Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Mustika
"Pengembangan humanisme sebagai inti profesionalisme diperlukan karena dokter profesional masa kini dituntut melakukan pelayanan berpusat pada pasien dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Pengembangan humanisme dipengaruhi persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran terutama di klinik. Meskipun demikian, belum ada instrumen untuk menilai hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menyusun instrumen penilaian iklim humanis lingkungan pembelajaran klinis.
Penelitian ini menggunakan desain sequential exploratory mixed method dan dilakukan di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada bulan Januari – Desember 2019. Penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu penyusunan instrumen, uji coba, penyusunan model iklim humanis lingkungan pembelajaran klinis dan implementasi. Tahapan penyusunan instrumen dimulai dengan sintesis konsep iklim humanis lingkungan pembelajaran klinis melalui telaah pustaka, focus group discussion dan wawancara mendalam. Dari penyusunan tersebut diperoleh konsep yang dijadikan rujukan draf instrumen Humanistic Climate Measure (H-CliM) yang terdiri atas 89 butir pertanyaan; 7 domain. Tahap kedua, dilakukan uji coba H-CliM bersama instrumen untuk menilai kompetensi humanisme Integrity Compassion Altruism Respect Empathy (ICARE). Kedua instrumen terbukti valid (r > 0,3) dan reliabel (α-cronbach > 0,7). Dilakukan analisis faktor untuk memvalidasi konstruk dan menghasilkan instrumen H-CliM final (46 butir pertanyaan; 4 domain) serta ICARE final (15 butir pertanyaan; 2 domain). Analisis receiver operating characteristic (ROC) menghasilkan titik potong ≥ 184,5 artinya, skor H-CliM ≥ 184,5 tergolong humanis. Analisis regresi logistik menghasilkan model iklim humanis yang 62% dapat menjelaskan variasi iklim humanis (R2 = 0,62). Model tersebut adalah:
Logit P (iklim humanis) = 0,782 (rotasi klinis non-bedah) + 0,048 (kurikulum formal dan informal terkait humanisme) – 0,213 (hidden curriculum) + 0,036 (relasi dan fasilitas yang mendukung humanisme) + 0,044 (pengembangan kepribadian dan profesionalisme) + 0,409 (perempuan) + e.
Penelitian ini berhasil mengembangkan instrumen penilaian iklim humanis yang valid dan reliabel yaitu instrumen H-CliM (α-Cronbach = 0,86). Lingkungan pembelajaran non-bedah 2 kali lebih humanis dibanding bedah (p = 0,0001). Persepsi terhadap iklim humanis lingkungan pembelajaran klinis berkorelasi lemah dengan capaian kompetensi humanisme.

The development of humanism as the core of professionalism is crucial, seeing that professional doctors today are expected to carry through patient-centered services and put aside their personal interests. In clinical setting, cultivating humanism is highly influenced by students 'perceptions on clinical learning climate, therefore, it is necessary to assess that perception. However, to date there is no instrument to assess clinical learning climate. The purpose of this study is to develop an instrument to assess humanistic learning climate.
This study utilizes a sequential exploratory mixed method design and is conducted at the Cipto Mangunkusumo hospital (RSCM) in January - December 2019. The research was conducted in four stages, which are the preparation of instruments, trials, development of humanistic climate models of clinical learning environments and implementation of the instrument. The stages of instrument preparation begin with the synthesis of concept of the humanistic clinical learning climate through literature review, focus group discussions and in-depth interviews. Afterward, the concept that was obtained utilized as a reference for drafting instrument of Humanistic Climate Measure (H-CliM) consisting of 89 questions; 7 domains. The second stage, an H-CliM trial was carried out along with instruments to assess the competence of the Integrity Compassion Altruism Respect Empathy (ICARE).
Both instruments proved to be valid (r > 0.3) and reliable (α-Cronbach > 0.7). Factor analysis was carried out to validate the construct and produce the final H-CliM instrument (46 questions; 4 domains) and the final ICARE (15 questions; 2 domains). Receiver operating characteristic (ROC) analysis resulted in cut-off point of 184.5, which means that the H-CliM score ≥ 184.5 was classified as humanistic climate. Humanistic climate models obtained from the logistic regression analysis could explain 62% of variation of humanistic climate (R2= 0,62). The model is:
Logit P (humanistic climate) = 0.782 (non-surgical clinical rotation) + 0.048 (formal and informal curriculum related to humanism) - 0.213 (hidden curriculum) + 0.036 (relationship and facilities that support humanism) + 0.044 (personality development and professionalism) + 0,409 (female) + e.
