Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angela Nathania
"Diketahui bahwa insidensi infeksi sekunder bakterial cukup tinggi pada pasien ICU COVID-19 yang diduga dapat memengaruhi kondisi kesehatan pasien. Penelitian ini meneliti hubungan antara infeksi sekunder bakterial terhadap lama rawat serta outcome mortalitas pasien ICU COVID-19. Penelitian dilakukan terhadap data rekam medis pasien ICU COVID-19 di RSCM menggunakan desain penelitian cohort retrospektif. Data yang dihimpun berupa data demografis (usia dan jenis kelamin), status infeksi sekunder bakterial, lama rawat, dan outcome mortalitas. Analisis hubungan infeksi sekunder bakterial dengan lama rawat dilakukan dengan analisis regresi linear, sedangkan hubungan infeksi sekunder bakterial dengan mortalitas dilakukan dengan analisis regresi logistik biner. Dari 173 pasien ICU COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi, hampir separuhnya (47,98%; n=83) mengalami infeksi sekunder bakterial. Median usia pasien secara keseluruhan adalah 20 (1–80) tahun, dengan 54,9% pasien berjenis kelamin laki-laki. Adanya infeksi sekunder bakterial dinilai memperpanjang lama rawat pasien selama 12,5 hari (R=0,911; B coefficient=12,486; p=0,000). Selain itu, infeksi sekunder bakterial juga meningkatkan risiko kematian sebesar 3,993 kali lipat (OR=3,993; CI=95%; p=0,020). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi sekunder bakterial dengan lama rawat dan outcome mortalitas pasien.

It is known that the incidence of secondary bacterial infections is quite high among COVID-19 patients in the ICU, which is suspected to affect the patients' health conditions. This study examines the relationship between secondary bacterial infections and the length of stay as well as the mortality outcome of COVID-19 ICU patients. The research was conducted on the medical records of COVID-19 ICU patients at RSCM using a retrospective cohort study design. Data collected included demographic information (age and gender), the status of secondary bacterial infections, length of stay, and mortality outcome. The relationship between secondary bacterial infections and the length of stay was analyzed through linear regression, while the association between secondary bacterial infections and mortality was examined using binary logistic regression. Out of 173 COVID-19 ICU patients who met the inclusion criteria, almost half (47.98%, n=83) experienced secondary bacterial infections. The overall median age of the patients was 20 years (range: 1–80 years), with 54.9% of patients being male. The presence of secondary bacterial infections was found to significantly extend the length of stay for patients by 12.5 days (R=0.911; B coefficient=12.486; p=0.000). Additionally, secondary bacterial infections increased the risk of mortality by 3.993 times (OR=3.993; CI=95%; p=0.020). Hence, it can be concluded that there is a significant relationship between secondary bacterial infections, the length of stay, and the mortality outcome of patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas ndonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovia Lova
"Pendahuluan: Dengan ditetapkannya Covid-19 sebagai kondisi kegawatdaruratan kesehatan dunia oleh WHO pada bulan Januari 2020, dan angka kematian yang terlihat lebih tinggi pada pasien dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), maka kebutuhan akan pelayanan unit intensif (ICU) sangat meningkat. Lonjakan pasien yang terjadi sangat cepat, mengharuskan rumah sakit beradaptasi dan segera mempersiapkan pelayanan khusus ICU Covid-19. Strategi manajemen keperawatan diperlukan untuk mengatasi kebutuhan tenaga keperawatan ICU yang ikut melonjak. Sementara jumlah tenaga keperawatan dengan kualifikasi ICU yang belum memadai kondisi pandemi Covid yang belum pernah dialami sebelumnya, menyebabkan tenaga keperawatan banyak yang menolak untuk melayani pasien Covid-19.
Tujuan : Mengetahui bagaimana kesiapan dan hal apa saja yang dilakukan oleh manajemen keperawatan ICU Covid-19 RS Hasanah Graha Afiah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, sehingga pelayanan ICU Covid-19 dapat tetap berjalan dengan baik.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan dekriptif kualitatif, menganalisis hasil wawancara dengan informan terpilih.
