Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steven Mattarungan
"Latar belakang: Tuberkulosis (TBC) merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi untuk anak dan remaja dari segala usia di seluruh dunia. TBC pada remaja menunjukkan angka kematian lebih tinggi dibandingkan kelompok usia yang lebih muda. Penyebab yang sering menyebabkan hal ini adalah keterlambatan diagnosis, gaya hidup dan masalah psikososial. Hingga saat ini data mengenai angka kejadian dan prediktor mortalitas TBC pada remaja masih sangat terbatas, terutama di Indonesia yang menjadi salah satu negara dengan prevalens TBC yang tinggi.

Metode: Studi ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang melibatkan pasien usia 10-18 tahun dengan penyakit TBC di RSUPN Dr.  Cipto Mangunkusumo. Data berasal dari penelusuran rekam medis dan sistem pencatatan khsusus pasien TBC nasional (SITB) yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada periode 1 Januari 2019 hingga 1 Juni 2023

Hasil: Total jumlah subjek penelitian yang diikutsertakan adalah 319 pasien, dengan 50 pasien (15,6%) meninggal dan 269 (84,3%) pasien hidup. Prediktor mortalitas yang bermakna pada penelitian ini adalah status gizi buruk (HR 4,5; P<0,001) dan kepatuhan berobat (HR 4,8; P<0,001). Kesintasan pasien remaja TBC sensitif obat sebesar 92% pada bulan pertama dan 87% pada bulan kedua kemudian menurun hingga akhir pemantauan menjadi 83% pada bulan kelima belas.

Kesimpulan : Angka mortalitas pada remaja dengan TBC cukup tinggi terutama pada dua bulan pertama pengobatan dan dipengaruhi oleh berbagai prediktor. Intervensi perlu berfokus pada peningkatan status gizi dan kepatuhan berobat yang dapat membantu mengurangi risiko kematian.


Background: Tuberculosis (TBC) is the leading cause of death from infectious diseases for children and adolescents of all ages worldwide. TBC in adolescents shows a higher mortality rate compared to younger age groups.Common causes include delayed diagnosis, lifestyle factors, and psychosocial issues. Currently, data on TB mortality predictors in adolescents is limited especially in Indonesia, one of the countries with a high TBC prevalence.

Methods: This retrospective cohort study involved patients aged 10-18 years with TBC at Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Data were derived from medical records, interviews, and the national specialized TB patient recording system that met inclusion and exclusion criteria for the period from January 1st, 2019 to January 1st, 2023.

Results:  Total of 319 patients were included in the study, with 50 patients (14.7%) died and 269 (84,3%) survived. Significant mortality predictors factors in this study were poor nutritional status (HR 4.5; P<0.001) and medication adherence (HR 4,8; P<0.001). The survival rate of adolescent patients with drug-sensitive TB was 92% in the first month and 87% in the second month, then decreased to 83% by the end of the monitoring period in the fifteenth month.

Conclusion: The mortality rate among adolescents with TB is relatively high, especially in the first two months of treatment, and is influenced by various risk factors. Interventions need to focus on improving nutritional status and medication adherence, which may help in reducing the risk of death."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Paradilla Utami
"Latar belakang: Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi kedua di dunia setelah India dengan perkiraan morbiditas sebanyak 969.000 dan mortalitas mencapai 144.000 orang pada tahun 2021. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan rumah terhadap kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Hasil: Variabel yang ditemukan berhubungan dengan kejadian TB paru adalah usia (OR = 2,107, 95% CI = 1,919-2,314), jenis kelamin (OR = 1,469, 95% CI = 1,371-1,575), status kawin (OR = 1,206, 95% CI = 1,117-1,303), tingkat pendidikan (OR = 1,795, 95% CI = 1,655-1,946), riwayat merokok (OR = 1,194, 95% CI = 1,113-1,281), kebiasaan membuka jendela rumah (OR = 1,160, 95% CI = 1,080-1,246), kondisi ventilasi (OR = 1,266, 95% CI = 1,178-1,360), kondisi pencahayaan (OR = 1,330, 95% CI = 1,241-1,426), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1,131, 95% CI = 1,044-1,221), dan daerah tempat tinggal (OR = 1,213, 95% CI = 1,130-1,301). Riwayat konsumsi minuman beralkohol ditemukan sebagai faktor protektif. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara karakteristik sosiodemografi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan rumah dengan kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia.

