Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fabiola Izdihar Hapshari
"Pada Pemilu 2018 terjadi sebuah fenomena yang menyiratkan adanya transfer kekuasaan kepada kubu oposisi Pakatan Harapan (PH). Di balik koalisi PH, ada sosok Mahathir Mohamad yang pernah menjadi Perdana Menteri Malaysia di tahun 1980-an. Tugas Karya Akhir (TKA) ini menganalisis mengenai peran Mahathir dalam mendorong kemenangan oposisi PH di Pemilu 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif untuk menjelaskan peran Mahathir di pemerintahan Malaysia secara umum dan pada Pemilu 2018 serta pandangan publik Malaysia terhadap kembalinya sosok Mahathir ke dunia politik. Konsep Popularitas dan Figur Politik serta teori Pencitraan Politik digunakan untuk menjelaskan kemenangan PH yang salah satunya didorong oleh keberadaan Mahathir yang kemudian menggunakan isu-isu untuk melemahkan oposisi serta memposisikan dirinya sebagai ‘penyelamat’ Malaysia. Sosok politik yang lebih populer dan memiliki citra politik baik, akan mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat yang akan meningkatkan elektabilitasnya pada pemilu. Popularitas dan citra Mahathir yang baik kemudian mendorong kemenangan koalisi yang dipimpinnya.

In the 2018 election a phenomenon occurred which implied the transfer of power to the opposition Pakatan Harapan (PH). Behind the PH coalition, there was the figure of Mahathir Mohamad who had been the Prime Minister of Malaysia in the 1980s. This paper analyzes the role of Mahathir in encouraging the victory of the opposition PH in the 2018 elections. The method used in this study is qualitative to explain Mahathir's role in the Malaysian government and in the 2018 election, also to explain the Malaysian public's view of Mahathir's return to politics. The concept of Popularity, Political Figure, and Political Image theory were used to explain the victory of the PH, which was driven by the presence of Mahathir who then used issues to weaken the opposition and position himself as a 'savior' of Malaysia. A political figure who is more popular and has a good political image, will get the sympathy and support of the people and will increase his electability in the election. Mahathir's popularity and good image led to the victory of the coalition he led."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Plate, Tom
Singapore: Marshall Cavendish Editions, 2011
959.505 4 PLA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
E. YU
malaysia: MPH Group Publishing Sdn Bhd, 2008
959.505 4 EYU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Debie Octora Anglesia
"Mahathir Mohamad yang menjadi PM Malaysia sejak 1981 telah membawa Malaysia dalam pembangunan yang berkelanjutan. Skripsi ini membahas mengenai keberhasilan rezim PM Mahathir Mohamad yang mampu bertahan pascakrisis ekonomi Asia tahun 1997-1999. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menjelaskan bagaimana strategi ekonomi Mahathir mampu membawa Malaysia keluar dari jeratan krisis ekonomi Asia dan strategi politik dalam menghadapi GRM (Gerakan Reformasi Malaysia) dan Pemilu 1999 yang menjadi manifestasi keberhasilan rezim Mahathir.
Teori yang dipakai dalam skripsi ini adalah teori model pembangunan Triple Alliance yang dikemukakan oleh Peter Evans untuk menjelaskan Negara Dunia Ketiga dalam menciptakan kestabilan politik demi memacu pertumbuhan ekonomi. Strategi ekonomi dan politik Mahathir yang cepat memulihkan Malaysia dari krisis ini memunculkan kepercayaan rakyat untuk memilihnya kembali pada Pemilu 1999. Untuk itu skripsi ini menggunakan momen puncak krisis ekonomi Asia tahun 1997-1999 untuk menganalisis keberhasilan rezim Mahathir bertahan dari tekanan ekonomi global dan juga krisis politik yang terjadi di Malaysia.

