Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Dwibagus Lisandro
"Artikel ini membahas mengenai perbudakan yang memiliki kaitan dengan perdagangan manusia, penyelundupan manusia dan kejahatan penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak mengikuti regulasi yang terjadi di Benjina, Indonesia. Menurut penulis, permasalahan artikel ini dimulai dari potensi perikanan yang besar menyebabkan tingginya permintaan ikan. Akan tetapi, tingginya permintaan ikan tidak diikuti oleh persediaan yang ada dan pengawasan yang lemah dalam bidang perikanan sehingga memunculkan praktik penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak mengikuti regulasi. Praktik tersebut juga menyebabkan munculnya permintaan akan tenaga kerja berbiaya rendah untuk dapat memenuhi tingginya permintaan ikan. Para tenaga kerja tersebut rentan menjadi korban perbudakan, perdagangan manusia, dan penyelundupan manusia karena edukasi yang rendah dan tuntutan perekonomian. Perbudakan, perdagangan manusia, dan penyelundupan manusia, juga berhubungan dengan kejahatan terorganisir transnasional dan merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Penulis dalam artikel ini menggunakan studi pustaka sebagai metode penulisan. Artikel ini menunjukkan bahwa praktik perbudakan, perdagangan manusia, dan penyelundupan manusia menyebabkan anak buah kapal penangkap ikan asing menjadi korban dari kejahatan tersebut, dilakukan oleh pihak yang normal, rasional dan berorientasi pada keuntungan, serta pelanggaran hak asasi manusia yang dilanggengkan oleh permintaan tenaga kerja berbiaya rendah.

This article focus on slavery and its association with human smuggling, human trafficking, and IUU fishing that happens in Benjina, Indonesia. The author found that the problem started from high fishing potential resulting in high demand for fish. However, the high demand for fish is not followed by the supply of fish and the weak supervision in the field of fisheries contributes to the IUU fishing practices. Such practices also lead to the emergence of demand for low-cost labor to help meet the high demand for fish. The workers is particularly vulnerable to slavery, human trafficking, and human smuggling because of economic demands and lack of education. Slavery, human trafficking, and human smuggling are also associated with transnational organized crime and act that violates human rights. The author in this article uses library research as a writing method. The writing shows that the practice of slavery, human trafficking, and human smuggling caused the crew of foreign fishing vessels to be victims of those crime, conducted by the normal, rational, and profit-oriented, and the violations of human rights are perpetuated by low-cost labor demand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Viery Pradipta Azhar Hidayat
"Tugas karya akhir ini membahas mengenai perbudakan modern terhadap anak buah kapal (ABK) di asia tenggara khususnya di Indonesia. Studi ini berfokus mengetahui bagaimana fenomena perbudakan modern terhadap anak buah kapal di Asia tenggara dan bagaimana perbudakan modern terhadap anak buah kapal sebagai kejahatan dalam masyarakat kapitalis. Studi ini menganalisis fenomena perbudakan modern anak buah kapal di Asia Tenggara serta menjelaskan bagaimana kapitalisme menjadi penyebab utama dari perbudakan modern. Teori yang digunakan dalam studi ini adalah crime pattern, crime in capitalist society, criminology and public policy dan konflik konservatif. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data sekunder. Studi ini juga mengidentifikasi bentuk-bentuk perbudakan modern yang dialami oleh ABK pada kasus Benjina, kapal fu yuan yu 1218, kapal longxing 629 dan kapal yuan yu 329. Pemerintah harus memastikan ABK bekerja dengan kondisi yang aman. Tulisan ini menghasilkan temuan jika terdapat dua pola yang sama dari keempat kasus perbudakan modern yang digunakan penulis. Pertama adalah adanya penipuan berupa iming-iming gaji yang besar kepada calon ABK. Kedua adalah adanya tindak kekerasan terhadap ABK diatas kapal yang berupa pemukulan dan penendangan.