Background: Indonesia is a country with the second highest tuberculosis burden in the world after India with an estimated morbidity of 969,000 and mortality reaching 144,000 people in 2021. Objective: This study aims to determine the relationship between sociodemographic characteristics, behavioral factors, and home environmental factors on incidence pulmonary tuberculosis in population aged ≥15 years in Indonesia. Methods: The method used in this study was cross-sectional. Results: The variables found to be associated with the incidence of pulmonary TB were age (OR = 2.107, 95% CI = 1.919-2.314), gender (OR = 1.469, 95% CI = 1.371-1.575), marital status (OR = 1.206, 95 % CI = 1.117-1.303), education level (OR = 1.795, 95% CI = 1.655-1.946), smoking history (OR = 1.194, 95% CI = 1.113-1.281), habit of opening windows (OR = 1.160, 95 % CI = 1.080-1.246), ventilation conditions (OR = 1.266, 95% CI = 1.178-1.360), lighting conditions (OR = 1.330, 95% CI = 1.241-1.426), number of household members (OR = 1.131, 95 % CI = 1.044-1.221), and area of residence (OR = 1.213, 95% CI = 1.130-1.301). History of alcohol consumption was found to be a protective factor. Conclusion: There is a relationship between sociodemographic characteristics, behavioral factors, and home environment factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in people aged ≥15 years in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah Cendanasari
"Tuberkulosis resisten obat merupakan satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian. Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di DKI Jakarta dan beban Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen terpadu dalam meningkatkan kinerja pengendalian tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Rapid Assessment Procedure (RAP). Hasil penelitian menunjukkan manajemen terpadu dilaksanakan secara simultan dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan monitoring dalam memanfaatkan sumber daya pengendalian TB RO yang terbatas dengan menitik beratkan pada jejaring internal dan eksternal untuk meningkatkan kinerja pengendalian TB RO. Kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur belum optimal karena tidak semua pasien terkonfirmasi Tuberkulosis resisten obat mengikuti program pengobatan dan angka keberhasilan pengobatan masih rendah. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur perlu meningkatkan program preventif promotif, berinvestasi mengembangkan jenis pelayanan penunjang di RSUD dan mengembangkan sistem survailans Tuberkulosis resisten obat untuk meningkatkan kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur.

Drug-resistant tuberculosis is one of ten diseases that cause death. East Jakarta is the region with the highest population in DKI Jakarta and the burden of drug resistant tuberculosis in East Jakarta is increasing every year. This study aims to find out how the implementation of integrated management in improving the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta. This type of research is a qualitative study using the Rapid Assessment Procedure (RAP) method. The results showed that integrated management was carried out simultaneously from planning, organizing, leading and monitoring in utilizing limited TB RO control resources by focusing on internal and external networks to improve TB RO control performance. The performance of controlling drug resistant tuberculosis in East Jakarta is not optimal because not all patients confirmed drug resistant tuberculosis is following the treatment program and the success rate of treatment is still low. The East Jakarta Health Office needs to increase promotive preventive programs, invest in developing supporting services in hospitals and develop drug resistant tuberculosis surveillance sistems to improve the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Nurcahaya
"Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang menular melalui udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberadaan ART dengan riwayat terkena TB Paru (≤ 9 bulan) terhadap kejadian kasus sekunder TB Paru di rumah tangga permukiman kumuh Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi potong-lintang dengan variabel independen adalah keberadaan ART dengan riwayat terkena TB Paru (≤ 9 bulan) dan variabel perancu mencakup perilaku penggunaan ventilasi buatan, frekuensi membuka jendela, frekuensi mengganti sprei dan sarung bantal, frekuensi menjemur kasur dan bantal, etika batuk, kepadatan hunian rumah, dan persentase ventilasi permanen dan ventilasi insidentil. Analisis dilakukan dengan uji Chi-square hingga analisis > 2 variabel. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian kasus sekunder TB Paru sebanyak 1%. Variabel yang berhubungan secara signifikan dan sekaligus menjadi variabel dominan secara statistik adalah keberdaan ART dengan riwayat terkena TB Paru (≤ 9 bulan) (23,7 (95% CI = 2,1-270,5).