Mahathir Mohamad became Prime Minister of Malaysia since 1981 has brought Malaysia in sustainable development. This thesis describes the triumph of the regime of Prime Minister Mahathir Mohamad who is able to survive post the Asian economic crisis in 1997-1999. Using qualitative research method that explains how the economic strategy and development progress of Mahathir regime survive in Asian economic crisis relatively short period, political strategy to face of the GRM (Reform Movement of Malaysia) and also the general elections 1999 were a manifestation of the success of Mahathir regime.
This thesis uses model of the development theory "Triple Alliance" from Peter Evans to explain Third World countries in creating political stability in order to develop economic growth. The success of the economic recovery and political strategies againts oppositions that led to Mahathir was re-elected in the 1999 election period. Therefore this thesis uses the peak moment of the Asian economic crisis of 1997-1999 to analyze the success of the Mahathir regime survive from the global economic pressures and political crisis in Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira
"Penelitian ini membahas mengenai dampak implementasi kebijakan Goods and Services Tax tahun 2015 terhadap kekalahan koalisi Barisan Nasional pada Pemilu Malaysia 2018.. GST merupakan kebijakan mengenai pajak barang dan jasa pengganti kebijakan SST yang diterapkan pada 1 April 2015. Dimana seluruh barang dan jasa baik dalam proses produksi, konsumsi dan distribusi dikenakan pajak sebesar 6%. Pertanyaan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah "bagaimana dampak implementasi kebijakan GST (Goods and Services Tax) yang diterapkan pada tahun 2015 terhadap kekalahan koalisi Barisan Nasional dalam Pemilihan Umum Malaysia 2018? Dalam menjawab pertanyaaan penelitian tersebut, penulis akan mengacu pada teori economic voting dari Michael Lewis dan Richard Nadeu pada tahun 2011 dengan metode penelitian kualitatif. Adapun teori ini menjelaskan mengenai pemilih akan melihat kondisi ekonomi negara dan kebijakan yang diterapkan selama periode pemerintahan petahana sebagai salah satu faktor yang memengaruhinya dalam memilih. Adapun indikator yang digunakan dalam teori ini adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, dan kebijakan pajak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah implementasi GST memiliki dampak negatif terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, daya beli, tingkat konsumsi, dan biaya hidup masyarakat. Dampak dari implementasi inilah menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah, yang menyebabkan kalahnya Barisan Nasional dalam Pemilihan Umum 2018.

This study discusses the impact of the implementation of Goods and Services Tax policy on the defeat of the Barisan Nasional coalition in Malaysia General Election 2018. GST is a policy on goods and services tax substitutes for the SST policy applied on April 1, 2015. Where all goods and services are well in the production process consumption and distribution are subject to a tax of 6%. Research question in this study is "what is the impact of implementation Goods and Services Tax policy implemented in 2015 on the defeat of Barisan Nasional coalition in the Malaysia General Election 2018?". In answering the research question, this paper will refer to the theory of economic voting from Michael Lewis and Richard Nadeu. The theory explains that voters will look at the country's economic conditions and policies implemented during the incumbent government period as one of the factors that influence it. in choosing. The indicators used in this theory are economic growth, inflation, unemployment, and tax policy. The conclusion in this study is that GST Implementation has a negative impact on inflation, economic growth, unemployment, purchasing power, consumption level, and people's living costs. The impact of this implementation caused a low level of community satisfaction with the government, which led to the defeat of Barisan Nasional in the 2018 General Election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widianto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad, Mahatir
Kuala Lumpur: didier millet, 2014
971.064 MOH w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Darry Abbiyyu
"

