Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deandra Arifianti Wisnuputri
"Pondok pesantren merupakan lingkungan padat penduduk dimana kebersihan perseorangan masih kurang diutamakan. Kondisi demikian memudahkan virus, bakteri maupun vektor untuk berpindah dari satu orang ke orang lain, termasuk skabies yang dampaknya sangat memengaruhi individu penderita dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran kebersihan perseorangan terhadap kejadian skabies di sebuah pondok pesantren tahun 2018 dengan menggunakan desain studi cross sectional. Uji statistik yang dilakukan adalah uji chi-square serta uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,8% santri di sebuah pondok pesantren di daerah Pondok Aren menderita skabies pada saat penelitian ini dilakukan. Diketahui pula bahwa kebersihan perseorangan, jenis kelamin dan jenjang pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian skabies. Sedangkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan  antara pengetahuan terkait skabies dan sanitasi kamar tidur dengan kejadian skabies. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang paling memengaruhi hubungan antara kebersihan perseorangan dengan kejadian skabies di pondok pesantren tersebut.

Islamic boarding school is a densely populated environment where personal hygiene is not preferred. Such conditions facilitate viruses, bacteria and vectors to move from one person to another easily, including scabies which impacts can greatly affect the patient in carrying out their daily activities. This study aims to explain the role of personal hygiene on the scabies incidence in an islamic boarding school in 2018 by using a cross sectional design study. Statistical test used in this study is chi-square and multiple logistic regression. The result showed that 76.8% of students at the boarding school suffered from scabies at the time this study was conducted. The results also indicate that individual hygiene, sex and educational levels have a significant relationship to the incidence of scabies. Meanwhile, insignificant relationship found between knowledge related to scabies and sanitation of the bedroom with the incidence of scabies. Multivariate test results showed that sex is the variable that most affect the relationship between personal hygiene with the scabies incidence in this islamic boarding school."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Syafiah Amalina
"Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies diperkirakan menginfeksi lebih dari 200 juta orang setiap waktu. WHO telah menyatakan bahwa penyakit skabies merupakan salah satu bagian dari penyakit tropis yang terabaikan dan harus segera ditangani demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih cenderung meningkat di masa pandemi covid-19. Meski demikian, penyebaran kasus skabies selama masa pandemi masih cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian skabies pada masa pandemi di Pondok Pesantren X Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel sebanyak 298 santri. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah stratified proportionate random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39,9% responden mengalami skabies dan sanitasi dasar pesantren tidak memenuhi syarat. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara usia (OR=7,922), jenis kelamin (OR=2,533), tingkat pendidikan (OR=5,821), personal higiene kulit (OR=1,889 pada kategori sedang, OR=2,519 pada kategori buruk), personal higiene tangan, kaki dan kuku (OR=1,718 pada kategori sedang, OR=2,068 pada kategori buruk), personal higiene rambut (OR=1,799 pada kategori sedang, OR=2,727 pada kategori buruk), kepadatan hunian (OR=3,054), suhu (OR=1,787), kelembaban (OR=1,803), dan protokol kesehatan (OR=2,395 pada kategori sedang, OR=3,295 pada kategori buruk) dengan kejadian skabies. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, personal higiene kulit, personal higiene tangan, kaki, dan kuku, personal higiene rambut, kepadatan hunian, suhu, kelembaban, protokol kesehatan dengan kejadian skabies, dan jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam penelitian ini.

