Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ikram Picaso
"Obesitas merupakan suatu trend yang semakin banyak di dunia. Hal ini terjadi karena banyak faktor seperti junk food, globalisasi, dan penurunan aktivitas fisik. Obesitas sendiri merupakan faktor terbesar terjadinya Osteoartritis (OA) lutut. Otot quadriceps adalah salah satu otot yang melindungi sendi lutut. Pasien OA lutut ditemukan memiliki kelemahan otot quadriceps. Hubungan antara obesitas dan OA lutut serta hubungan antara OA lutut dengan kekuatan otot quadriceps sudah banyak diteliti, namun hubungan antara IMT dan kekuatan otot quadriceps masih belum jelas. Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kekuatan otot quadriceps pada pasien obesitas dengan OA lutut. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional secara analitik. Populasi subjek penelitian merupakan pasien obesitas dengan OA lutut di poli Rehabilitasi Medik RSCM. Data subjek penelitian diambil dari rekam medis elektronik lalu diskrining menggunakan kriteria eligibilitas sehingga didapatkan 18 subjek penelitian berdasarkan jumlah minimum sampel. Analisis data digunakan korelasi spearman di software SPSS. Hubungan dinyatakan bermakna secara statistik apabila p<0.05. Proses analisis data dengan korelasi spearman pada variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps menghasilkan nilai p<0.05 dengan nilai rho -0,498. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat inverse correlation antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps yang bermakna secara statistic, maka semakin besar IMT seseorang, semakin lemah kekuatan otot quadriceps subjek pada populasi pasien obesitas dengan OA lutut.

Obesity is an increasing trend in today’s world. This happens because various factors such as increase in availability of junk food, globalization, and decrease in physical activity. Obesity is one of the biggest risk factor for knee OA. Quadriceps muscle is one of the muscle that protects the knee joint. There is a lot of findings of weakening in quadriceps muscle strength in knee OA patients. There is a lot of evidence for the correlation of obesity and knee OA, there is also a lot of evidence for the correlation of knee OA and quadriceps muscle strength, but there is very little evidence for the correlation between BMI and quadriceps muscle strength. This study is made to find the correlation between BMI and quadriceps muscle strength in obese patients with knee OA. This study has an analytic cross-sectional design. The population of this study’s subject is obese patients with knee OA in the Department of Medical Rehabilitation of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Subject’s data is acquired through electronic medical records and then screened using a particular eligibility criteria. This study acquired 18 subjects according to the minimum study sample. Data was analysed using spearman correlation in SPSS software. The correlation is stated statistically significant if p<0,05. Data analysis using spearman correlation to search for the correlation between BMI variable and quadriceps muscle strength variable shows a result with p<0.05 and a rho of -0,498. Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is an inverse correlation between BMI and quadriceps muscle strength that’s statistically significant. Therefore, in obese patients with knee OA, the higher the BMI means the lower the strength of quadriceps muscle is."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Annisa Iqbal
"Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan kondisi degeneratif sendi kronis yang umum terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Nyeri adalah gejala predominan OA yang memengaruhi kualitas hidup pasien. Penyebab OA bersifat multifaktorial dan berat badan berlebih ataupun obesitas merupakan faktor risiko OA yang dapat diubah dan paling berpengaruh. OA bersifat nonreversibel sehingga tata laksananya saat ini berfokus pada manajemen rasa nyeri yang ditimbulkan. Penelitian ini utamanya bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan nyeri lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis genu. Metode Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong lintang analitis. Populasi penelitian merupakan pasien obesitas dengan osteoartritis lutut di Indonesia. Data subjek penelitian didapatkan dari rekam medis pasien yang menjalani rehabilitasi di Poli Rehabilitasi Medik RSCM. Hasil data dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas data. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan menggunakan uji Spearman. Hubungan dinyatakan bermakna apabila p<0.05. Hasil Hubungan indeks massa tubuh dengan nyeri lutut memiliki nilai p<0.001 dan nilai r=0.457. Kesimpulan Rerata indeks massa tubuh pasien obesitas dengan osteoartritis genu Poli Rehabilitasi Medik RSCM adalah 30.17 kg/m2. Rerata skor nyeri lutut yang dialami pasien adalah 3.9 dengan semua pasien mengalami nyeri. Terdapat hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dan nyeri lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis genu.