This final project discusses modern slavery against ship crew (ABK) in Southeast Asia, especially in Indonesia. This study focuses on finding out the phenomenon of modern slavery against ship crew in Southeast Asia and how modern slavery against ship crew is a crime in capitalist society. This study analyzes the phenomenon of modern slavery of ship crew in Southeast Asia and explains how capitalism is the main cause of modern slavery. The theories used in this study are crime in capitalist society, criminology and public policy and conservative conflict. This paper uses qualitative methods with secondary data collection. This study also identified forms of modern slavery experienced by crew members in the cases of the Benjina, the Fu Yuan Yu 1218 ship, the Longxing 629 ship and the Yuan Yu 329 ship. The government must ensure that the crew members work in safe conditions. This article produces findings that there are two similar patterns from the four cases of modern slavery used by the author. The first is that there is fraud in the form of luring large salaries to prospective crew members. Second, there were acts of violence against crew members on board the ship in the form of beatings and kicking."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisa Nisarizulma
"Novel Rasina karya Iksaka Banu menggambarkan fenomena kehidupan pribumi di bawah kekuasaan penjajahan Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi di Batavia saat menjelang kebangkrutan VOC tahun 1755. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan kajian pascakolonialisme. Penelitian ini menggunakan teori orientalisme dari Edward Said. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka. Hasil analisis mengungkapkan terdapat tiga bentuk praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi. Pertama, perdagangan budak yang menunjukkan perampasan hak asasi seseorang melalui aksi jual-beli manusia. Kedua, penyiksaan budak yang menunjukkan perbuatan melampaui batas kemanusiaan yang memanfaatkan ketidakberdayaan masyarakat pribumi di mata kolonial Belanda. Ketiga, penyelundupan budak yang menunjukkan tindak korupsi orang-orang Belanda yang hanya memberi keuntungan bagi para pejabat Kompeni. Ketiga hal tersebut membuktikan bahwa praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi merupakan perbuatan pencelaan, pelanggaran hak asasi manusia, perebutan kebebasan hidup, serta ketidakadilan dalam perlakuan hukum yang secara keseluruhan bertolak belakang dengan kemanusiaan dan kedaulatan individu.

The Rasina novel by Iksaka Banu describes the phenomenon of indigenous life under Dutch colonial rule. This study aims to analyze forms of Dutch colonial slavery practices against natives in Batavia at the time of the VOC's bankruptcy in 1755. The method used is descriptive qualitative with post-colonialism studies. This study uses the orientalism theory of Edward Said. Data collection was carried out using literature study techniques. The results of the analysis revealed that there were three forms of Dutch colonial slavery practices against natives. First, the slave trade which denotes the deprivation of a person's human rights through human trafficking. Second, the torture of slaves which showed an act of exceeding the limits of humanity that took advantage of the powerlessness of the indigenous people in the eyes of the Dutch colonialists. Third, the smuggling of slaves which showed the corruption of the Dutch people which only gave benefits to Company officials. These three things prove that the practice of Dutch colonial slavery against natives was an act of disgrace, violation of human rights, struggle for freedom of life, and injustice in legal treatment which as a whole was contrary to humanity and individual sovereignty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendekatan obyektif dalam tulisan ini dipakai untuk mengungkap elemen praktik slavery dalam narrative of the life of Frederick Douglas. Hasil analisis menujukkan bahwa elemen slavery dapat diketahui melalui apa yang dijalani. Tema besar karya ini adalah perbudakan kulit putih terhadap kulit hitam di Amerika Serikat."
297 TURAS 12 (1-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wilbur, C. Martin
Chicago: Field Museum of Natural History, 1943
326.931 WIL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Asyifa
"Cerpen Hati Seorang Budak (奴隶的心 Nuli de Xin) adalah karya yang ditulis oleh Ba Jin pada tahun 1931. Hati Seorang Budak mengambil perbudakan sebagai latar sosial cerpen. Cerpen ini menceritakan pertemanan antara Peng dan Zheng yang berbeda latar belakang keluarga. Peng adalah anak dari keluarga budak, sedangkan Zheng adalah anak dari keluarga pemilik budak. Latar belakang keluarga dan kondisi hidup yang bertolak belakang mempengaruhi karakter, sikap, cara hidup dan pandangan mereka terhadap perbudakan. Hal-hal tersebut hadir melalui dialog-dialog kedua tokoh, hampir di seluruh teks, yang dideskripsikan oleh Zheng sebagai narator cerita. Bagaimana pandangan kedua tokoh terhadap perbudakan, dan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi perbudakan tersebut akan menjadi materi yang akan diulas dalam artikel ini. Melalui analisis tokoh dan penokohan Peng dan Zheng, dan mengupas pandangan masing-masing tokoh tentang lawan bicaranya, akan terlihat bahwa Peng sangat membenci kaum pemilik budak dan berambisi menjadi revolusioner untuk menghilangkan perbudakan, sedangkan Zheng menganggap menjadi pemilik budak adalah hal membanggakan.