This research succeeded in developing a valid and reliable humanistic climate assessment instrument, the H-CliM instrument (α-Cronbach = 0,86). Compare with surgical rotation, the non-surgical learning environment is twice more humanistic (p = 0.0001). Perceptions of the humanistic climate of the clinical learning environment are weakly correlated with the achievement of humanism competencies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Bunga Nafara
"Pendahuluan: Pembelajaran klinik pada pendidikan kedokteran harus mengalami perubahan yang drastis akibat terjadinya pandemi COVID-19, yaitu transisi dari sistem pendidikan tradisional menuju ke sistem daring yang mengakibatkan hilangnya dan berkurangnya pengalaman keterampilan klinis yang diperoleh mahasiswa. Transisi yang tiba-tiba mengakibatkan mahasiswa harus beradaptasi secara cepat tanpa tersedianya panduan dan sumber daya yang memadai. Proses adaptasi ini menjadi tantangan tersendiri dan memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan klinis.
Tujuan: Mengeksplorasi adaptasi mahasiswa dalam pembelajaran bauran pada pendidikan kedokteran tahap klinis di masa pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kualitatif fenomenologi. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) dengan 33 mahasiswa yang terbagi dalam empat sesi. Data diolah dengan metode analisis tematik. Untuk memastikan trustworthiness dilakukan triangulasi peneliti dan member checking. Analisis dilakukan berdasarkan tema yang muncul.
Hasil: Terdapat 9 tema dalam 3 kategori. Kategori pertama yakni perubahan yang terjadi pada pembelajaran klinis di masa pandemi yang terdiri dari perasaan mahasiswa, perubahan pada sistem pembelajaran klinis dan kendala yang ditemui. Kategori kedua adalah persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran bauran pada pendidikan klinis di masa pandemi COVID-19 yang terdiri dari keunggulan dan kekurangan dari pembelajaran bauran. Kategori ketiga yaitu adalah adaptasi mahasiswa dalam pembelajaran bauran di masa pandemi COVID-19 yang terdiri dari tema adaptasi mahasiswa terhadap kondisi pandemi dan adaptasi mahasiswa terhadap pembelajaran bauran.
Kesimpulan: Mahasiswa melakukan upaya penyesuaian diri baik terhadap kondisi pandemi dan terhadap pembelajaran bauran. Mahasiswa memiliki persepsi dari keunggulan dan kekurangan pembelajaran bauran. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya dalam pembelajaran bauran ynag terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Introduction: Clinical teaching in medical education experienced drastic changes due to the COVID-19 pandemic. Without any available guideline and appropriate sources, the adaptation process become challenge for students and it is crucial to determine the success in clinical education.
Purpose: To explore student adaptation in blended learning in clinical stage medical education during COVID-19 pandemic.
Methods: This study used qualitative phenomenology design. Data was collected through focus group discussions (FGD) with 33 students divided into 4 sessions. Data were analyzed using thematic analysis methods. Triangulation and member checking were used to ensure trustworthiness.
Results: There are 9 themes in 3 categories found in the study. First category is changes in clinical learning during pandemic which consist of changes in education system, student's emotional reactions and obstacles. Second category is medical student perception about blended learning during pandemic consist of benefits and burdens. Third category is student adaptation consist of student adaptation towards pandemic situation, adaptation towards blended learning, factors influencing and student expectations.
