Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Arum Ramadhani
"

Latar Belakang: Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit periodontitis menduduki peringkat kedua terbanyak setelah karies gigi, yaitu sebesar 74,1% di Indonesia. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan periodontal. Dalam perjalanan periodontitis, TLR-4 berperan penting dalam respon imun dan patogenesis inflamasi periodontitis karena dapat mengenali bakteri gram negatif lipopolisakarida (LPS). Propolis merupakan salah satu zat alami berupa produk resin yang memiliki banyak aktivitas biologis, salah satunya antiinflamasi. Tujuan: Mengetahui interaksi molekuler senyawa propolis yang berpotensi sebagai antiinflamasi terhadap TLR-4 pada terapi periodontitis melalui studi penambatan molekuler. Metode: Studi eksperimental komputasional secara in silico menggunakan perangkat Autodock Tools 1.5.6 dan BIOVIA Discovery Studio Visualizer 2021 untuk menguji interaksi dan afinitas ikatan dari ligan propolis terhadap reseptor target TLR-4. Hasil interaksi akan dianalisis untuk menilai konformasi terbaik dari suatu molekul dan afinitas pengikatannya. Penambatan molekuler dilakukan dengan menambatkan 7 senyawa propolis yang berpotensi sebagai antiinflamasi terhadap TLR-4 sebagai reseptor yang berperan dalam proses inflamasi. Hasil: Terdapat interaksi molekuler ikatan antara ligan propolis dengan reseptor TLR-4. Dari ketujuh ligan propolis yang diuji, senyawa Adhyperforin memiliki afinitas terbaik dibandingkan ligan propolis lainnya. Kesimpulan: Senyawa bioaktif pada propolis dapat berinteraksi terhadap reseptor TLR-4 melalui uji penambatan molekuler dan dapat berpotensi menjadi agen antiinflamasi terhadap TLR-4 yang dapat digunakan sebagai kandidat obat untuk terapi periodontitis. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan sifat senyawa bioaktif pada propolis yang dapat bertindak sebagai agen antiinflamasi yang baik untuk terapi periodontitis.


Background: According to 2018 Basic Health Survey (Riskesdas) data, periodontitis is the second most frequent condition after dental caries, which reached a prevalence of 74.1% in Indonesia. Periodontitis is an inflammatory condition associated with the destruction of periodontal tissue. TLR-4, which recognizes gram-negative bacterial lipopolysaccharides (LPS), plays a crucial role in the immune response and inflammatory pathogenesis of periodontitis. Propolis is a natural product in the form of resin that has many biological activities, one of which is anti-inflammatory. Purpose: To investigate the molecular interactions of propolis compounds that have anti-inflammatory potential against TLR-4 in periodontitis therapy through molecular docking studies. Methods: In silico computational experimental study using Autodock Tools 1.5.6 and BIOVIA Discovery Studio Visualizer 2021 to test the interaction and binding affinity of propolis ligands towards the TLR-4 target receptor. The interaction results will be analyzed to assess the best conformation of a molecule and its binding affinity. Molecular docking was performed by targeting 7 propolis compounds that have anti-inflammatory potential against TLR-4 as a receptor that plays a role in the inflammatory process. Results: There is a binding interaction between propolis ligands and TLR-4 receptor. Of the seven propolis ligands tested, the compound Adhyperforin had the best affinity compared to other propolis ligand. Conclusions: Bioactive compounds in propolis can interact with TLR-4 receptors through molecular docking tests and can potentially become anti-inflammatory agents against TLR-4 that can be used as drug candidates for periodontitis therapy. However, further research is needed to prove the nature of bioactive compounds in propolis that can act as good anti-inflammatory agents for periodontitis therapy.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aretha Amelia Budiman