The Heart of A Slave short story is the work of Ba Jin in 1931. The Heart of a Slave takes slavery as a storys social background. This story tells about a friendship between Peng and Zheng with different family backgrounds. Peng is a child of a slave family, while Zheng is a child of a family of slave owners.The difference of backgrounds and social conditions of Peng and Zheng affect their characters, attitude, the way of living, and views towards slavery. These things are present through the dialogues of the two characters, almost throughout the text,described by Zheng as the narrator of the story. How the two characters see slavery, and how they attitude facing slavery will be the focus of this article. Analyze the characterization of Peng and Zheng, and explore the views of each character about his interlocutor, will explain that Peng hates slave owners and has ambition to be a revolutionary to eliminate slavery, while Zheng assume being a slave owner is a proud thing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik Aziz Wildan
"ABSTRAK
Hoe Duur Was De Suiker merupakan film Belanda yang memberikan ilustrasi dan visualisasi mengenai kehidupan di era perbudakan pada abad ke-18 di perkebunan tebu Berseba Suriname pada tahun 1747 di bawah kekuasaan Belanda. Gula pada masa itu menjadi komoditi yang sangat menguntungkan di pasar perdagangan Eropa namun menyebabkan penderitaan bagi kelompok tertentu. Jurnal ini akan membahas tentang kehidupan perbudakan di Berseba terkait dengan judul film. Dua pertanyaan yang mendukung pembahasan jurnal ini yaitu bagaimanakah makna duur diilustrasikan terkait dalam film tersebut dan bagaimanakah makna duur divisualisasikan lewat simbol-simbol di dalam film. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan paparan tentang kerasnya kehidupan pada masa perbudakan dan simbol-simbol kemewahan terkait dengan komoditi gula. Analisis dalam jurnal ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mengurai makna sitasi duur mahal, dari perspektif semiotik pragmatis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa gula pada masa itu memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan melebihi nyawa manusia. Sepatu, nama, topi dan cinta dalam film Hoe Duur Was De Suiker adalah simbol-simbol kemewahan yang tidak didapatkan begitu saja oleh semua orang terutama budak.

ABSTRACT
Hoe Duur Was De Suiker is a Dutch film that illustrates and visualizes the slavery in the 18th century sugarcane plantations in Berseba Suriname in 1747 under the Dutch colonization. Sugar at that time became a very profitable commodity in the European trade market but caused suffering to certain group of people. This journal will discuss the the slavery at Berseba, associated to the film s title. Two questions that support the discussion of this journal are how the meaning of duur is illustrated in the film and how the meaning of duur is visualized through the symbols of luxury. The purpose of this study is to reveal the hardship of life of the slave and symbols of luxury associated with the sugar commodities. This study uses a qualitative descriptive method that breaks down the meaning of duur, from the perspective of pragmatic semiotics. The results show that sugar at that time was an invalueable commodity, more than a value of a human being. Shoes, names, hats and love in the film Hoe Duur Was De Suiker are symbols of luxury wich are not for everyone, especially slaves."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sellin, J. Thorsten
New York : Elsevier, 1976
364.601 SEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Asyifa
"ABSTRAK
Cerpen Hati Seorang Budak (奴隶的心Nuli de Xin) adalah karya yang ditulis oleh Ba Jin pada tahun
1931. Hati Seorang Budak mengambil perbudakan sebagai latar sosial cerpen. Cerpen ini menceritakan
pertemanan antara Peng dan Zheng yang berbeda latar belakang keluarga. Peng adalah anak dari keluarga budak,
sedangkan Zheng adalah anak dari keluarga pemilik budak. Latar belakang keluarga dan kondisi hidup yang
bertolak belakang mempengaruhi karakter, sikap, cara hidup dan pandangan mereka terhadap perbudakan. Halhal
tersebut hadir melalui dialog-dialog kedua tokoh, hampir di seluruh teks, yang dideskripsikan oleh Zheng
sebagai narator cerita. Bagaimana pandangan kedua tokoh terhadap perbudakan, dan bagaimana sikap mereka
dalam menghadapi perbudakan tersebut akan menjadi materi yang akan diulas dalam artikel ini. Melalui analisis
tokoh dan penokohan Peng dan Zheng, dan mengupas pandangan masing-masing tokoh tentang lawan bicaranya,
akan terlihat bahwa Peng sangat membenci kaum pemilik budak dan berambisi menjadi revolusioner untuk
menghilangkan perbudakan, sedangkan Zheng menganggap menjadi pemilik budak adalah hal membanggakan.

