Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114453 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pt Pustaka Obor Indonesia, 2022
394.12 BUD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sukanda
"Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk hidup dan menjadi faktor penentu dalam kasehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat lebih meyukai air minum dalam kanasan(AMDK) yang ini adalah ada hubungan antara kualitas bakteriologis air minum depot dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2008. Data yang dihasilkan dianalisa secara univarial, bivariat, multivariat dan uji interaksi. Secara staristik faktor berisiko yang menyebabkan terjadinya diare di Kecamatan Cimanggis Kota Depok adalah 1.) Higiene dan sanitasi makanan dan minuman 2). Perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, dan 3). Sumber air bersih lain. Pada multivaxiat faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare Serta model akhir terjadinya diare pada bayi di Kota Depok tahun 2008 adalah "Faktor Perilaku Cuci Tangan Ibu yang berinteraksi dengan hygiene sanitasi makanan-minuman secara bersamaan", dengan OR sebesar 4,554 kali diproduksi oleh industri besar dan mewah melalui proses yang otomatis sem disertai pengujian laboratorium sebelum air tasebut diedarknn sehingga dianggap lebih praklis dan higienis. Namun AMDK semakin mahal dan masyarakat beralih pada air minum dari depot air minum yang harganya 1/3 dari AMDK walaupun masyarakat masih meragukan kualitasnya karena belum ada informasi yang jelas mengenai proses, perizinan dan peraturan tentang peredaran dan pengawasannya. Sedangkan pesyaratan kualitas air untuk keperluan minum dan rumah tangga haruslah memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Persyaraian bakteriologis mempunyai peranan yang sangat penting dalam menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit gangguan saluran pencernaan karena sifatnya yang akut seperti diare bila kualitas bakteriologis tidak tapenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas bakteriologis (Ecoly air minum depot, sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, Jamban keluarga dan sarana pembuangan sampah), higiene dan sanitasi makanan/minuman, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, karakteristik bayi (status gizi, stmus irnunisasi, ) dan karakteristik keluarga bayi (pendidikan ibu dan pmdapatan keluarga) dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2008. Disain penelitian adalah kasus komrol, dengan jumlah sampel pada kasus sebesar 75 responden dan kontrol 75 responden. Hipomis dalam penelitian.

Dringking Water is one ofthe main needs for people to live and a key factor in the health and welfare of human, In meeting the needs of drinking water, more people like drinking water in the packaging (AMDK) produced by big industry and has been through automatic process and testing laboratory before distributed so that it is considered more practical and hygienic. However AMDK the more expensive and people move on drinking water from drinking water depot price of 1 / 3 of AMDK Although people are still doubting to the quality because there is no clear information about the process, licensing and regulation of circulation and control. While the requirements of water quality for drinking and household must meet the requirements of the physical, chemical, bacteriological and radioactive. Terms of bacteriological (E.eoli) has a "very important roie inthe cause health or disease interference charutel is due to the digestion such as acute diarrhea if the quality is not met. This study aims to examine the relationship between the quality of bacteriological (E.coIi) depot drinking water, environmental sanitation facilities (water, toilet facilities and household waste disposal), hygiene and sanitation, food / beverage, hand-washing behavior of U18 mother / baby sitter, characteristics baby (nutrition status, immunization status,) and family characteristics of infants (maternal education and family income) with diarrhea outbreak in infants in the District Cimanggis Depok City in 2008. Research design is the case with 75 cases and 75 control. Hypothesis in this research is: is there any relation between water quality (E. coli) &om water reilling station with incidence of baby diarrhea 7 Data taken from observation is analyzed by univariate, bivariate, interaction test and of multivariate. From statistical view the risk factors that cause diarrhea in District Cimanggis Depok are; 1). Hygiene and sanitation, food and beverages. 2). Hand-washing behavior ofthe mother/ baby sitter, and 3). Another source of clean water. The most dominant factor related to the diarrhea outbreak and the end of a model of diarrhea in infants in the city oflakarta in 2008 is a "factor ofwashirrg Hands with Mother of Hygiene, sanitation, food drink together" with the OR of 4.554 times.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33860
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyada
"Kopi merupakan salah satu minuman yang telah dikenal secara mendunia termasuk di Korea Selatan. Rutinitas minum kopi masyarakat Korea Selatan sudah membentuk sebuah kebiasaan yang kemudian menjadi sebuah budaya minum kopi di Korea Selatan. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kebiasaan yang berbeda apabila mengaitkan budaya minum kopi dengan diferensiasi gender. Perbedaan kebiasaan tersebut akankah tetap berbeda, apabila individu Korea berada di luar Korea Selatan, seperti mahasiswa Korea di Universitas Indonesia.  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas diferensiasi gender pada budaya minum kopi ditinjau dari studi habitus dan lingkungan. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan meggunakan tinjauan pustaka dari buku, jurnal, situs internet, pengambilan data berupa kuesioner , dan melakukan wawancara kepada  mahasiswa Korea di Universitas Indonesia sebagai sample dari individu Korea yang berada di luar Korea Selatan. Hasil penilitan ini menunjukkan gender dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang dalam menjalani budaya minum kopi, khususnya saat berada di Korea Selatan. Akan tetapi, saat individu tersebut berada di luar Korea, kebiasaan yang dilakukan akan menyesuaikan dengan lingkungan baru yang ada.