"Pendahuluan: Prevalensi periodontitis di Indonesia mencapai 74,1% berdasarkan data Riskesdas tahun 2018. Bakteri penyakit periodontitis dapat menembus lebih dalam ke jaringan sekitar gigi. Hal ini dapat memicu respons host dalam upaya bertahan melawan bakteri yang menyerang, salah satunya adalah respon dari TLR-2. Salah satu obat yang memiliki kandungan antiinflamasi dan saat ini sedang banyak diperhatikan oleh masyarakat adalah propolis. Tujuan: Meneliti interaksi dan afinitas antara senyawa pada propolis dengan reseptor Toll-Like Receptor 2 melalui studi penambatan molekuler. Metode: Studi in silico dengan penambatan molekuler untuk menguji interaksi molekuler dari ligan bahan aktif propolis terhadap reseptor TLR-2. Hasil interaksi yang didapat akan dianalisis dan diintrepretasikan untuk mengetahui afinitas ikatan dari interaksi antara ligan dengan reseptor. Hasil: terdapat interaksi antara ligan bahan aktif propolis terhadap reseptor TLR-2. Kesimpulan: Propolis berpotensi menjadi agen antibakteri pada terapi periodontitis yang dapat menghambat inflamasi melalui inaktivasi TLR-2. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vitro untuk pengamatan lebih lanjut terkait interaksi yang terjadi.

Background: The prevalence of periodontitis in Indonesia reached 74.1%. (Riskesdas, 2018). Periodontitis bacteria can penetrate deep into the gum. This can trigger a host response in an effort to defend against invading bacteria, including responses from TLR-2. Propolis has been shown to have antiinflammatory properties and is currently getting a lot of attention from the public. Purpose: To examine the interaction and affinity between compounds in propolis and the Toll-Like Receptor 2 receptor through molecular docking studies. Methods: To investigate the molecular interactions of propolis active ingredient ligands on the TLR-2 receptor, a molecular docking was conducted. The interaction results obtained will be analyzed and interpreted to determine the binding affinity of the interaction between the ligand and the receptor. Results: There is an interaction between the ligand of the active ingredient of propolis and the TLR-2 receptor. Conclusions: Propolis has the potential to be an antibacterial agent in periodontitis therapy that can inhibit inflammation through inactivation of TLR-2. However, further research needs to be carried out with in vitro studies to further observe the interactions that may occur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafidha Irdiani
"Coronavirus disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2). Saat ini, Covid-19 menjadi masalah kesehatan global dan ditetapkan sebagai pandemic pada Maret 2020. Kompleksitas dan mutasi ssRNA virus yang sangat cepat menyebabkan dibutuhkan waktu lama untuk menghasilkan vaksin yang efektif. Sementara itu, angka kematian yang terus meningkat mengiringi peningkatan angka kasus setiap harinya membuat tingginya urgensi penemuan obat. Terdapat dua target pengobatan Covid-19 yang menjanjikan, yaitu protease SARS-CoV-2 dan ACE-2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi propolis Tetragonula aff. biroi sebagai obat Covid-19 melalui studi in silico. Dalam penelitian ini, penambatan molekuler antara senyawa propolis dengan masing-masing protease SARS-CoV-2 dan ACE-2 dilakukan. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang berpotensi menghambat aktivitas protease SARSCoV-2 adalah glyasperin A dan broussoflavonol F, dengan docking score -7,8 kcal/mol dan dengan persentase kemiripan profil interaksi masing-masing dibandingkan dengan inhibitor 13b sebagai kontrol positif sebesar 63% dan 75%. Sementara itu, senyawa yang berpotensi menghambat aktivitas ACE-2 adalah glyasperin A, broussoflavonol F, dan sulabiroins A dengan docking score secara berurutan -10,8 kcal/mol, -9,9 kcal/mol, dan -9,5 kcal/mol serta persentase kemiripan profil interaksi dibandingkan dengan inhibitor MLN-4760 sebagai kontrol positif secara berurutan sebesar 77%, 23%, dan 38%.

