Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Dyah Cahyarini
"Sawi hijau merupakan salah satu tanaman holtikultura yang banyak dikonsumsi di Indonesia dengan masa simpan yang singkat sehingga dibutuhkan adanya perlakuan khusus untuk menjaga kualitas sawi hijau bertahan lebih lama. Salah satu metode yang biasa digunakan adalah hydrocooling. Selain metode hydrocooling, ozon yang memiliki sifat sebagai disinfektan juga dapat diterapkan sebagai salah satu bahan untuk mengawetkan makanan dan berbagai produk pertanian. Pada penelitian ini, dilakukan penggabungan antara proses ozonasi dan hydrocooling untuk menjaga kualitas sawi hijau. Sebelum diberi perlakuan hydrocooling, sawi hijau diozonasi terlebih dahulu dengan variasi dosis dan durasi kontak gas ozon. Sawi hijau diozonasi dengan dosis 1 ppm, 3 ppm, dan 5 ppm; serta variasi durasi kontak selama 3 menit, 6 menit, dan 10 menit lalu diberi perlakuan hydrocooling selama 10 menit. Parameter yang dievaluasi adalah nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan kalium, penurunan kadar air, dan uji organoleptik. Perlakuan ozonasi tambahan sebelum proses hydrocooling mampu membantu mengurangi jumlah bakteri TBMA menjadi 3,2 x 106 CFU/g (77% lebih rendah dibandingkan perlakuan hydrocooling saja dengan TBMA sebanyak 1,4 x 107 CFU/g) setelah 24 jam penyimpanan. Selain itu, kandungan kalium pada sawi hijau menjadi lebih stabil, warna, tekstur, serta bau pada sawi hijau pun menjadi lebih bertahan lama kesegarannya.

Green mustard is one of the horticultural plants that are widely consumed in Indonesia with a short shelf life so that special treatment is needed to maintain the quality of green mustard lasts longer. One method commonly used is hydrocooling. In addition to the hydrocooling method, ozone which has properties as a disinfectant can also be applied as an ingredient to preserve food and various agricultural products. In this study, a combination of ozonation and hydrocooling was carried out to maintain the quality of mustard greens. Before being given the hydrocooling treatment, the mustard greens were first ozonated with variations in the dose and duration of ozone gas contact. Green mustard was ozonated with doses of 1 ppm, 3 ppm, and 5 ppm; and variations in contact duration for 3 minutes, 6 minutes, and 10 minutes and then treated with hydrocooling for 10 minutes. Parameters evaluated were Total Aerobic Mesophyll Bacteria (TBMA), potassium content, decreased water content, and organoleptic tests. Additional ozonation treatment before the hydrocooling process was able to help reduce the number of TBMA bacteria to 3.2 x 106 CFU/g (77% lower than the hydrocooling treatment alone with TBMA as much as 1.4 x 107 CFU/g) after 24 hours of storage. In addition, the potassium content in mustard greens becomes more stable, the color, texture, and smell of mustard greens also last longer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Redny Tota
"Hydro-chlorofluorocarbon (HCFC) sebagai pengganti CFC masih memiliki nilai potensi merusak ozon dan potensi pemanasan global, sehlngga Protokol Montreal memutuskan untuk mempercepat jadwal penghapusan konsumsi HCFC bagi seluruh negara pihak termasuk Indonesia. Tesis ini membahas bagaimana strategi industri manufaktur sektor refhgerasi dan foam serta pemerintah dalam merespon ketentuan Protokol Montreat Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, SWOT dan AHP.
Hasil penelitian menunjukkan telah tersedianya perangkat kebUakan penghapusan BPO w.:tlaupun beh.un mengatur secara rinci pengendalian importasi dt::n penggunaan HCFC. Sebagian besar industri manuf.aktur sektor refrigerasi dan foam memiliki rencana untuk mengganti penggunaan HCFC dengan mempertimbangkan ketersediaan dana dan teknisi, tetapi belum dapat menentukan jenis bahan alternatif pengganti HCFC. Faktor yang dinilai paling penting dalam mendukung upaya penghapusan HCFC adalah adanya kebijakan pemerintah tentang pembebasan bea masuk untuk teknologi ramah lingkungan.