Coffee is one of the famous drinks that have been known worldwide, incluiding South Korea. Coffee drinking routine by South Korean people become a habit and later formed a coffee culture in South Korea. Both men and women have different habits when connecting coffee culture with gender differentiation. The difference in coffee drinking habits will remain the same or not, if  South Korean people live outside South Korea, such as Korean Scholars in University of Indoneisa. Therefore, the author is interested in how gender differentiation in coffee culture by point of view from habitus and field theory concept by Pierre Boudieu. The author uses qualitative methods by using books, journals, internet sites, giving a questioner, and interview a Korean Scholar in University of Indonesia for data collection. Korean Scholar in University of Indonesia will become author sample, as Korean people who live outside South Korea. The result of this paper shows that gender differentiation can affect a person when doing a coffee culture, especially in South Korea. However, when a South Korean people lives outside their country like in Indonesia, their habit will adapt to the new environment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Kusumawardani
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang budaya minum kopi yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat Korea. Kehadiran Starbucks di Korea pada akhir tahun 1990-an menjadi pemicu berkembangnya budaya minum kopi, khususnya di kafe. Dengan menggunakan metode kepustakaan bersifat deskriptif, tujuan jurnal ini adalah untuk menganalisis peran kolektivisme sehubungan dengan gaya hidup minum kopi dalam masyarakat Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup minum kopi di kafe sangat berkembang di Korea karena adanya latar belakang kolektivisme yang kuat dalam masyarakat Korea.

ABSTRACT
This journal discusses the coffee culture which is becoming a trend among South Korean society since Starbucks presence in the end of 1990. By using text review and descriptive review, this study is purposed to analize the role of collectivism and its relation with the coffee culture in Korean society. This journal concludes that the growing of coffee culture in Korea because of the cultural backgrounds along with strong collectivism in Korean society."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalitasari Rahadian
"Penelitian ini membahas tentang budaya gahwa, yaitu tradisi minum kopi yang dilakukan dengan tata cara masyarakat Emirat di Uni Emirat Arab. Gahwa sebagai tradisi telah menjadi sarana interaksi sosial masyarakat Emirat sejak abad ke-15 Masehi dan masih bertahan hingga era modern ini. Bukan sekadar bertahan, tradisi gahwa di Uni Emirat Arab sejalan dengan modernisasi yang tengah berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana budaya gahwa dapat dipertahankan oleh masyarakat Emirat dan bagaimana pertemuan antara tradisi dengan modernisasi dalam budaya gahwa terjadi di Uni Emirat Arab. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil informasi dari buku, artikel jurnal elektronik, video yang termuat di Youtube dan artikel di situs web. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori modernisasi yang dikemukakan Koentjaraningrat, dan didukung oleh teori pelestarian budaya lokal yang dikemukakan Jacobus Ranjabar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemertahanan budaya gahwa dilakukan masyarakat Emirat dengan terus dipraktikkan dalam keseharian sehingga menjadi gaya hidup. Kemudian ketika terjadi pertemuan antara tradisi gahwa dengan modernisasi, tradisi ini diselaraskan dengan jalannya modernisasi. Melalui modernisasi, gahwa sebagai tradisi dapat terus dipertahankan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemerintah Uni Emirat Arab dan masyarakat Emirat terlibat langsung dalam proses modernisasi dan pemertahanan gahwa, dengan cara menjadikan gahwa sebagai konsumsi publik dan melakukan komodifikasi gahwa.