Penelitian ini membahas mengenai loyalitas dan peran kepala desa serta botoh sebagai broker politik pada kemenangan Syahri Mulyo-Maryoto Birowo di Pilkada Kabupaten Tulungagung tahun 2018. Beberapa studi menjelaskan sebuah kelaziman bahwa seorang kandidat menggunakan jasa broker politik sebagai bagian dari strategi pemenangan pada pilkada di Indonesia (misalnya Aspinall 2014 ; Aspinall dan As`ad 2015 ; Tawakkal dan Garner 2017 ; dan Darwin 2017). Beberapa penulis seperti Tawakall dan Garner (2017) dan Aspinall dan As`ad (2015) masih melihat masalah itu dari satu aspek bahasan seperti klientelisme. Dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan studi pustaka dan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Saya beragumen bahwa kemenangan Syahri Mulyo-Maryoto Birowo tidak dapat dilepaskan dari penggunaan kepala desa dan botoh sebagai broker politik karena posisi yang tidak menguntungkan dari kandidat disebabkan jumlah koalisi partai pengusung sedikit dan ditetapkannya Syahri Mulyo sebagai tersangka oleh KPK menjelang hari pemilihan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas loyalitas broker politik kepada kandidat meskipun dalam posisi yang tidak menguntungkan dan peran broker dalam bagian strategi pemenangan kandidat. saya berpendapat bahwa loyalitas broker politik terhadap kandidat terjadi karena adanya kedekatan personal yakni jaringan kekerabatan dan juga sebagai bagian dari balas budi antara broker politik terhadap kandidat yang selama ini dianggap memiliki jasa kepada kepala desa dan botoh selain itu juga ada kedekatan emosional antara kandidat dengan broker politik menimbulkan semangat untuk memenangkan kandidat yang dalam istilah lokal disebut banteng ketaton karena ada anggapan bahwa kandidat merupakan korban politik setelah ditetapkan tersangka oleh KPK. Kemudian sebagai strategi pemenangannya kepala desa dan botoh sebagai broker politik ini memiliki tiga peranan yaitu berperan mempropaganda masyarakat mengenai kelebihan kandidat dan kekurangan kompetitor, melakukan mobilisasi massa, serta pembelian suara.


This study discusses the loyalty and role of the village head and botoh  as a political broker in the victory of Syahri Mulyo-Maryoto Birowo in Tulungagung Local Election in 2018. Several studies explain the prevalence that a candidate uses the services of a political broker as part of the local election strategy in Indonesia ( for example Aspinall 2014; Aspinall and As`ad 2015; Tawakkal and Garner 2017; and Darwin 2017). Some writers such as Tawakall and Garner (2017) and Aspinall and As`ad (2015) still see the problem from one aspect of discussion such as clientelism. By using qualitative methods, namely by literature study and collecting data through in-depth interviews. I argued that the victory of Syahri Mulyo-Maryoto Birowo could not be separated from the use of the village head and botoh as a political broker because the unfavorable position of the candidate was due to the number of coalition party bearers and the stipulation of Syahri Mulyo as a suspect by the KPK before election day. This study aims to discuss the loyalty of political brokers to candidates even in unfavorable positions and the role of brokers in the part of the candidate winning strategy. I argue that the loyalty of political brokers to candidates occurs because of personal closeness, namely kinship networks and also as part of reciprocity between political brokers to candidates who have been considered to have services to village heads and botoh are also in addition to emotional closeness between candidates and political brokers. provoked enthusiasm to win candidates who in local terms were called banteng ketaton because there was an assumption that candidates were political victims after the KPK had named the suspect. Then as a strategy for winning the village head and body as a political broker this has three roles, namely the role of propagating the community regarding the advantages of candidates and lack of competitors, mass mobilization and vote buying.

 

"
2019
T53056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Ridwansyah
"Skripsi ini membahas mengenai kemenangan Barisan Nasional pada Pemilihan Umum 2004 yang disebabkan oleh kepemimpinan Mahathir dan Badawi. Kepemimpinan Mahathir yang kuat melalui kebijakan pemulihan ekonomi pasca krisis 1997 dan pelemahan oposisi demi menjaga stabilitas politik telah menjadi fondasi awal kemenangan Barisan Nasional menjelang Pemilihan Umum 2004. Abdullah Badawi sebagai penerus Mahathir mampu memastikan kemenangan Barisan Nasional pada Pemilihan Umum 2004 melalui kebijakan pemberantasan korupsi dan perbaikan pelayanan publik. Badawi juga mengenalkan gaya kepemimpinan yang santun, toleran dan hangat seperti yang ia tampilkan pada konsep Islam Hadhari.