Conclusion: Students made efforts to adapt both toward pandemic conditions and blended learning. Students identified benefits and burdens using blended learning model. Some factors influence their success in blended learning which consists of internal and external factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Yuri Perwita
"Latar Belakang: Telah diketahui bahwa paradigma pendekatan pembelajaran sekolah kedokteran saat ini menuju pendekatan pembelajaran student-centered learning, namun, perubahan pendekatan pembelajaran ini akan sulit dilakukan jika konsepsi yang dimiliki oleh seorang dosen berbeda dengan pendekatan student-centered learning. Oleh karena itu, perlunya instrumen COLT adaptasi Bahasa Indonesia yang diharapkan dapat mengukur konsepsi dosen kedokteran Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan instrumen pengukuran konsepsi dosen kedokteran mengenai pembelajaran dan pengajaran yang valid dan reliabel
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian psikometri yang termasuk dalam studi eksplorasi untuk menilai validitas kuesioner COLT adaptasi Bahasa Indonesia pada dosen kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Gunadarma dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu adaptasi bahasa, wawancara kognitif, dan pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perangkat SPSS 26 dengan exploratory factor analysis (EFA).
Hasil: Validitas konten pada tahap expert panel dilakukan oleh 6 orang ahli dengan menghitung nilai i-CVI dan didapatkan hasil 0,95. Hasil wawancara kognitif menunjukkan perbaikan bahasa pada beberapa butir pernyataan. Sejumlah 91 kuesioner disebar kepada dosen pada dua institusi berbeda. Hasil uji validitas konstruk menunjukkan terdapat 2 butir pernyataan dikeluarkan dari kuesioner. Ekstraksi dengan metode principal component analysis dan rotasi direct oblimin memperoleh 3 faktor. Nilai koefisien Cronbach alpha COLT adaptasi Bahasa Indonesia sebesar 0,744. Terdapat perbedaan bermakna pada kategori pengalaman mengajar, jenis kelamin, dan asal institusi
Kesimpulan: Instrumen COLT adaptasi Bahasa Indonesia merupakan instrumen yang valid dan reliabel

Backgrounds: It is known that the paradigm of the current medical school learning approach is towards a student-centered learning, however, changing this learning approach will be difficult if the conception held by a teacher is different from the student-centered learning approach. Therefore, the Indonesian version of the COLT instrument is needed, which is expected to help measure the conceptions of Indonesian medical teachers. The aim of this study was to obtain a valid and reliable instrument for measuring conceptions of learning and teaching for medical teachers.
Methods: This study is a psychometric study included in an exploratory study to assess the validity of the Indonesian adapted COLT questionnaire for medical Teachers at the Faculty of Medicine, Gunadarma University and the Faculty of Medicine University of Indonesia. This research went through 3 stages, which consists of language adaptation, cognitive interview, and data collection for validation. The data obtained were then analyzed using SPSS 26 with EFA.
Results: Content validity at the expert panel stage was carried out by 6 experts by calculating the i-CVI value and the result was 0.95. The results of cognitive interviews showed improvement in language in several statements. A total of 91 questionnaires were distributed to 2 different institutions. The results of the construct validity test showed that there were 2 statements from the questionnaire excluded. Extraction using PCA method and direct oblimin rotation obtained 3 factors. The value of the cronbach alpha COLT for Indonesian adaptation is 0.744. There are significant differences in the categories of teaching experience, gender, and institutional origin.
Conclusion: The Indonesian adaptation COLT instrument is a valid and reliable
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavinda Safitry
"Latar Belakang: Kompetensi "mengambil keputusan terhadap dilema etika yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat" tercantum dalam SKDI 2005 sehingga harus ada dalam kurikulum dan dilaksanakan di dalam modul. Penerapan proses pengambilan keputusan etis (PKE) berkaitan dengan manajemen pasien, karena itu pembelajaran pada tahap klinis pendidikan kedokteran menjadi keharusan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinispendidikan kedokteran di FKUI.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi komponen Buku Kurikulum, Buku Rancangan Pengajaran modul praktik klinik, dan dokumen lain; wawancara mendalam pengelola program studi, pengelola modul, staf pengajar; serta Focus Group Discussion (FGD) pada mahasiswa.
Hasil: Tidak ada modul praktik klinik yang lengkap mencantumkan PKE dalam dokumen. Pengelola modul kurang memahami kompetensi PKE SKDI 2006. Sebagai klinisi, staf pengajar mampu mengidentifikasi dan mengambil keputusan penyelesaian dilema etika. Mahasiswa memahami PKE dan menemukan kasus berdilema etika dalam proses pembelajaran tahap klinik. Mahasiswa mendiskusikan dilema etika yang ditemui dengan residen dan/atau dokter penanggungjawab kasus. Mahasiswa memiliki prior knowledge yang didapat pada tahap preklinik.