Hasil : Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, manajemen keperawatan ICU Covid-19 bekerjasama dengan seluruh unit terkait terutama dengan komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi, melakukan perencanaan dari pemetaan ketenagaan merekrut tenaga perawat secara internal maupun external dan pemberian insentif dari internal maupun external. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari sistem manajemen keperawatan diatur berkesinambungan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan Icu Covid-19 dengan beban kerja perawat dan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka.
Kesimpulan : Berdasarkan seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan penilaian dari daftar tilik kesiapan RS HGA dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini komponen Sumber Daya Manusia, Lonjakan Pasien, Komunikasi internal dan Pengendalian dan pencegahan Infeksi dapat dinyatakan bahwa manajemen keperawatan ICU Covid-19 RS HGA siap dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Introduction : With the determination of Covid-19 as a world health emergency by WHO in January 2020, and the higher mortality rate in patients with ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), the need for intensive unit (ICU) services has greatly increased. The surge in patients is happening very quickly, requiring hospitals to adapt and immediately prepare for the Covid-19 intensif care unit. A nursing management strategy is needed to address the increasing need for ICU nursing staff. Meanwhile, the number of nursing staff with ICU qualifications has not been adequate in the conditions of the Covid-19 pandemic, which has never been experienced before, causing many nursing staff to refuse to serve Covid-19 patients.
Aim : knowing how to prepare and what kind of things were done by the nursing management of the Covid-19 ICU at Hasanah Graha Afiah Hospital in the face of the Covid-19 pandemic, so that the Covid-19 ICU service could continue to run well.
Method : This study is a case study research design with a qualitative descriptive approach, analyzing the results of interviews with selected informants.
Results: In dealing with the Covid-19 pandemic, the Covid-19 ICU nursing management collaborated with all related units, especially with the Infection Control and Prevention committee, carried out planning from mapping the workforce to recruit nurses internally and externally and providing incentives from internal and external. Planning, organizing, directing and controlling the nursing management system is regulated continuously with the aim of balancing the number and qualifications of the COVID-19 ICU nursing staff with the workload of nurses and still prioritizing their health and safety.
Conclusion : Based on all the actions that have been taken and the assessment of the HGA Hospital readiness checklist in the face of the Covid-19 pandemic, the components of Human Resources, Patient Surges, Internal Communications and Infection Control and Prevention can be stated that the nursing management of the Covid-19 ICU HGA Hospital is ready to face Covid-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Irwansyah
"Pasien-pasien di unit-unit perawatan intensif {ICU) lebih banyak mengalami cedera akibat adverse events hila dibandingkan dengan pasien-pasien yang bukan dirawat di ICU. Banyaknya prosedur yang dilakukan pada pasien-pasien dalam kondisi yang kritis serta banyaknya jumlah dan jenis obat yang digunakan dalam pelayanannya juga meningkntkan resiko yang lebih tinggi hilngga dibandingkan dengan pasien lainnya. Tingginya data mortalitas dan insiden di beberapa ICU rumah saklt umum pusat bantuan regional Departemen Kesehatan menunjukkan belum ada suatu analisis yang mendalam terhadap faklor-faktor penyebab yang berkaitan dengan adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada rumah sakit tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada !8 (delapan belas) rumah sakit umum di Indonesia yaitu sebesar 42,7 %. Faktor faktor tidak baik, prosedur tidak lengkap, kurangnya kelengkapan dan pemeliharaan alat, berkontribusi dalarn terjarlinya adverse events di ICU pada 18 nrumah sakit. Pemahaman staf dan perawat ICU terhadap patient safety di unit perawatan intensif (ICU) sangat kurang. Penyebab dari beban kerja perawat tidak sesuai yaitu sumber daya manusia yang terbatas, uraian tugas yang tidak jelas, rasio antara petugas dengan pasien tidak sesuai, mengetjakan pekexjaan yang bukan wewenangnya dan kurangnya pelatthan. Behan kelja perawat yang tinggi berdampak stress kerja perawat. Penyebab komunikasi yang karang baik yaitu masib adanya gap antara perawat senior dan perawat yunior dalam berkomunikasi, kepala unit tidak mengikuti morning briefingkomunikasi yang kurang antara tim klinis. Miskomu­nikasi juga menyebabkan terjadinya medication error di lCU. Peralatan kesehatan tidak lengkap dan tidak sesuai standar lCU, scrta tidak adanya prosedur tertulis tentang pemakaian alat. Pimpinan unit dan supervisi klinis belum menjalankan tugrumya dengan baik.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang patient safety, meningkatkan peranan kepala unit, kepala ruangan, komite keperawatan dan supervisi klinis, menetapkan standar prosedur asuhan keperawatan, prosedur pemakaian dan pemeliharaan alat serta prosedur komunikasi bagi perawat di ICU, menambab surnber daya manusia kesehatan {SDMK), meningkatkan pelatihan bagi perawat, menfasilitasi sistem infOnnasi kesehatan melalui Information Technology.

