Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moon Ju Yon
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Saliva berkaitan penting dengan patogenesis ECC dan protein saliva kemungkinan mempunyai kaitan dengan kejadian ECC. Tujuan: Menganalisis level protein saliva yang diisolasi dari anak dengan ECC Metode: sampel saliva yang terstimulasi dan tidak terstimulasi diambil dari anak ECC. Konsentrasi protein saliva ditetapkan dengan metoda Bradford assay. Hasil: tidak terdapat perbedaan konsentrasi protein saliva tersimulasi dan tidak terstimulasi pada anak dengan ECC (two tail test, p≤0.05).

Background: Early Childhood Caries ( ECC ) is one of the common health problems in children. Saliva has connection with the occurence of ECC and salivary proteins is probably related to the occurrence. Objective: to Analyze the level of proteins isolated from stimulated and unstimulated saliva taken from children with ECC. Methods: stimulated an unstimulated saliva samples were taken from children, age 3-5 years old, with ECC. Salivary protein levels were determained using Bradford Assay. Results: there is no consentration difference between protein consentration in stimulated and unstimulated saliva in children with ECC ( two- tail test, p≤0.05)"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingetiarani Yukiko Hermawan
"ABSTRAK
Early Childhood Caries ECC merupakan penyakit infeksi kronis pada gigi anak-anak usia 3 ndash; 5 tahun, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah saliva. Saliva memiliki viskositas dan komponen salah satunya adalah protein yang berperan penting dalam mempertahankan rongga mulut dari patogen penyebab ECC. Tujuan: Menganalisis profil protein dan viskositas saliva pada pasien ECC dan bebas karies. Metode: Viskositas saliva dinilai secara visual dan profil protein saliva dianalisis menggunakan metode SDS PAGE. Hasil: Ditemukan 5 profil protein dengan gambaran yang paling jelas dengan berat molekul 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa dan 95 kDa pada pasien ECC dengan frekuensi kemunculan secara berurutan sebesar 8, 3, 16, 6, 2 dan pada bebas karies sebesar 14, 5, 16, 16, 9. Viskositas saliva pada pasien ECC tinggi dan pada bebas karies rendah. Kesimpulan: Pada pasien ECC ditemukan frekuensi kemunculan profil protein 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa dan 95 kDa yang lebih sedikit dibandingkan dengan bebas karies. Sedangkan profil protein 60 kDa ditemukan frekuensi kemunculan yang sama pada pasien ECC dan bebas karies. Viskositas pada pasien ECC lebih tinggi dibandingkan dengan bebas karies. Latar Belakang: Early Childhood Caries ECC merupakan penyakit infeksi kronis pada gigi anak-anak usia 3 ndash; 5 tahun, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah saliva. Saliva memiliki viskositas dan komponen salah satunya adalah protein yang berperan penting dalam mempertahankan rongga mulut dari patogen penyebab ECC. Tujuan: Menganalisis profil protein dan viskositas saliva pada pasien ECC dan bebas karies. Metode: Viskositas saliva dinilai secara visual dan profil protein saliva dianalisis menggunakan metode SDS PAGE. Hasil: Ditemukan 5 profil protein dengan gambaran yang paling jelas dengan berat molekul 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa dan 95 kDa pada pasien ECC dengan frekuensi kemunculan secara berurutan sebesar 8, 3, 16, 6, 2 dan pada bebas karies sebesar 14, 5, 16, 16, 9. Viskositas saliva pada pasien ECC tinggi dan pada bebas karies rendah. Kesimpulan: Pada pasien ECC ditemukan frekuensi kemunculan profil protein 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa dan 95 kDa yang lebih sedikit dibandingkan dengan bebas karies. Sedangkan profil protein 60 kDa ditemukan frekuensi kemunculan yang sama pada pasien ECC dan bebas karies. Viskositas pada pasien ECC lebih tinggi dibandingkan dengan bebas karies.