Scabies is a skin disease that is caused by Sarcoptes scabiei. Skabies is estimated to affect more than 200 million people at any time. The World Health Organization (WHO) has designated scabies as a neglected tropical disease and must be treated immediately to attain the Sustainable Development Goals. Public awareness to live clean tends to increase during the Covid-19 pandemic. However, the spread of scabies cases during the pandemic was still high. The purpose of this study is to determine the factors related with the incidence of scabies during a pandemic in X Boarding School, Panei District, Simalungun Regency in 2023. This study used a cross-sectional design with a total sample of 298 students. The sampling technique in this study was stratified proportionate random sampling. The study results showed 39,9% respondents experienced scabies and basic sanitation not eligible. The bivariate analysis results showed a significant influence between age (OR=7,922), gender (OR=2,533), education level (OR=5,821), hygiene of skin (OR=1,889 medium category, OR=2,519 bad category), hygiene of hand, feet and nail (OR=1,718 medium category, OR=2,068 bad category), hygiene of hair (OR=1,799 medium category, OR=2,727 bad category), occupancy density (OR=3,054), temperature (OR=1,787), humidity (OR=1,803), and health protocol (OR=2,395 medium category, OR=3,295 bad category) had a significant effect on the incidence of scabies. The conclusion of this study is there are associated between age, gender, education level, hygiene of skin, hygiene of hand, feet and nail, hygiene of hair, occupancy density, temperature, humidity, health protocol with the incidence of scabies and gender is the dominant factor in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellysa
"Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung. Skabies merupakan masalah kesehatan di wilayah iklim tropis dan subtropis. Jumlah penderita skabies di dunia lebih dari 300 juta setiap tahunnya. Prevalensi skabies di Indonesia masih cukup tinggi karena Indonesia termasuk negara tropis, yaitu sekitar 6-27 dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Miftahul Aziz Cigombong Kabupaten Bogor jawa Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik sebanyak 236 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dan analisis yang digunakan dengan metode Regresi Cox.
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi skabies sebesar 48,7, jenis kelamin PR 2,079 95 CI 1,392-3,104 , pengetahuan tentang skabies PR 1,671 95 CI 1,001- 2,788 , kebersihan tempat tidur PR 1,506 95 CI 1,017-2,232, menggunakan tempat tidur bersama PR 1,645 95 CI 1,033-2,621, dan kepadatan hunian PR 1,865 95 CI 1,128-3,085 mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian skabies. Jenis kelamin merupakan faktor yang paling ominan terhadap kejadian skabies, yaitu santri laki-laki berisiko 2,079 kali 95 CI 1,392-3,104 untuk terjadi skabies dibandingkan dengan santri perempuan. Menggunakan tempat tidur bersama merupakan faktor yang paling besar kontribusinya terhadap kejadian skabies yaitu 63,96 , artinya 63,96 kejadian skabies dapat dieliminasi atau dikurangi bila santri tidak menggunakan tempat tidur bersama/berpindah ndash;pindah tempat tidur.

Scabies is an infectious skin disease caused by Sarcoptes scabiei varian hominis that could be transmitted through direct and indirect contact. Scabies is the health problem in tropical and subtropical climates. The number of people with scabies in the world is more than 300 million every year. Prevalence of scabies in Indonesia is still quite high, which is about 6 27 of the general population and tends to be higher in children and adolescents. The purpose of this study is to determine the factors related with the incidence of scabies in Miftahul Aziz Boarding School Cigombong Bogor West Java in 2018. This research using cross sectional design by interview, observation and physical examination 236 students, total sampling and the analysis using Cox Regresssion method.
The analysis showed that the prevalence of scabies was 48.7, sex PR 2.079 95 CI 1,392 3,104 , knowledge of scabies PR 1.671 95 CI 1,001 2,788, bed cleanliness PR 1.506 95 CI 1.017 2,232, shared bed PR 1.645 95 CI 1.033 2,621, and occupancy density PR 1.865 95 CI 1.128 3.085 had significant association with the incidence of scabies. Sex was the most dominant factor with the incidence of scabies, the male student had 2.079 times 95 CI 1.392 3.104 for being scabies than the female student. Sharing a bed is the most contributing factor with the incidence of scabies 63,96 , it means 63.96 the incidence of scabies could be eliminated or reduced when santri not sharing a bed or moved to another bed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiati Bedah
"Skabies (Kudis=”Gudig”-Jawa) muncul bukan hanya karena satu faktor tetapi disebabkan oleh multi faktor seperti kondisi lingkungan yang padat penghuni termasuk pondok pesantren, personal hygiene, perilaku, sarana sanitasi, manusia sebagai host, dan karakteristik pathogen Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu atau tungau).Sarana sanitasi yang kurang memadai dan personal hygiene yang kurang, menyebabkan skabies menjadi lebih rentan terjadi pada santri. Penyakit ini ditandai dengan keluhan rasa gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui bekas alas tidur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan gejala klinis skabies, menggunakan desain cross-sectional, dengan sampel sebanyak 113 santri Pondok Pesantren Daarul Mughni Al-Maaliki, Klapanunggal Cileungsi, teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, serta cara penentuan gejala klinis skabies dengan observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden yang berhubungan secara signifikan dengan gejala klinis skabies adalah tingkat pendidikan (OR=6,2), frekuensi mencuci handuk (OR= 3,2), perilaku pinjam handuk (OR=8,4), perilaku menjemur handuk (OR= 3,6), perilaku pindah tempat tidur (OR=8,9), penggunaan desinfektan (OR = 3,4). Berdasarkan uji analisis multivariat model analisis regresi logistik bahwa variabel yang memiliki hubungan paling kuat (dominan) adalah pendidikan (OR=7,250)dan perilaku kebiasaan pindah tempat tidur dengan (OR =10,392).