Patients in intensive care units (lCUs) may be more likely than non-ICU patients to be injured by adverse events. The procedures performed on critically ill patients and the quantity and type of drugs used in their care may also increase their risk relative to non-ICU patients. The height data incident and mortality in some ICU aids centers publics hospitals regional Department of Public Healths show there is no an circumstantial analyses to factors cause of related to adverse events intensive care units ( ICU) at the hospital. It was found from the research that adverse events in intensive care unit (!CU) at 18 (eighteen) public hospitals in Indonesia that is 42,7 %. Factors like: inappropriate nurse work load poor communications, incomplete procedure Jack of equipment and conservancy of appliance, contribution in the happening of adverse events in ICU at 18 hospitals. Understanding of nurse and staff!CU to patient safety in intensive care unit ( ICU) hardly less. The cause of inappropriate nurse work load that is limited resource, breakdown of ill defined duty, ratio between officers with inappropriate patients, do work which not the authority and lack of training, High nurse work load affect stress working nurse. The cause of unfavourable communications that is still existence of gap between senior and junior nurses in communicating, lead unit don't follow morning briefing, communications which less between teams. Miscommunication also cause medication errors in ICU. Incomplete equipments and also procedure inexistence. Leader of unit and clinical supervise not yet implement the duty.
From this research result suggested to the side of hospital for increasing knowledge and understanding of nurse concerning patient safety increase role of unit director, room director, treatment committee and clinical supervise, specify treatment upbringing procedure standard, usage procedure and conservancy of appliance and also communications procedure for nurse in ICU add health human resource, increase training for nurse, health information system facility through Information Technology {IT) in the form of white line as decision support system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21060
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zaid Alherisyah
"Penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem informasi pemenuhan kebutuhan tenaga perawat ICU berdasarkan analisis beban kerja yang sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan, dan berdasarkan kualifikasi standar minimal perawat ICU. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle) yang berbasis prototyping. Pengembangan sistem dimulai dari tahap perencanaan dengan analisis kelayakan, analisis sistem informasi, desain interface dan perancangan database, serta implementasi yang dibatasi sampai pada uji coba prototipe sistem informasi yang menghasilkan informasi hasil analisis ABK, analisis pemenuhan kualifikasi standar minimal perawat ICU dan perawat pelamar. Dari hasil simulasi prototipe sistem informasi ini membantu memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi kebutuhan jumlah tenaga berdasarkan beban kerja ril berdasarkan ABK dan informasi pemenuhan kualifikasi standar minimal perawat ICU. Untuk implementasi yang berkelanjutan diperlukan peningkatan kemampuan dari pengguna dan dukungan manajemen seperti adanya aspek legal dan ketersediaan insfratruktur.