Introduction Osteoarthritis (OA) is a common chronic degenerative joint condition that occurs worldwide, including in Indonesia. Pain is the predominant symptom of OA that affects the quality of life of patients. The causes of OA are multifactorial, and excess body weight or obesity is a modifiable and influential risk factor for OA. OA is nonreversible, so current management focuses on addressing the pain it causes. The main aim of this study is to determine the relationship between body mass index and knee pain in obese patients with knee osteoarthritis. Method This research was conducted with an analytical cross-sectional study design. The study population consisted of obese patients with knee osteoarthritis in Indonesia. Subject data were obtained from the medical records of patients undergoing rehabilitation at the Medical Rehabilitation Clinic of RSCM. Data results were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test for data normality. Variable relationships were assessed using the Spearman test. The relationship was considered significant when p<0.05. Results The relationship between body mass index and knee pain has a p-value of <0.001 and an r-value of 0.457. Conclusion The mean body mass index of obese patients with knee osteoarthritis at the Medical Rehabilitation Clinic of RSCM is 30.17 kg/m2. The mean knee pain score experienced by patients is 3.9, with all patients experiencing pain. There is a significant relationship between body mass index and knee pain in obese patients with knee osteoarthritis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 20023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimatus Zahroh
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas penggunaan elastic taping terhadap intensitas nyeri, kekuatan otot quadriceps dan status fungsi lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 2x/minggu selama 2 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan pemasangan 3 elastic taping dengan tarikan 40- 50%, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pemasangan elastic taping dengan arah pemasangan yang sama namun tanpa penarikan. Pemasangan elastic taping dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 2 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa intensitas nyeri berdasarkan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer serta penilaian kuesioner KOOS pada sebelum, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu pemasangan elastic taping. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps dan nilai keusioner KOOS sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan elastic taping sebagai terapi tambahan efektif dalam menurunkan nilai VAS, meningkatkan kekuatan otot quadriceps, dan nilai kuesioner KOOS pada pasien overweight dan obesitas dengan osteoartritis lutut setelah diberikan intervensi selama 2 minggu. Perbaikan nilai median VAS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar
3 (1-4) dan 2 (1-3) dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,008. Peningkatan rerata kekuatan otot quadriceps pada kelompok kontrol dan perlakuan masing- masing sebesar 3,44±0,71 kg dan 5,66±1,71 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p< 0,001. Peningkatan rerata nilai kuesioner KOOS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar 12,92±3,51 dan 17,02±5,59, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p=0,023. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas elastic taping dalam jangka waktu yang lebih lama serta untuk membandingkan efektivitas aplikasi elastic taping pada otot quadriceps antara metode dua taping dengan tiga taping untuk melihat perbandingan penurunan intensitas nyeri.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of elastic taping on pain intensity, quadriceps muscle strength and knee function status in obese patients with knee osteoarthritis. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with knee osteoarthritis, which was divided into 2 groups: control and intervention groups. All subjects from both groups received standard exercises: aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Jakarta, which was conducted 2x/week for 2 weeks. The intervention group received an application of 3 elastic taping with 40-50% stretched, while the control group received an application of elastic taping with the same mounting direction but without stretching. Installation of elastic taping is done 3 times in 2 weeks. The results of this study include pain intensity based on VAS values, quadriceps muscle strength measured using a handheld dynamometer and KOOS questionnaire assessment before, after 1 week and after 2 weeks of elastic taping application. Statistical analysis was performed to compare changes in VAS values, quadriceps muscle strength and KOOS questionnaire values after the intervention in the control and intervention groups. The results stated that the application of elastic taping as an adjunct therapy was effective in reducing the value of VAS, increasing quadriceps muscle strength, and the value of the KOOS questionnaire in overweight and obese patients with knee osteoarthritis after 2 weeks of intervention. Improvements to the median VAS values in the control and intervention groups were 3 (1-4) and 2 (1-3), respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.008. The mean increase in quadriceps muscle strength in the control and intervention groups was 3.44
± 0.71 kg and 5.66 ± 1.71 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value <0.001. The increase in the average value of the KOOS questionnaire in the control and intervention groups was 12.92 ± 3.51 and 17.02 ± 5.59, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.023. Further research is needed to assess the effectiveness of elastic taping over a longer period of time and to compare the effectiveness of the application of elastic taping in the quadriceps muscle between the two taping and three taping methods to see a comparison of the decrease in pain intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Hardi Utama
"Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia. Di Indonesia, prevalensi obesitas dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun. Pada penderita obesitas, penurunan berat badan dengan latihan fisik dapat memberikan banyak manfaat kesehatan. Akan tetapi, pada penderita obesitas dengan osteoartritis sendi lutut latihan disik harus dilakukan dengan hati-hati. Kombinasi latihan aerobik pada intensitas submaksimal dengan sepeda statis, disertai latihan keseimbangan dan kekuatan otot tungkai bawah yang disesuaikan dengan kapasitas fisik diberikan pada individu obesitas dengan osteoartritis lutut untuk menurunkan berat badam. Restriksi asupan kalori juga diberikan bersamaan.