Scabies (gudig in Javanese language) is one of the largest skin disease which happens to students who live in pesantren (Islamic boarding school). Scabies is caused by not only single factor, but multiple factors, such as personal hygiene, environmental condition, behavior, sanitation facility, host and pathogen Sarcoptes scabiei characteristic. Poor sanitation facility and low personal hygiene lead students more vulnerable to scabies.
The objective of this research is to learn risk factors which are related to scabies clinical signs. The research was using cross-sectional design, with 133 students of Daarul Mughni Al-Maaliki Islamic boarding school, Klapanunggal Cileungsi, Bogor District as samples. Samples are choosed by total sampling method and scabies clinical sign is diagnosed by observation and interview.
Results showed that the prevalence of scabies clinical signs on students of Daarul Mughni Al-Maaliki Islamic boarding school, Klapanunggal Cileungsi, Bogor District was 67.67%. Bivariate analysis revealed six variables that were significantly related to scabies clinical signs were education (OR=6.2), washing towel habit frequency (OR= 3.2), towel exchange habit (OR=8.4), towel spread out to dry habit (OR= 3.6), sleeping cover exchange habit (OR=8.9), using disinfectant (OR = 3.4). Multivariate analysis indicated that the essential factors related to the occurrence of scabies clinical signs were education (OR=7.250) and sleeping cover exchange habit (OR=10.392).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochis Julia
"Skabies merupakan penyakit kulit endemik dan menular pada masyarakat yang terdapat di semua negara dengan prevalensi yang berbeda-beda. Di Kabupaten Gresik, Kecamatan Sidayu mengalami peningkatan kasus yaitu dari 527 kasus (2010) menjadi 644 kasus (2011) dan meningkat menjadi 833 kasus di tahun 2012. Pondok pesantren terbesar di Sidayu adalah Al-Furqon.Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian skabies di Pondok pesantren Al-Furqon. Desain yang digunakan cross sectional. Jumlah sampel yang diambil adalah semua penghuni asrama putri yaitu sebanyak 170 orang. Data dianalisis menggunakan Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan kamar (P = 0,006, OR = tak terhingga), kuantitas air (P = 0,000, OR = 14,609) dan perilaku Personal Hygiene dalam ganti pakaian (P = 0,000, OR = 7, 389) dengan kejadian skabies di Pondok pesantren Al-Furqon, sedangkan yang tidak ada hubungan bermakna adalah kebersihan lingkungan (P = 0,753), mandi (P = 0,505), cuci tangan (P = 0,822), tukar baju (P = 0,874) dan tukar handuk (P = 1).

Scabies is an endemic and transmitted skin disease which can be found in almost entire countries with different prevalence. In District of Gresik, Sub district of Sidayu this disease escalates from 527 cases (2010) to 644 cases (2011) and rises to 833 cases in 2012. The biggest Muslim Boarding School in Sidayu is Al Furqon. This research is conducted to know the relationship between environment and behavior to the event of scabies at Al Furqon Muslim Boarding School. Design used is cross sectional. Sampling used is total sampling of the woman boarding house occupant that is 170 people. Chi-square is used for data analysis.
The research result shows that there is a meaningful relationship among room density (P = 0,006, OR = unlimited), water quantity (P = 0,000, OR = 14, 609) and behavior of personal hygiene in changing clothes (P = 0,000, OR = 7, 389) to the event of scabies at Al Furqon Muslim Boarding School and there is no meaningful relationship among environment sanitary (P = 0,753), taking a bath (P = 0,505), washing hands (P = 0,822), switching over clothes (P = 0,874), and switching over towel (P = 1).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Sarayar
"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei, merupakan penyakit kulit ketiga terbanyak di Indonesia. Pada komunitas padat penduduk tanpa kebersihan yang baik, seperti asrama, pesantren, dan barak tentara, skabies hampir menyerang seluruh individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Desain penelitian berupa cross sectional study dan semua santri dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan. Data prevalensi skabies diperoleh berdasarkan pemeriksaan kulit. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji fischer exact.
Hasilnya menunjukkan 149 (79%) dari 188 santri menderita penyakit kulit dan penyakit kulit terbanyak yang diderita adalah skabies (50%). Perilaku kebersihan umumnya buruk dan hanya 8 (6%) santri yang berperilaku baik. Uji fischer exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi skabies dengan perilaku santri, nilai p=0,567. Disimpulkan bahwa perilaku kebersihan santri tergolong buruk dengan prevalensi skabies adalah 50%, dan tidak terdapat hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan.

Skabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, the third most prevalent skin disease in Indonesia. In densely populated communities without good hygiene, such as dormitories, boarding schools, and military barracks, skabies infests almost all of the individuals. This study aims to determine the prevalence of skabies and its relationship with hygiene behavior in an Islamic boarding school (pesantren), in East Jakarta.
The research is a cross-sectional study and total sampling is used. Data were collected on June 10, 2012 using a questionnaire containing seven questions regarding hygiene behavior of the students. Physical examination is performed to obtain the prevalence of skin disease among the students, in which skabies has the highest prevalence. The data were processed with SPSS version 20 and analyzed by Fischer?s exact test.
The results showed that 149 out of the 188 students (79 %) suffer some form of skin diseases, in which skabies is the majority (50 %). Hygiene behavior is generally poor where only 8 (6 %) students were considered having good hygiene behaviour. Fischer's exact test showed no significant difference between the prevalence of skabies with the hygiene behavior of students, p value=0,567. It is concluded that the hygiene behavior of students is relatively poor as the prevalence of skabies was 50 %,and there was no relationship between the prevalence of skabies with hygiene behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anry Umar
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan perbandingan tingkat usia, pendidikan, jumlah sumber informasi, serta sumber informasi paling berkesan dengan tingkat pengetahuan santri tentang pencegahan penyebaran parasit Sarcoptes scabiei sebelum dan sesudah penyuluhan. Para santri pesantren X di Jakarta Selatan dikumpulkan untuk kuesioner pretest, selanjutnya diberi penyuluhan tentang pencegahan scabies, dan kemudian diberi kuesioner posttest setelah penyuluhan. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam komputer kemudian diuji dan dianalisa dengan program SPSS 21. Subjek penelitian ini didominasi oleh siswa SD/Imtihan dan SMP/tsanawiyah (89%), berusia ≥17 tahun (81%), mendapat informasi dari ≤3 Sumber (90%), dan informasi berasal dari petugas kesehatan/dokter (68%). Dari variabel-variabel yang dinilai dalam penelitian ini (usia, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, serta sumber informasi paling berkesan), terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pretest mengenai pencegahan skabies yang bermakna antara sampel dengan sumber informasi paling berkesan berasal dari petugas kesehatan dengan non petugas kesehatan (p=0,004), serta terdapat perbedaan tingkat pengetahuan posttest mengenai pencegahan skabies yang bermakna antara sampel dengan jumlah sumber informasi >3 dan ≤3 (p=0,032). Terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan setelah penyuluhan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang pencegahan Sarcoptes scabiei pada para santri di pondok pesantren X di Jakarta Selatan dinilai cukup efektif.

This study was conducted to determine the distribution and comparison of age, education, number of information resources, and the most impressive information resources about the prevention of scabies before and after counseling in the student of pesantren X at South Jakarta. The students were collected to be given pretest questionnaire, then counseling of scabies prevention, and posttest questionnaire after counseling. The data obtained were entered into a computer and then tested and analyzed with SPSS 21. The subjects of this study were dominated by elementary school/Imtihan and junior high school/Tsanawiyah students (89%), aged ≥17 years (81%), being informed from ≤3 sources (90%), and information derived from the health officer (68%). Of the variables assessed in this study, there are level of knowledge differences about the prevention of scabies in pretest among a sample with the most memorable information from health officers and non-health officers (p=0.004), and there were level of knowledge differences about the prevention of scabies in posttest between samples with a amount of information resources >3 and ≤3 (p=0.032). There were significant knowledge differences between pretest and posttest (p=0.000). Education about prevention awareness against Sarcoptes scabiei to the student of pesantren X in South Jakarta was quite effective."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Labibah
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis. Penyakit skabies sering terjadi pada lingkungan yang berpenghuni padat seperti pondok pesantren. Kejadian skabies selain mengganggu kesehatan santri namun akan berdampak kepada performa santri untuk menjalankan kegiatan sehari-hari.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren X di Kota Bogor pada Tahun 2022.
Metode: Studi cross sectional yang dilakukan pada 1 pesantren di Kota Bogor.
Hasil: Sebanyak 65 orang (77,4%) mengalami skabies, dan 19 orang (22,6%) tidak mengalami skabies. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban dengan kejadian. Sedangkan faktor personal hygiene seperti kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan pakaian memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian skabies.