Pihak pemangku kepentingan yang dinilai memiliki peran paling penting untuk mencapai target pengbapusan HCFC adalab Kementecian Perindustrian. Prioritas strategi berdasarkan bobot kepentingan secara berurutan adalah mempromosikan produk non-HCFC, program kerjasama pendanaan, peningkatan kapasitas SDM, penetapan jadwal pelarangan penggunaan HCFC di industri manufaktur, program insentif, pembatasan impor.

Hydrochlorofluorocarbnn (HCFCs) as substitute for CFC still has ozone depletion potential and global waning potential, so that the Montreal Protocol decided to accelerate schedule of HCFC phase-out, binding to all parties including Indonesia. This study focuses on how the strategy of refrigeration and foam manufacturing sectors and government in responding to the provisions of the Montreal Protocol. This research is quantitative study using descriptive, SVWOT and AHP analysis.
Results of this study showed that ODS phase-out policy tools is in place, although importation and use of HCFCs control has note gulated refrigeration and foam manufacturing sector has a plan to replace use of HCFCs by considering the availability of funds and technicians, but has not been able to determine the HCFC alternatives, The most important factor to support the HCFCs phase out is the presence of government policy on import duty exemption for environmental friendly technologies.
Ministry of Industry is considered to have the most important role to achieve the target of HCFCs phase-out. Weighted priority strategy as sequenced is to promote non HCFC funding partnership program, capacity building of human resources, establishing schedule banning use of HCFCs in manufacturing industry, incentive programs restriction on imports of HCFCs. ODS phase out policies need to be improved by including a detailed HCFC control settings.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T32399
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mutiah
"Tahu merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi dan mudah rusak. Salah satu upaya dalam penjagaan kualitas tahu yaitu menggunakan gas ozon. Pada penelitian ini tahu dikontakkan langsung dengan gas ozon untuk memperpanjang umur simpannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh durasi kontak, dosis dan frekuensi penyemprotan gas ozon. Tahu dikontakkan dengan gas ozon pada durasi kontak 3, 5 dan 10 menit. Frekuensi penyemprotan terdapat 2 variasi, yaitu penyemprotan satu kali dan penyemprotan dua kali. Dosis ozon yang digunakan pada penelitian ini sebesar 97,92 mg/jam dan 153,72 mg/jam. Sampel disimpan selama 7 hari dan sampel diambil untuk dianalisis saat penyimpanan hari ke-0, 1, 3, 5 dan 7. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar dosis ozon, semakin lama durasi kontak dan sering frekuensi penyemprotan, maka akan semakin rendah laju penurunan mutu tahu dan memperpanjang umur simpan tahu. Durasi kontak 10 menit dapat mendesinfeksi Escherichia Coli hingga 0,9 APM/g dan menekan laju perubahan pH, kadar air, dan kadar protein. Selain itu dengan dosis ozon lebih tinggi, dapat mendesinfeksi Escherichia Coli hingga 0,4 APM/g. Dan perbedaan perlakuan frekuensi penyemprotan tetapi jumlah total gas ozon yang sama besar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap mutu tahu.