Penelitian ini bertujuan menentukan efektifitas kombinasi terapi di atas dalam menurunkan berat badan. Pada penelitian ini dilakukan analisis data sekunder yang diperoleh dari status pasien dari Klinik Obesitas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. 200 status pasien dari Januari 2009 sampai April 2012 dipilih secara acak oleh petugas ruang penyimpanan status. Dari 200 status tersebut, diambil 37 status yang dipilih berdasarkan tabel nomor acak.
Semua dari 37 subjek adalah wanita, dengan rerata umur 59.41+5.91tahun. Rerata berat badan awal adalah 71.91+11kg. Rerata indeks masa tubuh adalah 31.18+5.15, dan semua subjek adalah penderita obesitas. Rerata lingkar pinggang adalah 96.4+9.51cm. Tiga subjek tidak mengalami perubahan berat badan, sedangkan 34 subjek mengalami penurunan berat badan. Didapatkan rerata perubahan berat badan -2.08 kg(95% CI: -1.48kg to 2.67kg, standar deviasi 1.789kg). Tidak ditemukan korelasi yang bermakna secara statistik antara pengukuran antropometri awal dan usia dengan jumlah penurunan berat badan.
Penelitian ini membuktikan bahwa latihan fisik yang diberikan efektif dalam menurunkan berat badan pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Pengukuran antropometri awal dan usia tidak tampak berkorelasi dengan penurunan berat badan.

Obesity has become a major health problem around the world. In Indonesia, the prevalence of obesity is increasing annually. Weight loss by physical exercise have been demonstrated to have a lot of benefit in people suffering from obesity. However, physical exercise have to be done carefully in patients with osteoarthritis. A delicate combination of aerobic exercise done in submaximal intensity with balance exercise and lower extremity strength which were individually tailored is given to obese patient who also suffer from knee osteoarthritis. Caloric restriction is also given along the physical exercise
This study tried to find out how effective is this regimen in inducing weight loss. Analysis of secondary data obtained from medical record of patients from Obesity Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital was done. 200 medical records from January 2009 up to April 2012 were taken randomly. From those 200, 37 was chosen randomly with the aid of random number table.
All of the 37 subjects were women with average age of 59.41+5.91year. The initial body weight averaged at 71.91+11kg. The BMI averaged at 31.18+5.15, and all of the subjects were obese. The average waist circumference was 96.4+9.51cm. Three subjects had stable weight and 34 subjects lost weight. The average change was -2.08 kg(95% CI: -1.48kg to 2.67kg, standard deviation 1.789kg). Age and all baseline anthropometric measurement does not correlate with the change in bodyweight.
