Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joshua Prasetya Gani
"Penelitian ini mengembangankan sistem cloud telemetry untuk kendaraan berbasis CAN bus, sebuah protokol yang banyak digunakan dalam kendaraan untuk mengintegrasikan berbagai modul. Telemetri memainkan peran penting dalam memantau dan menganalisis kinerja kendaraan secara real time. Sistem cloud telemetry menerima data CAN bus dan menggunakan jaringan seluler sebagai media transmisi ke cloud. Pengujian sistem cloud telemetry membandingkan waktu transmisi saat cuaca cerah, hujan, dan propagasi yang berbeda-beda. Kondisi ini dipilih untuk mengetahui pengaruh cuaca terhadap keandalan dan kecepatan transmisi data. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan waktu transmisi selama empat skenario yang berbeda. Waktu transmisi dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk transmitter mengirim data ke server yang dapat disebutkan delay transmisi. Waktu transmisi rata-rata skenario 1 (LOS - tidak ada hujan) adalah 1,41 detik. Waktu transmisi rata-rata skenario 2 (LOS - hujan sedang) adalah 1,56 detik. Waktu transmisi rata-rata skenario 3 (NLOS - tidak ada hujan) adalah 1,86 detik. Waktu transmisi rata-rata skenario 4 (NLOS - hujan deras) adalah 1,97 detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hujan meningkatkan waktu transmisi, sementara ada nilai waktu transmisi yang lebih besar untuk propagasi NLOS jika dibandingkan dengan propagasi LOS. Oleh karena itu, hujan dan propagasi NLOS akan meningkatkan waktu transmisi atau delay ke cloud. Selain itu, sistem cloud telemetry menyediakan transmisi dan analisis data CAN bus secara real-time, sehingga memungkinkan para insinyur untuk mengambil keputusan yang tepat untuk kinerja kendaraan yang optimal. Kemampuan sistem untuk memberikan data yang tepat waktu dan akurat dalam kondisi cuaca buruk menjadikannya alat yang berharga untuk peningkatan kinerja kendaraan.

This thesis presents the development of a cloud telemetry system for vehicles that utilizes the CAN Bus Communication Protocol, a robust method widely used in vehicles for integrating various modules. Telemetry plays a crucial role in monitoring and analyzing the performance of a vehicle in real time. The cloud telemetry system receives CAN bus data and utilizes cellular networks as its transmission media to the cloud. The testing of the proposed cloud telemetry system compares the transmission time during clear weather, moderate rain, and different propagations. These conditions were chosen to understand the impact of weather on the reliability and speed of data transmission. The results of the testing show a difference in the transmission time during four different scenarios. Transmission time can be defined as the time required for the transmitter to send data to the server which can also be referred to as transmission delay. The average transmission time during scenario 1 (LOS - no rain) is 1.41 seconds. The average transmission time during scenario 2 (LOS - moderate rain) is 1.56 seconds. The average transmission time during scenario 3 (NLOS - no rain) is 1.86 seconds. The average transmission time during scenario 4 (NLOS - heavy rain) is 1.97 seconds. The results show that rain does increase transmission time, while there is a greater transmission time for NLOS propagation when compared to LOS propagation. Therefore, rain and NLOS propagation will increase transmission time or latency to the cloud. Furthermore, the cloud telemetry system provides real-time CAN bus data transmission and analysis, enabling the ability to make informed decisions for optimal vehicle performance. The system’s ability to deliver timely and accurate data under adverse weather conditions makes it a valuable tool for performance enhancement."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Di Natale, editor
"This book offers a hands-on guide to designing, analyzing and debugging a communication infrastructure based on the controller area network (CAN) bus. It focuses on practical implementation and the implications of design choices at all levels"
New York: [, Springer Science+Business Media], 2012
e20418861
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutchison, David
Workingham: Addison-Wesley, 1988
004.68 HUT l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reiss, Leszek
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1987
004.68 REI i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agredo Mesakh Fajar
"Pada beberapa tahun terakhir ini, kebakaran hutan menjadi kejadian yang semakin parah dan menyebabkan korban serta merugikan banyak sekali masyarakat sekitar hutan yang terbakar. Penelitian ini mengimplementasikan sistem jaringan sensor nirkabel dengan menggunakan protokol 802.15.4 zigbee dengan perangkat Arduino Uno Nano. Dalam penelitian ini perangkat yang digunakan untuk mengimplementasian protokol 802.15.4 adalah perangkat XBee dengan versi series 2. Selain itu perangkat sensor yang digunakan adalah DHT-22 yang berfungsi sebagai sensor kelembapan dan suhu dan juga sensor MQ-2 yang berfungsi sebagai monitor pemantau konsentrasi asap di udara.