Tofu is a food that has high moisture content and is easily damaged. One effort in maintain the quality of tofu is using ozone. This study aims to see the effect of contact duration, dosage and frequency of ozone gas spraying. Tofu is contacted with ozone gas at the contact duration of 3, 5 and 10 minutes. The frequency of spraying is 2 variations, once spraying and twice spraying. The ozone dose used in this study was 97.92 mg/h and 153.72 mg/h. Samples were stored for 7 days and samples were taken to be analyzed during storage of days 0, 1, 3, 5 and 7. The results showed that the greater the dose of ozone, the longer the duration of contact and the frequency of spraying, the lower the rate of deterioration. and extend tofu shelf life. The 10-minute contact duration can disinfect Escherichia Coli up to 0.9 APM/g and reduce the rate of change in pH, water content and protein content. In addition, with higher ozone doses, can disinfect Escherichia Coli up to 0.4 APM/g. And the difference in frequency of spraying treatment but the same amount of total ozone gas does not significantly influence the quality of tofu.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqah Azzahra
"

Cabai rawit merah (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, cabai rawit merah memiliki umur simpan yang singkat dengan penurunan kualitas yang sangat cepat. Penelitian ini dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas cabai rawit merah menggunakan metode pengembusan gas ozon dengan dosis tertentu, dilanjutkan dengan penyimpanan pada beberapa jenis kemasan. Gas ozon dengan dosis 1, 3, dan 5 ppm digunakan sebagai agen disinfektan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada cabai rawit merah. Kemasan bermaterial PP, LDPE, dan PET digunakan sebagai wadah pengawetan. Sampel disimpan selama 14 hari untuk dilihat perkembangan kualitasnya. Kualitas cabai yang dianalisis adalah total bakteri mesofil aerobik (TBMA), kandungan capsaicin, penurunan massa, dan organoleptik pada penyimpanan jam ke 1, 72, 168, dan 336. Penggunaan gas ozon dengan konsentrasi 3 ppm yang dilanjutkan dengan penyimpanan pada kemasan PET memberikan hasil yang terbaik dalam memperpanjang umur simpan serta mempertahankan kualitas cabai rawit merah. Masa simpan cabai rawit merah dapat diperpanjang hingga 7 hari dibandingkan cabai rawit merah tanpa ozonasi. Pada aspek pengujian TBMA, didapatkan hasil kandungan bakteri yang lebih kecil hingga 89% dibandingkan sampel tanpa ozonasi. Penurunan massa juga dapat ditekan hingga 35,5%. Kualitas cabai rawit merah untuk aspek kandungan capsaicin tidak dipengaruhi baik konsentrasi ozon maupun kemasan penyimpanan.


Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is one of Indonesia's horticultural products that has high economic value. However, red cayenne pepper has a very short shelf-life and quality loss. This research will discuss the ozonation of red cayenne pepper to extend the shelf life and maintain quality. The method used is the spraying of gaseous ozone on red cayenne pepper with a certain dose, followed by storage in several types of packaging. Gaseous Ozone with concentration of 1,3, and 5 ppm will be utilized as a disinfectant to keep microorganisms from contaminating horticultural products. As preservation containers, PP, LDPE, and PET packing materials will be utilized. The quality of the chilies to be analyzed were total aerobic mesophyll bacterium (TBMA), capsaicin content, weight loss, and organoleptic including observation of color, aroma, and texture. The use of ozone gas with a concentration of 3 ppm, followed by storage in PET packaging, provides the best results in extending the shelf life and maintaining the quality of red chili peppers. The shelf life of red chili peppers can be extended up to 7 days compared to non-ozone-treated red chili peppers. In terms of TBMA testing, a smaller bacterial content was found, up to 89% lower compared to samples without ozonation. Mass reduction can also be suppressed up to 35.5%. The quality of red chili peppers in terms of capsaicin content is not affected by both ozone concentration and storage packaging.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Balgani
"ABSTRAK
Ikan tuna menjadi salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan di Indonesia. Tubuh ikan yang mengandung air dan protein dengan jumlah tinggi menjadi tempat yang disukai oleh mikroorganisme untuk berkembangbiak, sehingga ikan sangat mudah mengalami kerusakan. Ozon merupakan disienfektan yang memiliki sifat sebagai oksidator kuat dan mampu menghilangkan rasa dan bau yang tidak sedap akibat adanya pencemar organik. Dalam industri makanan pemanfaatan ozon digunakan sebagai disinfektan untuk menjaga kualitas pangan. Penyemprotan gas ozon dilakukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri sehingga penurunan kualitas ikan dapat dicegah. Pada penelitian ini ikan tuna sebagai sampel akan diawetkan untuk memperpanjang masa simpannya dengan memanfaatkan gas ozon dengan variasi dosis, durasi, dan frekuensi penyemprotan gas. Kemudian sampel akan disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan gas ozon dalam menjaga kualitas ikan tuna. Parameter kualitas ikan yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik, kandungan protein, air, pH serta perubahan massa sampel. Indikator tersebut kemudian dihubungkan dengan dosis, durasi, dan frekuensi penyemprotan gas ozon sehingga diperoleh nilai-nilai optimum untuk melakukan pengawetan ikan menggunakan gas ozon. Gas Ozon mampu mengeliminasi Total Bakteri Mesofil Aerobik hingga 33,33% dengan dosis ozon 153,72 mg/jam dan menurunkan kadar air hingga 21% serta massa sebesar 0,18 gram dengan melakukan penyemprotan gas sebanyak 2 kali. Penurunan protein terbesar bernilai 1,13% dengan durasi penyemprotan selama 3 menit. Peningkatan nilai pH sebesar 0,5 terjadi setelah 7 hari masa penyimpanan.

