pengirimannya. Sebagai salah satu distributor produk rantai dingin, PT. Anugerah Pharmindo Lestari (PT. APL), PT. APL perlu melakukan prosedur pengiriman yang sesuai dengan CDOB. Dimulai dari pengemasan hingga transportasinya. Maka dari itu perlu dilakukan analisis bagaimana kesesuaian pengiriman produk rantai dingin di PT. APL dengan CDOB 2020. Berdasarkan hasil observasi, hanya terdapat satu ketidaksesuaian, yaitu mengenai mengkondisikan pendingin (ice gel, dry ice, dan ice pack) serta kontainer sebelum digunakan. Selain itu, prosedur yang dilakukan di PT. APL sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada CDOB 2020.

Good Distribution Practice (CDOB) is a regulation or guideline made with the aim of guaranteeing the safety, efficacy and quality of drugs in circulation. Parties involved in drug distribution are responsible for ensuring the quality of drugs and/or medicinal ingredients and maintaining the integrity of the distribution chain during the distribution process. The aspects contained in CDOB consist of procurement, storage, distribution including the return of drugs and/or medicinal ingredients in the distribution chain. One of the provisions of the CDOB includes special provisions for the delivery of cold chain products. Cold chain products (CCP) are products that require stable cold temperatures during storage and shipping, so that the quality of these products remains good, so that the temperature of the storage and shipping environment of these products must be monitored and controlled, so it can be said that cold chain products require special handling for shipment. As one of the distributors of cold chain products, PT. Anugerah Pharmindo Lestari (PT. APL), PT. APL needs to carry out delivery procedures that comply with the CDOB, from packaging to transportation. Therefore it is necessary to analyze how appropriate the delivery of cold chain products at PT. APL and CDOB 2020. Based on observations, there was only one discrepancy, namely regarding conditioning of the coolers (ice gel, dry ice, and ice packs) and containers before use. In addition, the procedures carried out at PT. APL complies with CDOB 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) wajib menerapkan Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Salah satu tugas apoteker di PBF adalah memastikan penerapan CDOB dijalankan. Untuk memahami tugas tersebut, dilakukan analisis GAP terkait proses distribusi sediaan psikotropika di National Distribution Center (NDC) dengan pedoman CDOB. Dilakukan perbandingan terkait proses pendistribusian produk psikotropika yang diterapkan di NDC dengan CDOB, lalu ditarik kesimpulan mengenai kesesuaian penerapannya. Dari analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa aktual proses distribusi produk psikotropika di National Distribution Centre PT. Anugerah Pharmindo Lestari dimulai dari penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran telah terlaksana dengan baik sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020.

Major Pharmaceutical Suppliers (PBF) are required to implement the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB). One of the duties of the pharmacist at PBF is to ensure that CDOB is implemented. To understand this task, a GAP analysis was carried out regarding the process of distributing psychotropic preparations at the National Distribution Center (NDC) with CDOB guidelines. Comparisons were made regarding the process of distributing psychotropic products implemented in NDC and CDOB, then conclusions were drawn regarding the suitability of their application. From the analysis carried out, it can be seen that the actual process of distributing psychotropic products at the National Distribution Center of PT. Anugerah Pharmindo Lestari starting from reception, storage, and distribution has been carried out properly by the Regulation of the Food and Drug Supervisory Agency Number 6 of 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi. Selain itu, terdapat beberapa hal yang yang dapat mempengaruhi hasil validasi adalah ukuran container dan produk yang dikirimkan, penempatan data logger¸ dan cara pengepakkan
PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi.

PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications. In addition, there are several things that can affect the validation results, namely the size of the container and the products sent, the placement of the data logger, and the packing method
PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and to re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trianti Kartikasari Kusuma
"Penjaminan mutu obat dalam proses distribusi dilakukan dengan menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) merupakan salah satu Pedagang Besar Farmasi di Indonesia yang telah menerapkan CDOB dan Cara Distribusi alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) untuk menyalurkan produknya. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada PT. APL dalam proses pendistribusian obat yaitu atau pengambilan barang. Dalam proses pengambilan barang di APL cabang Bogor sering memakan waktu karena gudang yang sedang direnovasi dan menyimpan barang terlalu banyak. Dari latar belakang masalah yang terjadi, dilakukan inovasi perencanaan pembuatan metode vision pick dengan teknologi Artificial Intelligence untuk meningkatkan efektivitas proses picking order.