Coronavirus disease 2019 (COVID-19), a respiratory disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), is a global health concern, as the World Health Organization declared this outbreak to be a global pandemic in March 2020. The need for an effective treatment is urgent because the development of an effective vaccine may take years given the complexity of the virus and its rapid mutation. Two promising treatment targets for COVID-19 are SARS-CoV-2 main protease and ACE-2. Thus, this study examined whether Sulawesi propolis compounds produced by Tetragonula aff. biroi can inhibit the enzymatic activity of both proteins. In this study, molecular docking was performed to analyze the interaction profiles of propolis compounds with SARS-CoV-2 main protease and ACE-2 severally. Based on the research, two compounds, namely glyasperin A and broussoflavonol F, are potential inhibitor for SARS-CoV-2 protease with docking score -7.8 kcal/mol and binding similarities compared to inhibitor 13b as positive control 63% and 75% respectively. Furthermore, glyasperin A, broussoflavonol F and sulabiroins A are also considered as potential inhibitors for ACE-2 with docking score -10.8 kcal/mol, -9.9 kcal/mol and -9.5 kcal/mol respectively, and binding similarity compared to inhibitor MLN-4760 as positive control 77%, 23% and 38% respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rahmani
"New Psychoactive Substances (NPS) adalah senyawa baru serupa narkotika dan psikotropika yang belum diatur dalam perundang-undangan sehingga rentan untuk disalahgunakan. NPS dapat berinteraksi dengan berbagai reseptor yang ada di otak, salah satunya reseptor Cannabinoid-2. Penelitian ini dilakukan untuk melihat afinitas dan model interaksi antara NPS dengan reseptor Cannabinoid-2 secara in silico. Metode yang digunakan adalah penambatan molekuler menggunakan program Autodock dengan bantuan PyRx. Parameter optimal yang digunakan untuk penambatan molekuler NPS dengan reseptor Cannabinoid-2 adalah gridbox dengan ukuran 58x58x58 pts dengan spasi 0,375 Å dan lama komputasi short. Energi ikatan yang dihasilkan dari penambatan molekuler NPS terhadap reseptor Cannabinoid-2 berkisar antara -2,58 hingga -11,78 kkal/mol. Golongan yang memiliki frekuensi terbanyak senyawa dengan energi ikatan -5,00 hingga -7,49 kkal/mol adalah aminoindanes, fenetilamin, fensiklidin, katinon sintetik, piperazin, dan triptamin, sedangkan golongan yang memiliki frekuensi terbanyak senyawa dengan energi ikatan -7,50 hingga -10,00 adalah kanabinoid sintetik, fentanil, other substances, dan opioid. Berdasarkan hasil yang didapatkan, semua golongan NPS memiliki afinitas jika berinterakasi dengan reseptor Cannabinoid-2. Interaksi yang dihasilkan dari semua golongan NPS berpotensi menghasilkan aktivitas agonis kecuali pada golongan fenetilamin, fensiklidin, dan piperazin.