ABSTRACT
Tuna is one of the promising export commodities in Indonesia. The body of a fish that contains high amounts of water and protein becomes a preferred place for microorganisms to breed. This makes fish as one of the most easily damaged foods. Ozone is a strong oxidizer that is able to eliminate bad taste and odor due to organic pollutants. In the food industry the use of ozone is used as a disinfectant to maintain food quality. Ozone gas spraying is done to prevent bacterial growth so that a decrease in the quality of fish can be prevented. In this study tuna as a sample will be preserved to extend its shelf life using ozone gas with variations in dosage, duration, and frequency of spraying. Then the sample will be stored for 7 days to see the development of its characteristics. This study aims to determine the effect of ozone gas spraying on maintaining the quality of tuna. The quality parameters of the fish evaluated were the total value of aerobic mesophyll bacteria, protein, water, pH and final mass of the sample. The indicator is then connected with the dose, duration, and frequency of ozone gas spraying so that the optimum values for preserving fish using ozone gas are obtained. Gas Ozone is able to eliminate Total Aerobic Mesophyll Bacteria up to 33.33% with an ozone dose of 153.72 mg / hour and reduce water content to 21% and mass by 0.18 grams by spraying gas twice. The biggest decrease in protein is 1.13% with the duration of spraying for 3 minutes. An increase in pH value of 0.5 occurs after 7 days of storage."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rais Salsa Muhammad
"Brokoli merupakan golongan tanaman hortikultura yang menjadi sumber vitamin dan mineral. Masa simpan brokoli yang singkat karena perusakan oleh bakteri memerlukan solusi alternatif selain penggunaan klorin yang beracun. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang tidak berbahaya bagi manusia dan telah diterapkan dalam pengawetan makanan dan produk pertanian. Penyemprotan gas ozon dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga penurunan kualitas akibat pembusukan dapat diperlambat. Pada penelitian ini brokoli diawetkan dengan penyemprotan gas ozon untuk memperpanjang masa simpannya. Parameter kualitas brokoli yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan vitamin C, penurunan kadar air, dan uji organoleptik. Indikator tersebut kemudian dihubungkan dengan dosis dan durasi penyemprotan gas ozon, serta kemasan setelah dilakukan ozonasi sehingga diperoleh nilai-nilai optimum untuk melakukan pengawetan brokoli menggunakan gas ozon. Brokoli diozonasi dengan gas ozon dengan variasi dosis 46,8 mg/jam, 94,3 mg/jam, dan 143,5 mg/jam, durasi penyemprotan 2 menit, 3 menit, dan 6 menit. Brokoli yang sudah mengalami perlakuan divariasikan kemasannya berupa plastik, daun pisang, dan tanpa kemasan. Gas ozon mampu mengeliminasi TBMA hingga 98,3% dengan dosis ozon 94,27 mg/jam, menekan penurunan vitamin C dan kadar air hingga sebesar 18,9% dan 4,7% dengan melakukan penyemprotan gas selama 3 menit. Selain itu, penggunaan kemasan plastik yang menutupi seluruh permukaan brokoli merupakan kemasan yang paling baik dalam mempertahankan kualitas brokoli.