Tugas khusus dilaksanakan secara daring. Dilakukan analisa masalah yang terdapat pada PT. APL cabang Bogor dengan melakukan diskusi dan tanya jawab dengan pihak PT. APL cabang Bogor. Dari masalah yang ditemukan kemudian dilakukan inovasi perancangan metode untuk menangani masalah yang terjadi.
Perencanaan inovasi metode vision pick dengan teknologi artificial intelligence telah dibuat dengan kerjasama pihak pengelola gudang yaitu apoteker penanggung jawab dengan divisi teknologi perusahaan. SAP harus diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang sehingga proses distribusi di PT. APL lebih efisien.

Drug quality assurance in the distribution process is carried out by applying the Good Drug Distribution Method (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) is one of the pharmaceutical wholesalers in Indonesia that has implemented CDOB and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) to distribute their products. One of the activities carried out at PT. APL is in the process of distributing drugs or taking goods. The process of picking up goods at the APL Bogor branch often takes time because the warehouse is being renovated and stores too many items. From the background of the problems, an innovation in planning the making of the vision pick method with Artificial Intelligence technology was carried out to increase the effectiveness of the order picking process.
Specific tasks are carried out online. Analysis of the problems in PT. APL Bogor branch by conducting discussions and questions and answers with PT. APL Bogor branch. From the problems found, an innovative design method was carried out to deal with the problems that occurred.
The vision pick method innovation plan with artificial intelligence technology has been made in collaboration with the warehouse manager, namely the pharmacist in charge with the company's technology division. SAP must be integrated with artificial intelligence technology to increase the speed of picking up goods so that the distribution process at PT. APL is more efficient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Uswatun Hasanah
"Proses pendistribusian obat oleh Pedagang Besar Farmasi harus mematuhi prinsip CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). Berdasarkan Pedoman CDOB untuk mempertahankan sistem mutu harus memastikan bahwa setiap penyimpangan atau ketidaksesuaian terhadap prosedur yang telah ditetapkan harus didokumentasikan dan diselidiki penyebabnya serta tindakan perbaikan dan pencegahan yang tepat perlu diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko. Di PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) setiap ketidaksesuaian yang terjadi dari semua cabang APL akan dilaporkan ke dalam suatu portal untuk selanjutnya ditinjau secara periodik untuk mengevaluasi dan melihat trend dari quality near miss. Analisis kejadian near-miss dilakukan untuk mengetahui kejadian Near miss yang sering terjadi di APL dengan melakukan analisis trend data near miss tahun 2022. Trend kejadian near miss berdasarkan kategori kejadian pada tahun 2022 banyak terjadi pada kategori Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, dan Equipment dengan persentase masing-masing berturut turut adalah 20,90%, 18,33%, 9,50% dan 7,47%.

The drug distribution process by Pharmaceutical Wholesalers must comply with the principles of CDOB (Good Drug Distribution Method). Based on the CDOB Guidelines, maintaining a quality system must ensure that any deviations or non-compliance with established procedures must be documented and the causes investigated and appropriate corrective and preventive actions need to be taken to correct and prevent deviations in accordance with risk management principles. At PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) any discrepancies that occur in all APL branches will be reported to a portal for further periodic review to evaluate and see trends for quality near misses. Analysis of near-miss events was carried out to find out the near-miss events that often occur in APL by analyzing trend data for near misses in 2022. The trend of near-miss events based on event categories in 2022 occurs mostly in the Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, and Equipment categories with the respective percentages being 20.90%, 18.33%, 9.50% and 7.47%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta Byanis