This study aims to develop an information system for the fulfillment of ICU nurses based on workload analysis according to recommendation of the Ministry of Health, and based on the minimum standard qualifications of ICU nurses. System development method used is SDLC (System Development Life Cycle) based on prototyping. The development of the system starts from the planning phase with feasibility analysis, information system analysis phase, interface design and database design, and implementation is limited to the prototype test of information system that produces workload analysi information, the analysis of fulfillment with minimum qualification of ICU nurses and applicant nurses. From the simulation it showed that this information system help the users to obtain information needs of the number of personnel based on the real workload based and information on the fulfillment of minimum qualifications of ICU nurses. For the implementation it will need user capabilities and management support as legal aspects and infrastructures.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Permanasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kolaborasi antar profesi kesehatan di Instalasi Rawat Intensif RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel 110 orang dari berbagai profesi yang bertugas di Instalasi Rawat Intensif RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta selama bulan November 2023. Kuesioner AITCS II digunakan untuk menilai tingkat kolaborasi dan Structural Equation Modeling - Partial Least Squares (SEM-PLS) untuk menilai faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan kolaborasi seperti Budaya Organisasi, Komunikasi, Penghargaan dan Kepercayaan, Peran dan Tanggung Jawab, Ketersediaan Waktu dan Sumber daya, Dukungan Manajemen dan Kepemimpinan. Hasilnya menunjukkan tingkat kolaborasi baik dengan rata-rata skor AITCS II sebesar 4,14. Kesimpulan : Budaya organisasi, komunikasi, dan pemahaman terhadap peran dan tanggung jawab mempengaruhi secara signifikan terhadap kolaborasi antar profesi. Temuan ini menjadi masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan efektivitas layanan kesehatan dengan mengoptimalkan peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan di rumah sakit. Budaya kolaboratif dan komunikasi efektif juga menjadi kunci dalam meningkatkan hasil perawatan pasien.

This research aims to identify factors that influence collaboration between health professionals at the RSPON Prof. Intensive Care Installation. Dr. Dr. Mahar Mardjono Jakarta. This research uses a cross sectional design with a quantitative approach. The total sample is 110 people from various professions who work at the RSPON Prof. Intensive Care Installation. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta for November 2023. The AITCS II questionnaire was used to assess the level of collaboration and Structural Equation Modeling - Partial Least Squares (SEM-PLS) to assess factors considered to be related to collaboration such as Organizational Culture, Communication, Respect and Trust, Roles and Responsibilities, Availability of Time and Resources power, Management and Leadership Support. The results show a good level of collaboration with an average AITCS II score of 4.14. Organizational culture, communication, and understanding of roles and responsibilities significantly influence collaboration between professions. These findings provide input for hospitals to improve the effectiveness of health services by optimizing the roles and responsibilities of health workers in hospitals. A collaborative culture and effective communication are also key to improving patient care outcomes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri Mardiani
"Ruangan perawatan intensif yang kompleks dan dilengkapi berbagai peralatan medis berbasis alarm berisiko menyebabkan perawat mengalami alarm fatigue akibat paparan alarm secara terus-menerus. Penelitian ini memberikan gambaran kejadian alarm fatigue berdasarkan karakteristik responden di ruang intensif RS X Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 256 perawat dengan rentang usia ≤ 25 - ≥ 46 tahun di seluruh ruang perawatan intensif dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel didapatkan dengan teknik total sampling jenis non random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha 0,744. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan hasil p value 0,028 (P< 0,05). Pengkategorian dilakukan dengan cut-off poin, nilai median 44. Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini adalah dengan teridentifikasinya gambaran alarm fatigue berdasarkan karakteristik responden untuk selanjutnya dilakukan pelatihan manajemen alarm sebagai pembekalan kepada perawat.

