Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pajariana
"Ketersediaan obat adalah hal yang harus diperhatikan, sebab, kurang ataupun lebihnya sediaan farmasi akan berdampak pada keberlangsungan pelayanan kefarmasiaan pada pasien. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu perencanaan dalam proses pengelolaan sediaan kefarmasian agar dapat menjamin ketersediaan obat dalam jumlah yang mencukupi, aman, bermutu, bermanfaat, serta terjangkau. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perencanaan obat ialah metode konsumsi. Metode ini didasarkan pada analisis data konsumsi obat periode sebelumnya. Oleh sebab itulah diperlukan evaluasi terhadap penggunaan obat pada periode sebelumnya agar dapat diperkirakan jenis serta jumlah obat yang akan diadakan di periode selanjutnya. Pada karya ilmiah ini dilakukan evaluasi terhadap penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Ciracas sejak tahun 2017 hingga 2022 menggunakan metode ABC dan VEN.  Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Jenis obat pada kelompok A memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok B dan C, namun jumlah pemakaiannya paling banyak sehingga obat pada kelompok A menjadi prioritas dalam kegiatan perencanaan serta pengadaan sediaan farmasi di  Puskesmas Kecamatan Ciracas. Rata-rata banyak jenis obat kategori V (vital) yang telah digunakan di Puseksmas Kecamatan Ciracas dari tahun 2017 sampai 2022 lebih rendah daripada dua kategori lainnya.

Availability of medicines is something that must be considered, because whether there is a shortage or excess of pharmaceutical supplies will have an impact on the continuity of pharmaceutical services for patients. Therefore, a plan is needed in the process of managing pharmaceutical supplies in order to ensure the availability of medicines in sufficient quantities, safe, quality, useful and affordable. One method that can be used in drug planning is the consumption method. This method is based on analysis of drug consumption data from previous periods. For this reason, it is necessary to evaluate drug use in the previous period so that we can estimate the type and quantity of drugs that will be available in the next period. In this paper, an evaluation of drug use was carried out at the Ciracas District Health Center from 2017 to 2022 using the ABC and VEN methods. The evaluation results show that there are fewer types of drugs in group A compared to groups B and C. The average number of types of group V (vital) drugs that have been used at the Ciracas District Health Center from 2017 to 2022 is lower than the other two categories.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tidara Poetri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian peresepan obat pasien rawat jalan Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan Formularium Nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah systematic random sampling dengan mengambil 1 resep teratas dari setiap 5 resep yang muncul per halaman pada Web Sikda Optima, sehingga total sampel penelitian ini adalah 265 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesesuaian peresepan obat pasien dengan formularium nasional pada bulan September hingga Oktober adalah sebesar 91,46%. Terdapat 8 jenis obat yang tidak masuk ke dalam formularium nasional, antara lain Gliseril Guaiakolat tab 100 mg, Ambroksol tab 30 mg, OBH sirup, Ambroksol Sirup 15 mg/5 mL, Piroksikam tab 10 mg, Gentamisin Salep 0,1%, Tiamfenikol tab 500 mg, dan Boraks Gliserin. Ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium nasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebutuhan akan bentuk sediaan obat tertentu untuk memudahkan pasien, belum dilakukannya pembaharuan Rancangan Kebutuhan Obat (RKO) sesuai dengan formularium nasional terbaru, dan adanya obat-obat hibah atau dropping yang tidak masuk ke dalam formularium nasional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persentase kesesuaian peresepan obat pasien dengan formularium nasional pada Puskesmas Kecamatan Kalideres periode September-Oktober 2022 termasuk dalam kategori baik, dengan nilai persentase kesesuaian sebesar 90,91%. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian peresepan obat antara lain kebutuhan akan sediaan obat tertentu, obat dropping/hibah, dan kurangnya pengetahuan dokter mengenai formularium nasional. Beberapa jenis obat juga ditemukan tidak sesuai dengan formularium nasional.