Kesimpulan: Proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinis merupakan hidden curriculum.Perlu dilakukan peningkatan kapasitas staf pengajar di bidang teori etika kedokteran dan penyusunan modul agar PKE menjadi komponen tertulis dalam kurikulum.

Background: Ethical Reasoning is one of competency component stated in the ?2006 Indonesian Medical Doctor Competencies Standard? therefor it has to be taught in medical faculties. The competency should be stated in all documents related to the curriculum. The learning of ethical reasoning should be done in clinical years since it is related to patient's managements. This research was done to evaluate the ethical reasoning learning process in the clinical stage medical education in Faculty of Medicine University of Indonesia.
Method: This is a descriptive qualitative research which identifies the component of curriculum inside the curriculum documents; indepth interview to the module developer, module organizer, and teachers; and focus group discussion with clinical year medical students.
Result: Ethical Reasoning Competency was not written as the aim of any module, as seen in the Instructional Design of all documents. The module developer did not recognize this competency despite their daily practice of ethical reasoning. The students learnt ethical reasoning in clinical stage by observing the medical staff during their interaction with patient with ethical dilemma. The student were able to identify the cases based on their prior knowledge from previous stage.
Conclusion: Ethical reasoning learning process in clinical stage is part of hidden curriculum.Capacity building for faculty members in medical ethics theory and module development for the faculty member are needed to make the ethical reasoning process as a part of the curriculum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Sagung Ayu Santhi Sueningrum
"

Pendahuluan: Tahap pendidikan klinik adalah fondasi penting dalam pendidikan kedokteran karena pada tahap ini pengembangan identitas profesional peserta didik terjadi. Peran pengajar klinis pun menjadi salah satu determinan penting dalam menentukan kualitas pembelajaran di tahap pendidikan klinik. Oleh karena itu, kualitas pengajar klinis harus dijaga dan ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas pengajar klinis adalah memahami pengembangan identitas profesional sebagai pengajar klinis. Integrasi identitas profesional pengajar klinis ke dalam identitas profesional klinisi dianggap penting dalam menjaga well-being dan resistensi dalam menjalankan peran sebagai pengajar klinis. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden penelitian adalah pengajar klinis yang dipilih menggunakan strategi maximum variety sampling dengan mempertimbangkan lama menjadi pengajar klinis, jenis kelamin, peran sebagai koordinator, dan rotasi pendidikan klinik.Terdapat tiga focus group discussion dengan jumlah peserta 5-6 orang pengajar klinis untuk setiap kelompok dan tiga belas wawancara mendalam terhadap tiga belas orang pengajar klinis untuk mengeksplorasi proses pengembangan identitas profesional pengajar klinis. Hasil penelitian: Dalam penelitian ini teridentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan self, situation, support, dan strategy sebagai faktor yang berpotensi mempengaruhi pengembangan identitas profesional. Diketahui bahwa kemampuan reflektif dan peran community of practice merupakan faktor esensial dalam menjalani masa transisi dan pengembangan identitas profesional. Ditemukan tiga narasi integrasi identitas profesional oleh responden, yaitu koalisi I-position pengajar klinis dan klinisi, bertahan pada I-position klinisi, serta metaposisi antara I-position profesional dan personal. Simpulan: Faktor-faktor yang terkait dengan self, situation, support, dan strategy berpotensi mendukung atau pun menghambat pengajar klinis dalam masa transisi. Selain itu gambaran proses integrasi identitas profesional pengajar klinis mencerminkan refleksi responden terhadap pengalaman dan peran mengajar.