New Psychoactive Substances (NPS) is a new compound resemblant to narcotics and psychotropics which not yet regulated by the law, so NPS has vulnerability to be abused. NPS can interact with various receptors in the brain, such as cannabinoid-2 receptors. This in silico study was conducted to determine binding affinity and model of interaction of NPS on cannabinoid-2 receptor. The method used is molecular docking using AutoDock assisted by PyRx. The optimal parameter used for molecular docking of NPS with cannabinoid-2 receptor is a gridbox with a size of 58x58x58 pts spacing 0,375 Å and maximum number of evaluation short. The binding energy resulting from molecular docking of NPS with cannabinoid-2 receptor ranged from -2,58 to -11,78 kcal/mol. The groups with the highest frequency of compounds with bond energies of -5.00 to -7.49 kcal/mol were aminoindanes, phenethylamine, phenyclidine, synthetic cathinones, piperazine, and tryptamine, while the group with the highest frequency of compounds with bond energies of -7.50 to -10.00 are synthetic cannabinoids, fentanyl, other substances, and opioids. Based on the results obtained, all NPS groups have affinity when interacting with cannabinoid-2 receptors. The interaction resulting from all NPS groups has a potential to mediate agonist activity except for phenethylamine, phencyclidine, and piperazine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Aulia Rahmiati
"Zat-zat serupa narkotika dan psikotropika baru yang dikenal sebagai New Psychoactive Substances (NPS) telah berkembang di pasaran dalam beberapa tahun terakhir di dunia Internasional maupun di Indonesia. Telah teridentifikasi sebanyak 27 NPS diantara 74 jenis yang beredar di Indonesia pada tahun 2019 yang merupakan turunan kanabinoid dan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 Tahun 2018. Prediksi terhadap NPS perlu dilakukan dan dapat dilakukan menggunakan metode in silico. Penelitian ini bertujuan memperoleh model interaksi dan afinitas penambatan molekuler dari New Psychoactive Substances (NPS) terhadap reseptor Cannabinoid-1 (CB1) dilakukan secara in silico. Penambatan molekuler dilakukan menggunakan AutoDock melalui program PyRx serta dilakukan visualisasi interaksi hasil penambatan molekuler menggunakan Ligplot dan PyMOL. Parameter optimasi yang didapatkan untuk penambatan molekuler CB1 adalah menggunakan grid box 50x50x50 unit dengan energi evaluasi medium (2.500.000). Golongan NPS yang termasuk pada rentang energi ikatan -9,00 hingga -11,00 kkal/mol adalah kanabinoid (62%), fentanil (70%) dan plant-based substances (50%). Pada rentang -7,00 hingga -9,00 kkal/mol yaitu arilsikloheksilamin (70%). Sedangkan pada rentang -4,00 hingga -7,00 kkal/mol yakni katinon (58%), fenetilamin (84%), piperazin (81%) dan triptamin (64%).

New narcotic and psychotropic substances known as New Psychoactive Substances (NPS) have evolved on the market in recent years both in Indonesia and internationally. As many as 27 NPS have been identified among 74 type in Indonesia in 2019 which are cannabinoid derivatives and have been regulated in Ministry of Health Republic of Indonesia Regulation No. 50 of 2018. Prediction of NPS needs to be done and can be done using the method in silico. This study aims to obtain a model of interaction and molecular binding affinity of the New Psychoactive Substances (NPS) on Cannabinoid-1 (CB1) receptor using in silico method. Molecular docking is done using AutoDock in PyRx program and visualize molecular docking interactions using Ligplot and PyMOL. Optimization parameter obtained for molecular docking of CB1 is using 50x50x50 unit grid box with medium energy evaluation (2.500.000). The NPS group included in the binding energy range of -9.00 to -11.00 kcal/mol are cannabinoids (62%), fentanyl (70%) and plant-based substances (50%). In the range of -7.00 to -9.00 kcal/mol, namely arylcyclohexylamine (70%). Whereas in the range of -4.00 to -7.00 kcal/mol are cathinone (58%), phenethylamine (84%), piperazine (81%) and tryptamine (64%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Junjung Pesona Ribeki