An intensive care unit that is complex and equipped with various alarm-based medical equipment is at risk of causing nurses to experience alarm fatigue due to continuous exposure to alarms. This study provides an overview of the incidence of alarm fatigue based on the characteristics of respondents in the intensive care unit of Hospital X Jakarta. This study is a quantitative study with a cross-sectional approach design. The study sample amounted to 256 nurses with an age range of ≤ 25 - ≥ 46 years in all adult intensive care units of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The sample was obtained using a total sampling technique of non-random sampling type. This study used a questionnaire that had been tested for reliability with a Cronbach Alpha value of 0.744. The results were analyzed using descriptive statistical analysis and the Kolmogorov-Smirnov normality test with a p-value of 0.028 (P < 0.05). Categorization was done with cut-off points, a median value of 44. Recommendations related to this study are the identification of a picture of alarm fatigue based on the characteristics of respondents for further alarm management training as a provision to nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denura Nanda Pertiwi
"ABSTRACT
Intensive Care Unit (ICU) merupakan salah satu pelayanan terpenting di rumah sakit karena itu perlu ditingkatkan dan dievaluasi secara berkala. Pengukuran kualitas pelayanan ICU di rumah sakit dapat dilihat dari tingkat kepuasan keluarga pasien yang menjaga pasien di ICU terkait. Pada penelitian ini tingkat kepuasan keluarga pasien akan dinilai terhadap pelayanan dokter, pelayanan perawat, biaya pelayanan kesehatan, pelayanan medis, pelayanan administrasi, dan fasilitas. Akan dianalisis perbedaan mean tingkat kepuasan antara pengguna BPJS dan non-BPJS dan perbandingan tingkat kepuasan keluarga pasien ICU antar rumah sakit tipe A di Jakarta, serta faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tingkat kepuasan keluarga pasien ICU. Data diperoleh dari 150 responden pada 8 rumah sakit tipe A di Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Mann-Whitney, Partial Least Square (PLS), dan Net Promoter Score (NPS). Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kepuasan keluarga pasien ICU yang menggunakan BPJS berbeda dengan tingkat kepuasan keluarga pasien ICU yang menggunakan non-BPJS hanya pada tingkat pelayanan administrasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan keluarga pasien ICU terhadap perlakuan dokter dan
perawat adalah lama waktu perawatan sedangkan adanya rujukan menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan keluarga pasien ICU terhadap biaya dan pelayanan administrasi. Rumah Sakit S menjadi rumah sakit yang diberi penilaian tertinggi secara keseluruhan oleh para responden.

ABSTRACT
Intensive Care Unit (ICU) is one of the best central services in the hospital that should be improved and evaluated periodicly. When measuring the ICU service in the hospital, patient family satisfaction level is one of the indicator. In this study patient family satisfaction level is rated by the doctor services, the nurse services, the medical services fee, the medical services, the administration services, dan facility. This study aimed to analysis the differences about mean of satisfaction level between patient with BPJS and Non-BPJS and to compare the ICU patient family satisfaction between the type A
hospitals in Jakarta, also to identify factors that affect the patient family satisfaction level also. The collected data is 150 respondents from 8 type A hospitals in Jakarta. The methods that will be used in this study are Mann-Whitney Test, Partial Least Square (PLS), and Net Promoter Score (NPS). The results of this study claimed that the ICU