Background: Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments such as Islamic boarding schools. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities.
Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022.
Method: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City.
Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not experience scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel hygiene and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Indra Riyadi
"Latarbelakang: Skabies merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi pada anak-anak di lingkungan padat seperti penghuni asrama. Sebagai bagian dari studi berkelanjutan, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan skabies dengan perilaku hidup bersih (PHB) pada siswa laki-laki di sebuah pesantren di Jakarta Timur.
Method: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 dan semua siswa dijadikan subyek penelitian (total sampling). Diagnosis skabies dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Data PHB diambil dengan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan mengenai PHB. Pertanyaan diberi skor 0 untuk perilaku buruk dan 1 untuk perilaku baik. Analisis data dilakukan dengan uji chi square.
Hasil: Hasilnya menunjukkan prevalensi skabies adalah 36% dan PHB yang baik 3.4% dan buruk adalah 32.8%. Terdapat perbedaan signifikan antara PHB dan scabies (p=0.008).
Kesimpulan: Disimpulkan, kebersihan pribadi berhubungan dengan skabies.

Background: Scabies is a skin disease that is commonly affecting children in dense environments such as boarding occupants. As part of the continuous study, this research aims to study the relationship of scabies with personal hygienic practices (PHB) in the male students in a boarding school in East Jakarta.
Method: This cross-sectional study was conducted on March 8, 2014, and all students were the subjects of study (total sampling). Diagnosis of scabies was done with history taking and dermatological examination. PHB data was taken with a questionnaire containing 10 questions regarding the personal hygienic practices. The question was given a score of 0 to 1 for bad behavior and good behavior. Data were analyzed by chi square test.
Result: The results showed the prevalence of scabies was 36%, with 3.4% of good personal hygienic practices and 32.8% had poor personal hygienic practices. There are significant differences between the PHB and scabies (p = 0.008).
Conclusion: In conclusion, personal hygiene associated with scabies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Shafiq Advani
"ABSTRAK
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh parasit mikroskopis, Sarcoptes scabiei. Hunian yang padat dan kebiasaan buruk mengenai kebersihan adalah faktor predisposisi penyakit skabies. Saat ini, pengobatan metode standar adalah aplikasi permethrin 5% krim ke seluruh tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas permethrin 5% terapi standar terhadap murid pesantren yang memiliki kebiasaan berwudhu lima kali sehari serta padat hunian dengan menghitung angka kesembuhan. Penelitian ini dilakukan di sebuah pesantren yang terletak di Jakarta Selatan dari bulan Juli 2013 sampai September 2013 dengan metode desain eksperimen. Subyek yang positif scabies diobati dengan krim permetrin 5% yang dioleskan ke seluruh tubuh lalu dibersihkan (mandi memakai sabun) setelah 10 jam. Pengobatan dinilai efektif jika angka kesembuhan pada minggu ke-4 lebih dari 90%. Evaluasi pengobatan dilakukan pada minggu ke-4 dan ke-5. Dari 98 murid yang diperiksa, 67 (68,4%) orang mengidap scabies dengan lokasi lesi paling sering di bokong (75,6%). Evaluasi pada mingguke-4 menunjukkan, angka kesembuhan 90% dan minggu ke-5 adalah93,3%. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada angka kesembuhan minggu ke-4 dan ke-5 (McNemar, p=0,025). Disimpulkan bahwa krim permetrin 5% yang dioleskan dengan metode standar efektif untuk mengobati skabies.

ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease that caused by microscopic mite, known as Sarcoptes scabiei. Overpopulated places followed by unhygienic behavior are predisposing factors to develop scabies infestation. The current standard treatment is topical permethrin 5% cream that applied over the body despite the area of the lesion. In this study, the aim is to assess the effectiveness of permethrin 5% standard treatment in Islamic boarding school students who have habit of ablution five times a day and living in a crowd by calculating the cure rate. It was conducted in an Islamic boarding school in South Jakarta from July 2013 until September 2013. Experimental design was used. Subjects with scabies were given the standard treatment and should be washed (shower and soap was used) after 10 hours. Treatment is considered effective if the cure rate on week IV is equal to or >90%. Evaluation was done on week IV and week IV. Out of 98 examined students, 67 (68.4%) of them were scabies positive with bottom as the most frequent affected area (75.6%). On week IV and week V, most of them were cured with cure rate of 90.0% and 93.3% respectively. However, there is no significant difference (McNemar, p=0.625) between the cure rate on week IV or week V. In conclusion, permethrin 5% cream standard treatment is effective in curing scabies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>