"Zat-zat psikoaktif baru (NPS) adalah serangkaian obat yang telah dirancang untuk meniru obat-obatan terlarang yang sudah ada, seperti ganja, kokain, ekstasi. Produsen obat-obatan ini mengembangkan bahan kimia baru untuk menggantikan obat-obatan yang dilarang, yang berarti bahwa struktur kimia obat-obatan tersebut terus berubah.Kemunculan NPS telah menghasilkan peningkatan prevalensi dalam kerja obat dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan metode in silico penambatan molekul dengana AutoDock digunakan untuk memprediksi interaksi senyawa serta dapat memberikan informasi simulasi aktivitas suatu senyawa. Situs aktif yang ada pada makromolekul 5-HT2B memiliki residu asam amino Val208, Phe340, Val366, Leu132, Asp135, Phe341, Val136, Leu209, Phe217, Gly221, Ser222, Met218, Val348, Asn344, Leu362, Leu347, Trp131, Trp337, Thr140, Ser139, Ala225, Tyr370, Ile186, Lys221, Gln359, Thr210, Glu363, Ala111. Residu Val136, Gly221, Phe341, Phe217 dan Val366 digunakan untuk penambatan molekul. Parameter optimal yang diperoleh untuk validasi penambatan molekuler 5-HT2B dengan ligan ergotamin adalah gridbox 50x50x50 titik dengan jarak 0,375 A dengan jumlah maksimum evaluasi energi medium = 2.500.000, menunjukan energi ikatan -15,61 kkal/mol dan nilai RMSD yaitu 0,31567 Å. Penambatan molekul golongan NPS pada 5-HT2B menunjukan interaksi pada rentang energi ikatan -8,00 hingga -11,00 kkal/mol untuk kanabinoid (80,30%), katinon (6,4%), fenetilamin (7,5%), fentanil (100%), piperazin (6,25%), arilsikloheksilamin (30%),dan plant-based substances (50%). Sedangkan pada rentang -5,00 hingga -7,99 kkal/mol yakni kanabinoid (19,70%), katinon (93,6%), fenetilamin (92,5%), triptamin (100%), piperazin (93,75%), arilsikloheksilamin (70%),dan plant-based substances (50%). Dari hasil penelitian ini 5-HT2B tidak hanya beribteraksi dengan fenetilamin sebagai ligan yang sudah diketahui sebagai agonis tetapi juga dipengaruhi oleh fentanil dan kanabinoid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novrina Ariij Aisyti
"Salah satu perkembangan menarik dalam pengobatan kanker adalah target terapi kanker, yaitu pemberian obat yang ditargetkan secara molekuler untuk menginhibisi protein onkogenik tirosin kinase. Tirosin kinase adalah enzim kinase yang berperan dalam proses seluler seperti pertumbuhan, diferensiasi, migrasi, dan apoptosis sebuah sel. Mutasi atau ekspresi berlebih dari tirosin kinase dapat mengakibatkan perubahan fungsi seluler tirosin kinase yang memicu pembentukan sel tumor dan kanker, sehingga inhibisi dari protein tersebut dapat memperlambat proliferasi dan angiogenesis dari sel kanker. Pada penelitian ini, permodelan secara in silico digunakan untuk mengetahui aktivitas inhibisi senyawa propolis yang berasal dari lebah tak bersengat Tetragonula biroi aff. Indonesia pada target protein tirosin kinase penyebab non-small cell lung cancer (NSCLC), kanker payudara, dan leukemia myeloid. 18 senyawa uji propolis yang memiliki potensi antikanker diujikan sebagai inhibitor untuk menghambat aktivitas protein Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK), Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2), dan Brutons Tyrosine Kinase (BTK) penyebab NSCLC, kanker payudara, dan leukemia myeloid secara berturut-turut. Penambatan dikomputasikan menggunakan AutoDock Vina®, dengan LigPlot+ dan PyMOL untuk memvisualisasikan interaksi molekuler antara kompleks inhibitor-protein yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa kurarinon adalah inhibitor yang paling kuat terhadap ALK dengan skor -8,8 kkal/mol, yang berinteraksi dengan Met1199 sebagai residu utama untuk menghambat ALK. Sementara itu macarangin memiliki skor penambatan tertinggi untuk target HER2 dengan nilai sebesar -11,3 kkal/mol, dan Derrubone sebagai inhibitor paling kuat untuk BTK dengan skor -9,4 kkal/mol. Maka dari itu, studi ini menunjukkan bahwa kurarinon berpotensi untuk menjadi inhibitor ALK, dengan macarangin berpotensi sebagai inhibitor HER2, dan derrubone berpotensi untuk menjadi inhibitor BTK sehingga ketiga senyawa tersebut dapat diteliti dan dievaluasi lebih lanjut untuk studi in-vitro dan in-vivo sebagai novel inhibitor ALK, HER2, dan BTK.