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease transmitted through the air. This study aims to determine the relationship between the existence of household members with history of pulmonary TB (≤9 months) with the incidence of secondary cases of pulmonary TB in slum household of Sub-district of Kapuk, District Cengkareng, West Jakarta in 2018. This study uses a cross-sectional study design with independent variable is the existence of household member with a history of pulmonary TB (≤ 9 months) and confounding variabels included the using of artificial ventilation, opening window frequency, changing of bed sheets and pillowcase frequency, drying mattress and pillow, cough ethics, house density, and the percentage of permanent and incidental ventilation. The analysis was done by Chi-square test until analysis > 2 variables. Statistical analysis show that secondary cases of pulmonary TB proportion is 1%. Variable of the existence of household member with a history of pulmonary TB (≤ 9 months) is the only statistically significant variable and being statistically influential variable (23,7 (95% CI = 2,1-270,5)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Irma Rahmayani
"Tuberkulosis dan HIV merupakan isu kesehatan yang menjadi target tujuan pembangunan berkelanjutan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia untuk dapat diakhiri pada tahun 2030. Kaitan antara TBC dan HIV sangat erat, TBC merupakan penyebab kematian utama pada orang dengan HIV (ODHIV). Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC nomor dua terbanyak didunia. Dengan 271 juta penduduk Indonesia diketahui 543.100 orang yang hidup dengan HIV dan diperkirakan 4.700 orang pasien TBC-HIV. Upaya pencegahan sangat diperlukan untuk mencegah risiko penularan tuberkulosis pada ODHIV, dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM) yang mengungkapkan persepsi seorang individu tentang penyakitnya akan mempengaruhi perilaku kesehatannya. Dengan diketahuinya kaitan persepsi ODHIV terhadap perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV diharapkan perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV dapat ditingkatkan dan berdampak pada penurunan kasus koinfeksi TBC-HIV. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk menggali lebih dalam tentang persepsi perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV menggunakan komponen teori Health Belief Model (HBM). Hasil penelitian adalah perilaku pencegahan yang di lakukan ODHIV dalam pencegahan Tuberkulosis adalah pemeriksaan TBC, meminum Terapi pencegahan Tuberkulosis, memakai masker saat bepergian dan melakukan pola hidup sehat. Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi bahaya/ kesakitan terhadap Tuberkulosis, persepsi manfaat dan hambatan untuk berperilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat berperilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya dari petugas kesehatan, pendamping ODHIV, pasangan, dan teman sebaya.

Tuberculosis and HIV are health issues that are targeted by sustainable development goals to improve the welfare of the world community to end in 2030. The link between TB and HIV is very close, TB is the main cause of death in people living with HIV (PLWH). Indonesia is a country with the second most TB cases in the world. Of the 271 million population, there are 543,100 people living with HIV and an estimated 4,700 people with TB-HIV. Prevention efforts are urgently needed to prevent the risk of tuberculosis transmission in ODHIV, with the Health Belief Model (HBM) theoretical approach which reveals an individual's perception of his illness will affect his health behavior. By knowing the link between perceptions of ODHIV on tuberculosis prevention behavior in ODHIV, it is hoped that tuberculosis prevention behavior in ODHIV can be increased and have an impact on reducing cases of TB-HIV co-infection. This research is a qualitative using a case study design. The purpose of this study was to dig deeper into the perceptions of tuberculosis prevention behavior in ODHIV using the theory component of the Health Belief Model (HBM). The results of the study are preventive behaviors that are carried out by ODHIV in preventing tuberculosis, namely TB examinations, taking TB prevention therapy, wearing masks when traveling and adopting a healthy lifestyle. This behavior is influenced by perceptions of vulnerability, perceptions of danger/pain against tuberculosis, perceptions of benefits and barriers to this behavior, having beliefs about this behavior, and cues to do so from health workers, ODHIV companions, partners, and peers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Pele
"ABSTRAK
Adanya Budaya makan sirih di Ngada dapat menjadi salah satu sumber penularan tuberkulosis. Sumber penularan terkait dengan kebiasaan makan sirih secara bersama dalam kelompok yang saling berbagi daun dan tempat penampungan cairan sirih antara orang sehat dan pasien TB. Tahun 2018 kasus TB di Ngada mencapai 176 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penularan tuberkulosis dalam budaya makan sirih pada pasien TB dengan pendekatan health belief model. Korelasi ini menggunakan cross sectional multivariate dengan teknik sampling consecutive, melibatkan 110 responden, dengan kriteria inklusi: suku Bajawa, TB aktif,dan aktif  makan sirih. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku penularan yang tinggi pada budaya makan sirih (51,8%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penularan TB antara lain riwayat pengobatan (p value=0,028), pengetahuan tentang TB (p value = 0,038), persepsi keseriusan (p value= 0,037); persepsi manfaat (p value= 0,039) dan persepsi hambatan (p value = 0,038). Faktor yang paling dominan adalah pengetahuan (OR 2,365 (CI 95%)1,015-5,510). Dari hasil penelitian diharapkan perawat dapat meningkatkan kompetensi budaya dalam menerapkan asuhan keperawatan peka budaya mencegah perilaku penularan dalam budaya makan sirih.