"Globalisasi, kini, sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat dunia. Dunia tidak lagi terkotak-kotak dalam batasan-batasan yang dibuat oleh manusia yang tinggal didalamnya. Globalisasi menjadi arus yang tidak dapat dibendung lagi, setiap aspek kehidupan terkena dampaknya. Sektor bisnis, merupakan salah satu sektor yang terkena pengaruh (dampak) langsung dari globalisasi. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada perdagangan, investasi, industri, tenaga kerja, kebijakkan (policy), dan lain-lain, dimana kesemuanya itu mengarah kepada persaingan usaha yang lebih luas, lebih besar, dan mengarah kepada dunia. Menjadi global tidak selalu berarti bahwa suatu perusahaan harus membuka cabang (kantor perwakilan) di luar negeri dan memasarkan produk ke pasar dunia, tetapi dengan bersaing di pasar domestik pada era globalisasi ini pun merupakan bagian dari "Menjadi Global". Hal ini dikarenakan pasar domestik, kini, tidak bisa selamanya memberikan proteksi terhadap perusahaan lokal. Dengan minimnya batasan-batasan (borderless), perusahaan asing akan masuk ke pasar domestik dan ikut bersaing di pasar yang sama. Itu berarti persaingan usaha semakin meluas dan membesar. PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) sebagai salah satu pelaku di bisnis distribusi fannasi (PBF) merupakan bagian dari perusahaan lokal Indonesia yang ikut terpengaruh oleh arus globalisasi. Krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 memberikan "pembelajaran" bagi perusahaan lokal untuk bisa bertahan dan lolos dari keadaan itu. APL merupakan salah satu survivor. Faktanya, dalam keadaan krisis pun, APL mampu membukukan penjualan dan laba yang besar. Dalam dunia persaingan usaha yang semakin luas, semakin besar, semakin sesak (crowded), dibutuhkan strategi bersaing yang tepat dan benar. Strategi bersaing macam apa dan pada pasar apa, itu yang menjadi pertanyaan utama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kembali (review) dan mengevaluasi kembali (re-evalution) strategi bersaing APL, terutama berkaitan dengan globalisasi. Diawali dengan proses pengidentifikasian, pengevaluasian serta penganalisaan terhadap komponen-komponen pembentuk strategi bersaing APL, baik meliputi lingkungan internal APL dan lingkungan eksternal. Lalu penulis, mengukur posisi strategi bersaing pada saat ini. Dalam analisa strategi bersaing, penulis menggunakan pendekatan SWOT Matrix, TOWS Matrix, SPACE Matrix, IE Matrix, Competitor Profile Matrix, dan Grand Strategy Matrix. Untuk melengkapi analisa, penulis juga melakukan penilaian terhadap kinerja APL dan ekspektasi pelanggan terhadap PBF, dimana diambil dari sisi pelanggan. Dari kesimpulan yang diperoleh, penulis dapat membuat saran-saran pengembangan yang konstruktif dan adaptif bagi APL."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qinthara Alifya Pramatiara
"Kesenjangan atau Gap merupakan suatu ketidakseimbangan, perbedaan, atau ketidaksimetrisan antara suatu hal terhadap hal yang lain. Pada proses distribusi oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus berkaca pada CDOB sehingga seluruh aspeknya diharapkan sesuai dengan pedoman tersebut. Kesenjangan dapat terjadi pada proses ini ketika pelaksanaan teknis yang terjadi di lapangan memiliki sedikit banyak perbedaan dengan yang tercantum dalam pedoman. Oleh karena itu, perlu dilakukan Gap assessment sebagai alat penilaian untuk mengevaluasi proses distribusi tersebut. Tugas khusus ini disusun dengan melakukan proses pengamatan atau observasi pada proses pelaksanaan distribusi di PT. Enseval Putera Megatrading (EPM) Cabang Jakarta 1 terhadap penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Selanjutnya, dilakukan penilaian terhadap kesesuaian penerapan atau implementasi CDOB berdasarkan daftar aspek penerapan CDOB. Bedasarkan daftar periksa yang digunakan, terdapat 121 aspek detail terkait CDOB pada proses distribusi oleh PT EPM Cabang Jakarta 1 yang perlu dinilai kesesuaian dengan yang terlaksana. Namun, terdapat 6 aspek yang tidak terpenuhi. Semua aspek yang tidak sesuai dengan ketentuan diharapkan dapat dibuat aksi perbaikan dan pencegahannya.