ABSTRACT
Early Childhood Caries ECC is a chronic infection disease of dental on children with 3 ndash 5 years old, that are caused by many factors, one of which is saliva. Saliva has viscosity, and component specifically protein, that play an important role in maintaining oral cavity from pathogen causing ECC. Objective To analyze protein profile and salivary viscosity from ECC and caries free subjects. Method Salivary viscosity was assessed visually and salivary protein profile were analyzed using SDS PAGE. Result 5 most prominent protein profiles with molecular mass 15 kDa, 25 kDa, 60 kDa, 65 kDa and 95 kDa were found in ECC patient with frequency of occurrences in order 8, 3, 16, 6, 2 and in caries free subject 14, 5, 16, 16, 9. Salivary viscosity on ECC patient was high and on caries free patient was low. Conclussion On ECC patient, frequency of occurrences of salivary protein profile 15 kDa, 25 kDa, 65 kDa and 95 kDa were found less than on caries free subject. Meanwhile, protein profile 60 kDa has the same frequency of occurrence on ECC and caries free subject. Viscosity on ECC patient was higher than caries free subject. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Munandar
"ABSTRACT
Latar Belakang: Saliva merupakan hasil sekresi manusia yang mengandung berbagai macam zat seperti protein, hormon dan lain-lain. Aktivitas fisik dapat memengaruhi kandungan saliva seperti profil dan total protein di dalamnya. Protein dalam saliva dapat memengaruhi aktivitas progres karies. Perlu diketahui apakah aktivitas fisik memengaruhi aktivitas karies. Tujuan: Menganalisis perbedaan profil dan total protein dalam saliva subjek pelari dan hubungannya dengan skor indeks DMFT. Metode: Profil protein diekspresikan menggunakan metode SDS-PAGE lalu dianalisis secara manual sedangkan total protein dihitung menggunakan prosedur Bradford. Hasil: Dalam saliva subjek pelari ditemukan protein dominan yaitu dengan berat molekul 60 kDa, 30 kDa dan 10 kDa sedangkan pada subjek non-pelari yaitu 60 kDa, 30 kDa dan 25 kDa. Protein yang hanya ditemukan dalam saliva subjek pelari yaitu 45 kDa dan 10 kDa sedangkan yang hanya ditemukan dalam saliva subjek non-pelari yaitu 15 kDa. Total protein saliva pada subjek non-pelari lebih tinggi yaitu 774,46 µg/mL sedangkan pada subjek pelari sebesar 547,89 µg/mL. Kesimpulan: Terdapat perbedaan profil dan total protein saliva antara subjek pelari dan non-pelari serta terdapat hubungan antara profil dan total protein saliva dan skor indeks DMFT.

ABSTRACT
Background: Saliva is a secretion of the human body that contains various substances such as proteins, hormones and etc. Physycial activity could influence the contents of saliva such as the profiles and total of the proteins. Salivary proteins take role in caries progression activity. It is needed to be known whether physical activity affects caries progression. Objective: To analyze the difference of profiles and total of salivary proteins in runners and their correlations with DMFT index scroes. Methods: Protein profiles are expressed with SDS-PAGE procedure and then are analyzed manually, meanwhile the protein total is calculated using Bradford procedure. Results: The dominant proteins found in runners saliva are 60 kDa, 30 kDa and 10 kDa proteins and those found in non-runners saliva are 60 kDa, 30 kDa and 25 kDa. Proteins only found in runners saliva are 45 kDa and 10 kDa proteins and the ones only found in non-runners saliva is 15 kDa protein. Total of salivary proteins in non-runners is higher than the runners, which is 774,46 µg/mL compared to 547,89 µg/mL. Conclusion: There are differences found in the salivary proteins profiles and total in the runners and non-runners and there are correlations established between the salivary proteins profiles and total and the obtained scores of DMFT index."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greta Putri Arini
"Karies gigi adalah salah satu penyakit menular kronis yang paling
umum pada anak-anak usia prasekolah. Bentuk agresif karies gigi pada gigi sulung anak
di bawah, sampai dengan usia 71 bulan disebut dengan Early Childhood Caries (ECC).