ABSTRACT
The Heart of A Slave short story is the work of Ba Jin in 1931. The Heart of a Slave takes slavery as a
storys social background. This story tells about a friendship between Peng and Zheng with different family
backgrounds. Peng is a child of a slave family, while Zheng is a child of a family of slave owners.The difference
of backgrounds and social conditions of Peng and Zheng affect their characters, attitude, the way of living, and
views towards slavery. These things are present through the dialogues of the two characters, almost throughout
the text,described by Zheng as the narrator of the story. How the two characters see slavery, and how they
attitude facing slavery will be the focus of this article. Analyze the characterization of Peng and Zheng, and
explore the views of each character about his interlocutor, will explain that Peng hates slave owners and has
ambition to be a revolutionary to eliminate slavery, while Zheng assume being a slave owner is a proud thing."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kumpiady Widen
"Pendahuluan
Sejarah merupakan kisah tentang masa lampau yang tidak mungkin. bisa terulang kembali kejadiannya. Apabila kita ingin mempelajari tentang beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lampau, seperti perang, pemberontakan, pemerintahan, penjajahan, perbudakan dan lain-lain, maka yang kita pelajari tersebut adalah peristiwa sejarah.
Pada hakekatnya sejarah memliki dua arti:
1. Sejarah sebagai peristiwa pada masa lampau,
2. Sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendi ri .
Bila kita perhatikan dengan seksama, kita akan sadar bahwa yang banyak menyangkut diri kita adalah sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendiri. Sebab pada hakekatnya sejarah dalam anti yang pertama sudah tidak ada lagi, karena hal itu tidak mungkin kita amati atau saksikan kembali. Namun yang kita hadapi dewasa ini adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penjelasan dari sejarah sebagai peristiwa (Notosusanto, 1984: 10).
Sejarah sebagai kisah seperti di atas adalah hasil karya orang yang menulisnya , yaitu para sejarawan atau historians. Setiap peristiwa masa lampau ditulis kembali oleh para sejarawan dengan cara mengumpakan beberapa bukti yang mereka peroleh, baik melalui penelitian, dengan mempelajari jejak-jejak ataupun melalui orang yang langsung terlibat atau pernah melihat dan menyaksikan peristiwa masa lampau tersebut.
Setiap negara dan bangsa di dunia ini sudah tentu memiliki kisah masa lampau yang disebut sejarah. Amerika Serikat sebagai salah satu negara terbesar di dunia juga memiliki kisah masa lampau atau perkembangan sejarah yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan sejarah negara lain, khususnya tentang perkembangan perbudakan yang pada akhirnya menimbulkan konflik yang berlarut-larut antara Utara dan Selatan dan mencapai puncaknya pada tahun 1861, yaita pecahnya Perang Saudara di Amerika.
Bila kita perhatikan perkembangan sejarah' Amerika, sejak awal mengalirnya para pejiarah ke Dunia Baru hingga Perang Saudara (1861-1865), maka masalah perbudakan sudah lama berkembang di Amerika, yaitu sejak kedatangan pertama para pendatang baru dari Inggris. Bersama-sama dengan mereka, orang-orang Inggris yang miskin dibawa ke Dunia Baru dan dipekerjakan sebagai pelayan kontrak (Indentured Servant) di koloni-koloni di New England.
Para pelayan kontrak ini adalah orang-orang yang terikat dengan suatu kontrak di mana seorang pelayan harus bekerja pada seorang tuannya selama masa kontrak yang telah ditetapkan bersama, sebagai imbalan biaya perjalanan mereka dari Inggris ke Dunia Baru yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh calon-calon tuannya. (Stampp, 1956: 16)
Pengertian pelayan kontrak sebenarnya indentik dengan konsep perbudakan, sebab selama masa kontrak yang mereka tetapkan barsama, seorang pelayan wajib menuruti kehendak dan melakukan kepentingan-kepentingan tuannya lagipula selama seorang pelayan menjalani kontraknya, ia dianggap sebagai milik (property) tuannya yang sewaktu-waktu dapat dijual atau disewakan kepada orang lain yang memerlukannya.(Jordan, 1968: 47 - 48).
Di samping orang-orang kulit putih, juga terdapat sejumlah orang hitam (Negro) dari Afrika, yang pada mulanya diperlakukan sama, yaitu sebagai pelayan kontrak. Namun setelah tahun-tahun 1600-an, keadaan pelayan kulit putih semakin membaik, sementara keadaan pelayan kulit hitam semakin memburuk.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>