patient family satisfaction level with BPJS is different with The ICU patient family satisfaction level with Non-BPJS towards the administration services only. The factor that give an affect to the ICU patient family satisfaction towards the doctor and the nurse services is the length of treatment while reference letter is the factor that affect the ICU patient family satisfaction towards the medical services fee and the administration services. Hospital S is the best hospital for the respondents."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti Erawati
"Perilaku caring merupakan dimensi penting dalam penerapan proses keperawatan untuk meningkatkan kwalitas pelayanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi persepsi perawat ICU tentang penerapan perilaku caring di ruang ICU RSPAD Gatot Soebroto J akarta Kerangka konsep peneliti mengacu pada teori tentang perilaku caring perawat dan persepsi perawat tentang perilaku caring. Desain penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana dengan jumlah sarnpel 40 orang perawat yang merupakan pegawai tetap di ruang ICU RSPAD Gatot Soebroto J akarta Cara pengambilan sampel dengan non random sampling jenis purposive sampfe menggunakan instrumen kuesioner. Analisa data yang digunakan dengan mencari nilai mean kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian pada perawat ICU yang mempunyai pengetahuan positif dalam menerapkan perilaku caring (75%). Perawat yang mempunyai pengalaman dan motivasi positif dalam melaksanakan caring sekitar 60%. Hal ini mengarnbarkan bahwa psrsepsi perawat ICU sebagian besar sudah sesuai dengan sepuluh carative factors dari Watson. Sepuluh carative factors tersebut rnerupakan pendekatan untuk menerapkan perilaku caring. Kesimpulan menunjukkan persepsi perawat ICU sudah sesuai dengan teori Watson tentang perilaku caring. Hasil dari penelitian ini masih perlu djkembangkan dengan memperhatikan desain, metode, besar sampeI, jumlah instrumen dan Iuasnya area penelitian untuk mencapai validitas dan reliabilitas yang tinggi."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5374
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amadea Gunawan
"Latar Belakang COVID-19 berdampak secara signifikan bagi dunia. Tingginya prevalensi dan insidensi, serta banyaknya kasus berderajat keparahan sedang-berat, mendorong dunia dan Indonesia untuk mencari terapi yang tepat. Salah satunya adalah anti-interleukin-6 untuk mengatasi badai sitokin yang kerap terjadi pada pasien COVID-19. Anti-interleukin-6 berupa Tocilizumab yang digunakan untuk mengatasi COVID-19 derajat sedang-berat hingga saat ini masih minim diteliti di dunia maupun di Indonesia. Maka, Peneliti berharap penelitian ini dapat berkontribusi pada perkembangan dunia medis di Indonesia. Metode Penelitian ini dilakukan dengan desain kohort retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan rekam medis pasien COVID-19 berderajat sedang-berat guna menilai hubungan antara pemberian Tocilizumab dengan tingkat mortalitas, lama rawat, dan kadar biomarker inflamasi yaitu C-reactive protein dan D-dimer. Hasil Diperoleh 52 pasien yang diberikan obat Tocilizumab dan 52 pasien kontrol. Pada kelompok pasien yang diberikan Tocilizumab, 48 pasien dirawat pada bulan Januari-Juni dan 4 pasien dirawat pada bulan Juli-Desember. Pada kelompok kontrol, 32 pasien dirawat pada bulan Januari-Juni dan 20 pasien dirawat pada bulan Juli-Desember. Ditemukan sebanyak 40,4% pasien yang memperoleh Tocilizumab hidup dan sembuh, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 16,4% pasien yang sembuh (p=0,014). Rata-rata lama rawat pasien kelompok uji mencapai 20,9±11,5 hari, lebih lama dibandingkan kelompok kontrol yaitu 16,5±12,4 hari (p=0,007). Rata-rata penurunan kadar CRP pada kelompok uji adalah -74,65±72,59 mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat (p=0,001). Kadar D-dimer pasien yang diberikan Tocilizumab mengalami penurunan namun tidak signifikan. Kesimpulan Tocilizumab terbukti menurunkan angka mortalitas, menurunkan kadar CRP, dan cenderung menurunkan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 derajat sedang-berat.