Indonesia melaporkan prevalensi dan keparahan ECC yang tinggi hingga mencapai angka
90%. DKI Jakarta memiliki prevalensi sebesar 81,2%. Faktor risiko utama ECC yaitu
host (gigi dan saliva), mikroorganisme kariogenik, dan karbohidrat (substrat).
Mikroorganisme kariogenik yang berperan yaitu Streptococcus mutans. Penelitian di
Jakarta pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies, menunjukkan bahwa serotipe f
merupakan jenis yang paling banyak di temukan (85,5%), diikuti dengan serotipe c
(74,2%), serotipe e (22,6%) dan serotipe d (19,4%). Penelitian lainnya di Jakarta
menemukan bahwa kombinasi serotipe c dan f lebih tinggi pada anak yang memiliki
karies. Streptococcus mutans serotipe c dan f berperan dalam patogenesis karies gigi, hal
tersebut sesuai dengan tingginya tingkat karies gigi di Indonesia. Salah satu faktor host
yaitu saliva, merupakan cairan tubuh yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur
organik dan anorganik yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Komposisi protein
saliva seperti Lactoferrin sangat penting karena memiliki kemampuan antibakteri serta
berperan dalam sistem imun bawaan dan adaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kadar Lactoferrin saliva antara anak Early Childhood Caries (ECC) dan
bebas karies pada usia 3-5 tahun. Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah potong
lintang analitik secara laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada 14 anak dengan ECC
dan 14 anak bebas karies. Saliva didapat dari seluruh subjek dan kadar LF diukur
menggunakan metode ELISA sandwich. Hasil: Analisis data menggunakan uji Mann
Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kadar Lactoferrin anak
ECC dan anak bebas karies dengan nilai p=0,006 (p<0,05). Kesimpulan: Kadar
Lactoferrin saliva anak Early Childhood Caries (ECC) lebih tinggi dari anak bebas karies
yang menunjukkan bahwa Lactoferrin dapat menjadi indikator peningkatan risiko Early
Childhood Caries (ECC).
Backgrounds: Dental caries is one of the most common chronic infectious diseases in
preschool children. The aggressive form of dental caries in the primary teeth of children
under and up to the age of 71 months is called Early Childhood Caries (ECC). Indonesia
reports a high prevalence and severity of ECC (90%). DKI Jakarta has a prevalence
81.2%. The main risk factors for ECC are hosts (teeth and saliva), cariogenic
microorganisms, and carbohydrates (substrates). The cariogenic microorganisms that
play a role are Streptococcus mutans. Research in Jakarta on children aged 3-5 years who
had caries, showed that serotype f was the most common type (85.5%), followed by
serotype c (74.2%), serotype e (22.6%) and serotype d (19.4%). Another study in Jakarta
found that the combination of serotypes c and f was higher in children with caries.