 


Introduction: Clinical clerkship is an important foundation in medical education because at this stage the development of students professional identity occurs. Clinical teachers play an important role in determine the quality of learning in clinical rotation. Therefore, the quality of clinical teachers should be maintained and improved. One of the strategies to maintain and improve the quality of clinical teachers is to understand the clinical teachers professional identity development. The integration of clinical teachers professional identity into clinicians identity is considered important to maintain the well-being and resistance in carry on the role as clinical teacher. Method: This is a qualitative study with phenomenological approach. Respondents were clinical teachers who were selected using maximum variety sampling strategy by considering the length of time being clinical teacher, gender, role as coordinator, and clinical rotation. There were three focus group discussion in which each group consists of 5-6 clinical teachers and thirteen in-depth interviews with thirteen clinical teachers to explore the development of clinical teachers professional identity. Result: This study identified factors related to self, situation, support, and strategy that could influence the development of clinical teachers professional identity. It was found that reflective abilities and community of practice were essential factors in undergoing a period of transition and the development of professional identity. Three narratives of integration of professional identity by respondents were found, namely the coalition of I-position as clinical teachers and clinicians, holding on to the clinicians I-position, and meta-position between professional and personal I-positions. Conclusion: Factors related to self, situation, support and strategy were identified as potential factors to support or hinder clinical teacher in transition. In addition, the narration of the integration process reflects the clinical teachers reflection upon their teaching roles and experiences.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Rahmadika Akbar
"ABSTRAK
Lingkungan pembelajaran pada pendidikan kedokteran menentukan kesuksesan akademik mahasiswa. Akan tetapi, pendidikan kedokteran merupakan sumber terbesar yang menyebabkan mahasiswa stres, selain masalah pribadi, finansial ataupun masalah keluarga. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dengan tingkat stres mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi dengan desain potong lintang, dilaksanakan mulai dari Desember 2016 sampai Juni 2017, melibatkan mahasiswa tingkat I, II, III dan IV Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah (FK UNBRAH), Padang, dengan total jumlah mahasiswa 595 orang. Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dinilai menggunakan kuesioner Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) dan tingkat stres mahasiswa dinilai dengan kuesioner Depresion Anxiety Stress Scale (DASS) 42. Kedua kuesioner telah tervalidasi dan tersedia dalam Bahasa Indonesia. Responden yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 477 (80,1%). Persepsi seluruh mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran didapatkan nilai median 132(92-200), yang bermakna "lebih banyak positif dibandingkan negatif". Terdapat perbedaan bermakna persepsi mahasiswa tingkat I terhadap lingkungan pembelajaran dengan tingkat lainnya. Tingkat stres mahasiswa FK UNBRAH termasuk kategori normal. Hubungan persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dan tingkat akademik bermakna dengan korelasi negatif sangat lemah (p<0,05). Semakin baik persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran, semakin rendah tingkat stres mahasiswa.

ABSTRACT
Learning environment in medical education is one of several aspect determine students' academic success. The medical education itself has been the biggest source of depression or stress for students, besides personal, financial, or family problems. The purpose of this study is to assess the correlation between students' perception about their learning environment and their stress levels. This study was a cross sectional study, conducted from December 2016 to April 2017, involving the 1st, 2nd, 3rd, 4th year students of the Faculty of Medicine, Baiturrahmah University (FK UNBRAH), Padang, with a total of 595 students. Students' perceptions on their learning environment were assessed using the Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) questionnaire and the student stress level was assessed by the questionnaire of Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Both questionnaires have been validated and available in Bahasa. Respondents involved in the study were 477 (80.1%). The median of the students's perceptions on their learning environment was 132 (92-200), which means "more positive than negative". Students' perceptions on learning environment between 1st year students with other academic year differed significantly. The median value of student stress level was categorized as normal. There was no statistically significant difference in stress level based on academic level and gender. The correlation between students' perception toward learning environment and academic level was found to be significant with very weak negative correlation (p<0,05). The better students' perception of the students to the learning environment, the lower the stress level."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Sri Hayati