Broccoli is a group of horticulture plants which are source of vitamins and minerals. The short shelf life of broccoli due to bacterial destruction requires an alternative solution besides the use of toxic chlorine. Ozone can function as a disinfectant that is not harmful to humans and has been applied in food preservation and agricultural products. Ozone spraying is done to reduce bacterial growth so that quality degradation due to decay can be slowed. In this study broccoli is preserved by spraying ozone gas to extend its shelf life. Broccoli quality parameters evaluated by its total mesophyll aerobic bacteria (TBMA), vitamin C, water loss, and organoleptic tests. The indicatora are linked to the doses and duration of ozone gas spraying, as well as the packaging after ozonation, to obtain optimum values for preserving broccoli using ozone. Broccoli is oozonated with ozone gas at various doses of 46.8 mg/hour, 94.3 mg/hour, and 143.5 mg/hour, spraying duration of 2 minutes, 3 minutes and 6 minutes. Broccoli that has undergone treatment varies in the form of plastic packaging, banana leaves, and without packaging.Ozone spraying can eliminate TBMA up to 98.3% with an ozone dose of 94.27 mg/ hour, suppressing the vitamin C and water loss up to 18.9% and 4.7% by spraying ozone for 3 minutes. The use of plastic wrap packaging that covers the surface of broccoli completely is the best packaging to maintain the quality of broccoli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahjuningsih
"Pengamatan terhadap ozon stratosfer menunjukkan bahwa lapisan ozon mengalami penipisan. Lapisan ozon stratosfer mempunyai fungsi sangat vital bagi kehidupan di bumi, karena lapisan ini merupakan satu-satunya filter-terhadap radiasi ultra violet gelombang pendek yang dikenal dengan UV-B yang berbahaya bagi kehidupan.
Para pakar menyatakan bahwa lepasnya antara lain Chlorafluorcrcarban (CFC) telah mengakibatkan rusaknya lapisan ozon di stratosfer. Radiasi gelombang pendek yang memanasi stratosfer menyebabkan terurainya CFC dan melepaskan radikal klorin. Semakin banyak klorin bereaksi dengan molekul ozon menyebabkan kurangnya ozon di stratosfer dan akan mengakibatkan bertambahnya radiasi ultraviolet ke permukaan bumi.
Emisi CFC ke atmosfer semakin banyak sejak tahun 1970-an (Kantor Menteri Lingkungan Hidup, 1994: 141). Data UNEP (1987 : 14) menyatakan bahwa emisi CFC-11 dan CFC-12 mengalami kenaikan 5% per tahun. Impor CFC Indonesia dari tahun ke tahun juga menunjukkan peningkatan. Selain itu kebutuhan barang-barang seperti AC, kulkas, solvent, kosmetika, busa juga semakin meningkat, ini menunjukkan meningkatnya konsumsi masyarakat akan CFC.
Sumber pemakai CFC adalah industri alat pendingin AC, industri lemari es, industri busa, penyemprot produk aerosol. Chlorofluorocarbon menjadi pilihan industri-industri. ini karena CFC merupakan gas yang tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak berbau dan tidak mudah bereaksi. Hasa tinggal CFC di atmosfer sangat panjang. CFC-11 (CFCL3) yang dipakai untuk pendingin AC/kulkas mempunyai masa tinggal di atmosfer selama 75 tahun, CFC-12 (CF2C12) masa tinggal nya 110 tahun (UNEP, 1987: 14).
Banyak dampak berbahaya yang timbul karena meningkatnya radiasi UV-B yang terjadi karena penipisan lapisan ozon. Sinar UV-B menyebabkan ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. UNEP (1992c: 28) menegaskan bahwa UV-B menyebabkan sun burn, snow blindness, eye damage, skin cancer and the ageing and wrinkling of skin..." Selain itu timbul resistensi kulit dan seluruh tubuh terhadap beberapa infeksi.