Streptococcus mutans serotypes c and f play a role in the pathogenesis of dental caries,
which is consistent with the high level of dental caries in Indonesia. One of host factor,
saliva, is a complex body fluid consist of organic and inorganic elements that are
important for oral health. Salivary protein such as Lactoferrin is very important because
it has antibacterial ability and plays an important role in innate and adaptive immune
system. The purpose of this study is to analyze Lactoferrin levels between Early
Childhood Caries (ECC) and caries-free children aged 3-5 years. Methods: The design
of this study is cross-sectional analytical laboratory. This study was conducted on 14
children with ECC and 14 caries-free children. Saliva were taken from all subjects and the
Lactoferrin levels were measured using ELISA sandwich method. Results: Data analysis
using the Mann Whitney U test showed that there were significant differences between
the levels of salivary Lactoferrin in children with ECC and caries-free children with pvalue
0,006 (p<0,05). Conclusion: Salivary Lactoferrin levels in Early Childhood
Caries (ECC) were higher than caries-free children which indicate that Lactoferrin can
be an indicator of an increased risk of Early Childhood Caries (ECC)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winanda Annisa Maulitasari
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu penyakit kronis
multifaktorial yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Data penelitian
mengatakan sebanyak 65% anak usia 3-5 tahun mengalami ECC dan pada sebuah
penelitian di Jakarta tahun 2016 menunjukkan indeks def-t sebesar 7,5 pada anak usia 5
tahun sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan indeks def-t sebesar 7,04. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, sebanyak
81,5% anak mengalami karies dengan indeks def-t sebesar 6,2 pada anak usia 3-4 tahun
dan indeks def-t sebesar 8,1 pada anak usia 5 tahun. Dalam terjadinya ECC, salah satu
faktor yang berperan dalam proteksi dari terjadinya karies gigi adalah saliva yang di
dalamnya terkandung protein saliva seperti lysozyme yang berperan dalam mekanisme
proteksi rongga mulut dari bakteri Gram-positif. Pada beberapa penelitian, kadar
lysozyme saliva berhubungan dengan skor def-t. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar
lysozyme saliva pada anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun serta berdasarkan
tingkat karies. Metode Penelitian: Penelitian merupakan potong lintang analitik secara
laboratorik. Subjek penelitian adalah 14 anak ECC dan 14 anak bebas karies usia 3-5
tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel whole saliva tanpa stimulasi
dikumpulkan dari subjek penelitian kemudian dilakukan pengukuran kadar lysozyme
dengan uji ELISA teknik sandwich. Hasil: Kadar lysozyme saliva pada anak ECC lebih
tinggi daripada kelompok anak bebas karies serta kadar lysozyme saliva pada anak
dengan tingkat karies tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak dengan
tingkat karies rendah, secara statistik dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar lysozyme saliva anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun (p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar lysozyme saliva lebih tinggi pada anak ECC dibandingkan dengan
bebas karies usia 3-5 tahun dan peningkatan kadar lysozyme saliva terjadi pada anak
dengan tingkat karies tinggi.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is one of common chronic multifactorial
diseases affecting preschool children. Previous study showed 65% of children aged 3-5
years experience ECC and a research in Jakarta in 2016 showed def-t index of children
aged 5 years was 7.5. According to research in Bandung in 2017 showed def-t index
was 7.04. Based on Basic Health Research in Indonesia (RISKESDAS) in 2018, 81.5%
of children experienced caries with def-t index 6.2 in children aged 3-4 years and 8.1 in
children aged 5 years. In the occurrence of ECC, one of the factors that play role in the
protection of dental caries is saliva, which contains salivary protein such as lysozyme
that play a role in the mechanism of protecting oral cavity from Gram-positive bacteria.
In several studies, salivary lysozyme levels were associated with def-t score. Objective:
To analyze differences in salivary lysozyme levels in ECC and caries-free children aged
3-5 years and based on caries levels. Methods: This study is a laboratory analytical
cross-sectional study. Subjects were 14 ECC children and 14 caries-free children aged
3-5 years that in line with the inclusion criteria. Unstimulated whole saliva were
collected from subjects. Salivary lysozyme levels were measured by ELISA sandwich
method. Results: Salivary lysozyme levels in ECC children was higher than in cariesfree
and salivary lysozyme levels in children with high caries level higher than in
children with low caries level, it was statistically stated that there was a significant
differences between the levels of lysozyme in children with ECC and caries-free
children aged 3-5 years (p < 0.05). Conclusion: Salivary lysozyme levels were higher in
ECC children compared to caries-free children aged 3-5 years and increased levels of
salivary lysozyme occurred in children with high caries level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Merdiana Dwi Trasti
"Sebelum adanya penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI, gigi berlubang pada bayi jarang ditemukan.2,19 Dilaporkan pada anak riwayat ASI Eksklusif, karies jarang ditemukan karena mendapat komponen imunitas khususnyaIgA yang dapat memperlambat pertumbuhan bakteri S.mutans.2,11 Pada anak riwayat susu formula komponen imunitas belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva anak ECC riwayat ASI eksklusif dan susu formula. Penelitian ini dilakukan pada 34 anak ECC usia 18-48 bulan yang memiliki skor deft >1, dengan 17 subjek riwayat ASI eksklusif dan 17 subjek riwayat susu formula. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan skor deft, dan dilakukan pengukuran sampel saliva dengan ELISA. Rerata skor deft anak ECC kelompok riwayat ASI eksklusif lebih rendah dibanding susu formula. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar sIgA saliva anak ECC antara riwayat ASI eksklusif dan susu formula (p=0,004).