 


One of the interesting developments in cancer treatment is the use of cancer targeted therapy, a molecular targeted drugs that are given to inhibit the oncogenic protein of tyrosine kinases. The tyrosine kinases is a group of kinase enzyme that plays a role in cellular processes such as cell growth, differentiation, migration, and apoptosis. Mutation or overexpression of tyrosine kinases can result in disruption of tyrosine kinase cellular function which triggers the formation of tumor and cancerous cells, where the inhibition of these proteins can slow down the proliferation and angiogenesis of cancer cells. In this study, in-silico modeling was used to determine the inhibitory activity of propolis compounds derived from Indonesian Tetragonula biroi aff. targeting tyrosine kinase protein that causes non-small cell lung cancer (NSCLC), breast cancer, and myeloid leukemia. 18 propolis compounds that have anticancer potential are tested as inhibitors to block the activity of Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK), Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2), and Bruton's Tyrosine Kinase (BTK) protein that causes NSCLC, breast cancer, and myeloid leukemia respectively. Docking was computed using AutoDock Vina®, with LigPlot+ and PyMOL to visualize molecular interactions between the resulting inhibitor-protein complex. The result show that kurarinone is the most potent inhibitor towards ALK with a score -8,8 kcal/mol, interacting with Met1199 as a key residues for inhibiting ALK. Meanwhile macarangin has the highest docking score for HER2 target resulting in -11,3 kcal/mol, and derrubone as the most potent inhibitor for BTK with a score of -9,4 kcal/mol. This study suggest that kurarinone has the potential as ALK inhibitor, with macarangin has the potential to inhibit HER2, and derrubone has the potential as BTK inhibitor so that the three compounds can be further investigated and evaluated for in-vitro and in-vivo studies as novel ALK, HER2, and BTK inhibitors.

"

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalisa
"ABSTRAK
Latar Belakang: Cheilitis angularis adalah penyakit inflamasi yang dipicu oleh faktor genetik, lingkungan dan agen infektif. Gen Toll Like Receptor 2 (TLR2) merupakan komponen penting dalam respon imun innate. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi polimorfisme gen Toll Like Receptor 2 (TLR2) pada cheilitis angularis dan non cheilitis angularis. Metode: 50 sampel cheilitis angularis dan 50 sampel non cheilitis angularis digunakan dalam penelitian ini. Campuran TLR2 16934 T/A dengan ddH2O, enzim polimerase dan DNA template dianalisis menggunakan teknik PCR RFLP, yang menggunakan HphI sebagai enzim restriksi, dilanjutkan dengan elektroforesis. Hasil: Genotip terbanyak yang ditemukan pada cheilitis angularis dan non cheilitis angularis adalah genotip TT. Jumlah genotip dan alel polimorfik paling banyak ditemukan pada cheilitis angularis (22% dan 13%) dibandingkan non-cheilitis angularis (12% dan 6%). Uji Continuity Correction menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara cheilitis angularis dan non-cheilitis angularis. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara polimorfisme gen TLR2-16934 T/A dan cheilitis angularis.