Pada tanaman, penipisan lapisan ozon menyebabkan decreased yield of important food crops such as corn, rice, soybeans and wheat" (Miller, 1992: 299).
Data menunjukkan bahwa UV-B merusak larva, anak ikan, larva udang, larva kepiting, tanaman .yang panting dalam jaring-jaring aquatik (Worrest, 1986: 175). Penipisan lapisan ozon berdampak negatif juga pada pemanasan global, memberi kontribusi pada pencemaran udara dan berdampak pada bahan-bahan bangunan.
Mempertimbangkan masa tinggal CFC yang lama di atmosfer, potensinya merusak ozon, kecenderungan peningkatan produksi dan konsumsinya serta dampak yang timbul pada kesehatan manusia dan lingkungan, maka masyarakat internasional sepakat untuk melakukan upaya perlindungan lapisan ozon dengan menghapus pemakaian CFC dan Bahan Perusak Ozon lainnya.
Kesepakatan di atas terwujud dalam Konvensi Wina 1985 dan Protokol Montreal 1987 serta Amandemennya. Indonesia telah meratifikasi kedua perjanjian internasional tersebut dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992, berarti bahwa Indonesia siap dengan komitmen internasional dan slap untuk melaksanakan keputusan-keputusannya.
Masalah yang diteliti adalah bagaimana implikasi ratifikasi tersebut dalam sistem hukum nasional. Di samping itu apakah peraturan perundang-undangan yang telah ada mendukung kesepakatan internasional di atas.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapat kepastian hukum terhadap wujud tanggungjawab negara bilamana kegiatan yang dilakukan dalam wilayahnya menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan negara lain dan bahkan kerusakan lingkungan milik semua umat manusia.
Penelitian ini dilakukan dengan metode normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian bertitik tolak dari studi dokumen dengan mempergunakan analisis konten. Pendekatan kualitatif dipergunakan, karena pendekatan ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data yang sifatnya deskriptif, yaitu data yang diungkapkan dalam bentuk tertulis, lisan dan perilaku nyata.
Kunci keberhasilan strategi penghapusan BPO ada di tangan masyarakat. Untuk itu penelitian ini dibantu dengan studi lapangan yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan narasumber dan industri yang dipilih secara purposive di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip tanggung jawab negara terhadap kerusakan laporan ozon yang dianggap miliki bersama umat manusia karena kegiatan yang dilakukan di wilayahnya sudah diatur dalam berbagai peraturan nasional secara umum.
Implikasi ratifikasi Konvesi Wina 1985 dan Protokol Montreal 1987 dalam sistem hukum nasional dapat dilihat dari adanya peraturan nasional yang menyerasikan dengan isi perjanjian tersebut.

Ozone observation indicates that the stratospheric ozone layer of this gas in the stratosphere is depleting. The stratospheric ozone layer has a vital role for life on earth, because it is the only gas that filters the harmful solar ultraviolet radiation, known as UV-B.
Scientists are convinced that the release of a chemical compound, Chlorofluorocarbon (CFC), has destroyed the stratospheric ozone. The solar ultraviolet radiation has broken down the CFC chemically and released a highly reactive chemical, known as chlorine. More reactive chlorines in the stratosphere will destroy more ozones.
The CFC emitted into the atmosphere is increasing. Data from UNEP (1987: 14) indicated that there was 5 per cent increase of CFC-11 and CFC-12 emissions annually. Besides, the Indonesia's consumption on CFC tends to increase from time to time. Needs for commodities like refrigerators, air conditions, solvents, cosmetics, foam are also improving. This situation indicated the rising of CFC consumption.
CFCs have advantages for industries producing air con., refrigeration, aerosol containing products because it is inflammable, not toxid, oudorless and inreactive. CFC-11 and CFC-12 have long residence time in the atmosphere, so it would take' many decades for the. atmosphere to return to its. original condition.