ABSTRACT
Betel eating culture in Ngada can be a source of tuberculosis transmission. The source of transmission is related to the habit of eating betel together in groups that share leaves and betel liquid reservoirs between healthy people and TB patients. In 2018 TB cases in Ngada reached 176 cases. Aims: The purpose of this study was to identify the factors that influence tuberculosis transmission behavior in the Betel eating culture in TB patients with the health belief model approach. Method: This research method used cross-sectional multivariate with consecutive sampling, involving 110 respondents, selected by consecutive sampling. Result: The results showed that most respondents had high transmission behavior in betel eating culture (51.8%). Factors related to TB transmission behavior include medical history (p-value = 0.028), knowledge about TB (p-value = 0.038), the perception of seriousness (p-value = 0.037); the perception of benefits (p-value = 0.039) and the perception of obstacles (p-value = 0.038). The dominant factor was knowledge (OR 2,365 (95% CI) 1,015-5,510). Conclusion: The research implications are expected that nurses can improve cultural competence in applying culturally sensitive nursing care to prevent transmission in Betel eating culture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Rahmayanti
"Pengendalian tuberculosis (TB) telah dilaksanakan di UPT
Pemasyarakatan seluruh Indonesia. Lembaga pemasyarakatan Kelas I Cipinang
adalah salah satunya, tapi pelaksanaannya masih menemui hambatan seperti
overkapasitas, keterbatasan anggaran, serta hambatan dalam hal koordinasi serta
kolaborasi antar sektor yang terlibat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis implementasi kebijakan pengendalian TB di Lapas Kelas I
Cipinang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menggunakan teori
implementasi kebijakan publik dari Grindle dan Mazmanian dan Sabatier yang
akan digabungkan dengan teori whole of government dari Colgan et al. sehingga
diketahui ada atau tidaknya kesesuaian antara rancangan dengan implementasi
kebijakan. Pendekatan dalam penelitian ini adalah post positivisme dengan teknik
pengambilan data melalui wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian
menunjukkan implementasi kebijakan pengendalian TB di Lapas Kelas I Cipinang
tidak sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan karena rancangan dari
kebijakan ini yaitu meningkatkan kualitas hidup WBP yang diindikasikan dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat TB tidak tercapai. Faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan ini adalah faktor kebijakan dan organisasi
dan lingkungan. Oleh karena itu rekomendasi dari penelitian ini adalah pembuatan
perjanjian kerjasama antar pihak-pihak yang terlibat dan kesepakatan
interoperabilitas sistem informasi. Selain itu perlu ada keterlibatan dari keluarga
WBP penderita TB selama proses pengobatan

Tuberculosis control has been implemented in Indonesia’s prisons.
Cipinang Prison Class I Jakarta is one of them, but its implementation still
encounters obstacles such as overcapacity, budget, also coordination and
collaboration between the sectors involved. The purpose of this study is to analyze
the implementation of TB control policies in Cipinang Class I Prison and the
factors that influence it using public policy implementation theory by Grindle and
Mazmanian and Sabatier which will be combined with whole of government
theory from Colgan et al. to see wheter there is suitability between the design and
implementation of the policy. This study used post positivism method and data
were collected by interviews and literature study. The results showed that the
implementation of TB control policies in Cipinang Class I Prison was not match
with the design of the policy because the design of this policy was not achieved.
Factors that influence the implementation of this policy are ability of statute to
structure implementation and nonstatutory variables. Therefore it is necessary to
make agreement between the parties involved, including an agreement on the
interoperability of information system. In the TB treatment process, family
involvement is also key factor in the success of treatment"
Depok: Fakultas Ilmu Admnistrasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Novita Sari
"Ketidakefektifan pengendalian penyakit TB paru di kota Administrasi Jakarta Selatan ditinjau dari angka kesembuhan yang kurang dari target nasional yaitu <85% serta adanya peningkatan kasus TB paru di kota Administrasi Jakarta Selatan terjadi terus-menerus dari tahun 2015-2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yaitu cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di kota Administrasi Jakarta Selatan. Penelitian menggunakan studi ekologi melalui pendekatan spasial. Data penelitian bersumber dari data sekunder. Data diolah secara statistik menggunakan uji korelasi pearson product moment dan analisis spasial menggunakan teknik overlay. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya korelasi antara variabel cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2015-2017 (p value >0,05). Secara spasial adanya pengaruh antara variabel cakupan rumah sehat dengan proporsi kasus TB Paru BTA positif dilihat dari pola spasial hanya terdapat di kecamatan kecamatan Kebayoran Baru dan Pasar Minggu serta variabel kepadatan penduduk dengan proporsi kasus TB Paru BTA positif dilihat dari pola spasial hanya terdapat di kecamatan Kebayoran Lama. Ini menunjukkan bahwa ada peluang terdapatnya korelasi pada faktor risiko lain yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini. Sehingga, peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut dengan faktor risiko yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini.