The study have shown that the physical exercise given was effective in reducing body weight of obese patient‟s with knee osteoarthritis. The baseline age and anthropometric measurement does not appear to correlate with the degree of weight loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anestherita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah perbedaan intensitas nyeri, kekuatan otot, dan kemampuan fungsional lutut antara penderita obesitas dan tanpa obesitas dengan osteoartritis genu (OA genu). Dilakukan studi potong lintang pada 50 orang perempuan dewasa, terdiri dari 25 orang penderita obesitas dengan OA genu, dan 25 orang tanpa obesitas dengan OA genu yang datang ke poli unggulan Obesitas dan poliklinik muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. Intensitas nyeri dinilai menggunakan metode Visual Analogue Scale (VAS), kekuatan otot kuadrisep diukur menggunakan dinamometer jinjing, sedangkan kemampuan fungsional lutut dievaluasi menggunakan indeks Laquesne.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas nyeri dan kekuatan otot kuadrisep, terutama antara obesitas derajat II dengan subjek yang memiliki berat badan normal, berat badan lebih maupun obesitas derajat I. Tidak terdapat perbedaan kemampuan fungsional lutut yang bermakna secara statistik antara penderita obesitas dan tanpa obesitas dengan OA genu.

The aim of the study was to find wheather there were any differences pain intensity, quadriceps muscle strength, and knee functional abilities between obese and non-obese patient with genu osteoarthritis (OA genu). We conducted a cross-sectional study in 50 adult women outward patient in Obesity Vlinic and Musculoskeletal Division of Physical Medicine and Rehabilitation Departement at Cipto Mangunkusumo Hospital, consisted of 25 obese people with osteoarthritis genu, and 25 non-obese people with osteoarthritis genu. The intensity of pain was assessed using the Visual Analogue Scale method (VAS), quadriceps strength was measured using a hand-held dynamometer, while functional ability was evaluated using the index Lequesne.
The study results showed that there were significant differences in pain intensity and quadriceps muscle strength, particularly between obese grade II and subjects with normal weight, overweight or obese first degree. There were no statistically significant difference in functional abilities knee between obese and non-obese patients with osteoarthritis genu.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Sinthya Langow
"ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas merupakan faktor risiko utama osteoartritis (OA). Penelitian terdahulu mendapatkan bahwa faktor mekanik saja tidak cukup untuk menjelaskan hubungan kejadian OA dengan obesitas. Leptin diduga berperan dalam proses destruksi kartilago pada OA. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat adakah korelasi antara leptin serum dengan COMP dan dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada penderita OA yang berobat di poliklinik Reumatologi RSCM dalam periode Juni-Juli 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Diagnosis OA lutut berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1896. Dilakukan pemeriksaan leptin dan COMP serum dengan metode ELISA. Pemeriksaan radiologi kedua lutut dilakukan dengan posisi antero-posterior pada pasien yang berdiri tegak. Kemudian dilakukan pengukuran lebar celah sendi tibiofemoral medial oleh ahli radiologi, Analisa statistik bivariat digunakan mendapatkan korelasi antara leptin dengan COMP dan dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial.
Hasil: Sebanyak 51 subjek memenuhi kriteria inklusi penelitian, 45 orang (88,2%) adalah wanita. Rerata kadar leptin didapatkan 38119,45 ± 21076,09 pg/ml. Nilai median COMP adalah 805,3(144,1-2241)ng/ml dan rerata lebar celah sendi tibiofemoral medial 3,73 ± 1,58 mm. Pada analisa bivariat tidak ditemukan korelasi antara leptin dan COMP ( r = 0,043, p= 0,764) dan juga antara leptin dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial( r = -0,135, p = 0,345). Pada subjek dengan lama sakit > 24 bulan didapatkan korelasi negatif kuat antara leptin dengan lebar celah sendi tibio femoral medial ( r = 0,614, p = 0,015).
Simpulan: Tidak didapatkan korelasi antara leptin dan COMP pada penelitian ini. Penelitian ini juga tidak mendapatkan korelasi antara leptin dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial pada pasien OA lutut dengan obesitas.