Time before formula feeding has been found, baby tooth decay is definitely rare.2,19 Studies reported, children with exclusive breastfeeding have low caries as they have immunity component, specifically IgA, which may exhibits colony of S.mutans.2,11Meanwhile, immunity component of children with formula feeding is barely unknown. This study aimed to analyze the difference of quantity salivary sIgA Early Childhood Caries (ECC) children between exclusive breastfeeding and formula feeding history. Saliva samples were collected from 34 ECC children aged 18-48 months who have deft score >1, both exclusive brestfeeding and formula feeding history group are 17 subjects each. Deft score were examined, and quantity of salivary sIgA were assesed by ELISA. Deft score mean of exclusive breastfeeding history group is lower than formula feeding history group. There is a significant difference quantity salivary sIgA ECC children between exclusive breastfeeding and formula feeding history (p=0,004)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggrina Wulan Sari
"Latar balakang: Early Childhood Caries seringkali dijumpai pada anak-anak dalam rentang usia kurang dari 71 bulan. Diduga kuat bakteri Streptococcus Mutans serotipe e menjadi bakteri penyebab terjadinya ECC. Imunoglobulin A (IgA) berperan didalam mulut sebagai penghambat kolonisasi dari bakteri penyebab karies gigi. Tujuan: Menganalisis keterkaitan titer IgA anti S .mutans serotipe e terhadap viskositas saliva dan skor dmft pasien Early Childhood Caries. Metode: 15 subjek ECC dari saliva pasien yang terdiri dari 8 saliva terstimulasi dan 7 saliva tidak terstimulasi yang dihitung titer IgA anti S. mutans serotipe e menggunakan teknik ELISA. Keterkaitan antara level IgA dengan viskositas saliva dan skor dmft pasien ECC dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil: Level IgA pada saliva yang terstimulasi lebih rendah daripada level saliva tidak terstimulasi. Adanya hubungan bermakna antara level IgA dengan viskositas saliva (r = 0.766). Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna (r >0.005) antara level IgA dengan skor dmft (r= -0.413). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang positif dan bermakna antara level IgA anti S. mutans serotipe e dengan viskositas saliva. Terdapat hubungan negatif dan tidak bermakna antara level IgA anti S. mutans serotipe e dengan skor dmft pasien ECC. Selain itu, titer IgA anti S. mutans serotipe e pada saliva tidak terstimulasi ditemukan lebih tinggi daripada saliva yang terstimulasi tetapi tidak bermakna.