The ineffectiveness of pulmonary TB disease control in South Jakarta that was reviewed from the recovery rate less than the national target of <85% and an increase in pulmonary TB cases in the South Jakarta occurred continuously from 2015-2017. This study aims to analyze risk factors of healthy home coverage and population density with the proportion of smear-positive pulmonary TB cases in South Jakarta.  This study used ecological studies through a spatial approach. The data was sourced from secondary data. The data were processed statistically using Pearson product moment correlation test and spatial analysis using overlay technique. The results of statistical analysis showed that there was no correlation between the variable coverage of healthy homes and population density with the proportion of positive smear pulmonary TB cases in South Jakarta in 2015-2017 (p value >0.05). Spatially there is an effect between the variable of healthy homes coverage with the proportion of positive smear pulmonary TB cases viewed from the spatial pattern only found in the sub-districts of Kebayoran Baru and Pasar Minggu and the population density variable with the proportion of positive smear pulmonary TB cases viewed from the spatial pattern only found in Kebayoran Lama sub-district. This indicates that there is a chance of other risk factors correlation that were not included in this study. Thus, other researchers can further research the risk factors that are not included in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Puspitasari
"Secara global, insiden TB dunia pada tahun 2015 sebesar 10,4 juta kasus.
Indonesia berada di urutan kedua dari total kasus diseluruh dunia sebesar 10%,
setelah India. Prevalensi TB berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%). Padatnya tingkat hunian di pesantren dapat menimbulkan kondisi
rentan sehingga dianggap memicu banyaknya kasus TB. Pengendalian TB
berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam
penanggulangan TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemberdayaan
santri kader TB terhadap perilaku pencegahan TB di pondok pesantren Garut Jawa
Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pada 230
santri sebagai sampel pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengumpulan data awal,
setelah itu dilakukan intervensi berupa pelatihan pada 30 santri yang terpilih
sebagai kader TB dengan melakukan penyuluhan dan kunjungan kamar 2 bulan
kemudian dilakukan pengumpulan data akhir. Analisis yang digunakan adalah uji
wilcoxon, mann-whitney dan uji regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil
penelitian membuktikan santri yang mendapat intervensi berpeluang memiliki
perilaku pencegahan baik hampir 3 kali (OR=2,90; 95%CI= 1,9-4,4)
dibandingkan dengan santri yang tidak mendapatkan intervensi setelah dikontrol
jenis kelamin santri.

Globally, the incidence of tb in 2015 amounted to 10.4 million cases. tb ranks in
the 2nd place of the total cases all over Indonesia by 10% after India. The highest
prevalence of TB by province is western Java (0.7%,). Tb incidence did not occur
only in the general population, but also arise in certain community such as islamic
boarding schools. The density of occupancy in Islamic boarding school can cause
vulnerable condition causing many cases of tb. Community-based TB control is
one of health promotion efforts in TB prevention. This study aims to determine
the impact of Empowerment of Tuberculosis (TB) Against Student Cadres
Behavior in TB Prevention at Islamic boarding school, Garut, West Java.
Quantitative research method with quasi experimental design on 230 students as
sample in each intervention and control group. Data collection was done 2 times,
that is initial data collection, after that do intervention in the form of training at 30
students selected as TB cadre by doing counseling and visit room 2 month later to
do final data collecting. The analysis used was wilcoxon test, mann-whitney and
multiple logistic regression test of risk factor model. The result of the research
shows that students who have intervention have a good prevention behavior
almost 3 times (OR = 2,90; 95% CI = 1,9-4,4) compared with students who do not
get intervention after separation of gender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>