ABSTRACT
Background: Obesity is a well-recognized risk factor for osteoarthritis. However, the relationship between obesity and OA may not simply due to mechanical factor. Increasing evidence support the role of leptin in OA cartilage destruction. The objective of this study was to examine the possible correlation between leptin serum with COMP and medial joint space width in knee OA with obesity. Methods: This study was a cross sectional study in OA patients visiting Rheumatology outpatient clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital between June- July 2014. Samples were collected using consecutive sampling method. Knee OA was diagnosed from clinical and radiologic evaluation based on American College of Rheumatology 1986 criteria. Serum was collected from 51 knee OA patients, serum leptin and COMP were measured by ELISA. Antero-posterior radiographs of the knee have been taken in weight bearing position, and then the radiologist measured the minimum medial joint space width. The correlation between leptin and same variables, such as COMP and tibiofemoral medial minimum joint space width were analized by bivariate analysis.
Results: Fifty one subjects met the inclusion criteria, with 45 (88,2%) are women. Mean of Leptin was 38119,45 (SD 21076,09). Median of COMP was 805,3(144,1-2241) and mean of minimum joint space width was 3,73 (SD1,58) mm. In bivariate analysis we found no correlation between leptin and COMP ( r = 0,043, p= 0,764) and also between leptin and medial joint space width ( r = - 0,135, p = 0,345).Cluster analysis for the subject with disease onset >24 month showed strong negative correlation between leptin and tibiofemoral medial minimum joint space width (r = 0,614, p = 0,015).
Conclusion: There was no correlation between leptin and COMP in this study. This study also showed that there was no correlation between leptin and medial tibiofemoral joint space width in knee OA with obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herikurniawan
"Latar Belakang: Obesitas merupakan faktor risiko utama osteoartritis (OA). Penelitian terdahulu mendapatkan bahwa faktor mekanik saja tidak cukup untuk menjelaskan hubungan OA dengan obesitas. Saat ini faktor metabolik yang berkaitan dengan massa lemak tubuh dianggap memiliki peranan penting, tetapi lemak mana yang paling berperan masih kontroversial apakah lemak viseral atau lemak subkutan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan korelasi antara distribusi lemak tubuh dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada penderita OA lutut dengan obesitas yang berobat di poliklinik Reumatologi, Geriatri dan Penyakit Dalam RSCM periode Januari-Maret 2016. Diagnosis OA lutut berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1986. Pemeriksaan distribusi lemak tubuh menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA). Pemeriksaan radiologi lutut menggunakan radiologi konvensional (foto polos) untuk menilai lebar celah sendi tibiofemoral medial. Analisis statistik bivariat digunakan untuk mendapatkan korelasi antara distribusi lemak tubuh dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial.
Hasil: Sebanyak 56 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia ikut dalam penelitian, mayoritas subjek berjenis kelamin perempuan (73,2%). Median kadar lemak viseral adalah 12% (7.5-16,5) median lemak subkutan adalah 30,2% (16,5-37,9) dan median rasio lemak viseral/subkutan adalah 0,40 (0,26-0,80). Rerata lebar celah sendi tibiofemoral medial adalah 2,34 mm (SB 0,78). Korelasi antara lemak viseral dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial (r: -0,474 p: < 0,001). Tidak didapatkan korelasi antara lemak subkutan dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial (r: -0,187 p: 0,169) serta tidak didapatkan korelasi antara rasio lemak viseral/subkutan dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial (r: -0,225 p: 0,09).
Simpulan: Lemak viseral berkorelasi negatif sedang dengan lebar celah sendi tibiofemoral medial (r: -0,474 p: < 0,001). Tidak didapatkan korelasi antara lemak subkutan dan rasio lemak viseral/subkutan dengan lebar celah sendi tibiofemoral.

Background: Obesity is a major risk factor for knee osteoarthritis. The relationship between obesity and OA may not simply due to mechanical factor. Evidence suggests that metabolic factors related to body fat play important roles, but the specific type of fat that contributes to OA is unclear. The objective of this study was to examine the possible correlation between body fat distributions with knee OA.
Method: This study was a cross sectional study in OA patients with obesity visiting Rheumatology, Geriatric, Internal Medicine clinics in Cipto Mangunkusumo Hospital between January-March 2016. Samples were collected using consecutive sampling method. Knee OA was diagnosed from clinical and radiologic evaluation based on American College of Rheumatology 1986 criteria. Body fat distribution was measured by bioelectrical impedance analysis (BIA). Radiographs of the knee was measured by conventional radiography to evaluate joint space narrowing (JSN). The correlation between body fat distributions with joint space width was analyzed by bivariate analysis.