Background: Early Childhood caries is often found in children in the age range of less than 71 months. Allegedly bacteria Streptococcus mutans serotype e took a stake in the process of formation or the occurrence of ECC. One of the body's natural defense line is immunoglobulin A (IgA). Objective: To analyze the relationship level of IgA anti-bacterial S .mutans serotype e on the viscosity of saliva and saliva dmft score of patients Early Childhood caries. Methods: 15 patients saliva samples ECC consists of 8 saliva stimulated and unstimulated saliva 7 calculated level of IgA anti bacteria S. mutans serotype e. Observations were made using ELISA technique. IgA levels were then analyzed its association with the viscosity of saliva and saliva of patients ECC dmft score. Results: Stimulated saliva ECC patients had IgA levels were lower than unstimulated saliva levels and found no significant correlation (r> 0.005) between salivary IgA level ECC patients with a viscosity of saliva and dmft score. Conclusion: There were no significant correlation and positive correlation between levels of IgA anti S. mutans serotype e dmft score saliva of patients with ECC. Obtained a positive correlation and significant correlation between the viscosity of saliva to the value level of IgA anti S. mutans serotype e. Unstimulated saliva had IgA level anti S. mutans serotype e higher than the stimulated saliva but there was no significantly difference."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Ariella
"Latar belakang: Karies merupakan salah satu penyakit kronis dalam rongga mulut dengan angka kejadian cukup tinggi pada anak-anak. Karies gigi yang terjadi pada bayi dan anak usia pra-sekolah dikenal dengan istilah Early Childhood Caries (ECC). Data penelitian dari beberapa negara Asia Tenggara menunjukkan prevalensi kejadian ECC pada anak usia 3-6 tahun sebanyak 25-95%. Selain itu, sebuah penelitian di Jakarta menunjukkan prevalensi ECC sebesar 52,7%. Etiologi ECC melibatkan interaksi antara organisme patogen, substrat karbohidrat terfermentasi, kerentanan host, dan waktu. Sebagai salah satu faktor host, saliva berperan dalam mempertahankan keseimbangan dinamis antara demineralisasi dan remineralisasi. Saliva mengandung proline-rich protein (PRP) yang memiliki sifat antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kadar proline-rich protein saliva sebagai indikator Early Childhood Caries. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik secara laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada 14 anak dengan ECC dan 14 anak bebas karies. Saliva diperoleh dari seluruh subjek dan kadar PRP diukur menggunakan metode ELISA sandwich. Hasil: Analisis data menggunakan uji Mann Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kadar PRP saliva anak ECC dan anak bebas karies. Kesimpulan: Kadar proline-rich protein saliva dapat digunakan sebagai indikator Early Childhood Caries.

Backgrounds: Caries is one of the chronic diseases in the oral cavity with a fairly high incidence in children. Caries experienced by infants and pre-school children is known as Early Childhood Caries (ECC). Research data from several countries in Southeast Asia showed that the prevalence of ECC in children aged 3-6 years old ranges from 25 to 95%. In addition, a study in Jakarta showed prevalence of Early Childhood Caries about 52.7%. Etiology of ECC involves interactions between pathogenic organisms, fermented carbohydrate substrates, host vulnerabilities, and time. As one of host factor, saliva plays a role in maintaining a dynamic balance between demineralization and remineralization. Saliva contains proline-rich protein (PRP) that has antibacterial properties. The purpose of this study was to analyze the concentration of proline-rich protein saliva as an indicator of Early Childhood Caries. Methods: The design of this study is cross-sectional analytical laboratory. This study was conducted on 14 children with ECC and 14 caries-free children. Saliva were taken from all subjects and the PRP levels were measured using ELISA sandwich method. Results: Data analysis using the Mann Whitney U test showed that there were statistically significant differences (p<0.05) between the levels of salivary proline-rich protein in children with ECC and caries-free children. Conclusion: The levels of salivary proline-rich protein can be used as an indicator of Early Childhood Caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Amelia Ruliani
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Saliva memiliki berbagai peran di dalam rongga mulut yang berhubungan dengan karies. Total Antioxidant Capacity berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai kondisi patologis. Tujuan: Menganalisis konsentrasi Total Antioxidant Capacity pada saliva bebas karies dan early childhood caries dihubungkan dengan OHI-S, dmf-t, serta viskositas dan laju alir saliva. Metode: Sampel saliva tersimpan sebanyak 33 sampel yang diperoleh dari anak usia di bawah 71 bulan dengan kondisi bebas karies dan early childhood caries diuji dengan menggunakan total antioxidant capacity assay kit. Hasil: Terdapat perbedaan konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak bebas karies dan early childhood caries, terdapat korelasi linier positif sedang antara konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak dengan skor dmf-t, tidak terdapat perbedaan konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak dengan kategori OHI-S baik dan sedang, laju alir saliva tinggi dan sedang, serta viskositas saliva encer dan kental. Kesimpulan: Konsentrasi Total Antioxidant Capacity pada saliva early childhood caries lebih tinggi dibandingkan bebas karies.