This research discusses the gahwa culture, the coffee drinking tradition in accordance with the procedures of the Emirati Culture in the United Arab Emirates. This tradition has been a medium of social interaction for the Emirats since the 15th Century and has managed to remain in existence until now. The gahwa culture in the United Arab Emirates is also in line with the ongoing modernization. This research aims to explain how the gahwa culture in the United Arab Emirates is preserved by the Emiratis and how the tradition and modernization meets in the gahwa culture occurs in the United Arab Emirates. This research uses a descriptive qualitative method. The research data is gathered from books, electronic journal articles, videos on YouTube, and websites. The theory used in this research is the theory of modernization by Koentjaraningrat, and the theory of the preservation of local culture by Jacobus Ranjabar. The results of this research are that the process of preserving the gahwa culture is carried out by the Emirat community by continuing to be practiced in daily life so that it becomes a lifestyle. When gahwa as a tradition meets modernization, this tradition is harmonized with modernization. Through modernization, gahwa as a tradition can be maintained and adapted to the present times. The government of the United Arab Emirates and the Emirat people are directly involved in the modernization and preservation of gahwa, by making gahwa public consumption and commercializing gahwa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Budihartono
"Pelayanan publik telah menjadi fokus perhatian masyarakat, terutama seiring dengan kebijakan pemerintah tentang desentralisasi (otonomi daerah). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan salah satu aspek penting dari pelayanan publik yaitu kualitas pelayanan dengan alat penguji servqual model. Selanjutnya menjelaskan budaya organisasi yang berkembang dengan alat organizational culture profile (OCP). Pada bagian akhir menjelaskan peran budaya organisasi (korelasi) dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan studi kasus untuk meneliti aspek budaya organisasi, selanjutnya kualitas pelayanan dilakukan dengan metode survei dan untuk peranan (korelasi) budaya dengan kualitas pelayanan menggunakan metode statistik korelasi.
PDAM Tirta Kerta Raharja Kab. Tangerang, merupakan PDAM pertama di Indonesia yang mendapatkan ISO 9002 di bidang pengolahan air minum, yang merupakan salah satu bentuk komitmen pelayanan kepada pelanggan.
Populasi penelitian mencakup pelanggan dan pegawai pada tingkat middle level management yang terdiri dari kepala unit organisasi satuan, bagian, bidang, wilayah, cabang dan IKK dan staf yang terdiri dari tingkat kepala sub bagian, seksi, bidang serta staf non struktural.
Pengambilan sampel untuk masing-masing jenis penelitian adalah sebagai berikut: Untuk penelitian kualitas pelayanan dilakukan dengan menggunakan proportional stratified random Sampling sebanyak 100 orang responden. Sedangkan untuk penelitian budaya organisasi menggunakan random berstrata secara tidak proporsional (disproportioned stratified random sampling) pada kantor pusat, dan unit-unit seperti: kantor wilayah, cabang dan IKK yang berjumlah 120 orang sampel terdiri dari 20 orang di tingkat middle level management dan 100 orang di tingkat staf.
Untuk menguji peranan budaya organisasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan, kepada seliap responden pegawai perusahaan diberikan 2 perrnasalahan yaitu: yang berkaitan budaya organisasi dan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan. Untuk aspek budaya organisasi menggunakan instrumen organizational culture profile (OCP) dengan rnetode pengumpulan data q-short dengan ipsatve scoring. Sedangkan aspek kualitas pelayanan menggunakan instrumen pilihan atas preferensi dengan skala liked (1 -5) yang berhubungan dengan gap 1 sampai dengan gap 4 sesuai konsep servqual.