Penelitian ini akan memantau lingkungan dimana sensor diletakkan, kondisi lingkungan yang dipantau adalah suhu udara, tingkat kelembapan udara dan juga konsentrasi asap pada udara. Dalam penelitian ini akan dianalisis kualitas dari sistem ini. Dalam proses pengiriman data didapatkan sistem ini memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi jika diimplementasikan pada kondisi LOS Line of Sight dengan tingkat akurasi 90,40 dibanding NLOS Non Line of Sight yang sebesar 89,60 . Sistem ini lebih sedikit mengkonsumsi daya pada kondisi LOS Line of Sight dengan perbandingan perbedaan lama waktu baterai dapat bertahan yaitu 25 detik untuk interval 5 detik, 58 detik untuk interval 10 detik dan 77 detik untuk interval 20 detik.

n recent years, forest fires have become increasingly severe and cause casualties and harm many communities around burning forests. This research implements wireless sensor network system using 802.15.4 zigbee protocol with Arduino Uno Nano device. In this study the device used to implement the 802.15.4 protocol is the XBee device with the 2nd version of the series. In addition, the sensor device used is DHT 22 that serves as a humidity sensor and temperature and also MQ 2 sensor that serves as a smoke concentration monitoring monitor on the air.
This study will monitor the environment in which the sensors are laid, the monitored environmental conditions are air temperature, humidity level and also airborne smoke concentration. In this research will be analyzed the quality of this system. In the process of data transmission obtained this system has a higher level of accuracy if implemented in LOS Line of Sight with an accuracy of 90.40 compared to NLOS Non Line of Sight of 89.60 and also for power consumption. This system consumes less power under LOS Line of Sight conditions with comparison of the length of time the battery can last for 25 seconds for 5 seconds, 58 seconds for 10 second intervals and 77 seconds for 20 second intervals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandhy Harjito
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budiman
"Jaringan lokal (LAN) yang ada saat ini, kurang mendapatkan perhatian yang serius pada sisi user atau pengguna komputer pada LAN tersebut. Kecendrungan untuk memperhatikan ancaman yang ditimbulkan dari pihak luar (eksternal lebih sering menjadi prioritas dari pada yang berasal dari dalam. Ancaman dari dalam walau tidak mengakibatkan kerusakan pada jaringan, akan mengakibatkan munculnya pelanggaran terhadap aturan yang ada pada LAN. Dalam suatu institusi yang mempunyai LAN, terkadang perlu diperhatikan user yang menggunakan komputer pada LAN secara langsung dengan melihat tampilan pada layar monitor user. Hasil pengamatan pada user dapat menjadi acuan, apakah user melanggar aturan atau tidak untuk seterusnya diberikan sanksi. Untuk melakukan pengamatan secara langsung pada user yang dicurigai menggunakan komputer tidak sesui dengan aturan pada LAN adalah hal yang tidak efektif. Untuk mengatasi hal itu, maka harus ada program yang dapat mengintai tampilan layar monitor pada user tanpa diketahui oleh user yang bersangkutan. Program yang dibuat untuk mengintai aktifitas pada layar monitor user tanpa didasari user akan membuat pengaturan LAN dapat berjalan lebih mudah, karena user yang sering kali melakukan pelanggaran akan enggan melakukan pelanggaran karena akan merasa selalu diintai oleh administrator pada LAN tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Sri Sugesti
"Pertumbuhan pengguna Internet sangat signifikan selama hampir dua dekade terakhir ini. Pertumbuhan ini didukung oleh kemudahan instalasi perangkat serta fleksibilitas aksesnya. Teknologi pendukung yang demikian itu adalah WLAN. Ekspansi area cakupan WLAN menggunakan medium serat optik membentuk jaringan hibrida yang disebut WiLANoF menemui masalah pada protokolnya. Diperlukan suatu rekayasa protokol untuk menyelesaikan masalah tersebut. Transmisi aplikasi yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda pula. Aplikasi elastik menggunakan protokol 802.11g DCF, sedangkan aplikasi waktu nyata menggunakan 802.11e HCCA. Untuk menjaga throughput, delay yang dihasilkan dirancang agar tidak melebihi suatu nilai tertentu yang tergantung pada persyaratan aplikasi. Dalam riset ini diusulkan prosedur komputasi 802.11b/g yang mempermudah proses desain dan pengendalian protokol DCF WiLANoF. Di samping, itu diusulkan suatu pendekatan baru yaitu optimasi TXOP menggunakan metode Knapsack untuk menghasilkan utilisasi kanal yang tinggi pada protokol HCCA.