Result: A total of 56 subjects were recruited, with majority of subjects were women (73,2%). Median of visceral fat was 12% (7.5-16,5), median of subcutaneous fat was 30,2% (16,5-37,9) and median of visceral to subcutaneous fat ratio was 0,40 (0,26-0,80). Mean of medial tibiofemoral joint space width was 2,34 mm (SB 0,78). In bivariate analysis we found correlation between visceral fat and medial tibiofemoral joint space width (r: -0,474 p: < 0,001). There is no correlation between subcutaneous fat and medial tibiofemoral joint space width (r: -0,187 p: 0,169) and also visceral to subcutaneous fat ratio and medial tibiofemoral joint space width (r: -0,225 p: 0,09).
Conclusion: Visceral fat is correlated with medial tibiofemoral joint space width (r: -0,474 p: < 0,001). There is no correlation between neither subcutaneous fat nor visceral to subcutaneous fat ratio and medial tibiofemoral joint space width.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Hayati
"Latar Belakang : Otot Kuadrisep pada penderita Osteoarthritis lutut disekitar sendi lutut sering mengalami atrofi, penurunan kekuatan serta fungsi sebagai stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan. Terapi latihan merupakan salah satu bentuk rehabilitasi untuk peningkatan kekuatan otot sekitar sendi, yang mengalami kelemahan karena nyeri dan tidak digunakan. Volume latihan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan struktural otot skeletal. Secara struktural latihan yang menyebabkan kelemahan sarkomer akibat dari robeknya membran dan rendahnya kadar protein intraseluler (Kreatin Kinase) karena masuk ke dalam aliran darah. Semakin tinggi intensitas latihan penguatan otot semakin tinggi pula terjadinya risiko kerusakan otot, akan tetapi semakin rendah intensitas penguatan otot semakin kurang efektivitas pencapaian penguatan otot.
Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas latihan penguatan otot intensitas rendah dan sedang untuk mencapai kekuatan otot Kuadrisep dan fungsi yang optimal pada penderita OA lutut serta tidak menyebabkan kerusakan otot yang bermakna.
Populasi dan Sampel : Semua pasien OA lutut usia 50-65 tahun di poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSCM dengan nyeri lutut VAS < 4 dan klinis (kriteria ACR) serta memenuhi kriteria penerimaan.
Metode : Dilakukan pengukuran kekuatan otot Kuadrisep dengan dinamometer jinjing, kecepatan jalan 15 meter (detik), dan kadar serum enzim Kreatin Kinase sebelum dan setelah latihan. Responden dibagi menjadi 2 kelompok intensitas ringan (40% dari 10 RM) dan sedang (60% dari 10 RM) dilakukan latihan penguatan otot Kuadrisep isotonik dengan menggunakan NK table 3 set 10 repetisi, frekuensi 3 x/minggu selama 8 minggu dengan kenaikan beban bertahap setiap minggu.
Hasil : Terdapat perbedaaan bermakna peningkatan sebesar 27,2 % kekuatan otot Kuadrisep setelah diberikan latihan intensitas ringan (p=0,001) dan sebesar 27,94 % (p <0,001) latihan intensitas sedang. Didapatkan penurunan waktu jalan 15 meter sebesar 39,9 % pada intensitas ringan (p=0,03) dan penurunan sebesar 47,37% pada intensitas sedang (p=0,007). Kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kekuatan otot, kecepatan jalan, dan kadar enzim Kreatin Kinase.
Kesimpulan : Latihan kekuatan otot Kuadrisep intensitas ringan dan sedang efektif mencapai kekuatan otot dan fungsi yang optimal tanpa menyebabkan kerusakan otot yang bermakna.

