Ditemukan 200898 dokumen yang sesuai dengan query
Mandarin Guntur
"Fisiognomi secara umum merupakan metode untuk menilai ciri-ciri fisik yang tampak pada permukaan seluruh tubuh, khususnya wajah seseorang. Dalam tulisan ini, fisiognomi urban berfokus kepada pengetahuan tentang metoda fisiognomi urban secara empiris untuk memahami perubahan atau dinamika arsitektur dan ruang kota. Adapun dinamika arsitektur ruang IKN paska kolonial ini kemudian menelusurinya lebih lanjut melalui wacana tropikalitas dalam perspektif techno-socio-culture, mulai dari IKN Jakarta, rencana pemindahan IKN ke Palangka Raya hingga ke IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Metodologi sejarah ini melalui strategi multi narasi dan taktik sinkronis dan diakronis dari berbagai sumber seperti investigasi ke Jakarta, Palangka Raya dan Nusantara di Kalimantan Timur, diskusi, dokumen, foto, surat kabar, buku dan multi-media, Museum Tjilik Riwut, KITLV Leiden, Rijk Museum, Tropen Museum. Tujuan utamanya adalah untuk memahami makna yang muncul di masyarakat dan pemerintah terhadap sejarah pemindahan ibu kota negara (IKN) Indonesia khususnya dinamika arsitekturalnya dengan penekanan pada masa kepresidenan Sukarno, Suharto, dan Joko Widodo. Analisis menunjukkan bahwa terbentuknya IKN-Indonesia di Nusantara, Kalimantan Timur telah mencakup perubahan arsitektur dan perkotaan masa kini dibandingkan dengan terbentuknya Jakarta yang bangkit dari era kolonial. Disertasi ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan rinci melalui fisiognomi perkotaan secara empiris dan tropikalitas Ibu Kota Negara di Indonesia mengungkapkan bahwa kompleksitas ruang kota IKN-Jakarta dan arsitekturnya melebihi karakteristik permukaannya. Ditemukan bahwa dengan merosotnya kualitas kota Jakarta adalah sebuah alasan untuk memindahkan IKN negara yang baru ke Kalimantan. Paska Kolonial di Indonesia dengan politik demokrasinya telah mengubah cara pandang baru arena kontestasi, sebuah jalan untuk mendominasi Indonesia (neo-post kolonial) yang perlu menjadi perhatian.
Physiognomy is generally a method for assessing physical features that appear on the entire body's surface, especially a person's face. In this paper, urban physiognomy focuses on knowledge of urban physiognomy methods empirically to understand changes or dynamics of architecture and urban space. The dynamics of post-colonial IKN space architecture were then explored further through the discourse of tropicality in a techno-socio-cultural perspective, starting from IKN Jakarta, the plan to move IKN to Palangka Raya to IKN Nusantara in East Kalimantan. This historical methodology is through multi-narrative strategies and synchronic and diachronic tactics from various sources such as investigations to Jakarta, Palangka Raya, and Nusantara in East Kalimantan, discussions, documents, photographs, newspapers, books and multi-media, Tjilik Riwut Museum, KITLV Leiden, Rijk Museum, Tropen Museum. The main objective is to understand the meaning that arises in society and government to the history of the relocation of Indonesia's national capital (IKN), especially its architectural dynamics, emphasizing the presidencies of Sukarno, Suharto, and Joko Widodo. Analysis shows that the formation of IKN-Indonesia in Nusantara, East Kalimantan, has included changes in today's architecture and cities compared to Jakarta's formation, which rose from the colonial era. This dissertation concludes that a detailed examination through empirical urban physiognomy and tropicality of the national capital in Indonesia reveals that the complexity of the IKN-Jakarta urban space and its architecture exceeds its surface characteristics. It was found that the deterioration in the quality of Jakarta was a reason to move the new state IKN to Kalimantan. Post-colonial Indonesia, with its democratic politics, has changed a new way of looking at the arena of contestation, a path to dominate Indonesia (neo-post-colonial) that needs attention."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Rifki Ramadhan W.
"
Arsitek modernis menganggap ornamen harus dihapuskan dari karya arsitektur karena ornamen nihil dari sisi fungsional. Postmodernisme datang mengkritik Modernisme dengan mengangkat kembali ornamen dari masa lampau. Arsitek kontemporer yang juga mencoba memunculkan ornamen cenderung menghapuskan aspek politik dalam produksi ornamen, dengan tujuan lebih mampu menggapai pengguna ruang kota yang lebih luas karena latar belakang masyarakat kota cenderung semakin heterogen dan beragam yang tidak menjadi pertimbangan arsitek postmodernis. Masyarakat Indonesia yang masih mengagumi simbolisme dan figurisme menjadikan ornamen arsitektural memiliki posisi strategis dalam perkembangan arsitektur di Indonesia terutama dalam aspek politik. Karena itu skripsi ini bertujuan membahas politik ornamen yang terjadi dalam perkembangan sejarah arsitektur di Indonesia pasca kemerdekaan dan melihat relevansinya di masa sekarang.