This research aims to evaluate the appropriateness of outpatient prescription drugs at the Puskesmas in Kalideres Subdistrict with the National Formulary. The research method employed systematic random sampling, taking the top prescription from every 5 prescriptions displayed per page on the Sikda Optima Website, resulting in a total sample size of 265 prescriptions. The findings indicate a 91.46% percentage of prescription drug appropriateness with the national formulary from September to October. Eight types of drugs were found not listed in the national formulary, including Gliseril Guaiakolat tab 100 mg, Ambroxol tab 30 mg, OBH syrup, Ambroxol Syrup 15 mg/5 mL, Piroxicam tab 10 mg, Gentamicin Ointment 0.1%, Thiamphenicol tab 500 mg, and Borax Glycerin. The mismatch between prescription drugs and the national formulary can be attributed to various factors, such as the need for specific drug formulations for patient convenience, the lack of updating the Drug Needs Design according to the latest national formulary, and the provision of donated or dropped drugs not listed in the national formulary. In conclusion, the percentage of prescription drug appropriateness with the national formulary at Puskesmas Kalideres Subdistrict from September to October 2022 falls within a good category, with a percentage of the appropriateness of 90.91%. Factors contributing to the mismatch in drug prescriptions include the need for specific drug formulations, donated or dropped drugs, and the lack of knowledge among doctors regarding the national formulary. Additionally, several types of drugs were found to be inconsistent with the national formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktariani
"Obat merupakan unsur penting dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan. Perencanaan obat yang tidak tepat juga dapat menyebabkan pembengkakan biaya pengadaan dan penyimpanan. Perencanaan obat harus dianalisis agar dapat mengoptimalkan penggunaan anggaran, salah satu metode analisis yang sering digunakan adalah metode ABC/pareto. Analisis ABC dapat dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif pemakaian dan nilai investasi dari sediaan yang ada. karakteristik obat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit tahun 2021 setelah di evaluasi menggunakan metode ABC pada kelompok A terdiri dari 40 item obat, kelompok B terdiri dari 36 item obat, dan kelompok C terdiri dari 99 item obat.

Drugs are an important element in various health care efforts. Inappropriate drug planning can also lead to increased procurement and storage costs. Drug planning must be analyzed in order to optimize the use of the budget, one method of analysis that is often used is the ABC/pareto method. ABC analysis can be carried out based on the cumulative amount of use and investment value of existing stocks. drug characteristics at the Duren Sawit District Health Center in 2021 after being evaluated using the ABC method in group A consisting of 40 drug items, group B consisting of 36 drug items, and group C consisting of 99 drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) berperan sebagai fasilitas penting yang menyediakan layanan kesehatan, termasuk pelayanan farmasi klinik. Kesehatan masyarakat membutuhkan pemahaman dan penerapan yang baik terutama dalam penggunaan obat yang rasional dan aman. Hipertensi, masalah kesehatan global yang serius, sering kali memerlukan penanganan dengan obat antihipertensi yang biasanya dikombinasikan dengan obat lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi resep obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Oktober 2022. Melalui pendekatan retrospektif, data resep pasien hipertensi dianalisis untuk mengidentifikasi obat yang sering dikombinasikan dengan obat antihipertensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa amlodipin merupakan obat antihipertensi yang paling sering diresepkan. Kombinasi paling umum amlodipin adalah dengan simvastatin 20 mg, vitamin B12, dan parasetamol. Persentase tertinggi kombinasi amlodipin dengan simvastatin 20 mg mencapai 27,9%. Perlunya perhatian terhadap kombinasi obat yang sering diresepkan kepada pasien hipertensi. Rekomendasi yang diajukan adalah mempertimbangkan pemberian jeda waktu antar obat guna mengurangi risiko interaksi obat yang mungkin terjadi. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dalam penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Puskesmas, serta memberikan kontribusi dalam perbaikan layanan farmasi klinik bagi pasien hipertensi secara umum.

Public Health Centers (Puskesmas) play a crucial role as facilities providing healthcare services, including clinical pharmacy services. Public health requires a sound understanding and application, particularly in the rational and safe use of medications. Hypertension, a serious global health issue, often necessitates treatment with antihypertensive drugs, commonly in combination with other medications. This study aims to evaluate antihypertensive drug prescriptions at the Pasar Rebo Sub-District Public Health Center in October 2022. Through a retrospective approach, prescription data of hypertensive patients were analyzed to identify frequently combined medications with antihypertensive drugs. The analysis revealed that amlodipine was the most prescribed antihypertensive drug. The most frequent combination with amlodipine included simvastatin 20 mg, vitamin B12, and paracetamol. The highest percentage observed was the combination of amlodipine with simvastatin 20 mg, reaching 27.9%. There is a necessity for attention to frequently prescribed drug combinations for hypertensive patients. Recommendations suggest considering intervals between medications to reduce potential drug interactions. This action is expected to enhance safety in the use of antihypertensive drugs for patients at the Public Health Center and contribute to improving clinical pharmacy services for hypertensive patients overall."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Kinasih
"Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pada tanggal 19 Oktober 2022, Kemenkes RI mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menjual obat dalam bentuk sirup atau sediaan cair baik obat anak maupun obat dewasa. Hal tersebut disebabkan oleh kasus Gagal Ginjal Akut Atipikal yang menjangkit anak-anak diduga dipicu oleh cemaran pada obat sirup, yaitu etilen glikol. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terkait perubahan persentase penggunaan obat sediaan cair di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dan perlu dilakukan pengkajian mengenai dosis obat untuk pasien anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data jumlah pemakaian obat sediaan cair pada bulan Januari hingga Oktober 2022 di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dan Puskesmas Kelurahan yang termasuk ke dalam Kecamatan Duren Sawit. Setelah itu dilakukan perhitungan persentase pemakaian obat sediaan cair pada bulan Januari hingga Oktober 2022. Kemudian data persentase tersebut dibuat dalam bentuk grafik dan dianalisis. Setelah itu, dilakukan studi literatur untuk pencarian dosis obat untuk anak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan jumlah penggunaan obat sediaan cair pada bulan Oktober 2022 disebabkan oleh temuan dugaan cemaran etilen glikol pada obat sediaan cair yang mengakibatkan timbulnya penyakit gagal ginjal misterius pada anak, sehingga seluruh obat sediaan cair harus dikarantina sementara.