Background : Osteoarthritits is rheumatoid disease mostly occurs in knee joint. Quadricep muscle around joint frequently athrophy, reduce strengthening, and functioning as stability joint especially as a role weight bearing joint so that occur deformity and worsen disease. Therapeutic exercise is one of rehabilitation treatment to enhance muscle strengthening around joint that become weakness due to pain and inactivity. Therefore it is important to make exersie prescription to achieve optimal result. High intensity exercise may cause structural damage skeletal muscle. This damage may lead muscle soarness, edema, and weakness. In structural, exercise can lead fraility of sarcomer consequence disruption of membrane and reduction level of protein intraceluller (Creatine Kinase) into bloodstream. Higher intensity of exercise will cause high risk of injury, however lower of intensity of muscle strengthening increasing less effective achievement of muscle strength. Ideally training given to the patient is an effective muscle-strengthening exercises to achieve optimal muscle strength and functional improvement achieved in the absence of muscle damage.
Objective : to find effetctivity of strengthening exercises low and moderate intensity to achieve Quadriceps muscle strength and optimal functional in patient with knee OA without causes significantly muscle damage.
Subject : All of knee OA patient at Inpatient of Musculoskeletal Rehabilitation Departement-Medical Faculty of Indonesia - Cipto Mangunkusumo Hospital, age 50-65 years with knee pain VAS < 4, clinical according American College of Rheumatology, and require inclusion criteria.
Method : Pre and Post Experimental, measurement of Quadriceps muscle strengthening with Hand held Dynamometer before and after exercise, time of walking speed on 15 metre (second), and creatine Kinase enzyme in blood serum. Subject divide to be 2 group, low intensuty (40% of 10 RM) and moderate (60% of 10 RM). Isotonic Quadricep strengthening exercise with NK table, 3 set 10 repetion 3 times in week during 8 week that intensity gradually increase each week.
Result : The study found that significantly increase of 27,2 % muscular strength Quadricep that having given a low intensity exercise ( p = 0,001 ) and significantly increase of muscular strength 27,94 % ( p < 0,001 ) in moderate intensity exercise . Decline significantly time of walking speed on 15 meters of 39,9 % in group low intensity (p = 0.03) and 47,37 % in moderate intensity (p = 0,007). Both of groups did not show the difference activity of Creatine Kinase.This study indicated no difference significantly exercise of muscular strengthen in both groups low and moderate intensity (p = 0,410 ).There was not significantly difference time walking speed both of group (p = 0,514). There were no significantly differences levels of enzyme Creatine kinase in both groups.
Conclusion: Quadriceps muscle exercise low and moderate intensity effective achieve muscle’s strength and functional optimal without causes significantly muscle damage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Loekito
"Latar Belakang : Obesitas diketahui terkait dengan berbagai gangguan kesehatan di antaranya sistem muskuloskeletal, yaitu Osteoarthritis OA lutut yang menyebabkan nyeri sehingga terjadi penurunan aktivitas dan berdampak pada penurunan kekuatan otot lutut yang pada akhirnya menurunkan kapasitas fungsional seseorang. Penatalaksanaan meliputi edukasi dan terapi latihan merupakan hal penting namun terkadang ada kendala untuk melakukan latihan di darat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh latihan di air dan di darat pada penderita obesitas dengan Osteoarthritis OA lutut terhadap penurunan intensitas nyeri dan peningkatan kekuatan otot lututMetode : Quasi experimental terhadap subjek obesitas dan OA lutut usia 40 ndash; 80 tahun dengan sedentary lifestyle PAL

Background: Obesity is well known to be associated with various health problems, some of which includes musculoskeletal system, such as knee osteoarthritis OA that causes pain, and thus resulting in decreased activity. These would cause an impact to decrease the knee muscle strength, which ultimately lowers the functional capacity of an individual. Management that includes education and exercise therapy are deemed to be important, however often there are obstacles in doing exercises on land. This study aims to compare the effects of water versus land based exercise for obese patients with knee osteoarthritis OA to reduce pain intensity and improve knee muscle strength.Methods Quasi experimental on obesity and knee OA subjects, age ranging from 40 80 years with sedentary lifestyle PAL
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Seri Mei Maya Ulina
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut merupakan OA simptomatik yang paling banyak diderita dan menimbulkan hendaya. Tujuan tatalaksana penyakit kronis seperti OA lutut adalah tercapainya kualitas hidup terkait kesehatan yang baik. kibat prevalensi OA lutut yang meningkat sejalan dengan usia, maka komorbiditas sangat umum ditemukan pada penderitanya. Komorbiditas diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien OA lutut.
