Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58488 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hani Rizka Azhara
"Studi literatur ini bertujuan untuk menelaah tingkat tutur bahasa Korea yang difokuskan pada bentuk penghormatan terhadap subjek. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah bagaimana tingkat tutur penghormatan terhadap subjek diwujudkan dalam bahasa Korea. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan menggunakan bahan dan koleksi perpustakaan untuk mendapatkan data. Dari hasil studi literatur ini dapat disimpulkan bahwa tingkat tutur penghormatan terhadap subjek memiliki empat elemen (실현 요소) yang dapat digunakan untuk menandakan penghormatan, yaitu praakhiran (선어말어미), penanda subjek (주격 조사), afiks (접사), dan kata khusus (특수 어휘). Selain itu, ada pengecualian untuk penghormatan terhadap subjek yang disebut dengan abjonbeob (압존법). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi acuan bagi pemelajar bahasa Korea sebagai bahasa asing untuk memahami tingkat tutur bahasa Korea lebih dalam.

This literature study aims to scrutinize speech levels in the Korean language, with a specific focus on the expressions of subject honorification. The research question in this study is how subject honorification is manifested in the Korean language. To address that, this study employs a literature review method, utilizing materials and collections from the library to gather data. From the literature study result, it can be concluded that subject honorification encompasses four elements (실현 요소) that can be utilized to signify respect, namely pre-final ending (선어말어미), subject marker particle (주격 조사), affix (접사), and special vocabulary (특수 어휘). Additionally, there is an exception to subject honorification, referred to as abjonbeob (압존법). This study is expected to serve as a reference for Korean learners as a foreign language, enabling them to gain a deeper understanding of the levels of speech in the Korean language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Ningsih
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai sistem honorifik dalam bahasa Korea yang dibatasi pada bentuk penghormatan terhadap subjek (subject honorification), mitra tutur (addressee-related honorific), dan objek (object honorification). Penelitian dilakukan dengan metode tinjauan pustaka dan menggunakan pendekatan kualitatif. Dari hasil tinjauan ditemukan bahwa honorifik terhadap subjek ditandai dengan partikel subjek -께서[kkésô] dan penanda honorifik 시 [si]; honorifik terhadap mitra tutur ditandai dengan pemakaian akhiran kalimat (ending) yang berbeda-beda sesuai tingkat ragam dan jenis kalimatnya; dan honorifik terhadap objek ditandai dengan partikel objek ?께 [kké] dan verba khusus.

ABSTRACT
The focus of this study is to discuss about the Korean honorific system constrained to the form of subject honorification, addressee-related honorific, and object honorification. This study is using a literature-review method and qualitative approach. In conclusion, it found that subject honorification can be identified by the use of subject particle -께서[kkésô] and honorific marker 시 [si]; while addressee-related honorific can be identified by the use of variant ending according to the speech level and sentence-style; and object honorification can be identified by the use of object particle ?께 [kké] and some special honorific verb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1771
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soepomo Poedjosoedarmo
Jambi: Pust Pembinaan dan Pengemangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1979
419.22 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman Wilian
"This paper discusses about speech levels in Sasak, the language of the indigenious
people of the island of Lombok, examining the style, meaning and some historical background
of the speech levels. Based on the data, it shows that Sasak, like Javanese and Balinese, also
contains low, mid, high and few honorific vocabularies which are assumed to have been
borrowed from Javanese (Steven, 1975; Nothofer, 1975). However, the use of the high and
honorific variations are scarecly heard in the everyday common Sasaks conversation. In most
occurrences, the high speech level is pronounced only among the so called menak Sasaks and
its surrounding. Therefore, it rejects the idea that Sasak speech levels is as elaborate and
complex as Javanese due to the fact that Sasak has only a few high and honorific vocabularies
known by the Sasak aristocracy."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
499.221 5 TIN I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
499.25 TIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013
499.222 TIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Komariyah
"Pasangan sinonim suatu bahasa seringkali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masing kata tersebut dianggap memiliki kesinoniman. Pemakain yang tumpang tindih tersebut dapat mengakibatkan adanya salah pengetian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kata yang menjadi pasangan sinonim nomina dalam bahasa Madura dan hubungan makna kata-kata yang menjadi anggota pasangan sinonim dalam sebuah kesinoniman. Teori yang digunakan adalah sinonimi. Metode yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi,dan teknik catat, sedangkan analisis data menggunakan metode distribusional. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bajwa sinoim nomina bahasa madura dapat dibedakan dalam nomina konkret dan nomina abstrak. Kosakata nomina bahasa madura yang bersinonim adalah kosakata dengan tingkat tutur kasar, madya, dan halus.