Berdasarkan hasil penelitian pada aspek budaya organisasi, aspek kualitas pelayanan dan aspek peranan atau tingkat korelasi keduanya dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan belum memenuhi harapan pelanggan balk dari sisi jenis pelayanan, seperti: administratif, tarif, dan teknik (K3) air, maupun dan sisi dimensinya tangibel, reliability, responsiveness, assurance dan empathy.
a). Pelayanan teknik yang berhubungan dengan Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air merupakan jenis pelayanan yang masih mendominasi persoalan pelayanan dengan indikator skor rata-rata gap negatif paling besar).
b). Dimensi daya langgap (responsiveness) merupakan dimensi yang paling bermasaiah dalam memenuhi harapan pelanggan, hal ini tercermin dari skor rata-rata negatif tertinggi.
2. Penyebab dari kondisi di alas, adalah masih terdapat gap (kesenjangan) antara persepsi harapan pelanggan dengan persepsi middle level management dan staf atas kualitas pelayanan. Hal ini terbukli dari terjadinya gap 5, yang merupakan akumulasi dari terjadinya gap 1 sampai dengan gap 4 dalam proses internal perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian budaya organisasi dari 54 atribut (OCP) dengan factor analysis disarikan menjadi 9 (sembilan) faktor utama yang membangun budaya perusahaan yang diamali. Faktor-faktor mama tersebut adalah: 1). Faktor Kejujuran; 2). Faktor Berorientasi pada Hasil; 3). Faktor Adaptabilitas; 4). Cepat Menangkap Peluang; 5). Faktor. Otonomi; 6). Faktor rerorientasi pada Tindakan; 7). Faktor Menjadi Berhati-hati; 8). Faktor Berorientasi pada Peraturan; dan 9). Menghadapi Konflik Secara Langsung.
Berdasarkan analisis faktor-faktor mana tersebut di atas dengan metode statistik (t-rest), (One way Anova) dan dengan membandingkan budaya yang intended (ingin ditanamkan ) top level management kepada deliberate pada middle level management, maka dapat dinyatakan bahwa: Corporate culture PRAM Tirta Kerta Raharja Kabupalen Tangerang lemah dan tidak berkualilas.
Dengan teknik statistik korelasi antara variable 54 OCP dengan gap 1 sampai dengan gap 4 pada aspek kualitas pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Secara umum korelasinya (< 0,50) atau lemah (tidak kuat);
2). Dari 54 (lima puluh empat) atribut hanya terdapat 6 (enam) atribut yang berkorelasi secara signifikan 2 (dua) diantaranya berasal dari middle level management dan sisanya 4 (empat) berasal dari staf
Lingkungan strategis (faktor eksternal) yang berubah secara turbulence lebih dominan pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan dibandingkan dengan faktor budaya organisasi (faktor internal). Hal ini disebabkan oleh karateristik perusahaan daerah yang lebih berorientasi pada peraruran yang mereduksi kemampuan adaptifnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Listia Anggoro
"Ciu Bekonang adalah minuman beralkohol tradisional yang memiliki kaitan erat dengan desa Bekonang. Ciu merupakan arak tradisional yang telah ada lebih dari seabad melekat dalam setiap aspek masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Ciu Bekonang dari masa ke masa, baik sebagai komoditas ekonomi maupun sebagai produk budaya, terutama dalam kaitannya dengan budaya minum di Sukoharjo. Penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka berbasis anotasi bibliografi dengan melakukan telaah dari data-data sekunder yang membahas Ciu Bekonang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangannya sejak zaman kolonial hingga sekarang, selalu ada upaya dari otoritas untuk melakukan pengaturan terhadap ciu. Pengaturan ini antara lain dilatari oleh anggapan bahwa Ciu Bekonang adalah minuman keras dan produk “gelap”. Kendati demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa Ciu Bekonang tetap bertahan dan dipertahankan oleh para pengrajin dan peminum. Fenomena pemertahanan produksi dan budaya minum ciu yang ada di Sukoharjo dan sekitarnya ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi identitas kultural, namun juga menjadi praktik dimana identitas sosial secara aktif dikonstruksi, diwujudkan, dan ditransformasikan oleh pembuatnya dan peminumnya.