Modernist architects stated that ornament must be omitted from the architectural work because of its absence of functionality. Postmodernism came to criticize Modernism by resurrecting ornament from the past. Contemporary architects who also try to bring back ornament tend to erase political aspect in the production of ornament, aiming to reach wider users in an urban space where its citizen tend to diverse in background and become more heterogeneous which is not a consideration by postmodernist architects. The people of Indonesia who are still admiring simbolism and figurism make architectural ornament have strategic position in the development of architecture in the country especially in political aspect. Hence, this undergraduate thesis aims to explain how politic of ornament occured during the development of architecture in Indonesia after independence and sees its relevance with today’s context.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Maria Immaculatus Djoko Marihandono
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0252
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Ari Widyati Purwantiasning
"Disertasi ini merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan di Kota Parakan, salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kota Parakan dipilih menjadi studi kasus karena sejak Desember 2015, kota ini ditetapkan sebagai Kota Pusaka oleh Pemerintah Pusat Indonesia berdasarkan UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya melalui Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka 2015, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Disertasi mengangkat sebuah isu yang menjadi dampak terhadap keberlangsungan Parakan sebagai Kota Pusaka. Paradoks sebuah kota pusaka menjadi pokok bahasan dari disertasi ini, dengan membenturkan dua konflik yang berbeda kepentingan yang terjadi karena kurangnya pengetahuan maupun rasa memiliki akan sesuatu terutama yang berkaitan dengan kelekatan sejarah. Melalui penggalian sejarah dari kota Parakan, maka dapat diungkapkan bahwa Parakan merupakan kota yang penting di Indonesia dan pantas ditetapkan sebagai Kota Pusaka. Kepentingan yang berbeda-beda dari beberapa pihak yang ada di Parakan, baik yang mendukung kegiatan pelestarian kota pusaka maupun justru yang menolak dilakukannya kegiatan pelestarian, menjadikan dilema yang sangat besar terutama bagi pemerintah lokal maupun beberapa kelompok masyarakat yang merasa perlu diadakan kegiatan konservasi arsitektur. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai sebuah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan naratif deskriptif dengan menggunakan tradisi lisan sebagai salah satu pendekatan dalam menggali sejarah maupun fenomena yang ada di kota Parakan melalui beberapa keturunan tokoh penting Parakan yaitu KH Subuki. Data kuantitatif yang diperoleh melalui penyebaran angket juga dilakukan untuk mendapatkan data sampling mengenai tingkat kelekatan sejarah maupun tingkat pengetahuan masyarakat lokal di Parakan mengenai kegiatan pelestarian kota bersejarah.
This dissertation is a series of studies conducted in the city of Parakan, one of the sub- district in Temanggung Regency, Central Java. The city of Parakan was chosen as a case study because since December 2015, the city has been designated as a Heritage City by the Indonesian Central Government based on Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 about Cagar Budaya (Cultural Heritage) through Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka 2015 by the Ministry of Public Works and Public Housing/ Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. This dissertatiaon raised an issue that had an impact on the sustainability of Parakan as a Heritage City. The paradox of a heritage city is the subject of this dissertation, by colliding on two different conflicts of interest that occur due to lack of knowledge and a sense of belonging to something particularly related to historical attachment. Through the exploration of the history of the city of Parakan, it can be revealed that Parakan is an important city in Indonesia and deserves to be designated as a Heritage City. Different interests of several parties in Parakan, both those who support conservation activities and those whose refure to do conservation activities, make a very big dillemma particularly for local government and some community groups who feel the need for architectural conservation activities. This research has conducted a qualitative research method that used a descriptive narrative approach using oral tradition as one of the approaches in exploring the history and phenomena that exist in the city of Parakan through several descendants of important Parakan figures, KH Subuki. Quantitative data obtained through questionaires were also conducted to obtain sampling data regarding the level of historical attachment and level of knowledge of the local community in Parakan regarding historical city conservation activities. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2703
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Gooch, G.P.
Boston: Beacon Press, 1968
907.2 GOO h
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Powicke, F.M.
London: Odhams Press, 1955
907.2 POW m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ratih Nirmalasari
"Skripsi ini membahas pentingnya pemodelan dalam sebuah proses desain arsitektur. Proses pemodelan terdiri dari model konseptual dan model konkret. Proses pemodelan tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga tidak selamanya berjalan secara linear. Hal tersebut menyebabkan proses pemodelan menjadi penting dalam sebuah proses desain. Perkembangan teknologi melahirkan inovasi baru dalam proses pemodelan. Pabrikasi digital dapat memudahkan pekerjaan dalam pemodelan. Saya mencoba menganalisa dan memahami lebih lanjut perkembangan pemodelan melalui indikator dasar proses pemodelan. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pemodelan dalam sebuah proses desain dan relevansinya hingga saat ini. Model dapat merepresentasi sebuah gagasan ide dengan sangat jelas sesuai keinginan arsitek.
The writing informs the importance of modeling in architectural design process. Modeling process consists of conceptual modeling and concrete modeling. These processes complement each other. They not always occur in linear sequence. Therefor modeling becomes important in design process. The development of technology also contribute to the new innovations in the modeling process such as digital fabrication that helps working process in modeling. The analytical study is based on several basic indicators in the development of modeling process. The study shows that the role of modeling in the design process and its relevance to the present times helps architect to represent their ideas clearly through models."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57696
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zaimmudin Khairi
"Komunikasi memainkan peran penting dalam arsitektur untuk menyajikan ide arsitek kepada orang lain. Oleh karena itu arsitek menggunakan berbagai media seperti gambar dan model dalam mengkomunikasikan ide-idenya. Seiring dengan perkembangan teknologi, model virtual mulai mengambil peran maket dalam mengkomunikasikan ide tiga dimensi. Meskipun model virtual memiliki keuntungan dalam mewakili bangunan secara akurat, maket masih memiliki peran penting dalam komunikasi arsitektur karena hadir dalam realitas fisik.
Communication plays an important role in architecture in order to present an architect idea to others. Therefore architect uses many medias such as drawings and models in communicating his ideas. Along with technological developments, virtual models began to take maquette role in communicating three dimensional idea . Although virtual model has advantage in represent building accurately, maquette still has an important role in architectural communication because it present in physical reality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42706
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
711.58 DIS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: Faculty of Architecture, 1993
AR
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library