A gap is an imbalance, difference, or asymmetry between one thing and another. The distribution process by Pharmaceutical Wholesalers (PBF) must reflect on CDOB so that all aspects are expected to comply with these guidelines. Gaps can occur in this process when the technical implementation that occurs in the field is more or less different from what is stated in the guidelines. Therefore, it is necessary to carry out a Gap assessment as an assessment tool to evaluate the distribution process. This special task is prepared by carrying out an observation process or observations on the distribution implementation process at PT. Enseval Putera Megatrading (EPM) Jakarta Branch 1 regarding the implementation of Good Distribution Practice (GDP). Next, an assessment is carried out on the suitability of the application or implementation of GDP based on the list of GDP implementation aspects. Based on the checklist used, there are 121 detailed aspects related to GDP in the distribution process by PT EPM Jakarta Branch 1 which need to be assessed for suitability with what is being implemented. However, 6 aspects are not fulfilled. It is hoped that all aspects that are not by the provisions can be taken to corrective and preventive actions"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan sebagai distributor serta penghubung antara pemasok bahan baku ke industri farmasi, maupun industri farmasi ke fasilitas kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai distributor obat dan/atau bahan obat, diperlukan standar untuk mengatur cara distribusi yang baik untuk memastikan terjaganya mutu selama proses distribusi. Salah satu hal penting dalam proses distribusi oleh PBF adalah penyimpanan yang memiliki ketentuan berbeda tergantung kategori atau jenis produknya. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi kesesuaian penyimpanan obat reguler, cold-chain product, psikotropika, dan prekursor farmasi di salah satu PBF terbesar di Indonesia, yaitu PT Anugerah Pharmindo Lestari (PT APL) – Jakarta Distribution Center (JDC) terhadap CDOB 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan di lapangan (observasi) dan melalui kegiatan tanya-jawab dengan narasumber (wawancara). Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian menggunakan metode evaluasi deskriptif dan analisis campuran dengan skala Guttman, PT APL-JDC telah memenuhi 90,91% (10 dari total 11 poin) ketentuan penyimpanan obat reguler menurut CDOB 2020, 83,33% (5 dari total 6 poin) ketentuan penyimpanan cold-chain product menurut CDOB 2020, serta 100% (3 dari total 3 poin) ketentuan penyimpanan psikotropika dan prekursor farmasi menurut CDOB 2020.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) act as distributors and intermediaries between suppliers of raw materials to the pharmaceutical industry, as well as the pharmaceutical industry to healthcare facilities. In carrying out its role as a distributor of drugs and pharmaceutical materials, PBF requires a standard to regulate suitable distribution methods to ensure quality is maintained during the distribution process. One of the crucial things in the distribution process by PBF is storage which has different provisions depending on the category or type of product. This study evaluated the suitability of regular drug storage, cold-chain products, psychotropics, and pharmaceutical precursors at one of the largest PBFs in Indonesia, namely PT Anugerah Pharmindo Lestari (PT APL) – Jakarta Distribution Center (JDC) for CDOB 2020. Data was collected through field observations and question-and-answer activities with informants (interviews). Based on the results of the conformity evaluation using the descriptive evaluation method and mixed analysis with the Guttman scale, PT APL-JDC has complied with 90.91% (10 out of a total of 11 points) of the regular drug storage requirements according to CDOB 2020, 83.33% (5 out of a total of 6 points) provisions for storage of cold-chain products according to CDOB 2020, and 100% (3 out of a total of 3 points) provisions for storage of psychotropics and pharmaceutical precursors according to CDOB 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam penyaluran dan perdagangan perbekalan farmasi yang meliputi alat kesehatan, obat dan kosmetik, serta cold chain product (CCP) dari produk Kimia Farma dan berbagai produk prinsipal rekanan. CCP adalah rantai pasokan barang sensitif yang dikontrol oleh suhu, sehingga memerlukan perlakuan khusus dalam proses penyimpanan dan penyalurannya. Laporan ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian implementasi standar operational procedure (SOP) terhadap proses penyimpanan dan penyaluran cold chain product di PT. KFTD Jakarta 3. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil observasi langsung kegiatan penyimpanan dan penyaluran CCP dengan elemen SOP penyimpanan dan penyaluran di PT. KFTD Jakarta 3 menggunakan form checklist. Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran CCP di PT. KFTD Jakarrta 3 telah dilakukan sesuai dengan SOP penyimpanan dan penyaluran serta termasuk ke dalam kategori baik

PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) is a State-Owned Enterprise (BUMN) company whose role is in the distribution and trading of pharmaceutical supplies which include medical devices, medicines and cosmetics, as well as cold chain products (CCP) from Kimia Farma products and various products from principal partners. CCP is a temperature-controlled supply chain of sensitive goods, thus requiring special treatment in the storage and distribution process. This report aimed to evaluate the suitability of the implementation of the standard operational procedure (SOP) for the process of storing and distributing cold chain products at PT. KFTD Jakarta 3. The evaluation was carried out by comparing the results of direct observation of CCP storage and distribution activities with SOP elements for storage and distribution at PT. KFTD Jakarta 3 used a checklist form. Based on the evaluation results, the storage and distribution of CCP at PT. KFTD Jakarta 3 had been carried out in accordance with the SOP for storage and distribution and is included in the good category"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kanita Klara
"Kebutuhan untuk mempertahankan rantai dingin sangat penting dalam distribusi produk kesehatan dan farmasi untuk memastikan bahwa mereka tetap aman dan efektif di seluruh rantai pasokan. Hal ini terutama berlaku untuk produk yang sensitif terhadap suhu, seperti vaksin, obat-obatan, dan sampel darah untuk mencegah kerusakan atau hilangnya khasiat. Salah satu tantangan utama distribusi rantai dingin adalah kerumitan dan biaya pemeliharaan rantai dingin sehingga memerlukan strategi untuk pemeliharaan produk rantai dingin. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memahami dan membandingkan penerapan manajemen operasional di PT Anugerah Pharmindo Lestari National Distributing Center (APL NDC) dengan Cara Distribusi Obat yang Baik, terkhusus mengenai rantai dingin. Teknik pengambilan data yaitu dengan melakukan studi literatur serta informasi dari narasumber. Strategi yang diterapkan oleh PT APL NDC mencakup penggunaan kendaraan berpendingin, sistem pemantauan suhu, serta pelatihan bagi karyawan tentang penanganan yang aman dan penyimpanan produk yang sensitif terhadap suhu. Setiap personil juga diberikan pelatihan tindakan penanganan terhadap kedaruratan. Pemantauan suhuu pada area penyimpanan dipantau secara online dan offline. Saat pengambilan barang, APL NDC mempunyai air curtain atau plastik yang digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan suhu saat dilaksanakan loading-unloading. Selain itu, juga terdapat balon yang mengembang untuk menutupi sisi-sisi reefer truck yang didesain khusus untuk mempertahankan suhu. APL memiliki sebuah kontainer khas dengan hak paten dari Zuellig Pharma yang bernama Ez-Cooler. Kontainer ini telah tervalidasi dapat mempertahankan suhu 2-8°C dengan background suhu ambient selama 72 jam. Penerapan manajemen operasional untuk produk rantai dingin di PT APL NDC sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik dan memiliki inovasi dalam pemastian mutu produk yang diterima serta produk yang dikirimkan.

The need to maintain a cold chain is critical in the distribution of healthcare and pharmaceutical products to ensure that they remain safe and effective throughout the supply chain. This is especially true for products that are sensitive to temperature, such as vaccines, drugs and blood samples to prevent spoilage or loss of efficacy. One of the main challenges of cold chain distribution is the complexity and cost of cold chain maintenance, so it requires a strategy for cold chain product maintenance. This report was created with the aim of understanding and comparing the implementation of operational management at PT Anugerah Pharmindo Lestari National Distributing Center (APL NDC) with Good Drug Distribution Methods, especially regarding the cold chain. The data collection technique is by conducting literature studies and information from informants. The strategy implemented by PT APL NDC includes the use of refrigerated vehicles, a temperature monitoring system, as well as training for employees on the safe handling and storage of temperature sensitive products. Each personnel is also given training in handling emergencies. Temperature monitoring in storage areas is monitored online and offline. When picking up goods, APL NDC has a water curtain or plastic that is used as protection against temperature changes when loading-unloading is carried out. In addition, there is also a balloon that expands to cover the sides of the reefer truck which is specially designed to maintain temperature. APL has a unique container with a patent from Zuellig Pharma called the Ez-Cooler. This container has been validated to maintain a temperature of 2-8°C with ambient temperature background for 72 hours. The implementation of operational management for cold chain products at PT APL NDC is in accordance with Good Drug Distribution Methods and has innovation in ensuring the quality of products received and products sent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>