Changes in the stratospheric ozone leads to increased UV-B radiation. UNEP (1987: 28) stated that more portion of this spectrum causes sunburn, snow blindness, eye damage, skin cancer and the ageing and wringkling of skin
Besides it causes, skin and body resistency to various infections. Increased UV-B radiation caused damage to plants, "... decreased yield of important food crops such as corn, rice, soybeans and wheat (Miller, 1992: 299).
UV-B radiation causes serious threat to fish larvae and juveniles, shrimp larvae, copepods and plants essential of aquatic food web (Worrest, 1986 : 175). The modification of ozone layer will contribute to global warming, air pollution and causes damage to materials.
Considering the above mentioned facts, the international communities have determined to phase out CFC and other ozone depleting substances. The Vienna Convention of 1985 and the Montreal Protocol 1987 were then drawn up, and updated by the London and Copenhagen Amendments. Indonesia has ratified bath the Convention and the Protocol by the Presidential Decree No. 23 year 1992. It means that Indonesia is prepared to implement all of the provisions contained there-in.
This thesis is trying to study the implication of the ratification in the national legal system, to study whether the existing national legislative regulations are in line with the Vienna Convention 1985 and Montreal Protocol 1987.
The objectives is to obtain legal certainty about state's responsibility upon human activities within its territory which have caused damage to the environment of other countries and even the damage to the environment which is the common property of mankind.
Normative qualitative method is applied in this study. In addition, field research was also conducted to purposive respondents domiciling in the Special Capital Region of Jakarta, to support the study.
The important findings are that the principle of the state's responsibility has been contained in the national legal system, and that the implication of the ratification of the Vienna Convention' and Montreal Protocol in the national legal system is manifested in the national regulations conforming with the Convention and Protocol.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinitta Vrillya Adiniezza
"

Ozon adalah gas dengan sifat oksidatif yang kuat yang dapat diproduksi dengan lucutan listrik dalam reaktor Dielectric Barrier Discharge (DBD). Penggunaan teknologi ozon sangat diminati karena kelebihannya dan aplikasinya di berbagai industri. Selain itu, produksi ozon dalam reaktor DBD juga memiliki potensi untuk menghasilkan produk samping nitrat sehingga bisa dianalisis potensi penggunaan reaktor DBD tersebut. Penelitian sebelumnya terkait sintesis ozon di reaktor DBD dengan penggunaan katalis memberikan hasil yang beragam. Penelitian ini menggunakan katalis berbasis silika gel dalam reaktor DBD. Penelitian ini melakukan uji produktivitas ozon dengan memvariasikan kondisi operasi dalam pembangkitan ozon di reaktor DBD. Setelah mendapatkan kondisi operasi terbaik, dilakukan pembangkitan ozon dengan katalis berbasis silika gel. Uji produktivitas nitrat tanpa menggunakan katalis dan dengan menggunakan katalis silika gel juga dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variasi kondisi operasi dan katalis silika gel terhadap produktivitas ozon serta mengetahui kinerja produksi nitrat di reaktor DBD. Kondisi operasi terbaik untuk produksi ozon didapatkan di laju alir gas umpan 3 L/m dan tegangan listrik  15 kV pada reaktor 1 serta laju alir gas umpan 3 L/m dan tegangan listrik 4,4 kV pada reaktor 2, dengan hasil tertinggi 191,5 mg/jam. Produksi nitrat di reaktor yang digunakan menghasilkan konsentrasi hingga 34,53 ppm pada pH 10 dan 22,57 ppm pada pH 6.7 di larutan. Hipotesis awal mengantisipasi bahwa penggunaan katalis silika gel dapat meningkatkan produksi ozon, akan tetapi penggunaan katalis berbasis silika gel justru menurunkan produksi ozon dan nitrat dengan penurunan hingga 9-92% karena terpicunya dekomposisi ozon serta nitrogen oksida pada reaktor DBD.