This thesis discusses the Barisan Nasional victory in the 2004 general election due to the leadership of Mahathir and Badawi. Mahathir's strong leadership through a policy of economic recovery after the 1997 crisis and the weakening of the opposition in order to maintain political stability had been the initial strategy towards the Barisan Nasional won the 2004 General Election. Mahathir's successor Abdullah Badawi was capable of ensuring the victory of the Barisan Nasional in the 2004 general election with a policy to eradicate corruption and improving public services. Badawi also introduced his leadership style, Islam Hadhari which polite, tolerant and warm as he carried on that concept."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovan Prima Firmansyah
"Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengeksplanasikan terjadinya konflik elit politik dalam UMNO pada masa kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988). Konflik elit politik tersebut mengakibatkan UMNO dinyatakan sebagai partai politik yang tidak sah di 4 Februari 1988, hingga kemudian berganti nama menjadi UMNO Baru di 15 Februari 1988. Penelitian tesis ini berdasarkan metode penulisan sejarah melalui tahapantahapan dengan didukung sumber-sumber tertulis baik yang berasal dari data-data primer maupun sekunder. Dengan menggunakan teori strukturistik Christopher Lloyd yang didukung oleh teori kekuasaan dan kadar legitimasi dari Charles F. Andrain, penelitian tesis ini memfokuskan pada peran individu yang dalam hal ini merupakan elit politik di UMNO sebagai agen sosial. Elit-elit politik dalam UMNO yang dapat memengaruhi pihak lain untuk mengikuti tindakan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai harus mampu menggunakan kekuasaannya secara efektif agar pihak lain yang dipengaruhinya dapat mengikuti keinginannya. Melalui penelitian tesis ini, konflik elit politik dalam UMNO pada masa kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-1988) berawal dari konflik antara Musa Hitam dengan Tengku Razaleigh Hamzah pada pemilihan UMNO di 1981 yang kemudian bergeser menjadi konflik antara Musa Hitam dengan Mahathir Mohamad di tahun 1986. Terjadinya konflik antara Musa Hitam dan Mahathir Mohamad, selanjutnya menciptakan konflik antara kelompok dalam pemilihan UMNO 1987 dengan adanya Team A dan Team B. Konflik antara kelompok dalam UMNO berakhir dengan kemenangan Team A dalam pemilihan tersebut. Kemenangan Team A itulah yang digugat 11 orang yang sebelumnya berasal dari Team B ke Mahkamah Tinggi sehingga UMNO dinyatakan sebagai partai politik yang tidak sah pada 4 Februari 1988.

The objective of this theses research is to explain the conflict of political elites in UMNO under Mahathir Mohamad leadership (1981-1988). The conflict resulted UMNO been stated as an illegal political party on 4th of February 1988. As a result of it, then it known as New UMNO on 15th February 1988. This theses research is using several stages on the historical writing methods based on written sources that come from primary and secondary data. With structuristic theory from Christopher Llyod which supported by theories of power and legitimacy by Charles F. Andrain, it focusing on individual role of political elites in UMNO that could influence other individuals to follow the action, purpose and objective that to be achieve by using the power effectively. When it was being used effectively, other individuals would be agree to follow the purpose of political elites. Through this theses research, conflict of political elites in UMNO under Mahathir Mohamad leadership (1981-1988) started with conflict between Musa Hitam and Tengku Razaleigh Hamzah on UMNO 1981 Assembly. Furthermore, it shifted to conflict between Musa Hitam and Mahathir Mohamad on 1986. Conflict of Musa Hitam with Mahathir Mohamad then created conflict between groups in UMNO. They known as Team A and Team B on UMNO 1987 assembly. Team A managed to achieve their victory on that assembly. It caused an accusation from 11 people that previously as Team B. It effected UMNO been stated by the high court as an illegal political party on 4th of February 1988."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25869
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>