Ciu Bekonang is a traditional liquor that has close ties to Bekonang village. Ciu is a traditional beverage that has existed for more than a century and is embedded in every aspect of society. This study aims to find out the evolving history of ciu Bekonang from time to time, both as an industry, commodity, and cultural product, especially in relation to drinking culture in Sukoharjo. The author used a literature study research method based on bibliographic annotations by reviewing secondary data that discusses the Bekonang ciu. The research results show that the existing authorities, even since the colonial era, have attempted to regulate ciu. This arrangement is motivated by, among other things, the assumption that Ciu Bekonang is liquor and a "dark" product. However, this research shows that Ciu Bekonang survives and being maintained by ciu makers and drinkers. The phenomenon of maintaining production and drinking culture of ciu is not only seen as an expression of cultural identity, but also as a practice in which social identity is actively constructed, realized, and transformed by ciu makers and ciu drinkers."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wahyudi
"

Diare masih menjadi salah satu penyebab utama kematian anak-anak, terutama di negara-negara berkembang. Akses air minum dan sanitasi yang buruk adalah pendorong utama penyakit ini. Indonesia masih menghadapi masalah dalam menyediakan air minum yang baik dan akses sanitasi yang layak bagi semua masyarakat. Pemerintah Indonesia telah berjanji untuk memenuhi target Sustainable Development Goals (SDG) dalam kategori sanitasi dan air bersih pada tahun 2019 dengan tema 'universal access'. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sanitasi dan air yang tidak layak menyebabkan penyakit diare di Indonesia dan untuk membahas perkembangan penyediaan sanitasi dan penyediaan air bersih di Indonesia sehingga apakah Indonesia dapat mencapai target SDG pada tahun 2019. Penellitian ini menggunakan linear growth method dan logistic regression untuk membuat proyeksi dan menganalisis. Penelitian ini menggunakan data Sosio-Ekonomi Indonesia (SUSENAS) untuk 2011 dan 2015. Studi ini menemukan bukti bahwa air yang buruk dan sanitasi yang buruk secara terus menerus menyebabkan diare di Indonesia. Kami juga memperkirakan bahwa Pemerintah Indonesia gagal mencapai target SDG pada tahun 2019.


Diarrhea remains one of the main causes of death of young children, particularly in developing countries. Poor water and sanitation are the main drivers of this disease. Indonesia still faces problems in providing improved drinking water and proper sanitation access for all communities. The Government of Indonesia has pledged to meet the target of SDGs in sanitation and clean water in 2019 with ‘universal access’. This study objective to examine whether the relationship between unimproved sanitation, unimproved water and diarrhea diseases in Indonesia and to discuss the latest development of sanitation and clean water provision in Indonesia using Indonesia’s Socio-Economic Survey (SUSENAS) data for 2011 and 2015. This research uses linear growth method and logistic regression to make projection and analysis. The study finds evidence that poor water and poor sanitation continue to cause diarrhea in Indonesia. We also predict that the Indonesian Government cannot achieve the target of SDG in 2019."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratria Anggraini Sudarsono
"ABSTRAK
RPJMN 2015-2019 mengamanatkan pencapaian target akses universal air minum tahun 2019 sehingga diperlukan upaya mencapai target tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis pencapaian kebijakan 100 akses air minum berdasarkan tren pendanaan, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan kepadatan penduduk, serta mengetahui pendanaan yang paling berpengaruh terhadap cakupan air minum. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah regresi data panel, dilengkapi analisis deskriptif. REM menunjukkan variabel pendanaan, PDRB per kapita, dan kepadatan penduduk mampu menjelaskan variabel cakupan air minum sebesar 23,57 , sementara sisanya dijelaskan variabel diluar model. PDRB per kapita merupakan variabel berpengaruh terbesar terhadap cakupan, diikuti variabel Kepadatan Penduduk. Untuk pendanaan, APBN merupakan variabel yang signifikan memberikan pengaruh tertinggi terhadap cakupan, diikuti variabel APBD, sedangkan variabel pendanaan lain tidak signifikan. Cakupan air minum tahun 2019 berdasarkan perhitungan harga satuan adalah 80,21 , artinya target akses universal tidak tercapai. Investasi berpengaruh positif pada cakupan, namun investasi total per kapita yang tinggi belum tentu memberikan tambahan cakupan yang tinggi. Dana pemerintah berpengaruh positif terhadap cakupan, meskipun pada level investasi per kapita yang sama, tambahan cakupan yang dihasilkan berbeda dengan range yang cukup besar. Intervensi publik untuk infrastruktur air minum mutlak diperlukan karena besarnya distribusi layanan dan besarnya kemungkinan kegagalan pasar. Oleh karena itu, untuk mencapai akses universal, diperlukan peningkatan pendanaan yang substansial sejalan dengan peningkatan PDRB per kapita dan kepadatan penduduk di wilayah pelayanan. Kata kunci: Data Panel; Akses Universal; Air Minum; Pendanaan.