Ozone is a highly reactive gas produced through electric discharge in a Dielectric Barrier Discharge (DBD) reactor. Its advantages have made ozone technology highly sought after across various industries. In the DBD reactor, ozone production can also lead to the generation of nitrate as a by-product, necessitating further analysis. Previous studies on ozone synthesis in DBD reactors using catalysts have yielded mixed results. This study will employ silica gel catalyst in a DBD reactor. The study aimed to test ozone productivity by varying operating conditions. Ozone generation was carried out using the silica gel-based catalyst. Nitrate productivity tests were also conducted, both without a catalyst and with silica gel catalyst. The study sought to examine the effect of operational variations and the silica gel catalyst on ozone productivity, as well as assess nitrate production in the DBD reactor. The optimal operating conditions for ozone production were achieved at a feed gas flow rate of 3 L/m and an electric voltage of 15 kV in reactor 1, and an electric voltage of 4.4 kV in reactor 2. These conditions resulted in the highest yield of 191.5 mg/hour. Nitrate production in the reactor yielded concentrations of up to 34.53 ppm at pH 10 and 22.57 ppm at pH 6.7. The initial hypothesis suggested that the use of silica gel catalysts would increase ozone production. However, the utilization of silica gel-based catalysts actually decreased ozone and nitrate production by up to 9-92% due to ozone and nitrogen oxides decomposition in the DBD reactor.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yazidie Rizqi Isnaindi
"ABSTRACT
Masa simpan tahu yang pendek karena kerusakan oleh bakteri membutuhkan solusi selainformaldehida yang membahayakan manusia. Ozon berfungsi sebagai disinfektan yang tidakmembahayakan manusia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah metode es itu teroksigenasi dapat mensterilkan bakteri dan memperpanjang masa manfaat tahu. Di Penelitian ini juga akan melihat efek dari dosis ozon, perawatan pengawetan, dan durasi kontak dengan kualitas tahu. Dalam penelitian ini tahu dipertahankan untuk memperpanjang nyawa yang bermanfaat. Tahu diozonasi menggunakan es ozon dengan dosis ozon 0,15 mg / L; 0,20 mg / L; dan 0,25 mg / L, diozonasi dalam wadah terbuka dan tertutup di hadapan drainer dan tidak, serta diozonasi selama 2 jam dan 5 jam. Kemudian sampel disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Masa tahu yang bermanfaat berhasil diperpanjang selama 3 hari dengan ozonasi tahu dengan 0,25 es ozon mg / L dalam wadah tertutup dengan penutup, dengan ozonasi selama 5 jam. Kemudian sampel disimpan dalam lemari es pada suhu 5 ° C. Ozonasi telah berhasil mengurangi bakteri E. coli hingga 99,8%, mempertahankan kandu ngan protein 13,64% b / b.

.ABSTRACT
Short shelf life of tofu because of damage by bacteria requires a solution other than formaldehyde that is harmful to humans. Ozone functions as a disinfectant that does not harm humans. This research was conducted to see whether the oxygenated oxygen method can sterilize bacteria and extend the useful life of tofu. In
This study will also look at the effects of ozone doses, preservation treatments, and duration of contact with tofu quality. In this study tofu is maintained to extend useful lives. Tofu diozonated using ozone ice with an ozone dose of 0.15 mg / L; 0.20 mg / L; and 0.25 mg / L, oozonated in an open and closed container in the presence of the drainer and not, as well as oozonated for 2 hours and 5 hours. Then the sample is stored for 7 days to see the development of its characteristics. The useful tofu period was successfully extended for 3 days by tofu ozonation with 0.25 mg ozone ice / L in a closed container with a lid, with ozonation for 5 hours. Then the samples were stored in a refrigerator at 5 ° C. Ozonation has succeeded in reducing E. coli bacteria up to 99.8%, maintaining protein with 13.64% w / w.
"
2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makhijani, Arjun
London: MIT Press, 1995
363.73 MAK m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>