Hasil analisis penggunaan prosedur komputasi 802.11 b/g untuk aplikasi elastik pada WiLANoF menunjukkan bahwa delay bound dipengaruhi oleh kelas dan mode operasi WLAN, skema CSMA/CA serta ukuran frame. Delay pada teknologi ERP-OFDM skema basic access 483 µs dan RTS/CTS 649 µs, dicapai untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 3780 m dan timeout 43 µs. Untuk teknologi DSSS-OFDM 54 Mbps mengalami delay skema basic access 1,2 ms dan RTS/CTS 2,05 ms untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 21,7 km dan timeout 22,2 ms. Optimasi TXOP aplikasi waktu- nyata menggunakan metode Knapsack berfungsi untuk mengendalikan parameter delay sehingga utilisasi kanal maksimum dapat dicapai. Hasil yang diperoleh adalah 22 TXOP untuk 45 TU CFP dan 4 laju mandatory, sedangkan panjang serat optik mencapai 1700 m.

The growth of Internet users are very significant for the last two decades. This growth may be supported by the installation easiness and the access flexibility of the Internet technologies. Such supporting technologies are Wireless-Local Area Network (WLAN). The optical fiber applications in the expansion of WLAN coverage area which is then called WLAN-over-Fiber (WiLANoF) encounter some problems due to the protocols. To resolve such protocol problems, a protocol engineering is required. The transmission of different applications have different requirements. The elastic applications transmission is carried out by 802.11g DCF protocol, while the real-time applications is managed by 802.11e HCCA protocol. To maintain the network throughput, the resulting delay is designed not to exceed a certain value which depends on the application requirements. This research proposes a B/G computing procedure that simplify the design process and the control of WiLANoF DCF protocol. In addition, it is also proposed a TXOP optimation that uses Knapsack method to produce high channel utilization upon the HCCA protocol.
The analysis results using the B/G computational procedures for elastic applications show that the WiLANoF delay bound is influenced by the class and the operation mode of WLAN, the CSMA/CA scheme as well as the size of the payload frames. The delay of 54 Mbps ERP-OFDM is 483 µs using the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 649 µs. The both results are achieved under the conditions of 1500 byte frame length, 3780 m optical fiber length and the 43 µs timeout. The delay of 54 Mbps DSSS-OFDM is 1.2 ms upon the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 2.05 ms. The last couple results are under the circumstances of 1500 bytes frame length, 21.7 km optical fiber length and 22.2 ms timeout. The TXOP optimation using the Knapsack method for real-time applications, can be used to control the delay parameter so that the maximum channel utilization can be achieved. The results obtained are 22 TXOP to 45 TU CFP and 4 mandatory rates, while the length of the optical fiber reaches 1700 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1423
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Forouzan, Behrouz A.
Bosto: McGraw-Hill , 2003
004.6 FOR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>