ABSTRACT
Background: Angular cheilitis is an inflammatory disease induced by genetic, environmental and infective agent factors. Toll Like Receptor 2 (TLR2) gene is essential components for innate immunity response. Objective: This study aimed to analyzed distribution of Toll Like Receptor 2 (TLR2) gene polymorphism in angular cheilitis and non angular cheilitis. Methods: 50 samples angular cheilitis as case group and 50 samples non angular cheilitis as control group were used in this research. TLR2-16934 T/A mixed with ddH2O, polymerase enzyme and DNA template were analyzed using PCR RFLP technique, which used HphI as restriction enzyme, then followed by electrophoresis. Subsequently assessed with statistical analysis using Continuity Corrections test. Results: The most genotype found in angular cheilitis and non angular cheilitis was TT genotype. The amount of polymorphic genotype and allele were recorded greater in angular cheilitis (22% and 13%) than non-angular cheilitis (12% and 6%). Continuity Corrections test showed no significant differences between angular cheilitis and non ngular cheilitis (p-value=0,287). Conclusion: There is an association between TLR2-16934 T/A gene polymorphism and angular cheilitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karenina Khansa
"New Pyschoactive Substances (NPS) merupakan senyawa narkotika dan/atau psikotropika baru yang beredar di pasaran dan tidak diatur secara hukum sehingga terjadi perdagangan gelap dan tidak terkendali. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 Tahun 2020, terdapat 78 senyawa NPS yang teridentifikasi. Katinon sebagai contoh golongan NPS memiliki tingkat penyalahgunaan tertinggi dalam rentang tahun 2009 hingga 2017. Dilakukan prediksi aktivitas secara in silico senyawa-senyawa NPS terhadap makromolekul 5-HT'( menggunakan AutoDock4 dengan parameter penambatan molekuler yaitu ukuran gridbox 60x60x60 Å dan energi evaluasi medium (2.500.000). Visualisasi interaksi dilakukan dengan program PyMOL serta LigPlot+. Kompleks 594 senyawa NPS (senyawa uji dari SWGDRUG) dengan makromolekul 5-HT'( menunjukkan sebagian besar golongan NPS yang memiliki aktivitas dengan energi ikatan dibawah -5,00 kkal/mol yaitu kanabinoid sintetis, katinon sintetis, fenetilamin, triptamin, piperazin, opioid, fentanil, benzodiazepin, barbiturat, aminoindan, ketaminephenicyclidine type substances, plant-based substances, other substance. Golongan senyawa yang memasuki rentang afinitas -5,00 hingga -7,49 (sedang) kkal/mol yaitu kanabinoid sintetis, katinon sintetis, fenetilamin, triptamin, piperazin, ketaminephenicyclidine type substances, barbiturate, aminoindan, dan other substances. Golongan senyawa dengan rentang afinitas -7,50 hingga -9,99 kkal/mol (tinggi) adalah 12 golongan NPS yang telah disebutkan kecuali golongan aminoindan. Golongan senyawa dengan rentang afinitas -10,00 hingga -14,00 kkal/mol (sangat tinggi) yaitu kanabinoid sintetis, fenetilamin, piperazin, fentanil, opioid, plant-based substances, dan other substances. 13 golongan NPS memiliki aktivitas yang sedang hingga sangat tinggi terhadap makromolekul 5-HT'( serta memiliki interaksi pada Transmembran Helix (TM) 3, 5, 6 yang memediasi aksi agonis terhadap reseptor kecuali senyawa phenobarbital dari golongan barbiturat.