"ABSTRAK
Nama : Yati Sri HayatiProgram Studi : Program Doktor Keperawatan, Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas IndonesiaJudul : Pengembangan Instrumen untuk Mengukur KemandirianKeluarga dalam Merawat Lanjut UsiaKemandirian keluarga dalam merawat lansia menjadi salah satu tujuan pemberianasuhan keperawatan keluarga, namun alat ukur yang ada belum teruji secarastatistik. Tujuan penelitian yaitu memperoleh instrumen yang valid dan reliabeluntuk mengukur kemandirian keluarga dalam merawat lansia. Penelitian dilakukanmulai dari penyusunan item berdasarkan teori serta studi literatur dilanjutkandengan analisis validitas isi sampai dengan konstruk. Jumlah sampel padapenelitian ini sebanyak 295 pelaku rawat lansia dalam keluarga. Hasil penelitiandiperoleh bahwa instrumen akhir terdiri atas 28 item, yaitu tugas kesehatan 16 item,komunikasi efektif 8 item, dan strategi koping 4 item. Hasil penelitian jugaditemukan bahwa tugas kesehatan merupakan faktor yang paling berhubungandengan kemandirian keluarga dalam merawat lansia. Kesimpulan, instrumen yangdikembangkan reliabel dan valid untuk mengukur kemandirian keluarga dalammerawat lansia. Peneliti merekomendasikan untuk menggunakan instrumen ditatanan pelayanan keperawatan keluarga serta dilakukan penelitian selanjutnyamengenai model asuhan keperawatan keluarga dengan lansia.Kata kunci: kemandirian keluarga, tugas kesehatan, komunikasi efektif, strategikoping

ABSTRACT
Name : Yati Sri HayatiStudy Program : Doctorate Program of Nursing Faculty, University ofIndonesiaTitle : Instrument Development to Measure Family Independencein Caring for ElderlyFamily independence in caring for elderly becomes one of goals in family nursingcare, but the existing measuring tool has not been tested statistically. This researchwas aimed to develop a valid and reliable instrument to measure familyindependence in caring for elderly. Research began with item development whichwas constructed based on theories and literature study, followed by content validityanalysis and construct validity. As many as 295 elderly caregiver in the family wereinvolved in this research. The results showed that the instrument consisted of 28items with 16 items for health task, 8 items for effective communication and 4 itemsfor coping strategies. It was also revealed that health task was the factor whichrelated most to the family independence in caring for elderly. Assessing the abilityof families in caring for the elderly is necessary to identify the needs of familiesabout elderly care independently. The resulting instrument needs to be replicated inother areas with more and varied respondents.Key words: family independence, health task, effective communication, copingstrategies"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
D2481
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Johanes Ngongo Malo
"Seiring dengan kemajuan teknologi, fase konstruksi dan pembangunan mengalami perkembangan yang cukup pesat secara signifikan dalam mempersingkat waktu desain konstruksi. Proses desain bangunan hijau yang memakan waktu lebih lama daripada bangunan konvensional membuat industri konstruksi diharapkan mampu menemukan cara alternatif dengan alat desain terkomputerisasi yang efisien. Salah satunya dengan penerapan teknologi dengan menggunakan pembelajaran mesin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki persiapan data bangunan hijau untuk digunakan dalam alat desain berbasis pembelajaran mesin yang diusulkan agar lebih akurat dalam memprediksi variabel bangunan hijau khususnya kualitas lingkungan dalam ruangan daripada metode desain konvensional. Tinjauan literatur tentang bangunan hijau, serta pembelajaran mesin dalam konstruksi dilakukan untuk mengidentifikasi topik penelitian yang sedang dilakukan. Data umum tersebut dikuantifikasi, dianalisis, dan diproses untuk digunakan dalam model desain bangunan hijau yang dikembangkan menggunakan algoritma dan pemrograman artificial neural network dan support vector regression. Konsep pengembangan model ini menunjukkan bahwa alat desain akan membantu mengambil keputusan dalam memprediksi variabel bangunan hijau secara kuantitatif dengan akurasi yang memadai. Metode yang diambil sebagai model terbaik dalam penelitian ini adalah model dengan algoritma support vector regression.