Tujuan: Mengetahui hubungan indeks komorbiditas dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien OA lutut simptomatik.
Metode: Desain penelitian adalah studi potong lintang dan dilakukan di Poliklinik Rematologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kualitas hidup terkait kesehatan diukur menggunakan instrumen generik Medical Outcome 36- Items Short Form (SF-36) Health Status Survey yang diisi secara subjektif oleh subjek. Indeks komorbiditas dinilai oleh peneliti menggunakan instrumen Cumulative Illness Rating Scale (CIRS). Analisis hubungan dilakukan dengan uji Chi-square dan alternatifnya, yaitu uji Fisher Exact.
Hasil: Mayoritas subjek penelitan adalah wanita dengan rerata usia 62,62 tahun (SD8,02). Faktor risiko terbanyak OA lutut adalah berat badan lebih atau obes. Rerata IMT subjek adalah 27,54 kg/m2 (SD 4,44). Sebanyak 86,1% subjek memiliki ringkasan komponen fisik kualitas kehidupan terkait kesehatan yang buruk. Sedangkan 72,2% subjek memiliki ringkasan komponen mental kualitas hidup terkait kesehatan baik. Sebanyak 98,7% memiliki >1 komorbid. Tiga sistem komorbiditas terbanyak adalah endokrin- metabolik, vaskuler, serta muskuloskeletal dan integumen. Nilai median indeks komorbiditas CIRS adalah 1,68 (0-2,33) dengan kategori terbanyak adalah indeks komorbiditas sedang. Dalam analisis bivariat, tidak ditemukan hubungan indeks komorbiditas dengan ringkasan komponen fisik kualitas hidup terkait kesehatan (RO= 1,11; IK95%= 0,26-4,75), maupun dengan ringkasan komponen mental kualitas hidup terkait kesehatan (RO=1,21; IK95%= 0,41-3,61).
Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara indeks komorbiditas dengan komponen kualitas hidup terkait kesehatan, baik komponen fisik maupun mental pada pasien OA lutut simptomatik. Kondisi komorbiditas dan kualitas hidup yang homogen pada populasi studi ini mungkin berkontribusi terhadap hal ini.

Background: Knee osteoarthritis (OA) is the most prevalent symptomatic OA among adults and is the leading cause of disability. The ultimate treatment goal in such chronic disease is to achieve a good health related quality of life (HRQoL). Since knee OA prevalence is increasing throughout age, comorbidity become common condition. Comorbidity is presumed as contributing factor unto health related quality of life in knee OA patient.
Objective: To evaluate the relation between comorbidity index and health related quality of life in symptomatic knee OA patient.
Methods: This was a cross-sectional study conducted in Rheumatology Policlinic Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. HRQol was measured with a selfassesment generic instrument Medical Outcome 36- Items Short Form (SF-36) Health Status Survey. Comorbidity index was measured by researcher with Cumulative Illness Rating Scale (CIRS). Bivariate analysis was performed by using Chi-square test and its alternative Fisher Exact Test.
Results: Most subjects were woman with mean age of 62,62 years (SD8,02). The most prevalent risk factor was overwight or obesity. Mean value for body mass index in this study was 27,54 kg/m2 (SD 4,44). Eighty six percent of subjects were having poor physical component summary (PCS) of HRQoL. Whereas 72,2% of subjects waere having good mental component summary (MCS) of HRQoL. Ninety eight point seven percent subjects were having >1 comorbidity(ies). The three top positive comorbidity system were endocrine- metabolic, vascular, and musculosceletal and integument. The median value of comorbidity index was 1,68 (0-2,33) which is resembled moderate comorbidity index. There was no relation has been found in bivariate analysis between comorbidity index and PCS (OR= 1,11; CI95%= 0,26-4,75), neither with MCS (OR=1,21; CI95%= 0,41-3,61).
Conclusion: There is no relation between comobidity index and HRQoL, both physically and mentally component in symptomatic knee OA patients. The homogenicity of comorbidity condition and HRQoL in subjects may contributed to the result.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>