Introduction COVID-19 has a significant impact globally. The high prevalence and incidence, also the large number of moderate-severe cases, encouraged the world and Indonesia to look a better therapy. One of them is anti-interleukin-6 to overcome cytokine storm that occurs in COVID-19 patients. Today, there is minimal research that learn about anti-interleukin-6, Tocilizumab. This research hope could contribute to the development of the medical sector in Indonesia. Method This research conducted with a retrospective cohort design at Universitas Indonesia Hospital. This study used medical records of COVID-19 moderate-severe patients to assess the relation between Tocilizumab administration and mortality, length of stay, and levels of C-reactive protein and D-dimer. Result There were 52 moderate-severe COVID-19 patients receiving Tocilizumab and 52 control patients. In the test group, 48 patients treated in January-June and 4 patients treated in July-December. In the control group, 32 patients treated in January-June and 20 patients treated in July-December. It was found that 40,4% of patients who were given Tocilizumab survived, while in the control group only 16,4% of patients survived (p=0,014). The average length of stay for test group reached 20,9±11,5 days, longer than the control group, which was 16,5±12,4 days (p=0,007). The average CRP levels decrease in test group was -74.,65±72,59 mg/L, while it increased in the control group (p=0,001). The D-dimer levels of patients given Tocilizumab decreased but not significant. Conclusion Tocilizumab has been proven to reduce mortality rates, lower CRP levels, and tends to reduce D-dimer levels in moderate-severe COVID-19 patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Veronika Prescillia Hartanuh
"Latar Belakang: Delirium adalah perubahan status mental berupa gangguan atensi, kesadaran, dan kognisi yang akut dan fluktuatif. Referensi standar mendiagnosis delirium pada anak dan dewasa menggunakan kriteria DSM-5 atau ICD-10. Populasi anak memiliki tahap perkembangan dan gambaran gejala delirium yang berbeda dibandingkan dewasa sehingga diagnosis delirium anak mengalami keterbatasan dan membutuhkan kemampuan klinis dan kompetensi. Telah dikembangkan instrumen pCAM-ICU untuk membantu diagnosis delirium anak usia minimal lima tahun yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Saat ini pelayanan kesehatan anak di Indonesia belum memiliki instrumen membantu diagnosis delirium dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena tingginya kebutuhan pelayanan, maka dilakukan validitas isi dan reliabilitas konsistensi internal instrumen pCAM-ICU versi Bahasa Indonesia Metode: Dilakukan proses forward translation dan back translation hingga didapatkan instrumen pCAM-ICU versi Bahasa Indonesia. Uji validitas isi pCAM-ICU versi Bahasa Indonesia melibatkan 10 orang ahli di Ilmu Kesehatan Jiwa dan Ilmu Kesehatan Anak yang pernah menangani kasus delirium pada anak dan remaja. Uji reliabilitas konsistensi internal dilakukan pada 30 pasien anak yang berusia 5 – 17 tahun di layanan RSCM. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan membandingkan pemeriksaan pCAM-ICU dengan kriteria DSM-5. Hasil: Instrumen pCAM-ICU versi bahasa Indonesia memiliki nilai I-CVI dan S-CVI sebesar 1,00 pada uji validitas isi dan Cronbach’s alpha keseluruhan 0,959 pada uji reliabilitas konsistensi internal. Instrumen pCAM-ICU versi Bahasa Indonesia memiliki nilai sensitivitas 85% (95% CI, 68-100%) dan spesifisitas 96% (95% CI, 86-100%) Simpulan: Instrumen pCAM-ICU versi Bahasa Indonesia dinilai valid dan reliabel dalam membantu penegakkan diagnosis delirium pada anak minimal usia lima tahun.

Background: Delirium is defined as an acute and fluctuating altered mental status in the form disruption of attention, consciousness, and cognition. DSM-5 and ICD-10 criteria are used as a standardized reference to diagnose delirium. Pediatric population has a different developmental stage and clinical manifestation compared to adult population, hence diagnosing delirium in pediatric population is limited and requires further clinical skill and competence. pCAM-ICU has been developed to help diagnosing delirium for children at least 5 years old with high sensitivity and specificity. Pediatric healthcare service in Indonesia does not have an instrument to help diagnosing delirium in Bahasa Indonesia. Due to the need of such instruments, content validation and internal consistency reliability test for Indonesian version of pCAM-ICU is carried out.
Methods: Forward translation and back translation is carried out to obtain the Indonesian version of pCAM-ICU. Content validity of Indonesian pCAM-ICU involves 10 experts in Psychiatry and Pediatric who have managed delirium cases in children and adolescent. Internal consistency reliability test is done to 30 pediatric populations from the age of 5-17 years old in RSCM. This research is a cross sectional research which compares pCAM-ICU with DSM-5 criteria.
Results: Indonesian version of pCAM-ICU has I-CVI and S-CVI score of 1,00 at content validity test and overall Cronbach’s alpha of 0,959 for internal consistency reliability test. Indonesian version of pCAM-ICU has 85% (95% CI, 68-100%) sensitivity and 96% (95% CI, 86-100%) specificity.
Conclusion: Indonesian version of pCAM-ICU is considered valid and reliable to held diagnosing delirium in children of at least 5 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>