Pairs synonyms of a language are often overlapping because each of these words is considered to have synonyms. Such overlapping use can lead to misunderstanding. This research is trying to describe pairs of noun synonyms in Madurese and its synonymies related to its meaning within the synonym members. The theory used in this article is the synonym theory. The research methodology used in this research is descriptive-qualitative. Data collection is done by applying the interview, documentation, and field note techniques, while data analysis is done by applying distributional method. Based on the analysis, noun synonyms in Madurese can be devided into concrete and abstract nouns. There are three speech levels of Madurese in the synonyms, namely low, medium, and high levels."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 5:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fadhil
"Kajian Filsafat Politik tidak lepas dari tema mengenai kesetaraan karena melihat kondisi nyata masyarakat yang telah mengandung bentuk diskriminasi. Politik kesetaraan yang ditawarkan oleh demokrasi liberal menempatkan kesetaraan menjadi sesuatu pemberian. Padahal kesetaraan bukanlah sesuatu yang kita harapkan dari institusi sosial atau negara. Namun sesuatu yang kita harus ciptakan sendiri melalui politik aktif yang bersifat disensus.

Political Philosophy can not be separated about of equality. Liberal democracy considers that equality into something giving. Though equality is not something that we expect from social institutions or countries. However, something that we have to created through politics of dissensus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyona Anjaly Arsyfany
"Penelitian ini membahas tindak tutur harapan dalam bahasa Korea dari drama yang berjudul Hospital Playlist. Korpus data penelitian diambil dari tuturan tokoh utamanya sebagai seorang dokter yang menyajikan interaksi dan relasi interpersonal antara dokter-pasien. Tindak tutur harapan mencakup ungkapan motivasi, doa, dukungan, dan penghiburan yang diungkapkan oleh dokter kepada pasien. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian berfokus pada bagaimana bentuk dan fungsi penyampaian tindak tutur harapan bahasa Korea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk dan fungsi tindak tutur harapan bahasa Korea. Dari hasil penelitian, ditemukan 30 data yang dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk tindak tutur harapan, yaitu tuturan berdoa sebanyak 7 data dan tuturan dukungan sebanyak 23 data. Berdasarkan hasil analisis data temuan, tuturan dukungan mendominasi sebagai bentuk tindak tutur harapan yang ada di dalam drama. Penggunaan kata choeseoneul dahada sebagai bentuk tuturan dukungan banyak ditemukan dalam drama, mencapai 11 dari 23 data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter selaku penutur sering menyatakan tekad untuk memberikan dukungan penuh kepada pasien selaku mitra tuturnya. Fungsi tindak tutur harapan yang banyak ditemukan adalah untuk mengekspresikan keinginan atau kejadian di masa depan. Hal ini menggambarkan bagaimana dokter membentuk ekspektasi yang positif terhadap keadaan atau tindakan pasien.

This study discusses the speech act of hope in Korean from a drama entitled Hospital Playlist. The data corpus is taken from the main character's speech as a doctor who presents the interaction and interpersonal relationship between doctor-patient. The speech acts of hope include expressions of motivation, prayer, support, and comfort doctors express to patients. Therefore, the study question focuses on how the form and function of the delivery of Korean hope speech acts. This study uses a qualitative approach and a descriptive analysis method. This study aims to explain the form and function of Korean hope speech acts. From the study results, 30 pieces of data were found, divided into 2 (two) forms of speech acts of hope, namely praying speech, as much as 7 data, and support speech as much as 23 data. Based on the results of data analysis, support speech dominates as a form of speech acts of hope in the drama. The use of the word choeseoneul dahada as a form of supportive speech is found in the drama, reaching 11 out of 23 data. The results showed that the doctor as the speaker often expressed the determination to provide full support to the patient as his speech partner. The function of the speech act of hope that is mostly found is to express wishes or future events. This describes how doctors form positive expectations of the patient's situation or actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>