The Community Health Center (Puskesmas) is a First Level Health Facility that organizes community health efforts and individual health efforts by prioritizing promotive and preventive efforts aimed at achieving the highest degree of public health. On October 19, 2022, the Indonesian Ministry of Health issued an announcement stating that all health care facilities are prohibited from selling drugs in the form of syrup or liquid preparations, both children's and adult medicines. This is caused by cases of atypical acute kidney failure which infect children allegedly triggered by contamination of the drug syrup, namely ethylene glycol. Therefore, it is necessary to carry out an analysis related to changes in the percentage of liquid drug use at the Duren Sawit District Health Center and to conduct an assessment regarding drug dosages for pediatric patients. The research method used was to collect data on the amount of liquid drug use from January to October 2022 at the Duren Sawit District Health Center and Village Health Center which are included in the Duren Sawit District. After that, a calculation of the percentage of liquid drug use was carried out from January to October 2022. Then the percentage data was made in graphical form and analyzed. After that, a literature study was conducted to search for drug doses for children. Based on research that has been done, the decrease in the number of liquid drug use in October 2022 was due to the finding of suspected ethylene glycol contamination in liquid dosage forms which resulted in mysterious kidney failure in children, so all liquid dosage forms had to be temporarily quarantined."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pavita Rena Anarizta
"Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), dan pelayanan farmasi klinik. Perencanaan kebutuhan termasuk salah satu poin dalam pengelolaan sediaan farmasi. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi sediaan farmasi dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan rencana pengembangan. Perencanaan sediaan obat, permintaan obat, dan pendistribusian obat dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk puskesmas-puskesmas kelurahan yang berada di Kecamatan Duren Sawit. Oleh karena itu dilakukan studi mengenai evaluasi terhadap pola konsumsi dan pola penyakit berdasarkan pemakaian sediaan farmasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi untuk puskesmas-puskesmas yang berada di Kecamatan Duren Sawit. Metode penelitian yang digunakan antara lain studi literatur dan observasi. Kedua metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan data mengenai pola konsumsi sediaan farmasi yang ada di puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit. Data tersebut diharapkan dapat berguna untuk menentukan perencanaan sediaan farmasi di periode mendatang. Setelah melakukan kegiatan penelitian tugas khusus terkait dengan evaluasi pola konsumsi sediaan farmasi di puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah sediaan farmasi terbanyak dalam peringkat sepuluh besar yang dikonsumsi oleh puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit selama periode Januari 2022 – September 2022 adalah tablet parasetamol 500 mg, tablet vitamin C 50 mg, tablet tambah darah, tablet vitamin B kompleks, tablet klorfeniramin maleat 4 mg, tablet deksametason 0,5 mg, tablet gliseril guaiakolat 100 mg, tablet amoksisilin 500 mg, tablet kalsium laktat 500 mg, dan tablet multivitamin.