Along with technological advances, the construction and development phases have developed quite rapidly, significantly shortening the construction design time. The green building design process which takes longer than conventional buildings makes the construction industry expected to be able to find alternative ways with efficient computerized design tools. One of them is by applying technology using machine learning. The aim of this study is to investigate the preparation of green building data for use in a machine learning-based design tool which is proposed to be more accurate in predicting green building variables especially indoor environmental quality than conventional design methods. A review of the literature on green building, as well as machine learning in construction was conducted to identify the topic of the research being carried out. The general data is quantified, analyzed, and processed to be used in a green building design model developed using algorithms and programming artificial neural networks and support vector regression. The concept of developing this model shows that design tools will help make decisions in predicting green building variables quantitatively with sufficient accuracy. The method taken as the best model in this study is a model with a support vector regression algorithm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Astri Widya
"Pendahuluan: Student engagement merupakan keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran, dan keterikatan mahasiswa pada kegiatan akademik maupun non akademik yang terlihat dari perilaku, emosi dan kognitif saat belajar. Salah satu kuesioner yang sering digunakan untuk mengukur student engagement adalah The National Survey of Student Engagement (NSSE). Kuesioner ini belum pernah divalidasi dalam konteks pendidikan kedokteran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validasi NSSE Bahasa Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan desain potong lintang, melibatkan 260 responden mahasiswa kedokteran tahap akademik (tahun 1-3), dilaksanakan pada Mei-Juli 2022. Penelitian terdiri atas 3 tahap yaitu adaptasi bahasa, uji coba serta pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perangkat SPSS 25 dengan Exploratory Factor Analysis (EFA). Hasil : Butir kuesioner mendapatkan masukan dari panel ahli dengan CVI 0,91. Sejumlah 260 kuesioner memenuhi syarat analisis lebih lanjut. Hasil uji validitas konstruk, menunjukkan hasil baik dan terdapat satu butir pernyataan yang dihilangkan. Ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis dan rotasi oblimin diperoleh 11 komponen: 1) Pembelajaran Tingkat Tinggi, 2)Pertimbangan Isu Sosial dalam Pembelajaran, 3) Pembelajaran Reflektif 4) Pembelajaran Integratif dan Interaksi Sosial, 5) Penalaran Kuantitatif, 6) Pembelajaran Kolaboratif, 7)Diskusi dengan Beragam Orang, 8) Interaksi Mahasiswa-Civitas Akademika, 9) Praktik Pengajaran Efektif, 10)Praktik Umpan Balik, 11)Dukungan Lingkungan.
Nilai koefisien alpha kuesioner NSSE adaptasi Bahasa Indonesia sangat baik (0,928). Terdapat perbedaan nilai berdasarkan jenis kelamin pada komponen pembelajaran reflektif, diskusi dengan beragam orang dan praktik umpan balik dengan p<0,05. Berdasarkan tingkat pendidikan terdapat perbedaan pada komponen satu yaitu pertimbangan isu sosial dalam pembelajaran, pembelajaran reflektif dan kolaboratif dengan p < 0,05. Kesimpulan : Instrumen NSSE adaptasi Bahasa Indonesia memenuhi kriteria validitas konstruk dan kriteria reliabilitas yang baik secara keseluruhan sebagai instrumen penilaian student engagement mahasiswa kedokteran tahap akademik di Indonesia. Terdapat perubahan distribusi butir kuesioner pada komponen dan perbedaan komponen NSSE asli dan NSSE adaptasi Bahasa Indonesia.

Introduction: Student engagement is student involvement in the learning process, in academic and non-academic activities as seen from behavior, emotion and cognitive skills. The instrument to measure student engagement has never been validated in the context of medical education in Indonesia. Therefore, this study aims to test the validation of the Indonesian adaptation of National Survey of Student Engagement (NSSE) questionnaire. Method: This is a cross-sectional study, consists of 3 phases: translation, content validation by panel of experts and testing the questionnaire on non-respondent students. The study involved 260 respondents from the 1st, 2nd and 3rd academic year students (May to July 2022). The data obtained were then analyzed using SPSS 25 with Exploratory Factor Analysis (EFA). Result: Questionnaire items receive input from a panel of experts with a CVI of 0,91. A total of 260 questionnaires are analysed. The results of the construct validity test revealed that one statement should be omitted. Extraction using Principal Component Analysis and Oblimin Rotation obtained 11 components: 1) High-Level Learning, 2) Integrative Learning, Identification and Feedback Ability during Activities, 3) Learning Strategies and Quantitative Reasoning, 4) Collaborative Learning, 5) Discussions with Diverse People, 6) Student-Faculty Environment Interaction, 7) Effective Teaching Practices and Feedback Post-Activity, and 11) Environmental Support. The alpha coefficient value of questionnaire is very good (0,928). There are differences in score ​​based on gender in reflective learning, discussions with various people and feedback practices components. Based on the level of education, there are differences in consideration of social issues in learning, reflective and collaborative learning components (p < 0,05). Conclusion: The Indonesian adaptation of the NSSE is considered valid and reliable to be applied as an instrument for assessing pre-clinical medical student engagement in Indonesia. There is a change in the distribution of questionnaire items on some components."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>