Background: Dental caries is a common disease worldwide. Saliva has a big role in oral cavity associated with dental caries. Total Antioxidant Capacity has a role to protect the body from any pathological condition. Objective: Analysing Total Antioxidant Capacity concentration of Early Childhood Caries and Caries Free saliva and its relation to OHI-S, dmf-t, and salivary flow rate and viscosity. Method: 33 stored saliva samples of children under 71 month old with early childhood caries and caries free tested using total antioxidant capacity assay kit. Result: There is a significant difference between Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of caries free and early childhood caries children, there is a moderate linear positive correlation between Total Antioxidant Capacity concentration and dmf-t. There is no difference between Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of children with good and moderate OHI-S, high and moderate salivary flow rate, and watery and thick saliva. Conclusion: Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of early childhood caries children is higher than caries free."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Assyifa Fauzia
"Latar belakang: Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi, termasuk pada anak-anak di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak adalah pola pemberian makan, yaitu ASI dan PASI.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan Early Childhood Caries ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Metode pengambilan sampel adalah dengan convenience sampling. Data pola pemberian makan dan perilaku membersihkan gigi diambil melalui wawancara dengan ibu subjek oleh pewawancara yang telah dikalibrasi. Pemeriksaan karies gigi anak dengan menggunakan indeks defs dan pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh dua orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
Hasil: Prevalensi karies gigi sulung pada 165 anak adalah sebesar 83. Terdapat perbedaan bermakna antara pemberian kolostrum p=0,017, ASI eksklusif p=0,028, frekuensi ASI p=0,001, dan lama kontak gigi dengan ASI p=0,049 terhadap skor karies gigi sulung anterior. Tidak ada variabel ASI yang menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung posterior p ge;0,05. Usia awal diberikannya PASI menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,001; p=0,041. Terdapat perbedaan bermakna antara jenis makanan atau minuman setelah gigi erupsi p=0,020 dan frekuensi susu formula p=0,005 dengan karies gigi sulung anterior. Frekuensi MP-ASI tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,963; p=0,591.
Kesimpulan: Pola pemberian makan anak yang meningkatkan skor karies gigi sulung anterior maupun posterior adalah usia awal diberikannya PASI, yaitu sebelum usia 6 bulan.

Background: Caries is one of the most common oral problems, including in children in Indonesia. One of the factors that influence the occurrence of caries is child's feeding methods, like breastfeeding and complementary feeding.
Aim: To obtain information about the relationship between child's feeding method and early childhood caries in children aged 3 5 years old.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The sampling method is convenience sampling. The data of child's feeding method and oral hygiene behavior was obtained through interviewing the mother. Caries examination was done using defs assessment.
Result: The prevalence of ECC in 165 children is 83. There are significant differences between colostrum p 0,017, exclusive breastfeeding p 0,028, breastfeeding frequency p 0,001, and length of contact time between teeth and breastfeeding milk p 0,049 with anterior primary teeth caries. None of the breastfeeding methods has significant difference with posterior primary teeth caries p ge 0,05. Age of initiation of complementary feeding has a significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,001 p 0,041. There are significant differences between the type of complementary food after first tooth eruption p 0,020 and frequency of infant formula p 0,005 with anterior primary teeth caries. Frequency of complementary feeding has no significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,963 p 0,591.
Conclusion: Child's feeding method which increases early childhood caries'score in both anterior and posterior teeth is the age of initiation of complementary feeding, which is before six months old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>