Pharmaceutical service standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services. Pharmaceutical service standards at puskesmas include pharmaceutical preparation and consumable medical material (BMHP) management standards, and clinical pharmacy services. Needs planning is one of the points in the management of pharmaceutical preparations. Planning for the need for pharmaceutical preparations at the puskesmas each period is carried out by the pharmacy room at the health center. The selection process for pharmaceutical preparations is carried out by considering disease patterns, consumption patterns for pharmaceutical preparations for the previous period, mutation data for pharmaceutical preparations, and development plans. Planning for drug supply, drug requests, and drug distribution is carried out by the Duren Sawit District Health Center for village health centers in Duren Sawit District. Therefore, a study was conducted regarding the evaluation of consumption patterns and disease patterns based on the use of pharmaceutical preparations as a material consideration in the process of planning the need for pharmaceutical preparations for community health centers in Duren Sawit District. The research methods used include literature studies and observation. Both of these methods were carried out to obtain data regarding consumption patterns of pharmaceutical preparations in the Duren Sawit District Health Centers. The data is expected to be useful in determining the planning of pharmaceutical preparations in the coming period. After carrying out special task research activities related to evaluating the pattern of consumption of pharmaceutical preparations in health centers in the Duren Sawit District, it can be concluded that the highest number of pharmaceutical preparations in the top ten rankings were consumed by health centers in the Duren Sawit District during the period January 2022 – September 2022 are 500 mg paracetamol tablets, 50 mg vitamin C tablets, blood supplement tablets, vitamin B complex tablets, 4 mg chlorpheniramine maleate tablets, 0.5 mg dexamethasone tablets, 100 mg glyceryl guaiacolate tablets, 500 mg amoxicillin tablets, calcium lactate tablets 500 mg, and multivitamin tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Arifa Aldi
"Penggunaan obat di puskesmas dapat dikatakan terbatas karena jumlah pelayanan kesehatan pada puskesmas yang terbatas. Penggunaan obat mendorong pelaksanaan pengadaan obat di puskesmas yang membutuhkan proses perencanaan kebutuhan. Proses tersebut membutuhkan data laporan pemakaian dan permintaan obat (LPLPO) yang dikelola oleh Apoteker. Maka dari itu, dilakukan penelitian untuk melihat efektivitas laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) di Puskesmas Purwokerto Selatan pada periode triwulan II tahun 2023. Metode pengambilan data penelitian menggunakan metode retrospektif. Pada puskesmas Purwokerto Selatan, didapatkan jumlah persediaan yang terdapat dalam data LPLPO sebanyak 282 obat, alat kesehatan, dan larutan laboratorium. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pemakaian obat tertinggi diduduki oleh golongan vitamin sebanyak 12600 jenis (vitamin B kompleks). Sementara itu, permintaan obat tertinggi diduduki oleh golongan vitamin sebanyak 15450. Permintaan obat ditemukan angka negative yang menunjukkan tidak dilakukannya permintaan. Berdasarkan penelitian tersebut, pembuatan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) di Puskesmas Purwokerto Selatan dibuat dengan efektif karena sudah mencatat data LPLPO yang mencakup stok awal, penerimaan, persediaan, pemakaian, sisa stok, stok optimum, permintaan, pemberian, serta nomor batch dan ED secara lengkap.

The use of drugs in community health centers (Puskesmas) can be considered limited due to the constrained healthcare services provided by this Puskesmas. The use of drugs necessitates the implementation of drug procurement at Puskesmas, which requires a planning process based on usage and demand data, managed by pharmacists through Drug Usage and Request Forms (LPLPO). Therefore, a study was conducted to assess the effectiveness of Drug Usage and Request Forms (LPLPO) at the South Purwokerto Community Health Center in the second quarter of 2023. The research data were collected using a retrospective method. At the South Purwokerto Community Health Center, the data from LPLPO indicated a total inventory of 282 drugs, medical equipment, and laboratory solutions. The research findings revealed that the highest drug usage was in the vitamin category, specifically 12,600 units (vitamin B complex). Meanwhile, the highest drug demand came from the vitamin category, totaling 15,450 units. Negative figures were observed in drug demand, indicating a lack of requests. Based on the study, the Drug Usage and Request Forms (LPLPO) at the South Purwokerto Community Health Center were deemed effective as they comprehensively documented LPLPO data, including initial stock, receipts, inventory, usage, remaining stock, optimum stock, demand, dispensing, batch numbers, and expired date."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Salah satu kegiatan dalam standar pelayanan kefarmasian Puskesmas adalah pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Tujuan dari kegiatan tersebut ialah tercapainya kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan BMHP yang efisien, efektif, dan rasional. Dalam menilai efektivitas perencanaan, dapat dilakukan analisa terhadap perencanaan obat. Persentase perencanaan kebutuhan obat idealnya sebesar 100% dari kebutuhan. Dalam rangka menilai efektivitas perencanaan obat pada tahun 2023, dilakukan evaluasi ketepatan perencanaan obat pada tahun 2023 berdasarkan data pemakaian obat pada bulan Januari hingga September 2022 di Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan nilai ketepatan perencanaan yang tepat 100% sebanyak satu jenis obat, yaitu Nistatin 100.000 IU/mL.

A community health center (Puskesmas) is a health service facility that organizes first-level Public Health Efforts (UKM) and Individual Health Efforts (UKP. One of the activities in the pharmaceutical service standards of Puskesmas is the management of pharmaceutical preparations and Medical Consumables (BMHP). The purpose of this activity is to achieve the continuity of availability and affordability of efficient, effective, and rational pharmaceutical and BMHP preparations. In assessing the effectiveness of planning, analysis of drug planning can be carried out. The percentage of planning drug needs should ideally be 100% of the needs. In order to assess the effectiveness of drug planning in 2023, an evaluation of the accuracy of drug planning in 2023 was carried out based on drug usage data from January to September 2022 at the Puskesmas Kecamatan Cakung. The results showed the value of 100% precise planning accuracy as much as one type of drug, namely Nystatin 100,000 IU / mL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>