New Psychoactive Substances (NPS) are narcotic or psychotropic substances that recently revolved in market and not controlled by the law. Based on Minister of Health Regulations No. 5 of 2020, 78 subtances are registered as NPS.  Activity between NPS and 5-HT2A macromolecule were done using in silico method (AutoDock4) with docking parameter 60x60x60 Å (gridbox) and medium number of evaluation. Interaction determined by visualization using PyMOL and LigPlot+. All 13 NPS classes are synthetic cannabinoid, synthetic cathinone, phenetylamine, tryptamine, piperazine, opioid, fentanyl, benzodiazepine, barbiturate, aminoindane, ketamine-phenicyclidine type substance, plant-based substance, and others substance class. NPS classes that had binding affinity from -5,00 to -7,49 kcal/mol (medium) were synthetic cannabinoid, synthetic cathinone, phenetylamoine, tryptamine, piperazine, ketamine-phenicyclidine type substance, barbiturate, aminoindane, and others. NPS classed that had binding affinity from -7,5 to -9,99 kcal/mol (high) were all 12 NPS classes except aminoindane. NPS classes that hadbinding affinity from -10,00 to -14,00 kcal/mol (highest) were synthetic cannabinoid, phenetylamine, piperazine, fentanyl, opioid, plant-based substances, and other substances. Based on interaction visualization result, All 13 NPS classes that is tested have activity on 5-HT2A receptor seen from the their binding affinities and interaction in Transmembrane Helix 3, 5, and 6 (mediate agonist activity) except phenobarbital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqqilla Rinanda Arenta Putri
"Propolis merupakan suatu campuran resin alami yang dikumpulkan lebah dari berbagai tanaman yang dihinggapinya. Umumnya, propolis dihasilkan dalam jumlah yang banyak oleh lebah yang tidak bersengat dibandingkan lebah yang bersengat. Di Indonesia, diketahui bahwa daerah Kalimantan, terutama Kalimantan Selatan, merupakan daerah dengan variasi spesies lebah tidak bersengat tertinggi. Pada penelitian ini, dipilih tiga sampel propolis dari spesies lebah Heterotrigona itama, Geniotrigona thoracica, dan Tetragonula laeviceps asal Kalimantan Selatan. Pemilihan spesies lebah ini dilakukan berdasarkan data persebaran lebah di Indonesia yang dimiliki oleh Asosiasi Perlebahan Indonesia (API). Variasi asal daerah lebah penghasil propolis dan spesies lebah dapat menyebabkan kandungan senyawa kimia pada propolis sangat beragam. Adanya keragaman kandungan senyawa kimia pada setiap propolis akan menyebabkan senyawa bioaktif antiinflamasi yang terdeteksi juga berbeda. Oleh karena itu dilakukan identifikasi senyawa bioaktif antiinflamasi melalui pendekatan metabolomik yang mengkombinasikan metode analisis kimia dengan analisis statistik. Identifikasi senyawa metabolit secara umum dilakukan menggunakan instrumen LCMS/MS dan kemudian dipilih sembilan senyawa yang berpotensi sebagai senyawa bioaktif antiinflamasi. Identifikasi senyawa yang berperan signifikan dalam aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan analisis statistik multivariat menggunakan data senyawa potensi bioaktif antiinflamasi dan nilai IC50 sampel propolis. Hasil penelitian ini adalah diperoleh senyawa 18-β-Glycyrrhetinic acid sebagai senyawa bioaktif antiinflamasi propolis Indonesia.

Propolis is a natural resin mixture that bees collect from the various plants they inhabit. Generally, propolis is produced in greater quantities by stingless bees than stingless bees. In Indonesia, it is known that Kalimantan, especially South Kalimantan, is an area with the highest variety of stingless bee species. In this study, three propolis samples were selected from the bee species Heterotrigona itama, Geniotrigona thoracica, and Tetragonula laeviceps from South Kalimantan. The selection of bee species is based on data on the distribution of bees in Indonesia owned by the Indonesian Beekeeping Association (API). Variations in the origin of the propolis-producing bees and bee species can cause the content of chemical compounds in propolis to vary widely. The diversity of chemical compounds in each propolis will cause the detected anti-inflammatory bioactive compounds to be different. Therefore, identification of anti-inflammatory bioactive compounds was carried out through a metabolomics approach that combined chemical analysis methods with statistical analysis. Identification of metabolites in general was carried out using the LCMS/MS instrument and then nine compounds were selected as potential anti-inflammatory bioactive compounds. Identification of compounds that play a significant role in anti-inflammatory activity was carried out by multivariate statistical analysis using data on potential anti-inflammatory bioactive compounds and IC50 values of propolis samples. The results of this study were obtained by the compound 18-β-Glycyrrhetinic acid as an anti-inflammatory bioactive compound in Indonesian propolis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>