ABSTRACT
RPJMN 2015 2019 mandates the achievement of universal access of drinking water in 2019 so that efforts are needed to achieve these targets. This study aims to analyze the achievement of 100 access of drinking water based on funding trend, considering the economic condition and population density, as well as to find the most impacted funding to water coverage. Quantitative approach used is panel data regression, equipped with descriptive analysis. REM shows variables of funding, GRDP per capita, and population density is able to explain the drinking water coverage variables of 23.57 , while the rest are explained by variables outside the model. PDRB per capita has the biggest impact on coverage, followed by Population Density. On funding, APBN is a significant variable that giving the highest impact on coverage, followed by APBD, while other funding variables are not significant. The drinking water coverage in 2019 based on unit cost calculation is 80.21 , so that universal access target is not reached. Investment has a positive effect on coverage, but high per capita total investment may not necessarily provide high coverage. Government funds have a positive effect on coverage, although at the same level of investment per capita, the additional coverage generated will be different with a considerable range. Public intervention for drinking water infrastructure is absolutely required because of large distribution of services and the high probability of market failure. Therefore, to achieve universal access, substantial funding is required in line with increasing per capita GDP and population density in service areas. Keywords Panel Data Universal Access Safe Drinking Water FundingJEL Classification C23 H54 H76."
2018
T49117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufiqurrohman
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian mengenai produksi budaya/budaya produksi chick lit Indonesia di penerbit GagasMedia. Penelitian ini bertujuan menunjukkan tentang bagaimana budaya produksi (nilai-nilai dan ideologi) dan perannya terartikulasikan dalam produksi chick lit Indonesia di GagasMedia dan membahas bagaimana artikulasi makna terjadi dalam proses produksi budaya chick lit Indonesia di GagasMedia, baik secara teknis maupun secara kultural. Sumber data adalah penerbit GagasMedia, penulis chick lit Indonesia dan chick lit Indonesia itu sendiri. Landasan pemikiran yang dipakai adalah konsep produksi budaya (production of culture) dan budaya produksi.(cultures of production). Kerangka eklektik-teori digunakan untuk menggunakan beberapa teori dalam penelitian ini. Landasan metodologi adalah pendekatan Cultural Studies untuk penelitian produksi budaya (cultural production research), yaitu pendekatan etnografi dan pendekatan teks dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara budaya produksi dan produksi budaya chick lit Indonesia merupakan satu mata rantai yang saling mempengaruhi. Penelitian ini menunjukkan salah satu kemungkinan penelitian sastra Indonesia, khususnya sastra popular, dengan menggunakan pendekatan Cultural Studies.

ABSTRAK
This thesis draws on the production of culture/cultures of production of Indonesian chick lit. It highlights how the cultures of production and its roles are articulated in the production of culture of Indonesian chick lit in GagasMedia publisher. It also explores the articulation of the process of its production of culture, technically or culturally. The sources of the data are the publisher itself, Indonesian chick lit writer, and the chick lit itself. The methodology used is Cultural Studies approach for cultural production research. This thesis concludes that the cultures of production of Indonesian chick lit play important roles in its production of culture in GagasMedia. This thesis also shows the possibility of taking a research on the Indonesian literature?especially its popular literature?by using Cultural Studies approaches."
2010
T26714
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>